You are on page 1of 24

LAPORAN LABORATORIUM DIAGNOSTIK

DIAGNOSIS AVIAN INFLUENZA DENGAN METODE HA/HI

Tanggal 9 – 13 Oktober 2017

OLEH

JANNE LORENS, S.KH

C 034 171 007

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KOASISTENSI LABORATORIUM DIAGNOSTIK

Nama kegiatan : Koas Laboratorium Diagnostik Bagian Virologi

Tempat : Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros

Peserta : Janne Lorens, S.KH

Makassar, Oktober 2017

Menyetujui,

Pembimbing Koordinator
Laboratorium Diagnostik

Drh. Adryani Ris Drh. A. Magfira Satya Apada

NIP. NIP. 19850807 201012 2 008

Mengetahui,

Ketua Program PPDH FK Unhas

Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari

NIP. 19730216 199903 2 001

Tanggal Pengesahan:

Tanggal Ujian :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga dalam penulisan laporan kasus mandiri co-asistensi bidang lab
diagnostik ini penulis tidak mengalami kendala yang berarti hingga
terselesaikannya laporan ini dengan judul “Avian Influenza pada Ayam
Broiler”.
Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan laporan
mandiri ini dan berkat bantuan berbagai pihak, laporan ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Dalam kesempatan ini, penulis tulus untuk menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis sendiri umumnya dan bagi yang lainnya. Akhirnya kepada Allah jua
penulis memohon ampun, kalau sampai terjadi kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Besar harapan penulis atas masukan guna perbaikan isi
materi dari laporan ini. Semoga apa yang penulis susun bermanfaat. Amien ya
Robal’alamin.

Makassar, 8 Oktober 2017

Penulis
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Penyakit Avian Influenza adalah penyakit yang berbahaya bagi industri
peternakan ayam dan dapat berakibat fatal kepada manusia karena bersifat
zoonosis. Avian Influenza disebabkan oleh virus type A influenza yang
mempunyai host hewan unggas. Avian influenza menyerang sistem pernafasan,
pencernaan dan/atau sistem saraf. Avian influenza dapat terjadi pada hampir
semua jenis unggas, baik liar maupun yang dipelihara untuk kepentingan usaha.
Pada unggas liar/ burung liar tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan,
tetapi beberapa jenis virus influenza dapat menyebabkan sakit atau kematian pada
ayam, kalkun, dan guinea fowl (Jacob, 2009; Spackman, 2008).
Tipe virus influenza A masuk dalam famili orthomyxovirdae,
berselubung atau mempunyai kapsul dan pleomorfik dengan ukuran 80-120 nm.
Tipe virus influenza A diklasifikasikan berdasarkan subtipe serologis pada protein
utama virus, yaitu hemagglutinatinin (HA) dan neuraminidase (NA).
Hemagglutination mempunyai 16 subtipe (H1-H16), sedangkan neuraminidase
mempunyai 9 subtipe. Hemaglutination “H” dan neuraminidase “N” dapat
berkolaborasi membentuk banyak kombinasi dan sebanyak 144 kombinasi telah
ditemukan ada spesies naturalnya. (Spackman, 2008).
Avian Influenza muncul pertama kali di Itali 100 tahun yang lalu sekitar
tahun 1878 dan patogenesis yang tinggi dari avian influenza disebut “fowl
plaque”. Avian Influenza pertama kali disadari di Amerika Serikat pada tahun
1924-1925, dan terjadi lagi pada tahun 1929. Kejadian tinggi patogenic Avian
Influenza yang menjadi epidemiologi utama terjadi di Timur Laut Amerika
Serikat pada tahun 1983-1984. Butuh dua tahun untuk memusnahkannya dan
menelan biaya lebih dari 70 juta dollar. Sekitar 17 juta burung telah dimusnahkan
selama proses pemusnahan. Sejauh ini untuk mendeteksi Avian Influenza
digunakan uji serologis atau isolasi virus pada ayam yang tidak menunjukkan
gejala karakteristik nonpatogenik (Jacob, 2009).
I.2. Tujuan
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan
laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui cara mendiagnosa Avian Influenza pada ayam.
 Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk mendiagnosa ayam yang
menderita Avian Influenza.

