Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keanekaragaman Hewan
Yang Dibina oleh Ibu Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si
Oleh Kelompok 4 :
Offering : H
1. Ajhar (160342606232)
2. Dymas Ambarwati (160342606290)
3. Lutfita Fitriana (160342606276)
4. Retno Elvinawati (160342606271)
5. Sulistya Ika Ramadhani (160342606229)
6. Tasafima Tesari (160342606218)
A. Latar Belakang
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal
sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri
yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan
terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di
antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah
digolongkan ke dalam kelas Aves.
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama
kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk
kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang
memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada
awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum
dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa
melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.Burung masa kini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk erbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap,
telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga
bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung
tetap hangat di tengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga
udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh
membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-
giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, sedangkan
hewan yang lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat
terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior.
Sayap pada aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada aves
digunakan untuk berjalan, bertengger, atau berenang, Aves telah memberikan manfaat
luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis aves seperti ayam, kalkun, angsa
dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang
penting, yakni daging maupun telurnya. Di samping itu, orang juga memelihara
aves/burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah merpati, perkutut,
murai batu dan lain-lain. Tidak terkecuali dengan elang yang kerap dipelihara pula
untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu. Banyak jenis aves/burung
telah semakin langka di alam, karena diburu manusia untuk kepentingan perdagangan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri umum dari kelas aves?
2. Bagaimana klasifikasi dari kelas aves?
3. Bagaimana morfologi dari kelas aves?
C. Tujuan
1. Mengetahui ciri umum dari kelas aves
2. Mengetahui klasifikasi dari kelas aves
3. Mengetahui morfologi dari kelas aves
BAB II
ISI
1. CIRI UMUM
Kelas Aves dan mamalia adalah vertebrata yang paling akhir mendiami bumi.
Diperkirakan 8700 spesies yang hidup tersebar diseluruh dunia, dari arktik (kutub
utara) hingga antartika (kutub selatan), baik dilautan maupun didaratan, bahkan
dikepulauan yang paling terpencil sekalipun banayak yang memiliki avifauna sendiri.
Burung gagal beradaptasi terhadap kehidupan didalam air dan bawah tanah, tidak
sebagaimana paus dan tikus mondok (mole) dari kelas mammalia. Burung juga
merupakan spesies kedua terbesar setelah kelas pisces. Burung hidup di hutan dan
padang pasir, di pegunungan dan padang rumput. Beberapa burung hidup dalam
kegelapan di dalam gua, menemukan jalannya dengan echolocation, dan spesies
lainnya menyelam ke kedalaman lebih dari 45 m untuk memangsa kehidupan akuatik.
Sebagai satu kelas, burung-burung tersebut memang sangat serupa. Ciri
burung yang paling utama adalah bulu dan paruh, walaupun banyak ciri lain yang
membedakan burung dari bentuk-bentuk kehidupan binatang umumnya. Pisces,
amfibi dan reptilia yang dibahas pada bab sebelumnya, tergantung lingkungan
eksternal sebagai sumber panas tubuh. Burung, adalah endotermis (berdarah panas),
yang menghasilkan panas tubuhnya sendiri. Burung disebut juga hewan
homoiotermis, karena burung mampu mencapai dan hidup pada ketinggian tertentu
sementara suhu tubuh konstan. Ini bukan berarti suhu tubuh burung tidak pernah
mengalami fluktuasi, contohnya burung phalaeonoptilus nuttallii yang sedang
hibernasi suhu tubuhnya dapat turun hingga - 40 𝑐. Burung kolibri (hummingbird)
diwaktu malam mempunyai suhu tubuh jauh berkurang sebagai cara untuk
mengurangi pengeluaran energi, dengan berat hanya 1,8 g, adalah salah satu
vertebrata terkecil. Alasan untuk keseragaman struktural dan fungsional yang lainnya
ialah bahwa burung berkembang untuk terbang, yang sangat membatasi
keanekaragaman morfologi, yang jauh lebih nyata pada kelas vertebrata lainnya.
