Professional Documents
Culture Documents
Avulsi
Avulsi adalah injuri yang melibatkan satu gigi atau lebih yang secara utuh dislokasi dari
soket dalam jangka waktu tertentu. Karena resiko aspirasi yang tinggi, kerusakan struktur
pendukung atau hilangnya gigi secara fisik, injuri ini membutuhkan perhatian khusus.
Perawatan gigi avulsi tergantung dari viabilitas serabut periodontal tersisa yang melekat pada
mempengaruhi, tersedia larutan fisiologis terbaru yang kompatibel tersedia yang dapat
mempertahankan atau menambah metabolit sel ligamen periodontal. Larutan tersebut adalah
Hank's balanced salt solution dan ViaSpan. Kedua larutan ini secara fisiologis memiliki pH
dan osmolalitas yang kompatibel. ViaSpan merupakan pilihan larutan untuk penyimpanan
Ketersedian relatif dan efektivitas biaya dari Hank's solutin menjadi pilihan kedua
pada penyimpanan gigi avulsi.Terdapat metode lain untuk menyimpan gigi yang avulsi yaitu
pada susu, saliva dan saline, namun kemampuan untuk mengisi metabolit seluler belum
didokumentasikan. Susu adalah media yang mudah didapat, dan karena waktu sangat penting,
makan digunakan sebagai pilihan alternatif dari Hank's solution atau ViaSpan. Susu hanya
mencegah kematian dari sel, maka dari itu digunakan khusunya ketika gigi berada <20 menit
diluar rongga mulut. Ligamen periodontal yang terekspos >15 menit akan kehilangan
sebagian besar metabolit sel, karena alasan ini periode waktu ekstraoral membatasi
Perawatan Avulsi
Rute Perawatan avulsi gigi dilakukan berdasarkan maturasi akar, waktu ekstraoral,
dan kesehatan umum gigi sebelum terjadi injuri. Andreasen menyatakan bahwa ada beberapa
kondisi yang harus diperhatikan dalam melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi,
3. Tidak ada pertimbangan untuk melakukan perawatan orthodonti, seperti gigi yang berjejal
4. Berapa lama gigi tersebut berada di luar soket alveolar berpengaruh terhadap indikasi
replantasi yang baik. Gigi yang berada di luar soket gusi kurang dari 30 menit merupakan
indikasi replantasi yang baik, sedangkan jika lebih dari 2 jam kemungkinan besar akan terjadi
komplikasi yaitu resorpsi dari akar gigi dan gigi akan menjadi non vital, kecuali sebelum
5. Tahap perkembangan akarnya. Ketahanan pulpa dengan akar yang belum lengkap akan
macam, yaitu avulsi dengan apeks tertutup dan avulsi dengan apeks terbuka. Penanganan
terhadap kedua jenis kondisi apeks ini dibedakan lagi sesuai dengan keadaan gigi pasca
(1) Bersihkan area dengan semprotan air, salin, atau klorheksidin. Jangan
mengekstraksi gigi. Jahit jika terdapat laserasi jaringan lunak. Kembalikan gigi pada
posisi normal baik secara klinis maupun radiografi. Gunakan alat stabilisasi fleksibel
selama 2 minggu.
(2) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(3) Inisiasi perawatan kanal akar selama 7-10 hari setelah replantasi dan sebelum
pelepasan alat stabilisasi. Gunakan kalsium hidroksida sebagai medikasi intra kanal.
(4) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi
2) Gigi direndam dalam media penyimpanan (HBSS, susu, salin, atau saliva). Waktu di luar
(1) Jika terkontaminasi, bersihkan permukaan akar dan foramen apikal dengan salin
dan simpan gigi dalam salin. Bersihkan koagulum dari soket dengan salin.
(2) Periksa soket alveolar, jika terdapat fraktur pada dindingnya lakukan reposisi
(3) Replantasi gigi perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada laserasi.
