You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia kontruksi di Indonesia semakin tahun mengalami perkembangan yang
pesat, begitu juga terhadap jenis material dan elektroda pun mengalami
perkembangan yang signifikan karena menyesuaikan kebutuhan pada industri.
Hal tersebut memicu beberapa supplier untuk mengembangkan produk yang
mereka produksi sesuai dengan permintaan yang ada di industri. Beberapa
supplier pun memiliki pengkodean atau merk dagang untuk tiap produk yang
mereka pasarkan dengan spesifikasi/klasifikasi yang sama berdasarkan
standart/code.
Elektroda E7016 adalah salah satu klasifikasi dari spesifikasi SFA 5.1 yang
digunakan pada standart ASME/AWS yang mana elektroda tersebuat adalah
elektroda untuk material carbon steel dengan proses pengelasan SMAW (Shielded
Metal Arc Welding). Kobe Steel adalah salah satu supplier elektroda yang
memproduksi E7016, namun mereka membuat pengkodean/ merk dagang sendiri
yang dimaksudkan untuk mempermudah penyebuatan jenis elektroda ketika
dipasarkan. Kobe Steel memproduksi 3 jenis elektroda E7016 yaitu LB-52U, LB-
26, dan LB-52, dari harga pasaran tiap elektroda berbeda mulai LB-52U dengan
harga perkilo Rp 39.000, LB-26 dengan harga perkilo Rp 36.500, dan LB-52
dengan harga perkilo Rp 33.500.
Di salah satu perusahaan fabrikasi swasta untuk pengelasan root pada material
SA 36 menggunakan elektroda LB-52U dengan alasan lebih bagus. Hal demikian
membuat penulis mempunyai pemikiran mencari alasan yang lebih ilmiah untuk
penggunaan LB-52U dari pada menggunakan LB-26 atau LB-52 yang
klasifikasinya sama yaitu E7016 dari SFA 5.1. karna jika perusahaan tersebut
menggunakan elektroda LB-26 atau LB-52 akan menghemat pengeluaran untuk
pembelanjaan elektroda.
Maka dari itu penulis akan mengangkat pokok bahasan perbedaan jenis
elektroda menjadi penelitian tugas akhir yang diharapkan akan memberikan solusi
yang dapat digunakan sebagai acuan pekerjaan pengelasan baik di industri
maupun di institusi. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kualitas
hasil lasan terbaik khususnya pada root terhadap radiografi, struktur mikro,
struktur kimia, serta hasil root bending.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Bagaimana pengaruh elektroda LB-52U,LB-52,LB-26 pada pengelasan
root terhadap pengujian radiografi?
2. Bagaimana pengaruh elektroda LB-52U,LB-52,LB-26 pada pengelasan
root terhadap pengujian struktur mikro?
3. Bagaimana pengaruh elektroda LB-52U,LB-52,LB-26 pada pengelasan
root terhadap pengujian struktur kimia?
4. Bagaimana pengaruh elektroda LB-52U,LB-52,LB-26 pada pengelasan
root terhadap pengujian root bending?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui cacat yang ada didalam weld metal pada proses
pengelasan root.
2. Untuk mengetahui struktur micro yang ada didalam weld metal pada
proses pengelasan root.
3. Untuk mengetahui struktur kimia yang ada didalam weld metal pada
proses pengelasan root
4. Untuk mengetahui kekuatan root saat terkena beban bending yang ada
didalam weld metal pada proses pengelasan root.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan :
1. Bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan dan mengimplementasikan
ilmu–ilmu yang didapatkan selama perkuliahan di jurusan teknik
pengelasan.
2. Bagi industri, dari hasil yang didapatkan bisa menjadi referensi untuk
menggunakan elektroda mana yang cocok dan tepat penggunaannya untuk
pengelasan pada root,khususnya pada material plat SA-36.
3. Bagi institusi, masalah yang diangkat pada Tugas Akhir dapat dijadikan
sebagai referensi pengetahuan untuk adik kelas yang akan meneliti
perbandingan elektroda.

