You are on page 1of 11

Amalan Masuk Rumah Baru

Pertanyaan:
Assalamualaikum ya ustadz. Saya ingin bertanya,
“Saudara saya akan memiliki rumah yang baru dan akan berpindah setelah siap. Apa kah
yang harus beliau lakukan sebelum beliau menginapi dirumah itu?
Shukran atas jawaban nya. Wasalam.”
Dari: Adlindaman

Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Kami berharap semoga Allah memberkahi anda dengan rumah baru ini, dan menjadikannya
sebagai kediaman yang baik, nyaman dan berkah.
Berikut beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan bagi muslim yang mendiami rumah
baru,
Pertama, bersyukur kepada Allah atas nikmat ini
Allah berfirman,
‫شوإدمذ تشأ شنذشن شربَبتكمم لشئدمن شششكمرتتمم شلشدزيِشدننتكمم شولشئدمن شكفشمرتتمم إدنن شعشذاَدبيِ لشششدديِدد‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu mengumumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Imam As-Sa’di menjelaskan, inti syukur ada 3:
1. Mengakui bahwa nikmat itu dari Allah, dan bukan semata hasil karyanya
2. Memuji Allah atas nikmat yang telah Dia anugerahkan
3. Menggunakan nikmat itu untuk kegiatan yang Allah ridhai, dan bukan untuk sesuatu
yang terlarang.
Kebalikan dari hal itu adalah kufur nikmat yang hukumnya terlarang. (Tafsir As-Sa’di, 422).
Kedua, syukuran rumah baru
Sebagai bentuk menyempurnakan rasa syukur itu, kita dianjurkan untuk mengadakan
walimah, mengundang orang lain untuk makan-makan. Walimah ini sering diistilahkan
dengan Al-Wakirah. Sebagian ulama sangat menganjurkan hal ini, diantaranya Al-Imam As-
Syafii. Beliau mengatakan tentang Al-Wakirah:
‫ ول أرخص فيِ تركها‬،‫ومنها اَلوكيرة‬
“Diantara bentuk walimah adalah Al-Wakirah. Saya tidak memberi kelonggoran untuk
meninggalkannya.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 8/207).
Ketiga, masuklah rumah baru dengan mambaca:
‫ات شل قتنوةش إدنل دبانلد‬
‫شما ششاء ن‬
MASYAA-ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH
Bacaan ini terdapat dalam firman Allah di surat Al-Kahfi,
‫ات شل قتنوةش إدنل دبانلد دإن تتشردن أششنا أشقشنل دمن ش‬
‫ك شمالا شوشوشلداَا‬ ‫ك قتمل ش‬
‫ت شما ششاء ن‬ ‫شولشموشل إدمذ شدشخمل ش‬
‫ت شجننتش ش‬
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa
quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam
hal harta dan keturunan.” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ketika membahas ayat ini, Ibnul Qayim mengatakan,
َ‫ فإنه ل يِرى فيه سوءا‬،‫ أن يِبادر إلى هذه اَلكلمة‬، ‫فينبغيِ لمن دخل بستانه أو داَره أو رأى فيِ ماله وأهله ما يِعجبه‬
“Selayaknya bagi orang yang memasuki kebunnya, atau rumahnya, atau terheran terhadap
harta dan keluarganya, hendaknya dia segera membaca kalimat ini. Karena dia tidak akan
melihat sesuatu yang buruk terhadap nikmat itu.” (Al-Wabilus Shayyib, hlm. 165).
Kemudian Ibnul Qayim membawakan riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ )شما ششاشء ات شل قتنوةش دإل دبا د‬: ‫شما شأنشعشم ات شعشلى شعبدد دنعشمةا دفيِ شأهدل شوشمادل شوشولشدد فششقاشل‬
‫ فشيششرى‬،(‫ل‬
‫دفيشها آفشةا تدوشن اَلشمو د‬
‫ت‬
Jika Allah memberi kepada seorang hamba nikmat kebaikan terhadap keluarga, harta, atau
anak, kemudian dia membaca: “masyaa-allah, laa quwwata illaa billaah” maka dia tidak
akan melihat adanya cacat dalam nikmat selain kematian. (HR. At-Thabrani dalam Al-
Ausath 6/126, dishahihkan Ibnul Qoyim dalam Syifa Al-Alil 1/182, dan didhaifkan Al-Albani
dalam Ad-Dhaifah).
Keempat, kami tidak menjumpai adanya doa khusus atau bacaan khusus ketika
memasuki rumah baru. Hanya saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan
untuk banyak beramal ketika di rumah, namun sifatnya umum berlaku untuk semua rumah,
tidak hanya rumah baru. Berikut diantaranya,
1. Rajin baca Alquran dan ibadah apapun di dalam rumah. Terutama membaca surat Al-
Baqarah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ إن اَلشيطان يِنفر من اَلبيت اَلذي تقرأ فيه سورة اَلبقرة‬،‫ل تجعلواَ بيوتكم مقابر‬
“Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah
yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877)
Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam men-kontras-kan antara rumah dengan
kuburan. Beliau memerintahkan agar rumah kita tidak dijadikan seperti kuburan. Salah satu
sifat yang mencolok dari kuburan adalah itu bukan tempat ibadah. Agar rumah kita tidak
seperti kuburan yang bisa jadi banyak setan pengganggu, gunakan rumah kita untuk ibadah.
Hadis ini sekaligus menuntut Anda yang belum bisa membaca Alquran agar segera dan serius
dalam belajar Alquran. Untuk menjadikan rumah Anda sebagai taman bacaan Alquran, tidak
mungkin setiap hari Anda harus mengundang orang lain untuk membaca Alquran di rumah
anda.
Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َ‫صلشتدتكمم شولش تشتندختذوشها قتتبوارا‬ ‫اَمجشعتلواَ دفيِ بتتيوتدتكمم دممن ش‬
“Jadikanlah bagian shalat kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian seperti
kuburan.” (HR. Bukhari 432, Muslim 777, dan yang lainnya).
Maksud shalat di sini adalah shalat sunah yang dikerjakan sendiri dan tidak berjamaah.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis:
‫صلشدة اَلشممردء دفيِ بشميتدده إدنل اَل ن‬
‫صلشةش اَلشممكتتوبشةش‬ ‫ضشل ش‬ ‫إدنن أشمف ش‬
Sesungguhnya shalat seseorang yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan di
rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari 7290 dan yang lainnya).
2. Baca doa ketika masuk rumah
Hal kecil yang mungkin perlu dibiasakan adalah memulai segala yang penting dengan doa
atau dzikir. Salah satunya, ketika kita masuk rumah. Meskipun kelihatanya remeh, namun
hasilnya luar biasa.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ت لشتكمم شوشل‬ ‫ شل شمدبي ش‬:‫طاتن‬ ‫ شقاشل اَلنشمي ش‬،‫طشعادمده‬‫ شودعمنشد ش‬،‫اش دعمنشد تدتخولدده‬ ‫إدشذاَ شدشخشل اَلنرتجتل بشميتشهت فششذشكشر ن‬
‫ أشمدشرمكتتتم اَملشمدبي ش‬:‫طاتن‬
‫ت‬ ‫ شوإدشذاَ شدشخشل فشلشمم يِتمذشكدر ن‬،‫شعششاشء‬
‫اش دعمنشد تدتخولدده شقاشل اَلنشمي ش‬
“Apabila ada orang yang masuk rumah, kemudian dia mengingat Allah ketika masuk, dan
ketika makan, maka setan akan mengatakan (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat
menginap dan tidak ada makan malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah (bismillah
dan jangan lupa ucapkan salam) ketika masuk, maka setan mengatakan: ‘Kalian
mendapatkan tempat menginap’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
3. Baca basamalah ketika tutup pintu
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
banyak saran agar kita tidak terganggu setan. Salah satunya:
‫طاشن لش يِشمفتشتح شباابا تممغلشاقا‬ ‫ب شواَمذتكترواَ اَمسشم ن د‬
‫ فشإ دنن اَلنشمي ش‬،‫ا‬ ‫شوأشمغلدتقواَ اَلشمبشواَ ش‬
“Tutuplah pintu, dan sebutlah nama Allah. Karena setan tidak akan membuka pintu yang
tertutup (yang disebut nama Allah).” (HR. Bukhari 3304, Muslim 2012 dan yang lainnya)
4. Berdoa ketika keluar rumah
Satu doa ketika keluar rumah. Ringkas, mudah dihafal, tapi khasiatnya besar:
‫ شل شحموشل شوشل قتنوةش إدنل دبانلد‬،‫ا‬ ‫ت شعشلى ن د‬ ‫اد تششونكمل ت‬
‫بمسدم ن‬
BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAH, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA
BILLAAH
Dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
Allah.
Dalam hadis dinyatakan, siapa yang keluar rumah kemudian dia membaca doa di atas, maka
disampaikan kepadanya: Kamu diberi petunjuk, dicukupi dan dilindungi. Maka setan
kemudian berteriak:
ِ‫ي شوتكفدشيِ شوتوقدشي‬ ‫ك بدشرتجدل قشمد هتدد ش‬ ‫ف لش ش‬‫شكمي ش‬
“Bagaimana kalian bisa mengganggu orang yang sudah diberi hidayah, dicukupi, dan
dilindungi.” (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426 dan dishahihkan al-Albani)
Disamping amalan dan dzikir di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan sikap tertentu agar rumahnya dimasuki