I.3. Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan tujuan penulisan dari laporan
ini, maka didapatkan beberapa masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya,
yaitu:
 Bagaimana cara mendiagnosa Avian Influenza yang akan dilakukan pada
ayam ?
 Apa metode yang tepat yang digunakan untuk mendiagnosa Avian
Influenza pada ayam?
II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Etiologi Avian Influenza


Avian Influenza disebabkan oleh tipe virus influenza A yang
termasuk dalam famili orthomyxovirdae, berselubung atau mempunyai kapsul
dan pleomorfik dengan ukuran 80-120 nm. Tipe virus influenza A
diklasifikasikan berdasarkan subtipe serologis pada protein utama virus, yaitu
hemagglutinatinin (HA) dan neuraminidase (NA). Virus Avian Influenza
dikalsifikasikan menjadi dua kategori, yaitu Low Pathogenic Avian Influenza
(LPAI) dan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) (Spackman, 2008;
Sharma, 2017; Jacob, 2009; Hill, 2017).
b. Gejala Klinis
Tingkat keganasan dari penyakit ini mulai dari yang ringan (tidak
terlihat) hingga berakibat fatal. Beberapa turunan virus ini dapat menyerang
dengan cepat, umumnya pada ayam yang berumur muda, dan ada
kemungkinan tidak menunjukkan gejala selain kematian. Virus Avian
Influenza yang mempunyai sedikit gejala patogenik pertama kali
diidentifikasikan di Amerika Serikat pada populasi peternakan ayam rakyat.
Gejala klinis dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya umur, jenis
hewan yang terjangkit, pekerja peternakan, dan patogenesis inheren pada
beberapa jenis strain virus influenza. Gejala umum yang terjadi diantaranya
cangkang telur yang lunak, depresi atau lemah, menurunnya produksi telur,
kehilangan berat badan, sianosis pada pial/jengger, edema dan pembengkakan
pada kepala, mata, pial/jengger, diare, kelainan pada cavum nasal,
inkoordinasi, termasuk kehilangan kemampuan untuk berdiri dan berjalan,
hemoragi pada kaki dan paha, kesulitan bernafas, peningkatan tingkat
kematian pada satu kandang (Jacob, 2009; Spackman, 2008).
c. Penemuan postmortem
Lesi bervariasi tergantung pada patogenesis virus, umur ayam, tipe
peternakan, dan lain-lain. Lesi termasuk kebengkakan pada kepala dan area di
bawah paruh (jengger). Memisahkan kulit dari daging akan tampak cairan di
jaringan subcutaneus. Pembuluh darah membesar. Hemorhagi biasanya
terdapat pada trachea, proventriculus, lambung bagian bawah, dan sepanjang
usus. Pembengkakan dan pendarahan juga terjadi dibeberapa daerah lainnya
termasuk otot bagian dada dan jantung, lemak pada lambung dan perut. Ayam
muda mungkin menunjukkan gejala seperti dehidrasi dan tanpa gejala yang
jelas atau muncul sepenuhnya (Jacob, 2009).
d. Cara penularan
Virus terdapat pada feses dan lendir mata-hidung pada ayam yang
terinfeksi. Unggas air (liar maupun peliharaan) merupakan reservoir alami
utama dari virus influenza. Unggas air liar biasanya tidak meunjukkan gejala
klinis, tetapi mereka dapat menyimpan virus untuk periode waktu yang lama.
Pada beberapa kasus, unggas air liar dapat terjangkit lebih dari satu jenis
virus influenza. Sejauh ini deteksi sulit ditemukan karena tidak menunjukkan
reaksi antibodi setelah terpapar oleh virus influenza. Virus ditemukan dari air
dan materi organik dari kolam dan danau yang digunakan oleh bebek yang
terinfeksi virus. Selain itu, virus dapat menyebar melalui karkas, pupuk, atau
produk yang dihaslkan oleh peternakan. Virus juga dapat mudah menyebar
melalui manusia dan peralatan yang telah ternfeksi oleh virus avian influenza.
