Professional Documents
Culture Documents
1518 M
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Singkat cerita, tidak lama kemudian para Sunan dan para Bupati
sudah berdatangan semua. Kemudian mereka bermusyawarah
untuk memperbesar masjid. Setelah jadi, kemudian mereka
melakukan shalat berjamaah di Masjid. Setelah selesai shalat
kemudian mereka menutup pintu. Semua orang diberitahu oleh
Sunan Bonang, bahwa adipati Demak akan menjadi raja Jawa.
Untuk itu Majapahit harus ditaklukkan. Mereka semua terbujuk
oleh Sunan Bonang yang sangat piawai berbicara itu. Para sunan
dan para Bupati sudah mufakat semua, hanya satu yang tidak
sepakat, yaitu Seh Siti Jenar, Sunan Bonang marah, maka Seh
Siti Jenar dibunuh. Adapun yang diperintahkan membunuh
adalah Sunan Giri. Seh Siti Jenar dipenggal kepalanya hingga
tewas. Sebelum Seh Siti Jenar tewas, ia meninggalkan suara,
“Ingat-ingat ulama Giri, kamu tidak kubalas di akhirat, tetapi
kubalas di dunia saja. Kelak apabila ada raja Jawa bersama
orang tua, saat itulah lehermu akan kupenggal.”
Saya telah berupaya secara tata lahir maupun tata bathin mencari
benang merah karya tulis tersebut dengan kenyataan yang ada.
Tetapi berkali-kali mengalami jalan buntu guna menemukan
referensi nyatanya, malah cenderung mengarah bahwa karya
tersebut dilahirkan di era MATARAM ISLAM oleh salah satu
pujangga kratonnya. Yang agak unik ternyata banyak terjadi
kemiripan dengan kasus pustaka raja JANGKA SRI AJI
JAYABAYA yang muncul ditengah masyarakat tidak dalam
bentuk penuh (cuplikan) yang disadur dalam judul JANGKA
JAYABAYA MUSSASAR dan beberapa lagi yang menggunakan
nama Islam dibelakangnya, padahal kita semua tahu sang
Prabhu beragama Hindu-Budha. Dan lagi-lagi mengarah ke
pujangga MATARAM ISLAM yang melakukan pensadurannya.
Lepas dari apa yang menjadi motivasinya (apakah bernilai positif
ataukah negatif bagi ketokohan SABDO PALON dan NAYA
GENGGONG), saya merasa ini karya tulis sadur dari JANGKA
JAYABAYA yang dikombinasikan dengan perasaan terluka
sebagian masyarakat Jawa atas pertikaian ISLAM dan HINDU
yang terjadi saat itu.
Tapi jangan beranjak dulu, dibawah ini ada sejarah unik dan ganjil
yang merupakan salah satu peninggalan sejarah terbesar
Indonesia. Kerajaan Majapahit namanya, sejarah dan Fakta unik
apakah itu?
dan ada dalam masyarakat. Apa yang diungkapkan oleh buku ini
tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini
tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan
data yang menguatkan kdyakinan bahwa kerajaan Majpahit
sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit
adalah sebagai berikut:
1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang
bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’
2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini
dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem W ali Songo yang
menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang
menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam
kerajaan Majapahit.
Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama
Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih
di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan
penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa,
maka digunakan Gajahmada saja.
Ulasan saya:
Ulasan saya:
Ulasan saya:
Dibawah ini adalah gambar yang dianggap bukti bahwa pada
lambang Majapahit terdapat tulisan Arab:
Tetapi…
Ulasan saya:
Saya sungguh tidak tahu atas dasar apa ada pendapat yang
menyatakan bahwa pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah
seorang muslim dan Prabu Guru Dharmasiksa adalah seorang
ulama Islam. Hingga kini, saya belum menemukan sumber
otentik, bahkan cerita rakyat sekalipun yang menyatakan Raden
Wijaya serta Prabu Guru Dharmasiksa adalah seseorang yang
menganut agama Islam.
Lepas dari itu, Raden Wijaya dipercaya merupakan anak dari
Dyah Lembu Tal. Beberapa sumber memiliki redaksi yang
berbeda tentang Dyah Lembu Tal, yaitu:
Ulasan saya:
Di luar kelima hal yang dianggap sebagai bukti di atas, ada yang
berpendapat seperti ini:
"Kalau benda itu wujudnya ada, itu 'kan bukti. Tapi kalau, misalnya,
(tulisan) di koran, itu 'kan tertulis. Dan itu bisa saja dipakai untuk
analisa untuk kepentingan macam-macam," katanya lebih lanjut.
Mundardjito juga mengkritik klaim penulis buku tersebut yang -antara
lain- mendasarkan kesimpulannya berdasarkan temuan koin
Majapahit bertuliskan La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah.
"Mata uang yang Islam itu cuma kecil, dan itu (benda) bergerak. Bisa
dibawa siapa saja. Mata uang Cina juga banyak (ditemukan di situs
Trowulan), ribuan jumlahnya," katanya.
"Dalam kajian filologi, teks baru tidak dapat merevisi teks lama.
Namun teks lama dapat merevisi teks baru, karena dimungkinkan
dalam teks baru timbul penambahan-pemabhana dari para penyalin,"
papar Irawan.
