Professional Documents
Culture Documents
Ambo adalah tempat memaklumkan sabda Tuhan. Namun sayang bahwa mayoritas
Gereja Indonesia kurang menyadari teologi Ambo. Ambo dari kata ambainein – naik ke tempat
yang tinggi. Contoh dalam Gereja kuno Mimbar sabda harus lebih tinggi dari ruang Gereja
tempat umat berada.
Teologi – Transfigurasi. Tranfigurasi terjadi di sebuah gunung yang tinggi. Allah
Tritunggal menyatakan diri-Nya dalam suatu peristiwa yang amat rahasia (awan menyelubungi
mereka). Hanya satu hal yang diminta: Inilah Puteraku terkasih, dengarkanlah Dia ! (Mrk 9:7).
Undangan ini terjadi kembali setiap Injil dibacakan. Yesus sendiri yang berbicara dengan kita
dan sikap kita adalah Mendengarkan Dia.
Teologi – Makam Yesus. Ambo juga sebagai ikon dari makam Yesus. Di makam Kristus,
kebangkitan Yesus pertama kali diwartakan – di ambo kisah paskah diwartakan. Malaikat
menggulingkan batu makam dan mewartakan kebangkitan Yesus – Di ambo Imam/Diakon
membuka evangeliarium dan mewartakan kabar paskah.Maka Eksultet dinyanyikan dari ambo
Di mana Lilin Paskah harus ditempatkan ?
Dok PPP 99 – Bisa diletakkan samping altar atau ambo. Sesuai Tradisi, Lilin paskah
harus diletakkan dekat ambo sehingga madah Paskah dinyanyikan dari Ambo
Teologi – samping Ambo. Berulang kali setelah bangkit, Kristus menampakkan diri
kepada murid-murid dan menerangkan misteri paskah menurut Kitab Suci (Luk 24:13-35; Kis
1:3)
Paulus merumuskan iman paskah dalam 1 Kor 15: 3-4). Kitab Suci memberitakan paskah. Maka
lilin Paskah lambang Kristus Cahaya Dunia pantas berada di samping ambo
Teologi – Samping Altar. Yesus yang bangkit berulang kali menampakkan diri dan
merayakan perjamuan, Ekaristi bersama para murid-Nya ( Luk 24:30; Yoh 21:13).
Liturgi Sabda
Tata Cara sebelum membaca Injil pada perayaan Ekaristi.
1. Diakon menghadap Selebran utama lalu membungkuk dan memohon berkat.
2. Kemudian menuju altar, membungkuk menghadap Evangeliarium dan berdoa
dalam hati: Ya Tuhan sucikanlah budi dan jiwaku agar mewartakan Injil Suci-Mu dengan
baik. Amin
3. Mengambil Evangeliarium dan membawanya menuju ambo dengan sedikir
terangkat.
4. Tiba di ambo, lalu dengan tenang dan lantang berseru, Tuhan sertamu
5. Ketika mengatakan, Inilah Injil Yesus Kristus….Diakon membuat tanda salib di
Evangeliarium kemudian bersama umat membuat tanda salib pada kening, bibir dan hati.
6. Setelah itu mulai membaca Injil. Kalimat pertama hendaknya dihafal supaya
pandangan bisa mengarah ke umat dan tidak terkesan membaca tetapi mewartakan.
PERUMPAMAAN
Arti. Suatu kisah duniawi yang mengandung kebenaran spiritual surgawi. Bentuk –
bentuk perumpamaan adalah sebagai berikut:
1. berupa kisah nyata – menggunakan gambaran nyata dalam kehidupan kini. Mrk
13:33
2. berupa cerita – umumnya cerita masa lampau yang umumnya berkenaan dengan
pengalaman seseorang. Luk 18:1-8
3. berupa Ilustrasi. Untuk memperlihatkan contoh yang harus dihindari dan ditiru.