Ciri - ciri umumnya adalah: berdarah panas (homoiterm), tubuh ditutupi oleh
bulu, kedua anggota gerak depan mengalami modifikasi menjadi sayap. Aves
memiliki tipe kaki bermacam-macam antara lain totipalmata, palmata, semi palmata,
passerine, zygodactyl, talonid, syndactyl, pectinat danpalmproprodactyl. Sedangkan
tarsusun dari kaki terdiri dari tipe reticulata, scutellata dan hoated. Tubuh dapat
dibedakan atas beberapa bagian, yaitu: caput, truncus dan cauda. Bagian-bagian dari
caput terdiri atas rostrum, nares, organo visus dan iris. Rostrum terbagi atas bagian
maksila dan mandibula. Rostrum aves mempunyai berbagai tipe anatara lain pipih
datar, lurus conusdan meruncing, pendek berkait, melengkung ke atas atau ke bawah,
pendek menebal, pendek biasa dan berbentuk runcing. Organo visus terdiri dari
palpebra inferior, palpebrasuperior, membran nictitans dan iris. Pada caput juga
terdapat teliga luar (meatus aesticus externus) yang ditutupi oleh bulu disebut ear
coverts. Cervix ditutupi oleh bulu kasar (plumae) yang disebut tetrices (bulu penutup
tubuh). Truncus ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap
cuaca dan berfungsi juga untuk terbang.
2. KLASIFIKASI AVES
Menurut Sukiya (2001) Kelas Aves dibagi menjadi 2 subkelas yang terdiri dari
banyak ordo yang masing-masing memiliki perbedaan karakteristik. Berikut merupakan
Klasifikasi dari Kelas Aves:
A. Subkelas Archaeonithes
Berasal dari kata archaios yang artinya kuno dan ornis artinya burung. Merupakan
burung-burung bergerigi dan termasuk spesies yang telah punah. Hidup dalam periode
Jurassik. Memiliki metakarpal yang terpisah dan tidak memiliki pigostil. Selain itu Vertebral
kaudal masing-masing dengan bulu berpasangan. Ciri-ciri lain Archaeornithes antara lain
memiliki gigi pada paruhnya, ekornya masih bertulang, serta sayapnya masih bercakar
1) Ordo Archaeopterygiformes
Contoh spesies: Archaeopteryx sp
B. Subkelas Neornithes
Berasal dari kata neos, artinya baru dan ornisn artinya burung. Neornithes merupakan
subkelas dari burung modern yang merupakan nenek moyang terbarudari semua burung
hidup (kelas Aves) dan semua keturunannya. Ciri-ciri Subkelas Neornithes antara lain:
Tulang metacarpalia bersatu membentuk carpometacarpus, jari kaki keduanya merupakan jari
terpanjang, memiliki kurang lebih 13 vertebrae caudal, mengalami perkembangan sternum yg
baik dan biasanya terdapat taju dan ekornya berbulu dan berukuran pendek.
1) Ordo Hesperornithiformes
2) Ordo Ichtyornithiformes
Ichthyornis adalah jenis awal burung dari zaman Kapur, 95-85 juta tahun yang lalu.
Spesies ini hidup di Amerika Utara oleh pantai dan makan terutama pada ikan dan daging.
Ichthyornis adalah burung laut yang mungkin sangat mirip dengan burung camar modern
dalam hal ekologi. Struktur sayap Ichthyornis kurang lebih sama dengan bentuk burung
modern yang berarti bahwa sayap yang mampu terbang dengan efisien. Sternum dari
Ichthyornis juga menunjukkan adanya perkembangan dari keel. Tulang ini akan menjadi titik
sambungan utama otot dada yang kuat yang akan memungkinkan mengepakkan sayap
berulang kaliuntuk menjaga burung di udara.
Adanya metacarpal yang menyatu dan terdapat pigostil menunjukkan bahwa
Ichthyornis bisa membuat control penerbangan lebih bagus saat di udara dibandingkan
dengan hewan primitive awal Cretaceous dan Jurassic. Paruh Ichthyornis terdiri dari beberapa
segmen yang membentuk satukesatuan. Gigi ichtyornis ini pada rahang bawah merata disisi
tepi, pada rahangatas berawal dari sisi tepi bagian tengah sampai ke belakang dan
difasilitasikan untuk menangkap mangsa seperti ikan yang berenang dipermukaan.
(Chinsamy, L. D. M. & Dobson, P. 1998)
Gambar dari kerangka tengkorak Ichtyornis
3) Ordo Sphenisciformes
Contoh spesies: Penguin
Penguin adalah burung akuatik yang termasuk dalam kategori burung yang tidak
dapat terbang serta secara umum hidup di belahan Bumi Selatan.
Umumnya penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air
lainnyayang tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat meminum
air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari
aliran darah. Tubuh penguin sangat sesuai untuk berenang dan hidup di air. Sayapnya
merupakan pendayung dan tidak mampuuntuk terbang.