Avian influenza dapat menyebar melalui sepatu, baju, cangkang telur,
kendaraan, dan perlengkapan lainnya. Karena virus dapat bertahan untuk
waktu yang lama pada suhu yang tepat dan material yang membeku. Segala
benda yang telah terkontaminasi harus dibersihkan dan didesinfektan
sebelum di pindahkan dari tempat terinfeksi. Serangga dan tikus mungkin
membawa virus dari peternakan yang telah terinfeksi. Penularan tertinggi
tercatat pada tahun 1996 di China dan telah menyebar ke 56 negara.
Penelitian mengatakan bahwa perdagangan dari peternakan itu dan migrasi
burung liar merupakan faktor utama terjadi penyebaran virus Avian Influenza
(Spackman, 2008; Radin, 2017; Jacob, 2009; Hill, 2017; Marchenko, 2017).
e. Diagnosa
Deteksi dan diagnosa cepat Avian Influenza di peternakan ayam,
burung liar dan spesies lainnya untuk mengontrol penyebaran virus. Ada
banyak cara untuk mendeteksi Avian Influenza, diantaranya adalah RT-
PCR, isolasi virus, dan immunoassay antigen komersial. Keakuratan dari
jenis virus yang diisolasi dan kebutuhan untuk karakteristik virus,
mengisolasikan virus mungkin adalah metode yang harus dilakukan.
Dilapangan, deteksi antibody juga banyak digunakan untuk mengevaluasi
infeksi pertama Avian Inflenza pada burung. Tes untuk medeteksi antibodi
diantaranya adalah ELISA, agar gel immunodiffusion assay, dan
hemagglutination inhibition (HI). Masing-masing mempunyai kelebihan
serta kekurangannya masing-masing, Karena itu penting untuk
mempertimbangkan fungsi dan data yang valid. Karakterisitk dari virus
yang diisolasi dilakukan dengan dua metode yaitu klasik dan molecular.
Metode klasik menggunakan uji HI, neuraminidase inhibiton assay, dan in
vivo pada telur menjadi standard yang ditetapkan oleh World Organization
for Animal Health. Beberapa molekuler metode telah digunakan beberapa
tahun untuk mengkarakteristikan virus Avian Influenza yang telah
diisolasi. Banyak teknologi maju seperti membalikkan genetik, relatifnya
merupakan alat baru dalam mendeteksi Avian Influenza (Spackman,
2008).
f. Diagnosa Banding
Gejala klinis Avian Influenza sama pada beberapa gejala klinis
penyakit ayam lainnya. Diagnosa banding Avian Influenza yaitu infeksius
bronchitis, infeksius laryngotracheitis, fowl cholera, dan New Castle
Disease (Jacob, 2009).
g. Pengobatan
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk Avian
Influenza. Walaupun begitu, peternakan yang baik, asupan nutrisi yang
layak, dan penggunaan antibiotik spektrum luas mungkin dapat
mengurangi efek dari infeksi sekunder. Harus diingat bahwa populasi yang
sembuh dari avian influenza dapat kambuh sewaktu-waktu. Semua
bangunan harus dibersihkan dan didesinfektan setelah populasi yang
terinfeksi dimusnahkan. Litter atau pupuk harus dikomposkan sebelum
digunakan untuk digunakan pada tanaman (Spackman, 2008).
MATERI DAN METODE
 Materi :
a. Alat : - Spuit
- Pipet berskala
- Gelas Beker
- Erlenmeyer flask
- Pinset dan Gunting
- Transfer plates : microplates 96 lubang, v bottom, vol 250-
300 ul
- Micro-shaker
- Pipet : single channel 5-4µl, single channel 40-200µl,
multichannel 50 300µl dan 5-50µl
- Tip
- Freezer
- Centrifuge
- Tabung cenrifuge
- Pasteur pipette
- Pipet berskala
b. Bahan :
1. Bahan Kimia : - Larutan PBS Ph 7.2-7.4
- Larutan Alseiver’s
- Antibiotik
- Alkohol 70%
2. Bahan Biologis: - Sampel Serum Ayam
- Virus Standar/antigen
- Stok Suspensi 10% RBC Ayam Normal
- Suspensi 1% RBC Aya Normal
- Serum kontrol positifr
- Serum kontrol negative
 Persiapan :
a. Stok Suspensi RBC 10% Ayam Normal
