You are on page 1of 6

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Jurnal
Judul : The Benefit of Interprofessional Education 10 years on
Penulis : Paul Illingworth dan Sonya Chelvanayagam
Penerbit : British Journal of Nursing
Tahun : 2017

B. Isi Jurnal
Interprofesional Education (IPE) terjadi saat dua atau lebih profesi belajar bersama,
baik dari masing-masing maupun satu sama lain, berkolaborasi untuk meningkatkan
kualitas perawatan. IPE sendiri pertama kali dikenalkan oleh seorang ahli di WHO.
Saat ini, telah banyak literatur yang membahas tentang IPE, dan sebagian besar
memfokuskan agar IPE ditanamkan sejak kurikulum tingkat sarjana. Sehingga, mahasiswa
akan lebih memahami peran profesional dirinya sekaligus menghargai peran profesional
kesehatan lainnya dan sistem dimana dia akan bekerja. Hal ini tentu dapat membantu
mencegah stereotype negatif terhadap profesi lain. Bagaimana kemudian IPE di
integrasikan ke dalam pendidikan juga bervariasi. Beberapa Universitas memperkenalkan
IPE pada awal program, dan beberapa menerapkan pada akhir program mereka.
Secara turun-temurun, karena perbedaan profesi kesehatan, maka masing-masing
bertanggung jawab terhadap pendidikan masing-masing mahasiswa profesinya. Sebagai
konsekuensi, program pendidikan ditentukan oleh masing-masing profesi atau jurusan,
sering kali tanpa meminta profesi lain dan service user atau carer input untuk membangun
kompetensi atau standar. Hal ini sering kali terjadi pada tahap pengembangan kurikulum
pada masing-masing jurusan di universitas dimana service user dan perawat terlibat.
Meskipun profesional kesehatan dan social care telah berbagi banyak keterampilan dan
nilai, program masing-masing jurusan masih tetap terpisah dan sebagian besar sedikit
melibatkan IPE. Hambatan dilaksanakannya IPE sering kali terjadi secara geografis.
Jurusan keperawatan, kebidanan, kedokteran, farmasi, dan profesional kesehatan lain tidak
selalu terletak pada satu lingkungan universitas atau mungkin tidak cukup dekat untuk
menawarkan pembelajaran inter-profesional. Sumber daya yang tersedia juga menjadi
pertanyaan, seperti kebutuhan akan ruang kelas yang lebih besar dan kesulitan dalam
pengaturan waktu.
Konteks IPE di UK (Inggris)
Meningkatnya angka penyakit kronis, populasi lansia, kesehatan mental yang
semakin difokuskan, diiringi kemajuan dan pertumbuhan teknologi kesehatan, healthcare
delivery (proses pelayanan kesehatan yang diberikan) semakin kompleks, memerlukan
kontribusi dari semua profesi, juga koordinasi dan intergrasi dari profesional kesehatan
dan social care menggunakan sebuah pendekatan multidisiplin. The Five Year Forward
View menetapkan apa yang diperlukan dari NHS saat ini dan selanjutnya, menimbang
bahwa orang hidup lebih lama dan sering kali memiliki kebutuhan kesehatan yang
kompleks dan kebutuhan akan social care, seiring dengan kemajuan dibidang kedokteran
dan teknologi.
“Foward View ini menunjukkan bagaimana pelayanan kesehatan perlu untuk
diubah, terkait dengan pasien, perawatan, dan citizen sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan mencegah sakit”.
Penyediaan pelayanan terintegrasi yang efektif di bidang kesehatan social care
dalam rumah sakit, community care, dan primary care, serta pengembangan kemitraan
yang lebih kuat dengan sektor perundang-undangan dan voluntary sector, dimaksudkan
untuk mengembangkan model perawatan yang spesifik. Model ini memahami peran
profesional yang berbeda yang bekerja dalam perawatan kesehatan social care untuk
mengembangkan kemitraan.
Berbagai organisasi bermunculan, salah satunta CAIPE di Inggris. Tujuan CAIPE ini
ialah:
 Mempromosikan dan mengembangkan IPE dan memberikan pembelajaran
melalui anggotanya
 Berkolaborasi dengan individu dan organisasi secara nasional dan internasional
dalam IPE, saling belajar dan berlatih.
Dasar Pemikiran IPE
Banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan interprofesional working. Sebagai profesi,
memerlukan standar untuk pre registration programmes untuk memastikan mahasiswanya
memiliki kesempatan belajar dengan dan dari praktisi dan social care lain. Profesional
diharapkan bisa bekerja sama dalam tim, lintas tim, dan antar tim. Profesional bisa mendapat
kesulitan ketika bekerja dalam tim, serta sering tidak memahami dan menghargai peran atau
pengetahuan profesi lain. Menghormati profesi lain inilah yang merupakan visi awal IPE.