Di daratan penguin menggunakan ekor dan sayapnya untuk menjaga keseimbangan
ketika berjalan. Setiap penguin memiliki warna putih disebelah dalam tubuhnya dan warna
gelap (biasanya hitam) di sebelah luar tubuh. Hal ini berguna untuk
kamuflase. Hewan pemangsa seperti singa lautdari dalam air akan sulit untuk melihat
penguin karena perutnya yang berwarna putih bercampur dengan pantulan permukaan air laut.
Sedangkan permukaan gelap pada punggungnya juga menyamarkan penguin dari pandangan
hewan pemangsa diatas air. Penguin mampu berenang dengan kecepatan 6-12 km/jam bahkan
pernah tercatat hingga 27 km/jam. (Tui, D. R., et al. 2003).
Beberapa spesies penguin adalah sebagai berikut:
1. Penguin Kaisar (Aptenodytes patagonicus)
Tinggi badan mencapai lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg. Penguin
kaisar juga memiliki kaki yang berjaring dan bulu tebal di seluruh tubuhnya yang
kedap air, dan merupakan spesies burung yang tdak dapat terbang. Namun ciri yang
paling terlihat untuk membedakan penguin kaisar dengan jenis penguin lain adalah
garis kuning samar pada bagian lehernya. Sayap yang pendek memungkinkan penguin
jenis ini untuk berenang hingga sejauh 15 km dan menyelam sampai pada kedalaman
900 kaki selama 18 menit. Oleh karena itu, ikan yang dimakannya lebih besar dari
pada yang dimakan oleh penguin-penguin dengan ukuran tubuh lebih kecil.
2. Penguin Raja (Aptenodytes forsteri)
Perbedaan antara penguin raja dengan penguin kaisar adalah pada garis kuning
yang terdapat pada leher penguin raja lebih mencolok dan membentuk lengkungan
tegas yang lebih terlihat dibandingkan dengan penguin kaisar.
3. Penguin Gentoo (Pygoscelis papua)
Gentoo adalah spesies penguin terbesar nomer tiga setelah king penguin dan
Magellan penguin dengan tinggi antara 51 cm – 90 cm dan berat antara 4,9 kg-8,5 kg.
4. Penguin Adelie (Pygoscelis adeliae)
Secara fisik penguin ini dapat dikenali dengan melihat paruhnya yang pendek
dan agak tumpul, kepala dan badan bagian belakangnya dipenuhi warna hitam, perut
berwarna putih dan lingkaran putih disekitar mata dengan tinggi maksimal adalah 75
cm.
5. Penguin Chinstrap(Pygoscelis Antarctica)
Jenis penguin ini termasuk unik dan lain dari pada yang lainnya. Keunikannya
dapat dilihat dari kepalanya yang memiliki jambul berwarna kekuningan yang
memanjang dari pangkal paruh hingga kebagian belakang kepalanya. Keunikan
lainnya adalah habitat asli penguin ini berupa kawasan yang dipenuhi tebing berbatu-
batu yang terdapat di pulau-pulau kecil disekitar Benua Antartika dan Samudra
Hindia serta Atlantik bagian selatan.
7. Penguin Mata Kuning (Megadyptes antipodes)
Penguin ini adalah penguin endemic Selandia Baru. Seperti kebanyakan
penguin lainnya, penguin ini merupakan piscivora. Penguin mata kuning adalah
spesies penguin paling langka, populasinya diperkirakan sekitar 4.000 burung
8. Penguin Magellanic (Spheniscus magellanicus)
4) Ordo Struthioniformes
Contoh spesies: Struthio camelus (burung unta)
5) Ordo Rheiformes
Contoh spesies: Rhea Americana dan Rhea Darwin
Gambar dari Rhea Americana dan Rhea Darwin (Animal Diversity Web - Rhea
americana dan Rhea pennata: Information)
Rhea adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang memiliki kaki dan leher
panjang, secara fisik rhea memiliki kemiripan dengan burung unta namun rhea lebih
berwarna abu-abu kecokelatan. Kepala, leher dan paha berbulu, bulu tak bercabang, tidak
memiliki ekor. Rhea memiliki sayap yang besar. Mereka akan membentangkan sayap ketika
berlari. Burung ini bisa mencapai tinggi lima kaki (1.7 m). Tidak seperti burung lainnya, jari
kaki rhea hanya berjumlah tiga dengan cakar yang kuat, namun ini dapat membuat mereka
berlari lebih leluasa. Rhea adalah omnivora, umumnya daun pepohonan, namun rhea juga
memakan biji, akar, buah, serangga, vertebrata kecil dan bangkai binatang.