1.5 Batasan Masalah


Karna adanya keterbatasan yang di miliki penulis dan untuk mencegah
meluasnya pembahasan, maka penulis membuat suatu batasan masalah yakni
sebagai berikut:
1. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat SA-36.
2. Metode pengelasan menggunakan metode las SMAW.
3. Menggunakan elektroda merk Kobe Steel LB-52U (Class E7016), LB-
26(Class E7016), LB-52 (Class E7016).
4. Voltage, ampere, kecepatan pada ketiga elektroda tersebut diatur sama.
5. Tebal material plat yang digunakan yaitu thickness 5 mm.
6. Pengujian dilakukan dengan metode visual test, radiography test,
metallography (micro), struktur kimia, root bending.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Elektroda LB-52U


LB-52U adalah jenis elektroda yang mempunyai kandungan hidrogen rendah
oleh sebab itu elektroda ini harus dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 300𝑜 C s/d
350𝑜 C selama 30 s/d 60 menit di dalam oven. Untuk polaritas Elektroda LB-52U
bisa AC maupun DC+. Elektroda LB-52U bisa digunakan semua posisi
pengelasan,biasanya sering dipergunakan untuk proses pengelasan pipa dan kontruksi
tangki baja dengan kuat tarik tinggi kelas 50 𝑘𝑔𝑓/𝑚𝑚2 .
Dibandingkan elektroda kandungan hidrogen rendah jenis lainnya,elektroda
LB-52U mempunyai kelebihan kestabilan nyala busur pada saat proses pengelelasan
sedang berjalan maka dari itu pengontrolan ayunan las lebih mudah dilakukan oleh
welder. Elektroda LB-52U mempunyai kode penomoran yang sama dengan LB-52
dan LB-26 yaitu E7016 akan tetapi mempunyai perbedaan pada komposisi kimia,bisa
dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Komposisi kimia pada Elektroda LB-52U


C Mn Si P S
0,08 0,86 0,64 0,012 0,010

Sedangkan untuk ukuran produksi dan kuat arus serta bentuk sambungan Elektroda
LB-52U dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.2 Ukuran yang produksi dan kuat arus Elektroda LB-52U
Diameter ( mm ) 2,6 3,2 4,0
Panjang ( mm ) 350 400 400
Kuat Arus ( Ampere ) 30-80 60-110 90-140

Tabel 2.3 dan 2.4 Bentuk sambungan yang dianjurkan untuk Elektroda dan data sifat
mekanik dari logam pengelasan LB-52U
Kampuh “V” Kampuh “V” Sambungan “T”
Jenis Sambungan
Tunggal Ganda Satu Sisi

Bentuk Sambungan

t ( mm ) 0-1 0-1 0-1


𝜃𝑜 60-70 60-70 35-50
g ( mm ) 1,5-3,5 2,0-4,0 2,5-3,5
F 3,2 dan 4,0 3,2 dan 4,0 3,2
Diameter
V 3,2 dan 4,0 3,2 dan 4,0 3,2
Elektroda
O 3,2 3,2 dan 4,0 3,2
( mm )
H.F - - 3,2

Keterangan : F = Posisi mendatar, V = Posisi Tegak, O = Posisi diatas kepala, H.F =


Posisi fillet mendatar
Tabel 2.4 Data sifat mekanik dari logam pengelasan LB-52U
Titik lumer (Yield Kekuatan tarik Regangan Nilai Charpy
Point) N/𝑚𝑚2 (Tensile Strength) (Elongation) (%) Impak pada 0° C J
(kgf/𝑚𝑚2 ) N/𝑚𝑚2 (kgf/𝑚𝑚2 ) (kgf-m)
460 (47) 550 (56) 31 110 (11)

2.2 Elektroda LB-52


Elektroda LB-52 adalah jenis elektroda yang mempunyai kandungan hidrogen
rendah oleh sebab itu elektroda ini harus dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 300𝑜
C s/d 350𝑜 C selama 30 s/d 60 menit di dalam oven. Untuk polaritas Elektroda LB-
52 bisa AC maupun DC+. Elektroda LB-52 bisa digunakan semua posisi
pengelasan,biasanya sering dipergunakan untuk proses pengelasan kapal, jembatan,
gedung, bejana tekan baja dengan kuat tarik tinggi kelas 50 𝑘𝑔𝑓/𝑚𝑚2 , dan elektroda
ini pernah dugunakan pada pembuatan bejana reaktor pertama di Jepang.
Elektroda LB-52 mempunyai kode penomoran yang sama dengan LB-52U dan LB-26
yaitu E7016 akan tetapi mempunyai perbedaan pada komposisi kimia,bisa dilihat
pada Tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5 Komposisi kimia pada Elektroda LB-52