malaikat dan dihindari setan. Diantara sikap itu adalah
1. Menjauhkan rumah Anda dari gambar makhluk bernyawa
Siapa sangka, ternyata gambar makhluk bernyawa bisa membuat jin dan setan nakal itu
semakin betah di rumah kita.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫صوشرةد‬ ‫أشنن اَلشملشئدشكةش لش تشمدتختل بشمياتا دفيده ت‬
“Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar.” (HR.
Bukhari 3224, Nasai 5348 dan yang lainnya).
Ketika malaikat penebar rahmat tidak memasuki rumah Anda, di saat itulah makhluk lain,
yang juga tidak kelihatan, akan menggantikan posisi mereka. Foto keluarga, gambar binatang
dan seterusnya bisa jadi membuat rumah Anda makin indah bagi setan.
2. Menjauhkan rumah Anda dari musik
Banyak orang tidak sadar, ternyata suara ini berbahaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutnya “mizmarus syaithan” (musik setan). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mencontohkan salah satunya adalah lonceng. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
‫طادن‬ ‫س دممزشماتر اَلنشمي ش‬ ‫صنلى ات شعلشميده شوشسلنشم شقاشل دفيِ اَملشجشر د‬ ‫يِ ش‬ ‫أشنن اَلننبد ن‬
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang lonceng: musik setan. (HR. Abu Daud
2556)
Di kesempatan yang sama, malaikat penebar rahmat menghindari rumah yang dipenuhi
dengan musik. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫س‬ ‫ب ترمفقشةا دفيشها شجشر د‬ ‫صشح ت‬ ‫إدنن اَملشمشلئدشكةش شل تش م‬
“Sesungguhnya malaikat tidak akan menyertai rombongan yang di sana ada loncengnya.”
(HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, 1001).
Kita telah memahami, terjadi sikap kontradiktif antara malaikat penebar rahmat dengan setan
pembangkang. Ketika salah satunya menghindar, di saat itulah yang satunya menggantikan.
Jadikan rumah Anda seperti taman-taman malaikat penebar rahmat, bukan tempat
peristirahatan yang nyaman bagi setan.
Selamat menempati rumah baru, semoga diberkahi
Allahu a’lam
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembinan www.KonsultasiSyariah.com)
Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar pada masalah adab meminta ijin masuk
rumah. Allah telah mengaturnya secara khusus sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-
Nuur : 27-29 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum minta ijin dan memberikan salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka
janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat ijin. Dan jika dikatakan kepadamu :
“Kembali (saja)lah”; maka hendaknya kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang
tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui
apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan”.
Bahkan Allah telah memerintahkan kepada para orang tua untuk mendidik serta
membiasakan anak semenjak usia dini agar meminta ijin ketika ingin memasuki kamar orang
tuanya di tiga waktu khusus, sebagaimana firman Allah :
”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta ijin kepada kamu tiga
kali (dalam satu hari) yaitu : sebelum sembahyang shubuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang ‘Isya’. (Itulah) tiga aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain).
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana” (QS. An-Nuur : 58).
Akan tetapi bila telah menginjak usia baligh, maka ia harus meminta ijin kapan saja dan
dimana saja, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah, karena Allah telah berfirman :
”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta ijin,
seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta ijin. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nuur : 59).
Secara lebih detail, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan adab dan etika