Burung ini berasal dari Amerika Selatan. Saat ini hanya ada dua spesies, yaitu: Rhea Amerika
dan Rhea Darwin (Syerif, N. 2014).
Ada 2 spesies Rhea yang sudah diketahui manusia, yaitu Rhea Amerika (Rhea
americana) dan Rhea Darwin (Rhea pennata). Penampilan kedua spesies tersebut secara
sepintas tidak berbeda, namun rhea Darwin berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan rhea
Amerika. Bila rhea Amerika bisa mencapai tinggi maksimal 1,5 m, rhea Darwin tinggi
maksimalnya hanya sekitar 1 m kurang.
Perbedaan lainnya, habitat asli dari rhea Amerika mencakup wilayah Amerika
Selatan bagian timur dan tenggara, sementara rhea Darwin habitat aslinya berada di wilayah
Amerika Selatan bagian selatan dan barat daya. Walaupun memiliki persebaran yang berbeda,
masing-masing spesies rhea pada dasarnya memiliki habitat kesukaan yang serupa: padang
terbuka di kawasan dataran tinggi dengan rerumputan yang tinggi dan kadang-kadang disertai
beberapa pohon besar. Bukan tanpa alasan rhea memilih habitat seperti itu. Selain karena
habitat tersebut memiliki makanan yang melimpah, rerumputan yang tinggi juga membantu
rhea menyamarkan diri dengan lingkungan sekitarnya. Tak hanya itu, habitat berupa padang
terbuka membantu rhea memaksimalkan indra penglihatannya yang tajam dan
kemampuannya berlari cepat di mana rhea diketahui bisa berlari hingga mencapai kecepatan
maksimal 60 km/jam.
Rhea pada dasarnya adalah hewan herbivora di mana makanannya terdiri dari buah,
daun dan biji-bijian. Namun jika ia tidak bisa menemukan material tumbuhan makanannya,
rhea juga diketahui mau memakan serangga dan hewan-hewan kecil. Layaknya burung-
burung pemakan biji lainnya, rhea juga menelan benda-benda keras berukuran kecil semisal
kerikil untuk membantunya mencerna makanan. Saat mencari makan, rhea biasanya
membentuk kelompok kecil yang jumlahnya berkisar antara 5 - 30 ekor. Menariknya, rhea
juga diketahui mau hidup berkelompok dengan hewan-hewan herbivora lainnya di mana
kedua jenis hewan tersebut saling melindungi dan memperingatkan bila mendeteksi
keberadaan pemangsa.
Ketika musim kawin tiba di mana periode musim kawinnya cenderung bervariasi
pada rhea Amerika, musim kawin terjadi antara bulan Agustus - Januari rhea akan berkumpul
di dekat mata air, misalnya di danau atau sungai. Pada musim kawin ini pula, perilaku rhea
jantan akan berubah menjadi lebih penyendiri di mana masing-masing rhea jantan akan
mendirikan wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri. Rhea jantan lain yang memasuki
wilayahnya akan diusir, namun rhea betina akan dibiarkan masuk. Bila jantan sudah berhasil
mengumpulkan beberapa ekor betina, rhea jantan akan memulai ritual kawinnya. Pejantan
akan menari sambil mengepak-ngepakkan sayapnya di sekitar rhea-rhea betina, lalu mulai
mengawini mereka satu demi satu. Rhea-rhea betina yang sudah kawin lalu akan pergi,
sementara pejantan menunggu di wilayahnya untuk menanti betina lain yang mau kawin
denganya.
6) Ordo Casuariiformes:
Mencakup burung-burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ukuran tubuhnya besar
b. Kepala berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal
c. Bulu bercabang hampir sama panjang dengan induknya.
d. Kaki kuat dan berjari tiga, satu diantaranya bercakar runcing
e. Tidak mempunyai ekor, tidak ada bulu rectrices
f. Sayap sangat tereduksi dan hanya memiliki 7 primaries
g. Tidak mempunyai symphisis pubis dan symphisis ischiatiac.
Ordo ini mencakup dua Familia yang salah satunya ialah Casuariidae, contohnya:
Casuarius (kasuari) dan Dromaidae.
a. Family Casuariidae
Sayap yang tereduksi mempunyai 53 primaries seperti duri
Pada kepala terdapat cascue yang berfungsi sebagai pelindung dan sekaligus
mahkota. Leher tidak berbulu dan warnanya sangat indah
Bulu pada yang dewasa berwarna hitam
Jari sebelah dalam mempunyai cakar yang panjang dan tajam
Anggotanya tersebar di Queensland, Irian dan sekitarnya.