C Mn Si P S
0,08 0,96 0,58 0,011 0,009

Sedangkan untuk ukuran produksi dan kuat arus Elektroda LB-52 dan data sifat
mekanik dari logam pengelasan LB-52 dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan 2.7 berikut:
Tabel 2.6 Ukuran yang produksi dan kuat arus Elektroda LB-52
Diameter
2,6 3,2 4,0 5,0
( mm )
Kawat
Panjang
350 350 400 450
( mm )

Posisi Datar 55-85 90-130 130-180 180-240


Kuat arus ( Ampere )
Posisi diatas
50-80 80-120 110-170 150-200
kepala

Tabel 2.7 Data sifat mekanik dari logam pengelasan LB-52


Yield point N/𝑚𝑚2 Tensile strength Elongation % Heat treatment
(Kgf/𝑚𝑚2 ) N/𝑚𝑚2 )
(Kgf/𝑚𝑚2 )
490 (50) 560 (57) 32 As weld
420 (43) 520 (53) 33 620°C/1 hr Stress
Relief Annealing

2.3 Elektroda LB-26


Elektroda LB-26 adalah jenis elektroda yang mempunyai kandungan hidrogen
rendah oleh sebab itu elektroda ini harus dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 300𝑜
C s/d 350𝑜 C selama 30 s/d 60 menit di dalam oven. Untuk polaritas Elektroda LB-
52 bisa AC maupun DC+. Elektroda LB-26 bisa digunakan semua posisi pengelasan,
biasanya sering dipergunakan untuk pekerjaan struktural yang berat, benda kerja yang
sangat keras dengan baja kadar sulfur yang tinggi dan baja karbon menengah lainnya
yang biasanya pada proses pengelasan kapal, jembatan, bejana tekan.
Elektroda LB-26 mempunyai kode penomoran yang sama dengan LB-52U
dan LB-52 yaitu E7016 akan tetapi mempunyai perbedaan pada komposisi kimia,bisa
dilihat pada Tabel 2.8 berikut :

Tabel 2.8 Komposisi kimia pada Elektroda LB-26


C Mn Si P S
0,08 0,97 0,44 0,013 0,009

Sedangkan untuk ukuran produksi dan kuat arus Elektroda LB-26 dan data sifat
mekanik dari logam pengelasan LB-26 dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan 3.1 berikut:

Tabel 2.9 Ukuran yang produksi dan kuat arus Elektroda LB-26
Diameter
2,6 3,2 4,0 5,0
( mm )
Kawat
Panjang
350 350 400 450
( mm )

Posisi Datar 55-85 100-140 140-190 190-250


Kuat arus ( Ampere )
Posisi diatas
50-80 90-130 120-180 160-210
kepala

Tabel 3.1 Data sifat mekanik dari logam pengelasan LB-26


Yield point N/𝑚𝑚2 Tensile strength N/𝑚𝑚2 Elongation %
(Kgf/𝑚𝑚2 ) (Kgf/𝑚𝑚2 )
470 (48) 540 (55) 33
2.4 Proses las SMAW (Shield Metal Arc Welding)
Proses las SMAW (Shield Metal Arc Welding) adalah las busur listrik dengan
elektroda terbungkus oleh pelindung berupa fluks, fluks yang terbakar akan mencair
dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur listrik dan
daerah las sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Panas yang digunakan
untuk mencairkan material dasar dan elektroda dihasilkan oleh lompatan ion listrik
yang terjadi antara katoda dan anoda. Las SMAW (Shield Metal Arc Welding)
banyak ditemui lapangan karna efisien, murah, dan gampang untuk
pengoprasiaannya.
Alat las SMAW (Shield Metal Arc Welding) terdiri dari sumber listrik, mesin
las, kabel arus benda kerja, kabel arus elektroda, elektroda. Dan juga alat pelindung
diri untuk welder yaitu topeng las, masker, ear plug, sarung tangan, apron kulit,
sepatu safety,skema las SMAW dan alat perlindungan diri untuk welder akan
ditunjukkan pada gambar 2.1 dan 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.1 skema proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding)
Gambar 2.2 Alat perlindungan diri untuk welder