meminta ijin melalui sunnah-sunnahnya, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Menyebutkan nama bagi orang yang meminta ijin dengan mengatakan,”Saya adalah Fulan”.
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
”Aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam maka aku mengetuk pintu. Lalu beliau
bertanya : “Siapa?”. Maka aku menjawab : “Saya”. Lalu beliau berkata : “Saya, saya”.
Sepertinya beliau tidak suka” (HR. Bukhari Muslim).
Dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
“Aku keluar pada suatu malam, ternyata ada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sedang
berjalan seorang diri. Maka aku sengaja berjalan di bawah cahaya bulan, lalu beliau menoleh
dan melihatku. Maka beliau bertanya : “Siapa ?”. Aku menjawab : “Abu Dzarr” (HR. Bukhari
Muslim).
Meminta ijin tiga kali (dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam)
Adab bagi seorang yang hendak bertamu adalah mengetuk pintu (hadits Jabir di atas) dengan
pelan/tidak terlalu keras sambil minta ijin dengan mengucapkan salam.
Dari Kildah bin Hanbal radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
”Aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa
mengucapkan salam. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Keluar dan ulangi
lagi dengan mengucapkan Assalamu’alaikum, boleh aku masuk?” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi, dan ia – yaitu Tirmidzi – berkata : Hadits hasan).
Dari Abi Musa Al-Asy’ary radliyallaahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam bersabda :
”Minta ijin masuk rumah itu tiga kali, jika diijinkan untuk kamu (masuklah). Dan jika tidak,
maka pulanglah” (HR. Muslim).
Itulah adab syar’i yang mungkin “asing” di tengah kaum muslimin. Kita tidak perlu marah
atau kesal jika pemilik rumah tidak memberi ijin dan menyuruh kita kembali pulang.
Barangkali si pemilik rumah mempunyai hajat kesibukan atau udzur, sehingga tidak bisa
melayani kedatangan tamu.
Tidak menghadap ke arah pintu
Ketika kita mengetuk pintu, dianjurkan untuk tidak menghadap ke arah pintu. Adab ini adalah
untuk menghindari terlanggarnya kehormatan muslim lainnya dengan melihat sesuatu yang
bukannya haknya untuk dilihat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
”Apabila Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi pintu/rumah seseorang, beliau
tidak berdiri di depan pintu. Akan tetapi di samping kanan atau di samping kiri. Kemudian
beliau mengucapkan : Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum” (HR. Abu Dawud).
Tidak boleh melihat ke dalam rumah
Poin ini merupakan kaitan dari poin nomor 3 di atas.
Dari Hudzail ia berkata : “Seorang laki-laki – ‘Utsman bin Abi Syaibah menyebutkan laki-
laki ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash radliyallaahu ‘anhu – berdiri di depan pintu Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk meminta ijin. Ia berdiri tepat di depan pintu. – Utsman
bin Abi Syaibah mengatakan : Berdiri mengahadap pintu – . Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata kepadanya :
”Menyingkirlah dari depan pintu, sesungguhnya meminta ijin itu disyari’atkan untuk menjaga
pandangan mata” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
”Sekiranya ada seseorang yang mengintip rumahmu tanpa ijin, lalu engkau melemparnya
dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tidak ada dosa atasmu” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Inilah beberapa adab Islam dalam minta ijin masuk rumah yang ana coba himpun. Masih
banyak yang belum tertulis secara detail, namun setidaknya inilah pokok-pokoknya. Semoga
bermanfaat,….. dan yang lebih penting lagi : Semoga Allah mempermudah kita untuk
melakukannya serta mencintai sunnah-sunnahnya shallallaahu ‘alaihi wasallam.
SUNNAH-SUNNAH YANG BERKAITAN DENGAN KELUAR MASUK RUMAH