1. Pengambilan darah dilakukan terhadap 3 (tiga) ekor ayam
normal, menggunakan spuit yang telah diisi dengan
antikoagulansia Alseiver solution (perbandingan 1:1).
2. Cuci darah tersebut dengan phospate buffered saline yaitu
dengan cara :
3. Tambahkan PBS (-) ke dalam susoensi RBC tersebut
secukupnya sampai tabung sentrifuge hampir terisi penuh
kemudian kocok perlahan-lahan dengan menggnaan Pasteur
pipette.
4. Sentrifuge selama 5-10 menit pada kecepatan 1500-2000 rpm
menggunakan sentrifuge portable
5. Buang PBS (-) dan juga lapisan leukositnya (lapisan yang
berwarna kelabu terletak diatas ermukaan RBC) dengan jalan
mengisapnya menggunakan Pasteur pipette.
6. Ulangi sebanyak 4 kali atau sampai lapisan leukositnya habis
terbuang dan PBS (-) pencuci tidak berwarna merah.
 Prosedur Pengujian
a. Pengujian HA test
- Siapkan microplate (8×12 lubang)
- Isikan PBS kesemua lubang yang masing-masing 0,025 ml.
(baris #A)
- Ambil antigen AI sebanyak 0,025 ml, lalu isikan ke lubang
kolom #1
- Encerkan antigen tersebut dengan cara mengocok 5-10 dari
lubang kolom #1 sampai lubang kolom #11, selanjutnya dari
lubang kolom #11 dibuang sebanyak 0,025 ml
- Isikan PBS sebanyak 0,025 ml ke semua lubang (kolom #1
sampai kolom #12)
- Isikan 0,025 RBC ayam normal 1% ke semua lubang
- Kocok mikroplate tersebut dengan menggunakan mikro shaker
selama ± 30 detik
- Biarkan plate tersebut di suhu ruangan sampai lubang kontrol
negatif (kolom 12) RBC-nya mengendap sempurna (±40 menit
suhu kamar atau 60 menit pada suhu 3°C).
b. Penentuan 4 HA unit
Hitung lubang yang positif terjadi aglutinasi dimulai dari
pengenceran yang paling pekat hingga hingga tidak terjadi
aglutinasi. Jika aglutinasi terakhir terjadi pada lubang #8, maka
HA unit antigen tersebut adalah 28 atau sama dengan 256. Untuk
mencari 4 HA unit yang akan digunakan dalam pengujian HI yaitu
dengan cara membagi dengan angka 4. Contoh : 256÷4=64, maka
untuk 4 HA sama dengan 64 (26).
c. Perlakuan Back Titrasi
- Siapkan microplate dan isi semua lubang degan PBS masing-
masing 0,025 ml
- Kocok antigen yang telah dianggap 4 HA unit, kemudian isikan
0,025 ml antigen tersebut hanya ke lubang A1 dan B1 saja
- Celupkan ujung 2 buah multichannel pipette kepada antigen AI
yang telah dianggap 4 HA unit kemudian tempatkan tip tersebut
dilubang A2 dan B2
- Encerkan antigen tersebut dimulai dari lubang kolom #2 s/d
kolom #5. Lakukan pengenceran antigen seperti pada perlakuan
HI test. Lubang kolom #6 dipakai untuk kontrol negatif.
- Tambahkan 0,025 ml PBS ke lubang kolom #2 s/d #6
- Kocok dengan micro-shaker
- Diamkan disuhu kamar, kemudian baca apabila pengendapan
pada lubang-lubang kontrol negatif telah mengendap sempurna
(±40 menit).
d. Pengujian HI
- Siapkan mikroplate dan isi semua lubang dngan PBS masing-
masing 0,025 ml
- Ambil serum dengan menggunakan multichanel pipette dan
tempatkan dikolom lubang #1 (baris #A s/d baris #H), lubang
kolom #12 sebagai kontrol negatif
- Encerkan seurm tersebut dari lubang kolom #1 sampai dengan
lubang kolom #11, lalu dibuang
- Tambahkan kesemua lubang antigen AI 4 HAU sebanyak 0,025
ml kecuali lubang kolom #12ditambah dengan PBS 0,025 ml
- Kocok dengan menggunakan mikro shaker selama ± 30 detik,
lalu inkubasikan disuhu ruangan selama ±30 menit
- Tambahkan RBC ayam normal 1% sebanyak 0,025 ml kesemua
lubang
- Kocok kembali plate tersebut dengan mikro shaker selama ±30
detik, lalu diinkubasi pada suhu ruangan selama ±40 menit atau
sampai lubang pada kontrol negatifnya mengendap sempurna
(OIE, 2008).
HASIL