Contoh: Cassowary (Kasuari)
(Sumber: https://www.inaturalist.org/observations/738742)
b. Family Dromaidae
Sayap yang tereduksi mempunyai lebih dari 7 primaries yang tidak berbeda
dengan bulu-bulu lainnya.
Pada kepala tidak terdapat cascue, dan leher tertutup oleh bulu-bulu kecil dan
jarang menutupi kulit berwarna biru pucat.
Bulu berwarna cokelat (dewasa)
Cakar pada jari sebelah dalam tidak memanjang
Anggotanya tersebar di sebagian besar Australia. Contoh: Dromaius (emu)
(Sumber: Wikipedia.com)
7) Ordo Aepyornithiformes
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Aepyornithiformes
Family : Aepyornithidae
Spesies : Aepyornis maximus
Sumber: Internet
9) Ordo Apterygiformes
Kelompok burung yang tidak bisa terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ukuran tubuh besar
b. Paruh panjang dengan ujung runcing
c. Memiliki kaki pendek tetapi kuat dan mempunyai 4 jari. Tiga jari depan panjang, jari
belakang pendek dan agak naik. Jari mempunyai cakar
d. Tubuh membulat dengan struktur bulu tebal
e. Sayap vestigial dan tertutup sempurna oleh bulu tubuh sehingga bagian sayap
tampaknya tidak ada
f. Tidak mempunyai ekor, tidak ada rectrices.
g. Berparuh panjang dan lancip serta fleksibel, sangat unik
h. Tidak ada symphisis pubis maupun symphisis ischiatic.
Anggotanya tersebar di New Zealand, tinggi tubuhnya 0,5 m hingga 1 m. Contoh: Apteryx
(kiwi).
(Sumber: http://www.arkive.org/tokoeka/apteryx-australis/)
Memiliki ciri-ciri:
- Tungkai pendek, terletak dibagian belakang tubuh
- Ekor terdiri atas 18-20 lembar bulu yang kaku
- Jari-jari kaki berselaput
- Patella (tempurung lutut) kecil
- Pandai terbang.
- Contoh spesiesnya: Gavia immer. Hidup dirawa atau danau. Dapat ditemukan Dari
Alaska, Canada, Amerika Utara hingga ke Eropa Tengah.
(Sumber: Wikipedia.com)
Memiliki ciri-ciri:
- Leher, ekor, dan kaki pendek.
- Tiga jari kaki dipersatukan oleh selaput
- Rentang sayap lebar
- Ekor pendek bulat mengerucut
- Tipe paruh seperti botol bulat memanjang dengan paruh bagian atas ujungnya
meruncing kebawah,
- Kaki pendek berselaput
- Warna bagian punggung gelap dan warna pada bagian perut putih
Contoh: familia Diomadeidae dengan contoh spesiesnya Diomedea nigripes.
Memiliki ciri-ciri:
- Paruh panjang
- Sayap lebar
- Hidup berkoloni
- Kaki berjari 4 dan berselaput
- Warna bulu kebanyakan hitam dan putih
- Hidup di air tawar dan dipantai. Tersebar di Australia dan Indonesia Timur.
- Contoh: familia Plecanidae dengan contoh spesiesnya Pelecanus canspicillatus.
Sources, generasibiologi.com
Colius macrouru
Contoh gambar ordo
Coliiformes: Colius macrourus.
Credit: Chris Bambino
Sources, generasibiologi.com
Sources, generasibiologi.com
3. SISTEM RANGKA
Sistem rangka tubuh burung memiliki bentuk unik. Secara umum tulangnya
ringan, terutama pada spesies yang dapat terbang. Tulang besar yang mengandung
lubang berisi udara berkaitan dengan sistem pernapasan. Tulang tengkorak, sebagian
besar saling menyatu. Bagian tulang tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama
disebut kondilus oksipitalis. Rahang bagian bawah dan atas memanjang sebagai
penompang paruh. Tengkorak burung modern sangat istimewa sehingga sulit
ditemukan jejak kondisi diapsid aslinya. Tengkorak burung dibangun dengan ringan
dan sebagian besar menyatu menjadi satu bagian. Otak dan orbitnya berukuran besar
untuk menampung otak yang menggelembung dan mata besar dibutuhkan untuk
koordinasi motorik yang cepat dan penglihatan yang superior. Namun, tengkorak
merpati berbobot hanya 0,21% dari berat tubuhnya. Sedangkan tengkorak dan tulang
sayap pneumatik sangat ringan, tulang kaki lebih berat daripada mamalia. Ini
membantu menurunkan pusat gravitasi burung seperti yang dibutuhkan untuk
stabilitas aerodinamis. Gigi seluruhnya lenyap pada burung modern.