Oleh
Syaikh Khalid al Husainan

Imam An-Nawawy berkata : "Sangat dianjurkan untuk mengucapkan bismillah dan memperbanyak
dzikir kepada Allah dan kemudian memberi salam."

[1]. Dzikir kepada Allah


Dzikir kepada Allah ketika masuk rumah berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Apabila seorang memasuki rumahnya kemudian dzikir kepada Allah ketika akan masuk dan
ketika akan makan maka syaitan berkata : "Aku tidak akan bermalam di tempat kalian dan tidak akan
makan malam" [HR. Muslim no. 2018]

[2]. Mengucapkan Doa Masuk Rumah.


Berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Allahumma innii as-aluka khairan al-mawlaji wa khaira al-makhraji bismillah wa lajna wa bismillahi
kharajnaa wa 'alaa rabbinaa tawaklanaa"

"Artinya : Ya, Allah sesungguhnya aku memohon kepada Mu kebaikan ketika masuk dan kebaikan
ketika keluar. Dengan menyebut nama Allah kami masuk dan kami keluar. Dan hanya kepada Rabb
kami, kami bertawakal"
Kemudian dia memberi salam kepada keluarganya (di rumah)" [HR Abu Dawud] [1]

Sehingga, ia merasa hanya bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika masuk dan keluar
rumah. Dengan demikian, terjadilah hubungan yang terus menerus antara hamba dengan Allah.

[3]. Bersiwak

"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila masuk ke rumahnya beliau memulai dengan
bersiwak" [HR. Muslim no. 253]

[4]. Mengucapkan Salam


Berdasarkan firman Allah Ta'ala.

"Artinya : Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu
memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam
yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik." [An-Nuur: 61]

Maka jika seseorang hendak memasuki rumahnya setiap kali selesai mengerjakan shalat fardhu di
masjid kemudian menjalankan sunnah-sunnah tersebut maka jumlah total keseluruhan sunnah
tersebut dalam sehari semalam berjumlah 20 sunnah.

Sedangkan ketika keluar dari rumah maka merupakan sunnah untuk mengucapkan :

"Artinya : Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan
kecuali dengan (pertolongan) Allah"

Dikatakan ketika itu : "Engkau telah dicukupi, dipelihara, diberi petunjuk dan kemudian syaitanpun
menjauhimu" [HR. Abu Dawud no. 5095, At-Tirmidzi no. 3426]

Seorang muslim dalam kesehariannya berulang kali keluar dari rumahnya, seperti keluar untuk sholat
di masjid, keluar untuk kerja, memenuhi kebutuhan rumah tangga. Maka setiap keluar rumah
hendaklah mengikuti sunnah ini maka akan mendapatkan kebaikan yang sangat agung dan pahala
yang besar.

Faedah Mengikuti Sunnah Tersebut Ketika Keluar Dari Rumah :

[1]. Seorang hamba akan mendapatkan kecukupan dari apa-apa yang membuat cemas/kuatir dari
urusan dunia dan akhiratnya.