4. 1.Gejala Klinis
Gejala klinis yang tampak pada ayam buras (kampung)
berumur 6 bulan adalah ayam terlihat lemah dan dehidrasi,
depresi, anoreksia atau penurunan nafsu makan, sering berkumpul
bersama pada sudut kandang, dan penurunan berat badan. Terjadi
kematian serentak dalam satu populasi yang berada disatu
wilayah. Populasi dalam satu wilayah berjumlah 100 ekor ayam
buras.
4.2. Perubahan Patologi Anatomi
Perubahan yang terjadi bulu terlihat kusam, jengger
berwarna kebiru-biruan/ungu, terdapat hipersalivasi/lendir yang
banyak pada nasal dan rongga mulut, terdapat hemoragi pada
trakhea, pulmo.
4.3. Pemeriksaan Lab
 Hasil Pengujian
a. Pembacaan Hasil Uji HA
Lubang yang tampak aglutinasi RBC dianggap positif HA dan
pengenceran tertinggi tanpa leleran RBC adalah 1 HA unit.
Miringkan microplate 45° untuk melihat aglutinasi. Pada
pengujian HA lubang yang tampak aglutinasi berhenti pada
lubang #8. Dengan begitu, untuk perhitungan 4 HA unit yaitu:
28 = 256 ÷ 4 = 64/ 26
b. Pembacaan Hasil Uji HI
Lubang pada plate yang memperlihatkan endapan sempuna
dengan pengenceran terendah dinyatakan sebagai titer
antibodi.
- Titer HI ≥ 4 log 2 (≥16) = Seropositif
- Titer HI < 4 log 2 (<16) = Seronegatif
Pada uji HI didapatkan hasil 0 untuk Inhibition Aglutinasi.
Semua lubang mengalami aglutinasi. Sehingga uji HI yang
dilakukan negative untuk Avian Influenza.
PEMBAHASAN
Virus Influenza type A yang menginfeksi peternakan ayam terbagi dalam
dua grup yang berbeda berdasarkan kemampuan untuk menyebabkan sakit pada
ayam. Virus yang ganas menyebabkan “fowl plaque” disebut juga dengan higly
pathogenic avian influenza (HPAI), yang mana menyebabkan tingkat kematina
meningkat hingga 100%. Virus ini telah diidentifikasi sebagai subtype H5 dan H7,
meskipun tidak semua subtype virus ini menyebabkan highly pathogenic avian
inf;uenza (HPAI). Virus lainnya dapat menyebabkan sakit yang lebih ringan,
terutama penyakit pernafasan yang dinamakan low pathogenic avian influenza
(LPAI), namun dapat diperburuk oleh infeksi atau kondisi lingkungan yang
menghasilkan lebih banyak penyakit berbahaya (Alexander, 2000).
Glikoprotein hemagglutinsi pada virus influenza diproduksi sebagai
prekursor HA0, yang dibutuhkan pada akhir translasi oleh enzyme protease inang
sebelum berfungsi dan menularkan partikel virus. Protein prekursor HA0 virus
avian influenza yang menyebabkan virulensi rendah pada peternakan ayam
mempunyai satu arginine pada proses pembelahan dan lainnya. Pembelahan virus
terbatas oleh enzym protease inang misalnya enzyme trypsin dan replikasi terbatas
pada bagian tubuh inang yang terdapat senyawa enzyme, yaitu pada saluran
pernafasan dan saluran percernaan. Virus HPAI memiliki banyak asam amino
dasar (argini dan lysine) pada salah satu pembelahan HA0 virus sebagai hasil dari
penyisipan atau penggantian enzyme dan muncul sebagai pembelahan oleh
enzyme protease, mungkin satu atau lebih dalam proses pembuatan proprotein
pada endoproteases yang terkait dengan subtilisin dimana furin adalah sumber
utamanya. Kemudian virus ini dapat bereplikasi di dalam tubuh burung/ayam,
merusak organ vital dan jaringan yang menyebabkan penyakit dan kematian
(Alexander, 2000).
Hemaglutinasi partikel protein yang terdapat pada permukaan virus
Avian Influenza mampu mengikat N-acetylneuraminic yang mengandung protein
asam pada sel darah merah unggas dan mamalia. Ketika terjadi kombinasi
tersebut, virus influenza akan muncul pada konsentrasi yang cukup tinggi jika