Langsung pada karakter seseorang. Luk 10:30-37
Komposisi. Pertama, Gaya Bahasa tiga serangkai sering digunakan sehingga menimbulkan
kesan kurang terperinci. Kedua, penekanan akhir. Isi, pesan ada di akhir cerita bukan di awal
atau tengah. Tujuan. Mengkomunikasi pesan iman dengan cara yang jelas dan sederhana
sehingga pendengarnya dapat memahaminya dengan mudah.
2|Page
Orang Samaria seperti yang telah digambarkan menemukan tempat yang hangat di hati
setiap orang. Dia menjadi orang yang paling disukai di dalam kisah ini. Dia tahu apa yang dia
lakukan dan dia melakukannya dengan baik. Perbedaan-perbedaan suku, agama, dan derajat
tidak penting baginya. Dia melihat sesamanya yang membutuhkan pertolongan dan dia
membantunya.Sebenarnya, orang-orang Samaria bukanlah orang yang paling penuh kasih.
Kebencian mereka terhadap orang-orang Yahudi telah meletus dalam banyak cara. Misalnya,
kira-kira antara tahun 9 dan 6 SM mereka menajiskan wilayah Bait Allah untuk mencegah orang-
orang Yahudi merayakan Paskah. Mereka melakukan ini dengan menyebarkan tulang-tulang
manusia di halaman Bait Allah. Di mata orang Yahudi, orang Samaria adalah orang peranakan.
Karena kebencian yang dalam, orang-orang Yahudi tidak berhubungan dengan orang-orang
Samaria. Tetapi musafir ini, yang dikenal melalui pakaian, perkataan, dan sikapnya sebagai
seorang Samaria, menghentikan keledainya, membungkuk dengan ramah, dan membantu
sesamanya. Dia tidak bertanya apakah korban yang terluka itu orang Yahudi, Romawi, Yunani,
atau Siria. Baginya, orang yang telanjang, terluka, dan setengah mati itu adalah saudara yang
membutuhkan pertolongan. Dia siap membayar uang yang diperlukan oleh pemilik penginapan
untuk merawat orang tersebut di penginapan selama beberapa hari. Orang Samaria ini pasti
memberi pakaian juga.
Orang Samaria tersebut tidak melakukan perbuatan kasih dan kemurahan atas dasar
timbal balik. Dia dapat saja meminta pasien ini membayar kembali jumlah uang yang telah dia
keluarkan untuknya setelah dia sembuh. Dia bahkan tidak tahu apakah pasien ini akan
mengungkapkan terima kasihnya sesudah dia melihat siapa yang merawat dia. Perbuatan orang
Samaria ini menggambarkan pengorbanan yang tulus dalam hal uang, harta milik, resiko
kesehatan dan keamanan, dan banyak waktu untuk menunjukkan kasih dan perhatian yang
sungguh-sungguh. Dia memenuhi Hukum Emas. Orang terakhir yang disebutkan di dalam
perumpamaan ini adalah pemilik penginapan, yang mendapatkan sedikit perhatian. Pemilik
penginapan pasti mengenal orang Samaria itu karena sering berkunjung. Hubungan yang
dilandasi rasa percaya dan keyakinan timbal balik telah berkembang di antara mereka, yang
merupakan kesaksian yang mengesankan dari tindakan moral orang Samaria tersebut. Dia adalah
orang yang dapat diandalkan oleh pemilik penginapan. "Rawatlah dia," kata orang Samaria itu,
"Dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali."
Perkataannya sebaik emas.
Ayat 36 - 37
Yesus mengakhiri cerita ini dengan bertanya, "Siapakah di antara ketiga orang ini,
menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
Ahli Taurat itu harus mengatakan, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."
Dengan kata lain, orang Samaria itu terbukti menjadi seorang saudara bagi orang yang terluka.
Dengan nasihat, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" Yesus membiarkan ahli Taurat itu pergi.
3|Page