2.5 Penetrasi
Mesin las SMAW mempunyai dua polaritas arus listriknya yaitu AC dan DC,
Tetapi polaritas DC juga terbagi dua yaitu DC EN dan DC EP.

- Polaritas AC yaitu arus listrik bolak-balik dengan penetrasi sedang


- Polaritas DC EN arus listrik searah dengan penetrasi dalam
- Polaritas DC EP arus listrik searah dengan penetrasi dangkal
Gambar 2.3 Skema polaritas DC EN, DC EP, AC

2.6 Material ASTM A 36


Baja karbon terdiri dari tiga jenis yaitu baja karbon tinggi (0.5%<C<1.7%),
baja karbon medium (0.25%<C<0.5%), baja karbon rendah (C<0.25%). Material
ASTM A 36 termasuk dalam klasifikasi baja karbon rendah, sesuai dengan mild
certificate yang ada dan standart ASTM A 36 (ASTM A 36, 2003), A 36 ini memiliki
kandungan karbon 0.15 yang akan di lihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Komposisi Kimia dan Sifat Mekanik Material ASTM A 36


C Si Mn P S Cr Ni Cu V
0.15 0.18 0.86 0.014 0.003 0.008 0.004 0.007 0,002

Yield Point (Mpa) Tensile strength (Mpa) Elongation (%)


281 448 30

Pada tabel 3.3 akan menunjukkan pengelompokan Material ASTM A 36 sebagai


berikut :
Tabel 3.3 pengelompokan material(ASME IX,2013)
Minimum Welding
Type or spesified Nominal Product
Spec. No Group
Grade Tensile P.No Composition Form
No
ksi(Mpa)
Plate, bar
A/SA-36 ... 58 (400) 1 1 C-Mn-Si
& shapes

2.7 Komposisi Kmia


1. Pengaruh Karbon (C)
Karbon merupakan unsur pengeras utama pada baja. Jika kadar karbon
ditingkatkan akan menambah kekerasan dan kekuatan tetapi sifat
elastisitas akan menurun dan kadar karbon tidak mempengaruhi daya
tahan korosi terhadap air, asam, maupun gas.

2. Pengaruh silikon (Si)


Silikon merupakan unsur paduan yang kadungan lebih dari 0,4% yang
berpengaruh menaikkan tegangan tarik, ketika silikon dibawah 0,30%
maka hal ini akan meningkatkan kekuatan tanpa menurunkan elastisitas
dan jika kandungan silikon melebihi 0,40% akan ditandai penurunan
elastisitas
3. Pengaruh Mangan (Mn)
Kandungan mangan lebih kurang 0,6% tidak mempengaruhi sifat baja,
dengan kata lain mangan tidak memberikan pengaruh yang besar pada
struktur baja dalam jumlah rendah. Penambahan mangan dalam baja
dapat dapat menaikkan kuat tarik tapi sedikit mengurangi regang,
sehingga baja dengan penambahan mangan memiliki sifat kuat dan
kenyal.
4. Pengaruh posfor (P)
Kandungan posfor pada baja yaitu meningkatkan kekuatan baja dan
ketahanan terhadap korosi, kadar maksimum posfor yaitu 0,05% dan
jika kandungan posfor meningkat, maka elastisitas dan ketahanan
terhadap benturan pada baja menurun. Biasanya kandungan posfor
tinggi sering di jumpai pada baja low-carbon.
5. Pengaruh Sulfur (S)
Sulfur adalah suatu zat yang biasanya terdapat pada baja tetapi
keberadaannya tidak begitu diinginkan karena membentuk besi sulfida
yang mempunyai titik leleh rendah dan bersifat rapuh. Kandungannya
dijaga serendah mungkin yaitu di bawah 0,05%.
6. Pengaruh Cromium (Cr)
Cromium bersifat tahan terhadap korosi maka dari itu unsur cromium
sangat di butuhkan,salain tahan terhadap korosi, unsur cromium juga
meningkatkan mampu las terhadap baja.

