Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
NIRM : 1503034
T.A 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dengan demikian sebagai seorang asisten apoteker dirasa perlu membekali diri
dengan pengetahuan mengenai Pedagang Besar Farmasi dan cara pendistribusian
obat.
1.Tujuan Umum
BAB II
LATAR BELAKANG
1. Produsen – Konsumen
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena
tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya
melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke
rumah).Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar
saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh
pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran
distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah
besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer.Pembelian oleh
pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani
pengecer saja.
- Total ward floor stock atau persediaan ruang lengkap, semua perbekalan farmasi
yang sering digunakan dan dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan.
Hanya digunakan untuk kebutuhan darurat dan bahan dasar habis pakai.
Keuntungan: pelayanan cepat dan mengurangi pengembalian order perbekalan
farmasi. Kelemahan: medication error meningkat, perlu waktu tambahan,
kemungkinan hilangnya obat, kerugian karena kerusakan perbekalan farmasi1.
- Kombinasi dari individual prescription dan persediaan ruang lengkap, obat yang
diperlukan pasien disediakan di ruangan, harganya murah dan mencakup obat
berupa resep atau obat bebas. Keuntungannya: dikaji langsung oleh apoteker, obat
yang diperlukan cepat tersedia, ada interaksi anata apoteker dan pasien1.
Ada beberapa tujuan BPOM RI menyusun pedoman ini. Tujuan yang tercantum
dalam pedoman CDOB adalah :
Untuk menjamin pemerataan distribusi obat sehingga obat akan tersedia ketika
dibutuhkan
Untuk pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat hingga ke pengguna sehingga
penggunaan obat dilakukan dengan tepat dan tidak terjadi penyalahgunaan obat
(Drug Abuse)
Kenapa CDOB dinilai penting untuk disusun dan diterapkan?Hal ini dikarenakan
praktik distribusi obat dulunya cenderung dilakukan “asal-asalan”. Obat berbeda
dengan komoditi lain. Distribusinya tidak bisa diperlakukan sama dengan cara
distribusi material bangunan atau tekstil. Misalnya jika suhu tempat penyimpanan
obat tidak diatur sebagaimana mestinya, hal ini akan merusak obat. Banyak
kemungkinan yang terjadi karenanya.Salah satunya, stabilitas obat terganggu
sehingga obat menjadi tidak manjur.
Manajemen mutu
Personalia
Inspeksi diri
(Pasal 35)
(Pasal 36)
(Pasal 37)
3. Narkotika Golongan II (seperti petidin) dan Golongan III yang berupa bahan
baku, baik alami maupun sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur
dengan Peraturan Menteri.
(Pasal 38)
(Pasal 39)
Mengapa Apoteker? Distribusi obat tidak seperti distribusi barang dan jasa yang
lain. Obat bukan sekedar objek perdagangan yang komersil semata.Lebih dari itu,
obat memiliki nilai yang lebih besar, yaitu nilai sosial.Salah-salah, nyawa jutaan
manusia taruhannya.Dunia obat adalah bisnis yang dilematis.Apoteker, melalui
sumpah profesinya, memegang tanggung jawab besar atas ilmu yang dimilikinya,
tak hanya pada profesi tetapi juga kepada Tuhannya. Melihat krusialnya aspek
obat itu sendiri, kini Apoteker tak hanya dituntut untuk bisa ‘membuat’ atau
‘memberikan’ obat saja, tetapi juga dalam memastikan peredarannya (distribusi).
Rujukan :
1) Definisi PBF
Pedagang Besar Farmasi adalah suatu usaha berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran, perbekalan farmasi
dalam jumlah besar sesuai perundang-undangan yang berlaku.
3.Pengakuan dicabut.
PBF ada 2 macam yaitu PBF obat dan PBF bahan baku obat. Menurut PP no. 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud Fasilitas distribusi
adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan atau mendistribusikan sediaan
farmasi dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan atau pemindahtanganan.
1. PBF atau PBF cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab dalam
melakukan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan atau bahan obat.
7. PBF atau PBF cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat
CDOB oleh kepala badan
11. PBF atau PBF cabang dilarang menjual obat dan atau bahan obat secara
eceran
PBF atau PBF cabang menyalurkan obat berdasarkan pesanan yang di apoteker
pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab. Dikecualikan untuk pesanan
untuk kepentingan lembaga ilmu pengetahuan, surat pesanan ditandatangani oleh
pimpinan lembaga. UNtuk peyaluran obat atau bahan obat berupa obat keras, surat
pesanan harus ditandatangai oleh apoteker penanggung jawab atau apoteker
pengelola apotik.
Penyelenggaraan
PBF hanya boleh melakukan pengadaan obat dari industri farmasi atau PBF lain
PBF hanya boleh melakukan pengadaan bahan obat dari industri farmasi atau PBF
lain dan atau melalui importasi. Importasi harus dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan.
PBF cabang hanya boleh melakukan pengadaan obat dan atau bahan obat dari
PBF pusat.
Gudang
Gudang dan kantor PBF atau PBF cabang boleh terpisah selama tidak mengurangi
efektivitas pengawasan internal oleh direksi /pengurus dan penanggung jawab,
dan gudang tersebut harus memiliki seorang apoteker penanggung jawab.