[2]. Seorang hamba akan mendapatkan perlindungan dari setiap kejahatan dan apa-apa yang dibenci
baik berasal dari jin maupun manusia

[3]. Seorang hamba akan mendapatkan hidayah. Dan hidayah itu lawan dari kesesatan.

Maka semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu di seluruh aktivitasmu baik yang sifatnya
keagamaan maupun keduniawian.

[Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000
Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
_________
Seringkali kita melihat di tengah masyarakat terdapat kebiasaan selamatan ketika memasuki
rumah baru. Berbagai ritual pun dilakukan baik dengan pembacaan surat tertentu secara
jama’i, tahlilan, atau bahkan yang berbau syirik pun ada yang dilakukan. Sudah barang tentu
hal ini perlu kita tinjau secara syari’at apakah semacam itu dibenarkan? Semoga pembahasan
berikut ini dapat bermanfaat bagi pengunjung rumaysho.com sekalian.
Bid’ah dalam Adat Kebiasaan
Bid’ah –yaitu ibadah yang jauh dari tuntunan Islam- biasa kita temukan dalam hal ibadah.
Yaitu ibadah tersebut dilakukan dengan tatacara, penetapan waktu, penetapan jumlah dan
penetapan tempat tanpa mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bid’ah dalam
masalah ibadah-lah yang biasa dicela dalam hadits, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س شعلشميده أشممترشنا فشهتشو شردد‬
‫شممن شعدمشل شعشملا لشمي ش‬
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut
tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Namun sebenarnya adat kebiasaan bisa juga terdapat bid’ah yaitu ketika dalam adat dimasuki
amalan tertentu tanpa adanya tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau adat
kebiasaan tersebut dicampuri ibadah dan dilakukan pada waktu atau tempat tertentu tanpa
adanya dasar sama sekali. Sebagaimana kita dapat melihat pada perkataan Asy Syatibi
rahimahullah yang telah ma’ruf, beliau berkata dalam kitabnya al I’tishom. Bid’ah dalam
masalah adat adalah,
‫صتد دبالطندرميِقشدة اَلنشمردعيندة‬
‫ك شعلشميشها شما يِتمق ش‬
‫صتد دبالبَسلتمو د‬
‫ضادهيِ اَلنشمردعينةش يِتمق ش‬
‫طدرميِقشةد دفيِ اَلددميِدن تممختششرشعدة تت ش‬
‫ش‬
“Suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil) dan menyerupai syari’at (ajaran
Islam), yang dimaksudkan ketika melakukan (adat tersebut) adalah sebagaimana niat ketika
menjalani syari’at (yaitu untuk mendekatkan diri pada Allah).”[1]
Dari sini kita dapat melihat bahwa jika adat dicampur dengan ibadah yang tidak dituntunkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ini dapat dikatakan bid’ah.
Bid’ah dalam Acara Memasuki Rumah Baru
Sebagaimana ilmu yang kami dapat dari site Syaikh Sholih Al Munajjid “Al Islam Sual wa
Jawab” atau “Islam Question and Answer”, beliau -hafizhohullah- menjelaskan demikian,
‫ أو‬، ‫ ول قراَءة سور مخصوصة‬، ‫ أو فيِ أي ركن منها‬، ‫ل يِشرع عند اَلنتقال إلى مسكن جديِد اَلذاَن فيِ أركانه اَلربعة‬
. ‫ حيث ل دليل على شيِء من ذلك فيِ اَلسنة‬، ‫تلوة أوراَد معينة‬
“Tidak disyariatkan ketika seseorang pindah ke kediaman baru untuk adzan di empat tiang
rumah atau di salah satunya, tidak disyariatkan pula membaca surat-surat tertentu atau
membaca dzikir-dzikir tertentu ketika itu, karena tidak ada dalil dalam sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal tersebut.”[2]
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah pernah memberikan penjelasan,