7. Pengaruh Nikel (Ni)


Nikel memberi pengaruh sama seperti Mn yaitu menurunkan suhu kritis
dankecepatan pendinginan kritis. Nikel membuat struktur butiran
menjadi halus dan menambah keuletan, kekuatan, ketangguhan, dan
ketahan terhadap korosi.
8. Pengaruh Vanadium (V)
Vanadium merupakan bahan tambahan untuk pekerjaan panas karena
sifatnya tahan terhadap gesekan pada temperatur tinggi dan menaikkan
titik luluh serta kekuatan baja
2.8 Posisi pengelasan
Posisi atau sikap pengelasan yaitu pengaturan posisi gerakan elektroda las.
Posisi pengelasan yang digunakan biasanya tergantung dari letak kampuh las. Posisi
pengelasan terdiri dari :

2.8.1 Posisi pengelasan dibawah tangan (down hand position)


Posisi pengelasan ini adalah posisi yang paling mudah dilakukan. Posisi ini
dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar dengan elektroda berada di atas
benda kerja.

2.8.2 Posisi pengelasan mendatar (horizontal pisiton)


Mengelas dengat posisi mendatar merupakan pengelaan yang arahnya
mengikuti arah garis horizontal. Pada posisi pengelasan ini kemiringan dan arah
ayunan elektroda harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil las-lasan.
Posisi benda kerja biasanya berdiri tegak kesamping.

2.8.3 Posisi pengelasan tegak (vertical position)


Mengelas dengan posisi tegak merupakan pengelasan yang arahnya
mengikuti arah garis vertikal. Posisi benda kerja biasanya tegak keatas.

2.8.4 Posisi pengelasa di atas kepala (over head position)


Benda kerjs terletak di atas kepala welder. Posisi ini lebih sulit
dibandingkan dengan posisi pengelasan lainnya. Posisi ini dilakukan dengan posisi
elektroda di bawah benda kerja.

2.9 Pengujian Radiografi


Uji radiografi adalah salah satu pengujian tanpa merusak yang
menggunakan sinar gamma-ray dan x-ray yang mampu menembus hampir semua
logam kecuali timbal. Di dalam pengelasan, radiografi adalah faktor penting untuk
menentukan mutu internal las-lasan secara cepat sebelum melangkah ke jenis
pengujian lainnya seperti pengujian merusak, uji etsa, uji root bending dan lainnya
sehinggah dalam penelitian ini uji radiografi bertujuan untuk melihat cacat yang ada
di dalam root, cacat dimaksud seperti incomplete peneration, slag inclusion dan lain
sebagainya. Keuntungan dan keterbatan pengujian radiografi sebagai berikut :
Keuntungan pengujuan radiografi :

1. Dapat diaplikasikan pada banyak material


2. Memperlihatkan bagian dalam material
3. Menghasilkan rekaman cacat yang permanen

Keterbatasan pengujian radiografi :

1. Metoda pengujiannya yang relatip mahal


2. Tidak bisa dipakai pada benda dengan bentuk yang rumit
3. Bahaya radiasi sinar x dan gamma jika terpapar kepada manusia

3.1 Pengujian Metalografi


Metalografi merupakan suatu metode untuk menyelidiki struktur logam
dengan menggunakan mikroskop optik dan mikroskop elektron. Sedangkan struktur
yang terlihat pada mikroskop tersebut disebut mikrostruktur. Pengamatan tersebut
dilakukan terhadap spesimen yang telah diproses sehingga bisa diamati dengan
pembesaran tertentu (William D. Callister Jr. John Wiley&Sons, 2004)
Pengamatan metalografi pada pasarnya adalah melihat perbedaan intensitas
sinar pantul permukaan logam yang dimasukkan ke dalam mikroskop sehingga terjadi
gambar yang berbeda (gelap, agak terang, terang). Dengan demikian apabila seberkas
sinar di kenakan pada permukaan spesimen maka sinar tersebut akan dipantulkan
sesuai dengan orientasi sudut permukaan bidang yang terkena sinar (PPNS, 2008)
3.2 Pengujian Bending