WHO mengembangkan sebuah Framework for Action on Interprofessional Education and
Collaborative Practice, yang menetapkan IPE sebagai bentuk kolaboratif yang efektif.
Kerangka tersebut menggambarkan beberapa area dimana kolaborasi interprofesional
dibutuhkan, termasuk tindakan saat krisis, sistem dan pelayanan kesehatan, HIV/AIDS, TBC
dan malaria, serta kesehatan keluarga dan komunitas.
Medical Student cenderung memiliki pemikiran yang negatif tentang IPE. Namun, dokter
harus berlatih secara efektif dalam tim multidisiplin. Mereka perlu memiliki pemahaman dan
rasa hormat terhadap peran profesi lain.
Departemen Kesehatan juga telah menerapkan bawa mahasiswa perlu social work ketika
melakukan pembelajaran yang spesifik dan assessment, serta perlu bekerja sama dan bertukar
informasi antar disiplin ilmu.
Perkembangan Interprofessional Learning (IPL) dimana dua atau lebih belajar dari bekerja
bersama dalam praktik bukan merupakan hal baru, karena sebagian besar telah dilakukan
selama bertahun-tahun. Misalnya, perawat bekerja pada bangsal di rumah sakit, selain bekerja
dengan dokter juga berhubungan profesional lainnya, seperti terapis dan radiolografer.
Namun, pembelajaran tidak pernah diformalkan, sebagian besar hanya oportunistik.
Dari segi kebijakan, pemerintah Inggris telah memperjuangkan Interprofesional Working dan
beberapa tahun terakhir ini konsep pelayanan kesehatan terintegrasi telah diadvokasikan di
Inggris melalui Five Year Forward View.
Pelayanan terintegrasi dapat digambarkan ketika “seseorang diberikan perawatan oleh
beberapa profesional kesehatan dan social care yang berbeda, diberbagai penyedia layanan.
Sehingga, orang tersebut memiliki pengalaman pelayanan kesehatan dan social care yang
terfragmentasi, sulit untuk diakses dan tidak berdasarkan kebutuhan sekitar mereka.”
Selanjutnya terjadi perkembangan interdisipliner, yang melibatkan dua atau lebih cabang
pengetahuan. Pengaturan beberapa disiplin ilmu dalam pemeriksaan suatu topok yang
spesifik telah dikembangkan dalam lingkungan akademisi. Dengan interdisplin ada
kesempatan antar disiplin ilmu untuk berinteraksi dan mengembangkan pengetahuan yang
baru. Pengetahuan yang baru ini dapat dihasilkan melalui pengembangan pelaksanaan saat
membangun perawatan yang terintegrasi.
Format IPE
a. Penggabungan kelas
Penggabungan kelas merupakan penggabungan beberapa profesi kesehatan lain seperti
dokter, perawat, bidan belajar topik tertertu dalam satu kelas. Misalnya mempelajari
anatoni, dengan begitu mereka dapat menganalisis peran mereka masing-masing dan dapat
berkolaborasi dalam praktik. Tetapi metode ini tidak efektif dalamhal sumber daya dan
intervensinya.
b. Simulasi
Metode simulasi dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan kerjasama antar
tim serta meningkatkan kompetensi klinis dalam menyelamatkan pasien (Robertson dan
Bandali, 2008; Bridges et al, 2011). Hal tersebut dapat meningkatkan pengalaman belajar
karena membantu siswa mendapatkan keterampilan dan pengetahuan baru dengan bekerja
sama (Anderson et al, 2010).
c. Berbasis Masyarakat
IPE berbasis masyarakat melibatkan bekerja dalam tim dengan profesional kesehatan
lainnya untuk proyek tertentu dalam lingkungan perawatan masyarakat. Contohnya adalah
penelitian oleh Lawlis et al tahun 2016, pada penelitian ini meneliti 12 siswa keperawatan,
dimana mereka mempelajari terapi okupasi, perawatan lanjut usia yang fokus terhadap
nutrisi orang demensia di masyarakat. Hasilnya terdapat perubahan positif dalam sikap
siswa terhadap kerja interprofessional. Namun, perencanaan yang efektif perlu
ditingkatkan.
d. E-learning
Format lain yang berkembang adalah penggunaan e-learning. Ini mungkin paket online
yang harus diselesaikan oleh siswa atau mungkin merupakan bagian dari paket
pembelajaran. Lapkin dkk (2014) melakukan studi eksperimen semu dan menemukan e-
learning juga telah disertakan sebagai metode pengiriman IPE dalam situasi di mana
metode lain tidak memungkinkan dilakukan. Penelitian ini menemukan modul berbasis
IPL berbasis web adalah metode yang efektif
Peran Edukator
Peran pendidik adalah mendorong dan memberikan semangat agar pelaksanaan IPE
berjalan dengan efektif.