‫ وهكذاَ قصد‬، ‫ أو سورة فيِ زمان أو مكان أو لحاجة من اَلحاجات‬، ‫ بقراَءة آيِة‬، ‫ اَلتخصيص بل دليل‬: ‫ومن اَلبدع‬
‫اَلتخصيص بل دليل‬
“Di antara bid’ah adalah mengkhususkan amalan tertentu tanpa adanya dalil, atau
mengkhususkan membaca surat tertentu di waktu, tempat tertentu atau pada hajatan tertentu.
Demikianlah niatan mengkhususkan amalan tertentu tanpa adanya dalil.”[3]
Jika seseorang membaca Al Qur’an -khususnya surat Al Baqarah- di rumah dengan tujuan
untuk mengusir setan, maka itu tidaklah mengapa, namun hal ini tidak dikhususkan ketika
memasuki rumah baru. Dalil anjuran untuk membaca surat Al Baqarah adalah hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ت اَلندذى تتمقشرأت دفيده تسوشرةت اَملبشقششردة‬
‫طاشن يِشمنفدتر دمشن اَملبشمي د‬
‫لش تشمجشعتلواَ بتتيوتشتكمم شمشقابدشر إدنن اَلنشمي ش‬
“Janganlah menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan akan lari
dari suatu rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah” (HR. Muslim no. 780).
Namun ingat, hadits ini bukan memaksudkan untuk memasuki rumah baru. Jika kita ingin
mengkhususkan membaca surat Al Baqarah atau surat lainnya ketika memasuki rumah baru,
maka sudah barang tentu harus butuh dalil. Sedangkan tidak ada satu pun dalil yang
menunjukkan adanya bacaan surat tertentu ketika itu. Karena suatu amalan tidaklah diterima
kecuali dengan mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bagaimana dengan Acara Makan-Makan Sebagai Tanda Syukur Ketika Memasuki
Rumah Baru?
Adapun untuk acara makan-makan (diistilahkan dengan walimahan[4]) dalam rangka syukur,
maka ini tidak ada masalah karena acara makan-makan bukanlah masuk dalam kategori
ibadah mahdhoh (ibadah murni), beda halnya dengan shalat dan membaca al Qur’an. Acara
makan-makan semacam ini juga dapat memupuk ukhuwah antar tetangga dan sesama
muslim, serta dapat berbagi kebahagiaan ketika itu.
Disebutkan dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah,
‫ث تسترودر أشدو اَمنددشفا د‬
‫ع ششرر‬ ‫ شكبشقديندة اَملشولشئددم اَلندتيِ تتشقاتم لدتحتدو د‬، ‫اَملشودليشمةت لدملبدشنادء تممستششحبنةد‬
“Acara makan-makan untuk rumah baru itu dianjurkan sebagaimana walimah (acara makan-
makan) lainnya (seperti pada pernikahan) yang di mana walimahan tersebut dilakukan untuk
berbagi kebahagiaan atau menghilangkan suatu bahaya (rasa tidak senang dari lainnya).”[5]
Namun perlu diberi catatann penting di sini, bahwa acara makan-makan ini bukanlah
dimaksudkan untuk mendatangkan keselamatan bagi penghuni rumah atau bukan untuk
mendatangkan keberkahan. Acara makan-makan ini dilakukan hanya sebagai tanda syukur
atas adanya kediaman baru tersebut.
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah pernah ditanya mengenai sembelihan yang dilakukan untuk
menyelesaikan pembangunan rumah. Beliau rahimahullah menjawab,
“Hal ini butuh perincian. Jika sembelihan tadi dimaksudkan untuk mengusir jin atau untuk
maksud lain dari si pemilik rumah, yaitu diyakini bahwa sembelihah ini dapat mendapatkan
keselamatan demikian dan demikian, maka seperti ini tentu saja tidak dibolehkan, hal ini
termasuk bid’ah. Jika sembelihan tersebut disembahkan kepada jin, maka ini bisa jadi syirik
akbar karena termasuk menyerahkan suatu ibadah kepada selain Allah.
Adapun jika sembelihan tersebut dilakukan dalam rangka syukur atas nikmat Allah karena
