Professional Documents
Culture Documents
ALYMIN MASILA
P14201417046
(STIKES-IST BUTON)
BAUBAU
2013
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………....
C. Tujuan ……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Telinga …………………………………………….
B. Konsep Medis …………..……………………………………………..
C. Konsep Keperawatan …………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
(Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi karena beberapa factor
penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari
kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa
tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri(
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus
aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-
anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman,
1995). Menurut Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan
mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama.
Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode
OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi
penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada
usia 4 sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu,
sekitar sepertiga kunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75%
kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut
(Teeleet al.,1989).
Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan
bahwa19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode
OMAdalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak
mengalamipaling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di
AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2
tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana tinjauan teori dari otitis media akut?
2. Bagaimana tinjauan kasus teori dari otitis media akut?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tinjauan teoritis Otitis
Media
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktikkan Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Otitis Media Akut berdasarkan NANDA, NOC dan
NIC.
BAB II
PEMBAHASAN
B. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga
luar (Otitis Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid
(mastoiditis), dan telinga bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu
inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah. (Rahajoe,
2012)
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002).
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi
terutama pada bayi atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas (Schwartz 2004, h.141).
2. Etiologi
a. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama
dariotitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa
tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam
telingatengah juga akan terganggu
b. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di
sekitarnya(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi
(misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang
ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA).
Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar,
dan letaknya agak horisontal.
c. Bakteri-bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme
penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza,
Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus
hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.
3. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA)
yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati
tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat
menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran
tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan
stimulasi kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di
belakang membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan
menyumbat saluran eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu
karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang
menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami
nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih
dari dua bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis
apabila faktor higienekurang diperhatikan, terapi yang terlambat,
pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.
4. Manifestasi Klinik
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan
tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic (
pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan
insulator balon yang dikaitkan ke otoskop), dapat mengalami perforasi.
b. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
c. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
d. Demam
e. Anoreksia
f. Limfadenopati servikal anterior
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosis :
a. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
b. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane
timpani
c. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan
stadiumnya:
o Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB
4 x sehari
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10
mg/KgBB 3 x sehari `
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10
mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
o Stadium hiperemis
1) Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25
mg/KgBB 4 x sehari
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10
mg/KgBB 3 x sehari
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10
mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
o Stadium supurasi
1) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi
parenteral selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter
spesialis THT untuk dilakukan miringotomi dari telinga tengah,
mengurangi tekanan negative dan memungkinkan drainase
cairan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
o Mengkompres hangat
o Mengkaji nyeri
o Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
o Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis
media
o Instruksikan kepada keluarga tentang komnikasi yang efektif
7. Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan
komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat
(meningtis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis
komplikasi itu biasanya didapatkan sebagian komplikasi dari OMSK
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
No.RM :
Tgl. Masuk RS :
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Biasanya klien merasa Sakit telinga/nyeri pada telinga,
Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua
telinga,Perasaan penuh pada telinga, Suara bergema dari suara
sendiri
Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan dan
Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien memiliki riwayat infeksi saluran pernafasan
atas, infeksi telinga, alergi
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien merasakan :
a. Sakit telinga/nyeri
b. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau
kedua telinga
c. Tinitus
d. Perasaan penuh pada telinga
e. Suara bergema dari suara sendiri
f. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
g. Vertigo, pusing, gatal pada telinga
h. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
i. Tipe warna 2 jumlah cairan
j. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ini sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Pemeriksaan Head to toe
a. Kulit, rambut, dan kuku
1)Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2)Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat
adanya abnormalitas
3)Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur
(halus/kasar)edema, dan massa
b. Kepala:
1)Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi,
massa)
2)Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke
bawah dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui
adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan,
kekuatan akar rambut.
c.Mata
1)Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan
kesimetrisannya
2)Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau
jaringan lunak dibawah bidang orbital.
3)Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka
kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
4)Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan
berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya
tidak langsung.
d.Hidung
1)Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk,
kesimetrisan, adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang
keluar.
2)Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya
nyeri, massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta
palpasi sinus-sinus hidung.
3)Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan
lubang hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung.
Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan
pasien membau (nervus olfaktorius).
4)Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien
mengangkat kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight
amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.Telinga
1)Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak.
Tekan tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun
telinga (bila peradangan akan nyeri).
4)Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
f.Mulut dan faring
1) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi.
2) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah
3)Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.Leher
1)Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus
sternokleidomastoideus)
2)Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus
aksesorius)
3)Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan
amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal
(normalnya tidak dapat dilihat)
4)Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)Palpasi kelenjar tiroid
h.Thorak
1)Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest,
funnel chest).
2)Palpasi adanya krepitus pada kosta
3)Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi
payudara: bentuk, ukuran.
i.Paru
1)Inspeksi kesimetrisan paru
2)Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan
angka atau huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru
kanan dan kiri.
3)Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari
dari pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup.
4)Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing,
ronchi, krekles.
j.Jantung dan pembuluh darah
1)Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2)Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada
interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri
daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri.
3)Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-
kiri).
4)Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup
jantung), dan adanya bunyi jantung tambahan.
5)Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut
nadi.
k.Abdomen
1)Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran,
datar, cekung, kebersihan umbilikus)
2)Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit,
bising usus)
3)Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4)Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
l.Genitourinari
1)Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan
tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk mengetahui
pembesaran prostat).
2)Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa,
keputihan, perdarahan, ciran, bau, pertumbuhan rambut.
m.Ekstremitas
1)Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3)Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time,
dan edema
4)Kaji kemampuan pergerakan sendi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan.
b. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan penurunan
fungsi pendengaran.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya secret yang berbau tidak
enak.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
f. Resiko Cedera berhubungan dengan vertigo dan penurunan keseimbangan
tubuh.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis
media berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid
dan sel-sel mastoid.
Otitis media akut (OMA) peradangan akut mukoperiosteum telinga tengah
yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya OMA merupakan komplikasi dari
infeksi saluran nafas atas.infeksi melalui tuba eustachii, selanjutnya masuk ke
telingan tengah. Sebagian besar OMA terjadi pada anak, karena infeksi saluran
nafas atas banyak pada anak, dan bentuk tuba eustachii pada anak lebih pendek,
lebar, dan mendatar. Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya adalah terapi
medikamentosa yang diberikan tergantung dari stadium penyakitnya. Prinsipnya
adalah pemberian antibiotika dan parasentesis untuk menghindari perforasi
spontan.
B. Saran
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi,
edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, hardhi . 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA. Yogyakarta : Medi Action
Publishing.
https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2016/12/09/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-otitis-media/