Mandibula adalah kompleks dari beberapa tulang yang berengsel untuk
memberikan tindakan bersendi ganda yang memungkinkan mulut melengkung secara
luas. Kebanyakan burung memiliki tengkorak kinetik. Pada beberapa burung, seperti
burung beo, rahang atas sangat fleksibel karena berengsel ke tengkorak. Fitur yang
paling khas dari kolom vertebral adalah kekakuannya. Rahang bawah terdiri atas 5
tulang dan bersambung dengan tulang tengkorak dengan alat quadrat yang dapat
bergerak. Orbita sangat besar dan terpisah satu sama lain oleh oleh septum interorbital
tibis, sehingga otak terdorong kebelakang. Struktur palatum burung merupakan salah
satu karakter yang digunakan dalam diagnosis kategori taksonomi.
Kolumna verebralis burung mengalami banyak adaptasi. Vertebrata servikalis
lebih banyak daripad kelompok vertebrata lain, dan jumlahnya sangat bervariasi,
fleksibel terutama karena artikulari permukaan persendian yang memungkinkan
gerakan bebas. Persendian yang demikian ini disebut herocoelous. Vertebrata torakis
anterior mampu bergerak. Bagian lumbar, sakrum, dan anterior kaudal, bersatu
dengan pelvik membentuk sinsakrum. Beberapa vertebrata caudal bebas dan
bagiandistal bersatu membentuk struktur tunggal yang disebut pigostile sebagai ekor
pendek.
Tulang iga burung bentuknya rata, dan semuanya (selain iga pertama dan
terakhir) membentuk processus uncinatus yang saling terhubung dengan tulang iga
berikutnya. Processus uncinatus berfungsi berfungsi untuk memperkuat torax dan
perlekatan otot. Sternum atau tulang dada sangat rata dan lebar sehingga memberi
permukaan cukup untuk perlekatan otot-otot yang digunakan untuk terbang. Semua
jenis burung, kecuali ratitae (burung yang tidak dapat terbang), adalah carinatae
artinya burung yang mempunyai carina sterni tempat letaknya otot-otot untuk terbang
(pectoralis mayor dan pectoralis minor). Sebagian besar tulang belakang menyatu,
tulang dada bersambung dengan perantaraan tulang iga dan ini memberikan kerangka
sangat kuat meskipun tulang itu sendiri relatif ringan. Semua itu merupakan
keuntungan bagi makhluk yang harus bergerak diudara. Tulang skapula panjang dan
ramping, korakoid pendek dan kuat, klavikula menyatu membentuk furkula.
Modifikasi rangka yang paling menyolok terjadi pada anggota badan depan.
Hanya dua unsur karpal yang ditemukan yaitu radiale dan ulnare yang masing-masing
bersambung dengan radius dan ulna. Bagian distalpergelanagan adalah susunan
tulang yang disebut karpometakarpus yang menunjukan beberapa unsur pangkal
tangan dari vertebrata lain dan metakarpal kedua, ketiga dan keempat. Empat tulang-
tulang kecil yang merupakan bekas dari tiga jari berdekatan dengan karpometakarpus.
Meskipun anggota badan belakang tidak berubah seperti anggota badan depan, namun
menunjukan beberapa kekhususan menarik.tulang betis (fibula) secara proporsional
kecil dan sebagian bersatu dengan tulang kering (tibia). Beberapa tulang pergelangan
kaki (tarsal) seperti bersatu dengan ujung distal tibia, diebut tibiotarsus. Sisa
pergelangan kaki bersatu dengan metatarsal kedua, ketiga dan keempat yang
membentuk tulang yang disebut tarsometatarsus. Bekas metataesal pertama
dihubungkan dengan tulang ini oleh ligamentum. Tidak lebih dari 4 jari kaki yang
ditemukan pada burung dan jumlah ini kadang berkurang hanya tiga dan pada burung
unta (ostrich) hanya dua.