telah dimudahkan dalam pembangunan rumah, lalu si pemilik rumah mengundang kerabat,
tetangga untuk makan-makan, maka seperti ini tidaklah mengapa. Inilah yang seringkali
dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka bersyukur atas nikmat Allah karena Dia telah
memberikan kemudahan untuk memiliki rumah baru tanpa mesti menyewa lagi. Semisal hal
ini adalah ketika seseorang mengajak kerabat dan tetangganya selepas pulang dari perjelanan
jauh. Ia mengundang mereka untuk bersyukur pada Allah atas nikmat keselamatan yang
diberikan selama perjalanan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah melakukan
hal serupa. Ketika beliau pulang dari safar (perjalanan jauh), beliau menyembelih hewan dan
mengundang yang lainnya untuk menikmati sembelihan tersebut.”[6]
Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohullah menerangkan,
“Tidak mengapa melakukan acara makan-makan ketika ingin memasuki rumah baru yaitu
dengan mengundang sahabat dan kerabat karena seperti ini adalah dalam rangka berbagi
kebahagiaan. Namun jika acara ini dilaksanakan dengan keyakinan dapat mengusir jin, maka
ini yang tidak dibolehkan. Ini adalah keyakinan syirik dan pemahaman yang rusak. Jika
acara makan-makan semacam ini hanyalah adat kebiasaan, maka hukum asalnya tidak
mengapa.”[7]
Penutup
Intinya, hendaklah pemilik rumah baru bersyukur pada Allah atas kediaman baru yang ia
peroleh. Jadikanlah rumah baru tersebut sebagai ladang kebaikan dan ibadah serta tempat
berdzikir pada Allah. Janganlah jadikan tempat tersebut sebagai tempat kehancuran karena
diisi dengan maksiat. Lakukanlah hal-hal di kediaman baru tersebut yang bisa mendatangkan
ridho Allah dan di sini tidak perlu dikhususkan dengan amalan tertentu (do’a bersama,
bacaan surat, tahlil, dzikir atau wiridan tertentu) ketika ingin memasukinya. Namun
ada amalan shalat yang bisa dilakukan ketika ingin memasuki rumah, yaitu shalat dua raka’at.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih,
‫صدل شرمكشعتشميدن‬
‫ك فش ش‬ ‫ج اَلبَسمودء شوإدشذاَ شدشخمل ش‬
‫ت إدشلى شممندزلد ش‬ ‫ك دممن شممخشر د‬‫صدل شرمكشعتشميدن يِشممنششعاند ش‬ ‫ت دممن شممندزلد ش‬
‫ك فش ش‬ ‫إدشذاَ شخشرمج ش‬
‫ك دممن شممدشخدل اَلبَسمودء‬
‫يِشممنششعاند ش‬
“Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini
akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki
rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan
yang masuk ke dalam rumah.” (HR. Al Bazzar, hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash
Shohihah no. 1323)
Shalat dua raka’at ketika memasuki atau keluar rumah berlaku setiap saat, bukan hanya
ketika memasuki rumah baru. Shalat ini bisa dilakukan dengan satu niat dengan shalat
rawatib atau shalat sunnah lainnya. Karena yang dimaksud hadits di atas, lakukanlah shalat
dua raka’at –apa saja- ketika memasuki atau keluar dari rumah.
Selain itu, semoga Allah menjadikan rumah tersebut dijadikan rumah yang berkah. Setiap
harinya, isilah dengan memperbanyak tilawah Al Qur’an (secara lafazh atau makna melalui
kitab tafsir), perbanyaklah shalat sunnah dan bacaan dzikir di dalamnya. Rumah yang berkah
adalah yang selalu diisi dengan ibadah. Semoga Allah selalu memberkahi.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Panggang-GK, 29 Jumadits Tsani 1431 H (12/06/2010)


Artikel www.rumaysho.com
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal

You might also like