Professional Documents
Culture Documents
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara V Pembuatan Pikel Timun yaitu :
a. Mahasiswa memahami dan mampu mempraktekan pembuatan pikel
timun
b. Mahasiswa mengetahui pengaruh jenis penggaraman dan kadar garam
terhadap pikel timun yang dihasilkan
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pikel adalah hasil pengolahan buah atau sayuran dengan
menggunakan garam dan diawetkan dengan asam, dengan atau tanpa
penambahan gula dan rempah-rempah sebagai bumbu. Pengolahan bahan
nabati (sayur, buah dan umbi) menjadi produk pikel dapat memberikan nilai
tambah ekonomi pada bahan nabati tersebut. Selain itu, daya tahan simpan
bahan nabati menjadi lebih lama, dapat menghasilkan cita rasa yang lebih
disukai dan pengangkutannya lebih mudah (Yuliana, 2009).
Proses fermentasi sayuran dilakukan dengan penambahan garam
baik berupa larutan garam maupun garam kristal, yang menyebabkan
terjadinya seleksi mikroflora yang tumbuh pada media fermentasi.
Diharapkan dengan kadar garam tertentu yang sesuai maka mikroflora yang
tumbuh adalah jenis bakteri asam laktat yaitu Leuconostoc mesenteroides,
Pediococcus acidilactici, Pseudomonas pentoaceticus, Lactobacillus
brevis dan Lactobacillus plantarum. Pada pembuatan pikel kadang-kadang
ditambahkan 1% glukosa untuk membantu fermentasi, jika bahan yang
digunakan berkadar gula rendah. Fungsi gula adalah merupakan sumber
energi bagi mikroflora pada tahap adaptasi, sehingga mikroflora dapat
beradaptasi secara cepat dan tumbuh dengan baik (Nataliningsih, 2004).
Pikel merupakan makanan fermentasi tradisional yang dibuat dari
sayur-sayuran. Sayuran tersebut diantaranya kubis, wortel, mentimun,
tomat hijau, paprika, da buncis. Pikel juga merupakan salah satu metode
preservasi dari makanan dengan fermentasi. Teknik utama dari pikel yaitu
merubah gula menjadi bakteri asam laktat (Sayin, 2015).
Dalam proses pengolahan makanan, BAL selain berperan sebagai
fermentatif, juga berperan sebagai biopreservatif (pengawet). BAL dapat
digunakan sebagai pengawet karena dapat menghasilkan senyawa
antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Senyawa antimikroba tersebut antara lain adalah asam laktat, hidrogen
peroksida (H2O), diasetil, karbondioksida (CO2) dan Bakteriosin.
Fermentasi spontan adalah fermentasi yang berjalan alami,Aw tanpa
penambahan starter, misalnya fermentasi sayuran (acar/pikel, sauerkraut
dari irisan kubis), terasi, dan lain-lain. Fermentasi tidak spontan adalah
fermentasi yang berlangsung dengan penambahan starter/ragi, misalnya
tempe, yoghurt, roti, dan lain-lain (Dwiari, 2008).
Secara alami bakteri asam laktat banyak dijumpai diberbagai habitat
seperti makanan fermentasi, buah-buahan dan saluran pencernaan manusia.
Sejauh ini diketahui bahwa bakteri asam laktat tidak bersifat patogen dan
aman untuk dikonsumsi sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
kesehatan manusia. Penggunaan BAL sebagai bahan pengawet alami dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu penambahan kultur BAL sebagai starter
pada produk pangan atau hanya menggunakan metabolit antimikroba yang
diproduksi oleh BAL sebagai pengawet alami. Penambahan kultur BAL
sebagai starter telah banyak dikenal masyarakat dalam pembuatan produk
fermentasi seperti yogurt, dadih, salami (sosis fermentasi), serta produk
fermentasi lainnya, sedangkan pemanfaatan metabolit BAL (nisin,
bakterioisin, hidrogenperoksida, asam lemah, reuterin dan diasetil) yang
bersifat antimikroba telah lama digunakan dalam industri pengolahan
pangan yang kemudian dikembangkan secara komersil (Rustan, 2013).
Dalam industri makanan, fungsi utama dari garam ialah sebagai
pemberi rasa, masakan tanpa garam, meskipun diberi bumbu-bumbu yang
banyak akan terasa hambar. Dari beberapa percobaan ternyata, bahwa
garam dapat menaikan rasa manis dari gula dan mengurangi rasa asam dari
berbagai jenis asam. Garam dalam bentuk larutan mempuyai tekanan
osmotis tertentu. Tekanan osmotis ini akan mengurangi pertumbuhan dari
jasat renik. Tekanan osmotis ini akan tergantung dari jumlah dan ukuran
molekul-molekul dalam larutan. Persenyawaan seperti gula, mempunyai
molekul yang besar dan tekanan osmotisnya rendah. Sedangkan garam yang
molekulnya relatif lebih kecil, dalam konsentrasi yang sama dengan larutan
gula, mempunyai tekanan osmotis yang lebih besar (Widati, 2006).
C. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Alat
a. Borang
b. Gelas jar
c. Gelas saji
d. Gelas ukur
e. Kompor
f. Label
g. Panci
h. pH meter
i. Pisau
j. Termometer
2. Bahan
a. Timun
b. Larutan garam dengan konsentrasi 5%, 8%, 10%, 20%, 23%, 25%
3. Cara Kerja
Timun
Pengupasan
Pengukuran pH awal
Penutupan