Gambar 1 : Rangka aves
Sumber : Hickman
4. SISTEM OTOT
Sistem otot burung berbeda dalam banyak hal dari kebanyakan vertebrata
daratan lain. Otot-otot leher dan rahang menunjukan banyak spesialisasi yang
dikaitkan dengan kebiasaan makan, fungsi paruh dan mobilitas gerakan leher.
Vertebrata dibagian tubuh burung banyak yang menyatu, sehingga menyebabkan
adanya pengurangan otot dibagian dorsal. Otot perut pada burung juga kurang
berkembang, sedangkan otot sayap ekstrinsik terutama pada burung-burung yang
dapat terbang. Otot pektoralis mayor merupakan otot depresor dan berkaitan dengan
1
gerakan menurunkan sayap saat terbang. Otot pektoralis mayor ini menyusun 5 total
berat tubuh burung. Otot pectoralis minor berperan dalam mengangkat sayap pada
saat burung sedang terbang. Sistem otot yang paling kompleks dari semuanya
ditemukan di leher burung; Otot tipis dan berserabut, terjalin erat dan terbagi,
memberikan leher burung itu dengan fluktuasi vertebrata.
Otot suprakorakoid, adalah otot yang berkaitan dengan gerakan sayap keatas,
juga terletak pada sternum arah proksimal dari pektoralis mayor, dan masuk pada sisi
atas humerus. Otot deltoid dan latissimus dorsi memiliki aksi yang sama dengan
suprakoid. Pada burung kolibri, yang memiliki aksi yang sama dengan suprakoroid.
Pada burung kolibri, yang memiliki gerak sayap sangat cepat, otot lattisimus dorsi
secara proporsional besar. Bagian yang agak erat kaitannya dengan otot deltoid adalah
otot propatagialis, yang mengirimkan tendon (urat daging) kedalam petagium atau
jaringan kulit yang memanjang dari bagian pangkal sayap.
Salah satu penegang (tensor) dikenal sebagai longus, memanjang dari pangkal
humerus sepanjang batas pangkal patagium hingga pergelangan tensor yang lain
disebut brevis dan memanjang dari humerus hingga bagian dekat lengan depan.
Tensor ketiga dikenal sebagai “biseps slips”atau penegang tambahan, memanjang dari
otot bisep kesisi pangkal patagium. Meskipun ada pengurangan jumlah unsur
kerangka anggota badan bagian gelang bahu pada burung, ada sejumlah otot intrinsik
yang berkaitan dengan gerakan merunduk, membentangkan dan rotasi sayap selama
terbang. Otot-otot kedua sayap dan kaki secara umum cenderung terpusat dekat tubuh
dan masuk secara distal menurut panjangnya urat daging. Tulang kering burung
tersusun dari tendon-tendon disekitar tarsometarsus. Otot yang sangat penting pada
burung pemakan ikan adalah fleksor (pelentur) yang memungkinkan jari kaki
menangkap ikan-ikan kecil. Dari massa otot kaki utama di paha, tendon tipis tapi kuat
meluas ke bawah melalui selubung selendang ke jari kaki. Akibatnya kaki hampir
tanpa otot, menjelaskan penampilan kaki burung yang kurus dan halus. Pengaturan ini
menempatkan massa otot utama di dekat pusat gravitasi burung dan pada saat
bersamaan memungkinkan ketangkasan yang besar pada kaki yang ramping dan
ringan. Karena kaki sebagian besar terdiri dari tulang, tendon, dan kulit bersisik yang
keras, mereka sangat tahan terhadap kerusakan akibat pembekuan.
5. SISTEM SIRKULASI
Sistem sirkulasi burung sudah lebih berkembang seperti halnya pada mamalia.
Ada pemisahan sempurna antara atrium dan ventrikel sehingga antara darah vena dan
arteri terpisah, karena jantung memiliki 4 ruang yaitu atrium siniter (serambik kiri)
dan dexter (kanan) serta ventrikel sinister (bilik kiri) dan dexter (kanan). Sistem aorta
meninggalkan bilik kiri dan membawa darah ke kepala dan seluruh tubuh melalui
arkus aortikus kanan ke empat.
6. SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan burung menunjukan banyak perubahan menarik, antara lain
tidak adanya gigi. Oleh karena bibir tidak ada, maka tidak ada kelenjari bibir
(glandula labialis) dalam mulut ataupun kelenjar intermaksilaris, tetapi ada glandula
labil sublingualis. Bagian akhir esophagus membesar pada burung granivora (burung
pemakan biji-bijian), menjadi kantong disebut tembolok yang digunakan untuk
menyimpan makanan sementara.