terdapat reaksi aglutinasi pada sel darah merah. Uji Hemagglutination (HA)
adalah tes diagnose klasik untuk menyaring kultur sel supernatant atau cairan
aminoalantois yang diambil atau dipanen dari embrio telur ayam. Uji HA bukan
uji untuk identifikasi. Beberapa virus lain (paramyxoviruses dan adenovirus) dan
bakteri tertentu juga memiliki sifat atau ciri hemaglutinasi. Uji HA harus
dilanjutkan dengan uji Hemagglutination inhibition (HI) untuk menentukan tipe
atau subtype dari virus yang dilakukan pengujian. Uji HA juga mampu untuk
mendeteksi partikel virus yang telah terdegradasi atau inaktif atau tidak lagi
menginfeksi. Pada umumnya, banyak virus yang muncul atau mengikuti bagian
virus yang diisolasi untuk dideteksi menggunakan uji HA. Dan virus yang terlalu
banyak dapat meningkatkan terjadinya kontaminasi silang di laboratorium
(Killian, 2008).
Plate uji HA sebaiknya dibaca ketika sel darah merah pada kontrol
negatif menetap di dasar lubang plate, ketika plate dimiringkan dengan sudut 45°,
sel darah merah akan memperlihatkan bentuk seperti tetesan air mata (tear drop).
Cairan yang menunjukkan hemaglutinasi negative juga akan berbentuk padat pada
dasar lubang plate . Cairan ini harus menetes bersamaan dengan cairan yang ada
pada kontrol negative. Karena 105-106 EID50/mL harus terjadi hemaglutinasi untuk
menentukan isolasi atau serum yang digunakan tidak salah karena rendahnya level
virus pada sampel serum. Sampel yang menunjukkan hemaglutinasi pada satu atau
lebih di lubang plate dianggap positif agen hemaglutinasi. Sampel positif
hemaglutinasi harus dilanjutkan dengan uji Hemagglutination inhibitons (HI)
menggunakan antibody monospesifik. Hemaglutinasi yang tidak lengkap atau
gagal dapat diamati pada dasar lubang plate yaitu tidak terjadi “teardrop”,
mempunyai batas/margin yang kabur, terdapat bentuk seperti cincin donat pada
bagian atas lubang plate. Biasanya terjadi karena terjadi ketidakseimbangan
proporsi dari sel darah merah dan partikel virus (Killian, 2008).
Sebuah panel serum disiapkan pada 16 HA yang berbeda untuk
digunakan pada uji HI untuk mengkonfirmasi hasil uji HA untuk mengenali
subtype virus AI dan mungkin digunakan untuk evaluasi antigen. Difasilitasi
menggunakan antisera yang dibuat pada virus AI dengan subtype neuraminidase
(NA) yang heterolog dengan uji virus. Ini membantu untuk menghindari reaksi
positif-palsu dari penghambatan sterik (penghambatan yang disebabkan oleh
interaksi homolog antigen neuraminidase dan antibody). Penting dalam diagnosa
dan specimen surveilens, virus AI dengan subtype HA (yang tidak diketahui)
tidak dapat dideteksi atau akan menghasilkan negatif-palsu pada tes yang
menggunakan antisera untuk mengetahui subtype HA. Oleh karena itu, penting
untuk mengkonfirmasi agen hemaglutinasi yang negatif pada uji HI (bukan virus
influenza) dengan menggunakan uji lain seperti antigen immunoassay komersial,
rRT-PCR, atau tes agar gel immunodifussi. Ketika NA tidak diketahui, gunakan
beberapa sera dengan spesifik NA subtype yang berbeda pada uji HI. Jika NA
diketahui, gunakan sera yang dibuat pada virus dengan heterolog NA subtype. Ini
dilakukan untuk menghindari hasil positif-palsu pada kedua penghambat steric
dari antibody NA. Pada ayam atau burung yang telah mendapatkan vaksin virus
AI tidak bisa menggunakan uji HI karena penghambatan dari ikatan antibody dan
protein neurasamide dapat mempengaruhi interaaki protein HA dan antibody yang
digunakan untuk uji HI (Pedersen, 2008).
Lubang plate dengan hemaglutinasi dianggap sebagai positif