(4) Tempatkan gigi pada posisi normal baik secara klinis maupun radiografi. Gunakan
(5) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(6) Inisiasi perawatan kanal akar selama 7-10 hari setelah replantasi dan sebelum
pelepasan alat stabilisasi. Gunakan kalsium hidroksida sebagai medikasi intra kanal.
(7) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi
3) Gigi berada di luar soket lebih dari 1 jam Replantasi yang lambat memiliki prognosis
buruk. Ligamen periodontal akan mengalami nekrosis dan sulit sembuh. Tujuan pada
replantasi yang lambat adalah untuk menyiapkan perkembangan tulang alveolar agar
memfiksasi gigi yang akan direplantasi. Hasil yang biasa terjadi adalah ankylosis dan resorpsi
akar. Ankylosis yang terjadi pada anak usia di bawah 15 tahun direkomendasikan untuk
dekoronasi untuk mempertahankan alveolar ridge, ini juga dilakukan jika infraposisi mahkota
(2) Perawatan kanal akar dapat dilakukan 7-10 hari setelah replantasi
(3) Hilangkan koagulum dari soket dengan salin. Periksa soket alveolar, jika terdapat
(5) Replantasi gigi tersebut secara perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada
laserasi. Pastikan posisi sudah kembali normal secara klinis dan radiografi.
(6) Stabilisasi gigi tersebut dengan alat stabilisasi fleksibel selama 4 minggu
(7) Berikan antibiotik dan profilaksis tetanus
(8) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi
(1) Bersihkan area dengan semprotan air, salin, atau klorheksidin. Jangan
mengekstraksi gigi. Jahit jika terdapat laserasi jaringan lunak. Kembalikan gigi pada
posisi normal baik secara klinis maupun radiografi. Gunakan alat stabilisasi fleksibel
selama 2 minggu.
(2) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(3) Tujuan replantasi gigi immature pada anak adalah untuk memfasilitasi
revaskularisasi pulpa gigi, jika tidak terjadi maka perawatan saluran akar menjadi
(4) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi
2) Gigi direndam dalam media penyimpanan (HBSS, susu, salin, atau saliva). Waktu di luar
(1) Jika terkontaminasi, bersihkan permukaan akar dan foramen apikal dengan salin.
Hilangkan koagulum dari soket dengan salin lalu replantasi gigi tersebut. Selubungi
(3) Replantasi gigi perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada laserasi.
(4) Tempatkan gigi pada posisi normal baik secara klinis maupun radiografi. Gunakan
(5) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(6) Tujuan replantasi gigi immatur pada anak adalah untuk memfasilitasi
revaskularisasi pulpa gigi, jika tidak terjadi maka perawatan saluran akar menjadi
(7) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi
3) Gigi berada di luar soket lebih dari 1 jam Replantasi yang lambat memiliki prognosis
buruk. Ligamen periodontal akan mengalami nekrosis dan sulit sembuh. Tujuan pada
replantasi yang lambat pada gigi immatur adalah memelihara kontur alveolar ridge. Hasil
yang biasa terjadi adalah ankylosis dan resorpsi akar. Perawatan lanjutan penting dilakukan
pada gigi immatur sebagai tindak lanjut dari kasus ankylosis dan efek ankylosis pada
perkembangan alveolar ridge. Hal yang dapat dilakukan adalah dekoronasi untuk
mempertahankan kontur alveolar ridge, ini juga dilakukan jika infraposisi mahkota gigi lebih
dari 1mm.
(2) Perawatan kanal akar dapat dilakukan 7-10 hari setelah replantasi
(3) Hilangkan koagulum dari soket dengan salin. Periksa soket alveolar, jika terdapat
(5) Replantasi gigi tersebut secara perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada
laserasi. Pastikan posisi sudah kembali normal secara klinis dan radiografi.
(6) Stabilisasi gigi tersebut dengan alat stabilisasi fleksibel selama 4 minggu
(8) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi
Penanganan avulsi pada gigi dengan apeks yang masih terbuka disarankan
kondisi pulpa.