Irawan -penulis buku Majapahit Peradaban Maritim - juga
menganggap Herman Sinung tidak menggunakan data sejarah
resmi, yaitu yang sudah diakui oleh standar penulisan sejarah di
Indonesia.
"Penulisan sejarah di Indonesia standarnya kan, pertama, data-data
prasasti, kemudian data-data kakawin, data-data sejarah pendukung
lainnya, kemudian didukung data-data dari Cina, kemudian data-data
dari Arab," jelasnya.
Usulan itu juga didukung oleh Irawan. "Intinya, kita bukan untuk
saling menjatuhkan, tapi untuk saling belajar."
MENCARI JEJAK ISLAM MASA SILAM DI
TROWULAN
KOLAM SEGARAN
MUSEUM TROWULAN
MAKAM TRALAYA
Where
2. Bengal
3. Pantai Coromandel
4. Arab
Van Leur (1955: 72, 110-6) percaya bahwa motif ekonomi dan
politik sangat penting dalam masuk Islamnya penduduk
Nusantara. Dalam pendapatnya, para penguasa pribumi yang
ingin meningkatkan kegiatan-kegiatan perdagangan di wilayah
kekuasaan mereka menerima Islam. Dengan begitu mereka
mendapatkan dukungan para pedagang muslim yang menguasai
sumber-sumber ekonomi. Sebaliknya, para penguasa memberi
perlindungan dan konsesi-konsesi dagang kepada para
pedagang muslim. Dengan konversi mereka kepada Islam, para
penguasa pribumi di Nusantara dapat berpartisipasi secara lebih
ekstensif dan menguntungkan dalam perdagangan internasional
yang mencakup wilayah sejak Laut Merah ke Laut Cina.
Lebih jauh, dengan itu dapat mengabsahkan dan memperkuat
kekuasaan mereka, sehingga mampu menangkis jaringan-
jaringan kekuasaan Majapahit.
a. Kitab Pararaton
b. Prasasti Butak
c. Kitab Kutaramanawa
d. Kitab Negarakertagama
Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 yang
menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya
dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya.
4. Raja-Raja Majapahit
- Raden Wijaya
- Jayanegara
- Tribuwana Tunggadewi
- Hayam Wuruk
- Ratu Kusumawardani
- Dewi Suhita
- Bhre Tumapel
Raden Wijaya
Jayanegara
Tribuwana Tunggadewi
Hayam W uruk
Ratu Kusumawardani
- Purwawisesa (1457-1467 M)
5. Keruntuhan Majapahit
a. Faktor Politik
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, sudah mulai
berdirinya kerajaan-Kerajaan yang bercorak agama islam. Karena
itu, para pengikut Majapahit sudah mulai meninggalkan
Majapahit sedikit demi sedikit untuk berpindah ke kerajaan Islam
tersebut.
c. Faktor Agama
d. Faktor perselisihan
- Bangunan Candi-candi
- Karya sastra
8) Candi Kedaton
7. Karya Sastra
1. Negarakertagama
Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 yang
menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya
dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya.
2. Pararaton
3. Sutasoma
Kitab ini ditulis oleh Mpu Tantular. Kitab ini berisikan tulisan
Bhineka Tunggal Ika yang kemudian dijadikan sebagai semboyan
Bangsa Indonesia.
4. Lubdakha, dll.
Peninggalan Majapahit
2. Candi Cetho
3. Candi Pari
4. Candi Jabung
8. Candi Tikus
Candi Tikus Sama seperti Candi Brahu, Candi Tikus juga terletak
di ini terletak di situs arkeologi Trowulan, tepatnya berada di
Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan,
Mojokerto-Jawa Timur. Candi peninggalan sejarah Kerajaan
Majapahit ini dinamai candi tikus karena diawal penemuannya,
warga melihat bangunan ini menjadi sarang bagi tikus-tikus liar.
Masa akhir Majapahit tidak bisa dilihat dengan benar- benar jelas.
Berita- berita orang Eropa, masih menuliskan tentang keberadaan
Kerajaan Majapahit sampai tahun 1518. Pemberitaan dari tahun
1518 oleh Duarte Barbosa, menceritakan tentang penguasa
Mapapahit yang bernama Patih Udara. Antonio Pigafetta, pada
tahun 1522 menulis tentang masa akhir Majapahit dengan
Rajanya yang bernama Pati Unus [Djafar, 2012]. Kita pahami
bahwa Pati Unus yang meninggal tahun 1521, adalah penguasa
Demak tahun 1518- 1521 menggantikan Raden Patah. Dua berita
itu mengindikasikan terjadi perubahan kekuasaan dari Majapahit
ke Demak pada sekitar tahun 1518 sampai 1521.
Nusantara.
1986]
Gambar 3. Perahu Candi Borobudur - Panel Pahatan Relief Candi
– In Situ. Foto : Samodra
[Horridge, 1986]
Pupuh I
Detil lebih lanjut tentang Jung Jawa ini tidak didapat dengan jelas.
Penutup
Sejauh ini dari data yang ada dapat dilihat bahwa jejak Perahu
Borobudur masih terlihat pada Perahu Pencalang Jawa sampai
sekitar awal abad ke XIX. Jejak tersebut masih terlihat pada
Bentuk Layar dan pada Tiang Layarnya, serta pada sistem
kemudi lateralnya. Dengan demikian patut diduga bahwa pada
masa Majapahit bentuk- bentuk ini tentu secara umum masih
banyak dijumpai.