Pelaporan
Setiap PBF atau PBF cabang wajib membuat laporan setiap 3 bulan sekali yang
ditujukan kepada dirjen dengan tembusan kepala badan POM, Ka. Dinkes
Provinsi, Kepala Balai POM.
Kecuali untuk PBF atau PBF cabang yang menyalurkan Narkotika dan
psikotropika wajib membuat laporan bulanan penyaluran Narkotika dan
Psikotropika sesuai peraturan perundang-undangan
Pembinaan
- Melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan obat atau bahan obat yang tidak
tepat, atau tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
a. Tugas PBF
b. Fungsi PBF
A. Perundang –Undangan
Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disebut SIKTTK
adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
Izin usaha Pedagang Besar Farmasi akan dicabut jika, tidak mempekerjakan
Apoteker penanggung jawab yang memilki surat izin kerja ; tidak aktif lagi dalam
penyaluran obatselama satu tahun ; tidak lagi memenuhi persyaratan usaha
sebagaimana ditetapkan dala peraturan ; tidak lagi menyampaikan informasi
Pedagang Besar Farmasi tiga kali berturut turut ; tidak memenuhi ketentuan tat
cara penyaluran perbekalan farmasi sebagaimana yang ditetapkan.
3. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang di berikan kepada
pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
srana kefarmasian.
Ayat (1)
Ayat (2)
Pasal 17
4. Kartu persediaan
Pencatatan jumlah obat pada kartu stock harus sesuai dengan jumlah barang
yang masuk atau keluar sesuai dengan faktur penjualan/ penyerahan barang.
Jumlah penerimaannya harus sesuai dengan dokumen penerimaan barang
1. Obat
3. Obat tradisional dan bahan tradisional ( obat asli indonesia) dan (bahan obat
asli indonesia)
4. Alat-alat kesehatan
5. Kosmetik
a. Obat narkotik
c. Obat daftar W
Contoh-contoh PBF:
PT. Medindo Surya Tama adalah salah satu perusahaan jasa distribusi produk
farmasi dan medical equipment dengan 3 orang karyawan.PT. Medindo Surya
Tama meupakan PBF tunggal yang didirikan pada tahun 2007 bertempat di jalan
Ramania dalam No. 63 F, keluarga sidodadi samarinda.
PT. Saparindo
Contohnya : Amoxicillin
2. Lini Ethical
Lini Ethical mendistribusikan obat atau produk paten yang tidak dapat dijual
dengan bebas harus melalui resep dokter, apotek dan instalasi-instalasi farmasi
rumah sakit.
Lini Ethical, karna membawa produk dari perusahaan yang sama yaitu PT. Kimia
Farma.
A. Perencanaan
B. Pengadaan
C. Penerimaan
Penerimaan barang harus dilakukan dengan mengecek kesesuain barang yang
datang dengan faktur dan SP. Kesesuain meliputi : nama barang, jumlah barang,
satuan, harga, diskon, dan nama PBF serta mengecek masa kadaluarsanya. Faktur
di periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu di tanda tangani dan di
cap oleh Apoteker pengelola Apotek (APA) atau Asisten Apoteker (AA), yang
mempunnyai SIK. Kemudian faktur yang sudah di tanda tangani tersebut di
masukkan kedalam format pembelian.
D. Penyimpanan
Obat dan bahan obat harus di simpan dalam wadah yang cocok dan harus
memenuhi ketentuan pengemasan dan penandaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
a. Obat Bebas, Generik / Obat Paten, Obat non Narkotik dan Obat lain yang
tidak memerlukan kondisipenyimpanan tertentu, disusun secara
Alphabeth juga dibedakan berdasarkan bentuk sediaannya.
b. Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu yangdingin
disimpandalamlemariEs,Misalnya:Suppositoria, Injeksi tertentu, dan
beberapa obat lainnya
c. ObatNarkotikadan Psikotropika,disimpan dalam lemari khusus dan
sesuai dengan ketentuannya.
E. Pendistribusian Obat
1. Penjualan Bebas
c) Peracikan
Nomor resep.
Nomor obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai.
Penjelasan obat harus di sertai dengan penjelasan info nama obat, bentuk dan
sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, cara penyimpanan, efek samping yang
mungkin timbul dan cara mengatasinya, tanda terima pasien atau penerima obat.
Apotek Rakyat
Melalui Permenkes ini, pedagang eceran obat dapat mengembangkan diri menjadi
Apotek Rakyat setelah memenuhi syarat tertentu.Sementara itu, pedagang eceran
obat yang statusnya sudah berubah menjadi Apotek Sederhana secara langsung
dianggap telah menjadi Apotek Rakyat.Dinas kesehatan Kabupaten/Kota harus
mengganti Izin Apotek Sederhana selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6
bulan sejak ditetapkannya Permenkes ini (8/3).
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 3, atau pernyataan dimaksud angka 4,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin
Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-4
Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
DASAR HUKUM
Syarat - Syarat
surat Penunjukan pemilik toko obat kepada Asisten Apoteker (Pemilik Toko
Obat).
foto copy KTP pemohon dan KTP Asisten Apoteker, SISS dan SIK Asisten
Apoteker.
foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) / surat pernyataan dan copy lunas
pajak tahun terakhir.
PROSEDUR
Apabila ijin telah diterbitkan, pemohon akan diberitahu dan selanjutnya bisa
diambil diloket pengambilan.
DAFTAR PUSTAKA