You are on page 1of 5

ACARA V

KULTUR MIKROSTEK

i. Tujuan.
1. Mengetahui cara penanaman mikrostek secara in vitro pada medium
buatan.
2. Mengetahui pengaruh sukrosa terhadap perkembangan tuna pada kultur
mikrostek.

ii. Dasar Teori


Kultur mikrostek bertujuan untuk menumbuhkan planlet dengan
menggunakan eksplan tunas yang dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih
1 cm. Dalam kultur mikrostek pembentukan tunas adventif dapat secara
langsung maupun tidak langsung. Kultur mikrostek dalam arti langsung artinya
tunas terbentuk dari jaringan atau organ yang ditanam sedangkan yang secara
tidak langsung artinya tunas terbentuk melalui fase kalus ( anonym 2010).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan
metode kultur jaringan secara umum sangat bergantung pada jenis media.
Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Sumber
karbohidrat yang biasanya digunakan dalam media kultur adalah sukrosa.
Glukosa dan fruktosa dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengganti
sukrosa, dimana glukosa mempunyai efektivitas yang sama dengan sukrosa
dibanding dengan fruktosa. Karbohidrat lain yang pernah dicobakan adalah
laktosa, galaktosa, rafinosa, maltosa dan pati, tetapi semua karbohidrat tersebut
umumnya mempunyai hasil yang kurang baik dibandingkan sukrosa atau
fruktosa. Konsentrasi sukrosa normal dalam media kultur berkisar antara 2 dan
3% (anonim2010).
Salah satu jenis tanaman hias yang banyak digemari masyarakat adalah
tanaman krisan (Chrysanthemum sp). Melihat besarnya minat masyarakat dan

29
30

potensi pemanfaatan krisan menyebabkan tanaman ini semakin banyak


dikembangkan dan dibudidayakan. Adapun kendala yang sering dihadapi
dalam pengembangan dan budidaya krisan adalah ketersediaan bibit. Salah satu
upaya yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bibit krisan dalam jumlah
banyak dan waktu relatif singkat adalah melalui teknik kultur jaringan.
Tanaman ini dikenal sebagai penghasil bunga dengan bentuk, rupa dan warna
yang menarik. Selain sebagai tanaman hias, krisan juga memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai penghasil obat tradisional (Rukmana dan Mulyana,
1997).
Gula atau sakarida pada umumnya diketahui berperan sebagai sumber
energi, agen osmotikum, pelindung stress dan molekul sinyal pada tanaman.
Tanaman yang sulit diperbanyak secara in-vitro, bahwa variasi rasio hormon
pertumbuhan tidak dapat mengendalikan proses perkembangan tanaman
secara in-vitro tanpa pemberian komponen lain seperti karbohidrat. Sumber
karbohidrat ini memiliki peran yang mendasar pada proliferasi tunas dan
memengaruhi pertumbuhan tunas dan ketahanan hidupnya (Priyakumari et al.,
2002).
Karbohidrat harus tersedia dalam media kultur karena sangat sedikit sel
dari jenis tanaman yang diisolasi dapat bersifat autotropik, yaitu kemampuan
menyediakan kebutuhan karbohidrat sendiri melalui asimilasi CO2 selama
proses fotosintesa. Sukrosa dalam media kultur secara cepat akan diurai
menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah yang pertama digunakan oleh
sel, diikuti oleh fruktosa. Saat media disterilisasi dengan autoclave, sebagian
sukrosa akan mengalami hidrolisa. Apabila sukrosa yang diautoklap ada
bersama komponen media lain maka proses hidrolisa akan lebih besar. Kultur
dari beberapa spesies tanaman akan tumbuh baik pada media yang sukrosanya
diautoklap dibandingkan dengan media yang sukrosanya disterilisasi dengan
filter. Hal ini dimungkinkan akan menguntungkan sel-sel karena tersedianya
glukosa dan fruktosa. Sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi
yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat
sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula
31

pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain


sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media
(anonim, 2014).
iii. Alat dan Bahan.
Alat :
1. Laminair air flow cabinet/Entkas.
2. Pinset .
3. Pisau blade.
4. Petridish.
5. Lampu spiritus.
6. Aluminium foil steril.
Bahan :
1. Media.
2. Planlet krisan.
3. Alkohol 70%.
iv. Langkah kerja :
1. Mengeluarkan planlet dari dalam botol.
2. Memotong tunas dengan ukuran 1cm.
3. Menanam tunas yang telah dipotong pada media baru yang steril.
32

v. Hasil dan Analisis


Tabel. 5. Data Pengamatan Kultur Mikrostek

Saat Presentase
Saat tumbuh
Kelompok Perlakuan tumbuh tanaman hidup
tunas
akar (%)
S1 (MS sukrosa 10 g/l
B1 H+9 _ 50%
+ BAP 1 ppm)
S2 (MS sukrosa 15 g/l
B2 H+7 _ 33,3%
+ BAP 1 ppm)
S3 (MS sukrosa 20 g/l
B3 H+8 _ 33,3%
+ BAP 1 ppm)
S4 (MS sukrosa 25 g/l
B4 H+7 _ 33,3%
+ BAP 1 ppm)

vi. Pembahasan

Pada praktikum kultur mikrostek dengan menggunakan eksplan tunas


tanaman krisan pada kelompok B1 tunas tumbuh pada hari kesembilan,
kelompok B2 tunas tumbuh pada hari tujuh, kelompok B3 tunas tumbuh pada
hari ke delapan, dan pada kelompok B4 tunas tumbuh pada hari kesembilan.
Pada pengamatan tumbuh akar dari semua kelompok tidak menunjukkan
adanya indikasi tunas tumbuh. Sedangkan presentase hidup tanaman pada
kelompok B1 50%, kelompok B2, B3, dan B4 memiliki presentase tumbuh
33,3%. Dari semua kelompok hasil yang terbaik adalah kelompok B1 karena
presentase hidupnya lebih tinggi bila dibanding dengan kelompok lain. Hal
ini disebabkan karena pada media tersebut planlet tunas mampu tumbuh
dengan baik selain itu karena penambahan sukrosa sebagai sumber energy
bagi pertumbuhan jaringan dan berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotic
media.
33

vii. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
media yang terbaik untuk pertumbuhan kultur mikrostek dengan
menggunakan planlet tunas krisan lebih baik dengan menggunakan media MS
sukrosa 10 g/l + BAP 1 ppm dengan presentase hidup 50% , ini dikarenakan
pada media tersebut planlet tunas mampu tumbuh dengan baik selain itu
karena penambahan sukrosa sebagai sumber energy bagi pertumbuhan
jaringan dan berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotic media.Sukrosa
sendiri berfungsi sebagai makanan untuk tanaman krisan, sedangkan BAP
termasuk sitokinin, sitokinin sendiri berfungsi meningkatkan pembelahan sel
pada tanaman krisan dan merangsang pertumbuhan tunas daun, sukrosa
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar pada tanaman krisan.

vii. Daftar pustaka


Anonim. 2010. Kultur Jaringan Krisan
http://hansa07.student.ipb.ac.id
Anonim. 2014. Sinopsis Kkp Teknik Kultur Jaringan Krisan Chrysanthemum.
http://hannyherze.wordpress.com
Rukmana dan Mulyana. 1997. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
http://agriculture.blogspot.com
Priyakumari et al. 2002. Teknik kultur jaringan.
http://pertanian.modern.wordpress.com

You might also like