hemaglutinasi atau negative untuk uji HI, lubang plate dengan formasi sel darah
merah yang terpisah-pisah dianggap sebagai negative hemaglutinasi atau positif
untuk uji HI. Untuk membedakan hemaglutinasi yang lengkap dan tidak lengkap
dapat dengan memiringkan plate hingga sudut 45° sampe 20-30 detik dan lihat
“teardrop” sel darah merah yang terbentuk. “teardrop” akan terbentuk jika terjadi
penghambatan (HI positif), lubang plate dengan sebagian penghambatan tidak
akan terbentuk “teardrop”. Sampel serum dikatakan positif AI jika hemaglutinasi
yang terhambat atau lubang yang tidak terjadi hemaglutinasi lebih dari 16 lubang
(1:8) (Pedersen, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Avian Influenza merupakan penyakit yang berbahaya bagi unggas dan
manusia karena dapat menular ke manusia (zoonosis), disebabkan oleh
orthomyxovirdae virus. Dari gejala klinis dan perubahan anatomi postmortem
menunjukkan diagnose sementara Avian Infuenza. Setelah dilakukan uji serologis
HA/HI mendapatkan hasil negative. Ini menandakan bahwa ayam tidak terinfeksi
Avian Influenza, tetapi terinfeksi penyakit lainnyam misalnya New Castle
Disease, Infectious Bronchitis, Infeksius Laryngotrachaetis.
SARAN
1. Deteksi Avian Influenza harus cepat dilakukan atau ditangani agar
penyebarannya tidak meluas,
2. Pelaporan kasus Avian Influenza harus tingkatkan untuk memudahkan
dalam penanganan Avian Influenza.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Edward M., Thomas House, dkk. 2017. The Impact Of Surveillance And
Control On Highly Pathogenic Avian Influenza Outbreaks In Poultry In
Dhaka Division, Bangladesh. US Government : US
Jacob, J.P., G.D. Butcher, F.B. Mather, dan R.D. Miles. 2009. Avian Influenza in
Poultry. Florida : University of Florida.
Marchenko, V.Yu, I.M. Susloparov, dkk. 2017. Characterization Of Avian
Influenza H5N8 Virus Strains That Caused The Outbreaks In The Russian
Federation In 2016-2017. State Scientific Center Of Virology And
Biotechnology : Rusian Federation.
Radin, M. Jennifer, Richard A. Shaffer, dkk. 2017. International Chicken Trade
And Increased Risk For Introducing Or Reintroducing Highly Pathogenic
Avian Influenza A (H5N1) To Uninfected Countries. KeAI : Infectious
Disease Modelling.
Sharma, Shivram, V.H. Badshah, Vandana Gupta. 2017. Global Dynamics Of
Highly Pathogenic Avian Influenza Epidemic Model With Vertical
Transmission Function. Chhatrapati Shahu Maharaj Shikshan Santha’s
(CSMSS) College of Polytechnic, Kanchanwadi, Aurangabad – (M.S) :
India
Spackman, Erica. 2008. Book: METHODS IN MOLECULAR BIOLOGY 436
Avian Influenza Virus. Humana Press : Athens, GA
OIE. 2008. Diagnostik Manual for Diagnostik Test dan Vaccines 4th edition.
Pedersen, Janice C. 2008. Hemagglutination-Inhibitiion Test for Avian Influenza
Virus Subtype Identificarion and the Detection and Quantitation of Serum
Antibodies to the Avian Influenza Virus. Humana Press : Athens, GA
Killian, Mary Lea. 2008. Hemagglutination Assay for the Avian Influenza Virus.
Humana Press : Athens, GA
DOKUMENTASI KASUS

Gambar 1. Pengambilan darah Gambar 3. Antigen New Castle

ayam sehat untuk membuat RBC Disease komersial

10%

Gambar 2. Pembuatan RBC 10% Gambar 4. Antigen Avian Infuenza


(H5N1) komersial
Gambar 7. Hasil uji HA, 28 = 26
Gambar 5. Uji HA

Gambar 8. Hasil uji HI 0≤16


Gambar 6. Uji HI
Gambar 9. Sianosis pada ayam Gambar 12. Hemorhagi pada
pulmo

Gambar 10. Akumulasi lendir pada


hidung dan mulut

Gambar 11. Hemorhagi pada


trachea

You might also like