Hasil
Terdapat keterbatasan saat mencari data mengenai manfaat IPE yaitu kurangnya literatur.
Tinjauan Cochrane pada tahun 2013 menunjukkan tinjauan tersebut tidak dapat disimpulkan
secara meyakinkan bahwa IPE menghasilkan perbaikan. Hal ini terutama disebabkan oleh
kurangnya studi dan perbedaan cara mereka melakukan intervensi dan ukuran hasil yang
berbeda. Empat dari penelitian tersebut melaporkan efek negatif. Tidak ada penelitian
kualitatif yang disertakan, dan ini mungkin telah menunjukkan data yang berbeda.
Anderson dkk (2010) mengembangkan modul IPE yang terdiri dari kelompok mahasiswa
3-4 mahasiswa kedokteran dan pekerja sosial yang bekerja dengan orang-orang cacat di
rumah, rumah sakit dan lingkungan masyarakat. Mereka mengevaluasi tanggapan siswa dan
menyelesaikan sepuluh wawancara dengan pengguna jasa / perawat dan enam tanggapan
terhadap kuesioner pos dari pengguna jasa / perawat yang melaporkan bahwa mereka senang
bekerja dengan siswa dan merasa terlibat dalam proses dan dalam pendidikan.
Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan pasien setelah 3 tahun mengikuti program
ini. Pertanyaan terfokus pada dampak program terhadap pasien dan kesehatannya. Sebanyak
19 wawancara selesai dianalisis. Semua pasien melaporkan dampak positif khususnya terkait
dengan dukungan sosial, dan mereka juga melihat peran mereka sebagai salah satu mentor
dalam mengembangkan keterampilan siswa sebagai praktisi kesehatan. Sementara studi
kualitatif kecil ini menemukan laporan positif oleh pasien, tidak ada bukti yang meyakinkan
bahwa hasil kesehatan aktual membaik sebagai hasil IPE
Kesimpulan
Artikel tinjauan 10 tahun ini menegaskan kembali bahwa hanya ada sedikit bukti konklusif
untuk menunjukkan manfaat IPE yang secara khusus berkaitan dengan hasil kesehatan.
Reeves et al (2013) hanya mampu mengidentifikasi sembilan studi baru untuk periode 5
tahun. Empat dari artikel ini melaporkan empat hasil yang beragam (positif dan netral) dan
empat melaporkan 'tidak berdampak pada praktik profesional atau perawatan pasien'
Artikel umumnya menemukan bahwa siswa / peserta dan, pengguna jasa menemukan
bahwa IPE membantu memperjelas peran atau mempengaruhi sikap secara positif. Namun,
tidak ada bukti yang pasti untuk menunjukkan perbaikan pada hasil perawatan kesehatan atau
sosial. Mereka yang bekerja dan meneliti IPE harus memfokuskan kembali perhatian mereka
dan malah mengembangkan bukti yang jelas untuk dampak IPE mengenai hasil perawatan
kesehatan dan sosial karena, 10 tahun dari artikel asli penulis, manfaatnya tetap tidak jelas.

C. Pembahasan
RSUP Dr Sardjito merupakan salah satu rumah sakit pendidikan di Indonesia, telah
menerapkan IPE sebagai metode pembelajaran pada mahasiswa profesi yang sedang
menjalankan praktik klinik disana. Pelaksanaan IPE di RSUP Sardjito pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama dengan misi IPE dari WHO, yaitu agar praktikan sebagai “calon”
profesional kesehatan lebih memahami perannya dalam memberikan perawatan kepada
pasien dan memberikan pembelajaran serta nilai agar saling menghormati terhadap profesi
dan disiplin ilmu lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 24 Agustus 2017 di salah satu
Instalasi Rawat Anak RSUP Dr Sardjito, pelaksanaan IPE di rumah sakit ini pada dasarnya
sama dengan IPE yang sebutkan pada jurnal yang dibahas diatas. Sedikitnya para praktikan
yang berasal dari dua profesional kesehatan (yaitu A-Ners dan Co-Ass) dikumpulkan dalam
satu ruangan (penggabungan kelas) didampingi oleh edukator sebagai fasilitator yang
memberikan simulasi kepada praktikan agar praktikan dari masing-masing disiplin ilmu
saling berbagi pengetahuan sesuai dengan bidangnya untuk menyeesaikan permasalahan
kesehatan pasien yang dibahas pada saat itu. Dengan adanya IPE ini tentu memberi
kesempatan bagi mahasiswa profesi untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan
kerjasama antar tim serta meningkatkan kompetensi klinis dalam menyelamatkan pasien.
Kedepannya, diharapkan akan lebih banyak mahasiswa profesi dari disiplin ilmu lain yang
ikut terlibat dalam IPE ini, sehingga pengetahuan yang didapat akan semakin banyak dengan
harapan kualiatas pelayanan yang diberikan pada pasien juga meningkat.

You might also like