Pengujian bending adalah salah satu pengujian merusak digunakan untuk


mengukur kekuatan material akibat pembebanan dari hasil sambungan las, baik di
weld metal maupun di HAZ. Untuk menentukan diameter mandril ada eberapa
faktor yang harus diperhatikan sebagai berikut :

1. Tegangan luluh (yield)


2. Kekuatan tarik (tensile strength)
3. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn danC

Pengujian bending dibedakan menjadi dua untuk posisi pengambilan


spesimen yaitu transversal bending dan longitudinal bending. Transversal
bending pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan dan
pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Face bend

Face bend dilakukan pada permukaan capping yang mengalami tegangan


tarik dan root mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilihat pada
permukaan capping yang mengalami tegangan tarik. Contoh gambarnya
bisa di lihat pada gambar 2.4 berikut :
Gambar 2.4 Pengujian Bending pada face bend

2. Root bend

Root bend di dilakukan pada permukaan root yang mengalami tegangan


tarik dan capping mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilihat pada
permukaan root yang mengalami tegangan tarik. Contoh gambarnya bisa
di lihat pada gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5 Pengujian Bending pada root bend

3. Side bend

Side bend dilakukan pada sisi pengelasan. Side bend dilakukan jika
material yang dilas mempunyai ketebalan lebih dari 3/8 inch. Pengamatan
dilihat pada sisi las yang mengalami tegangan tarik. Contoh gambarnya
bisa di lihat pada gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6 Pengujian Bending pada side bend
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

Rangkaian kegiatan dan metode pengujian dalam penelitian ini dapat dilihat pada
flowchart yang ditunjukan pada Gambar 3.1 berikut :

start

Studi Literatur

Persiapan Material
Dan Alat

Pengelasan dengan Pengelasan dengan Pengelasan dengan


Elektroda LB-52U Elektroda LB-52 Elektroda LB-26

Pengujian secara Visual,


Radiografi, micro, Root Bending

Analisa Data

Kesimpulan

Finish
3.2 Studi literatur
Studi literatur meliputi pengumpulan sumber-sumber referensi dan data yang
nantinya memberika informasi lebih lengkap dalam menyelesaikan laporan
tugas akhir.

3.3 Material dan Alat


Pada tahap ini akan dilakukan persiapan specimen uji serta alat yang akan
digunakan dalam penelitian :

1. Mesin las SMAW


2. Gerinda
3. Sikat baja
4. Kacamata
5. Masker
6. Sarung tangan

Bahan yang digunakan yaitu :

1. Plate SA 36 300 mm x 150 mm


2. Elektroda LB-52U, LB-52, LB-26
3. Batu gerinda
3.3.1 Fit up
Dengan membuat bevel 60°-70° menggunakan gerinda lalu jarak gap pada
kedua material diatur sekitar 2,5 mm.
3.3.2 Proses pengelasan
Proses pengelasan dilakukan di bengkel las PPNS. Proses ini dilakukan
pada root di material SA 36 dengan tebal 5 mm. Pada penelitian ini
dilakukan dengan proses SMAW (Shield Metal Arc Welding. Proses las
SMAW dipilih menyesuaikan masalah di lapangan. Jenis sambungan yang
digunakan adalah butt joint dengan bentuk kampus single V groove.
Untuk ampere, voltage, dan kecepatan las di samakan semua pada
pengelasan ketiga elektroda

3.4 Elektroda
Pengelasan proses pengelasan SMAW dengan Elektroda LB-52U, LB-
52, LB-26 pada root.
3.5 Proses pengujian
Setelah selesai dilakukan proses pengelasan, langkah selanjutnya ialah
ujia visual fungsi untuk mengidentifikasi cacat yang terdapat pada
root. Selanjutnya dilakukan uji radiografi, struktur micro, dan root
bending.
3.5.1 Pengujian Radiografi

You might also like