Pada proses penyembuhan fraktur tulang terjadi fase penyembuhan primer dan
sekunder. Pada penyembuhan primer terjadi penyembuhan pada celah dan penyembuhan
kontak. Pada penyembuhan sekunder terdiri atas penyembuhan tahap awal, kalus
kortilogenus, kalus tulang, dan remodeling. Pada penyembuhan pada celah, meskipun fiksasi
stabil pada fragmen fraktur, biasanya reduksi anatomis yang sempurna jarang terjadi. Pada
beberapa bagian segmen tulang dapat terjadi adanya celah yang kecil. Pada bagian ini akan
terjadi proses penyembuhan dalam waktu beberapa hari setelah fraktur. Pembuluh darah dari
periosteum, endosteum dan sistem havers akan menginvasi celah dan membawa sel-sel
osteoblastik mesenkim yang akan mendeposit tulang pada fragmen fraktur tanpa melalui
pembentukan kalus. Bila fragmen fraktur kurang dari 0,3 mm, akan terbentuk langsung
tulang lamelar. Sedangkan celah antara 0,5-1,0 mm akan terisi oleh “woven bone”,
selanjutnya dalam ruang trabekula akan terisi oleh tulang lamela. Dalam waktu 6 minggu
tulang lamelar akan tersusun tegak lurus terhadap fragmen fraktur, kemudian proses
remodeling akan merubah sejajar dengan sumbu tulang. Pada penyembuhan kontak, terjadi
pada fragmen fraktur yang tidak terjadi kontak. Proses ini terjadi melalui regenerasi tulang;
terjadi aktivitas osteoklas pada bagian fraktur yang menyediakan tempat untuk pertumbuhan
dan proliferasi osteoblas guna membentuk tulang baru. Rekonstruksi lengkap dari kortek
Pada tahap awal, fraktur tulang akan menimbulkan reaksi inflamasi disertai dengan
vasoaktif sehingga terjadi vasodilatasi dan oedema dalam beberapa jam. Perdarahan pada
pembuluh darah endosteum, periosteum dan sistem havers menyebabkan hematom, fragmen
tulang mengalami deposit tulang oleh sel-sel osteoblas dari periosteum, sedangkan sumsum
tulang akan mengalami degenerasi lemak. Hematoma yang terjadi mengandung eritrosit,
fibrin, makrofag, limposit, PMN, mastosit dan platelet. Platelet akan berdegranulasi
melepaskan PDGF (platelet derived growth factor), FGF(fibroblastic growth factor) yang
bersifat kemoatraktan dan mitogenik sehingga dalam waktu 8-12 jam akan terjadi proliferasi
selular lapisan luar periosteum seperti osteoblas, fibroblas dan sel kondrogenik. Terjadi
pembentukan kapiler yang bersama kolagen yang berasal dari fibroblas membentuk jaringan
granulasi. Keadaan ini memicu aktivitas sel makrofag untuk membersihkan jaringan
nekrotik.1-3 Tahap kalus kartilogenus, pada hari ketiga sampai kelima jaringan granulasi
akan berkondensasi membentuk kalus yang terjadi baik internal maupun eksternal, fibroblas
berubah menjadi kondrosit. Osteoblas bertambah banyak dan osteoklas mulai nampak. Kalus
yang terbentuk akan menstabilkan ujung fragmen fraktur sehingga menguatkan tulang. Kalus
kartilagenous terisi oleh pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan oksigen dan
mengalami kalsifikasi menjadi tulang yang tersusun acak (woven bone), selanjutnya berubah
menjadi tulang lamela pada tahap remodeling. 1-3 Terdapat beberapa jenis kalus tulang
primer, yang dikelompokkan berdasarkan pada letak atau fungsi, dan urutan pembentukannya
yaitu anchoring callus, bridging callus, sealing callus, bridging callus,uniting callus. Tahap
remodeling, osteoklas dan osteoblas merupakan sel yang sangat berperanan dalam
remodeling tulang. Dalam remodeling akan terjadi resorpsi tulang oleh osteoklas, selain akan
diferensiasi sel-sel mesenkim menjadi osteoblas untuk pembentukan tulang sehingga kontur