7. SISTEM PERNAPASAN
Sistem pernafasan sangat efisien sehingga lebih rumit daripada sistem
vertebrata yang lain. Trakhea burung bukan merupakan organ penghasil suara, tetapi
untuk memodulasi nada-nada yang dihasilkan dalam sirink yang terletak di ujung
bawah trakhea. Larink membagi menjadi dua membentuk cabang tenggorokan
(bronkus) kanan dan kiri.
Ruang yang meluas pada sirink disebut tympanum dan biasanya dikelilingi
oleh cincin-cincin rawan trachea dan bronkia. Bagian yang kelihatan tulangnya
disebut pessulus, merupakan tempat dimana selaput suara (membrane semilunaris)
terletak. Membran-membran tambahan ada di ujung dorsal tiap bronkhus yang
berhubungan dengan trakea.
Kelompok burung yang memiliki trachea yang panjang umumnya mampu
meresonansi frekuensi suara yang lebih redah daripada kelompok burung yang
mempunyai trakhea lebih pendek. Angsa dan burung bangau trakheanya sangat
ekstrim dan bisa lebih panjang daripada panjang lehernya, sebab trakea bagian distal
berbelit memanjang ke bagian lekukan sternum. Hal ini diduga sebagai adaptasi
fungsional karena frekuensi suara rendah, untuk komunikasi jarak jauh.
Paru-paru burung secara proporsional kecil dan tidak mampu melakukan
ekspansi tidak seperti pada karakteristik paru-paru mamalia. Paru paru burung
dihubungkan dengan 9 sakus udara yang terletak di berbagai bagian tubuh. Udara
melewati sirkuit bronkhial ke dalam kantung udara dan kemudian kembali ke saluran
kapiler udara dalam paru-paru.
Tempat difusi udara pernafasan terjadi di paru-paru yang berjumlah sepasang
dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Selain paru-paru burung memiliki 4 pasang perluasan paru-paru yang disebut pundi-
pundi hawa atau kantung udara (saccus pneumaticus)
Pundi-pundi hawa terdapat pada pangkal leher (saccus cervicalis), rongga dada
(saccus thoracalis anterior dan posterior), antara tulang selangka atau korakoid
(saccus interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan usus atau
rongga perut (saccus abdominalis).
Sistem respirasi burung dengan berbagai kantong udara (Sumber: Store,. et al. 1983)
Pundi – pundi hawa berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak
terjadi difusi udara pernapasan. Kantung udara membuat pernapasan burung lebih
efisien.
Sistem respirasi burung dengan berbagai kantong udara (Sumber: Orr, 1976).
Fungsi pundi-pundi hawa:
1) Membantu pernapasan, terutama pada waktu terbang, karena menyimpan oksigen
cadangan.
2) Membantu mempertahankan suhu badan dengan mencegah hilangnya panas badan
secara berlebihan.
3) Membantu memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring.
4) Mengatur berat jenis (meringankan) tubuh pada saat burung terbang.
Adapun fungsi lain dari kantung udara selain untuk bantuan pernapasan,
beberapa fungsi itu adalah untuk mengurangi gesekan-gesekan antara bagian-bagian
yang bergerak ketika terbang, membantu mengurangi penurunan suhu tubuh terutama
selama terbang, meningkatkan daya apung pada burung-burung air, dan sebagai bantal
pneumatikus untuk menahan hentakan pada burung yang menyelam ke dalam air dari
udara.
Mekanisme pernapasan pada burung dibedakan menjadi dua, yaitu pernapasan waktu
istirahat dan pernapasan waktu terbang
8. SISTEM UROGENITAL
Sistem fisiologi burung secara umum sama dengan reptilian dan mamalia.
Ginjal burung tergolong tipe metanefros. Ginjal burung secara proporsional besar,
lobus tak teratur, bentuknya menyesuaikan kedalam depresi sinsakrum. Setiap ginjal
memiliki ureter (saluran kencing) yang membuka langsung kedalam ruang kloaka,
sehingga urine bercampur dengan kotoran. Satu-satunya burung yang diketahui
memiliki kemih adalah burung unta. Pada burung laut memiliki kelenjar supraorbital
yang digunakan untuk ekskresi garam dari darah secara cepat. Kelenjar tersebut
berfungsi mengeluarkan kelebihan garam yang akan dikeluarkan melalui nostrilnya.
Hal ini merupakan kemampuan adaptasi spesies burung laut karena menelan air asin,
agar tidak menyebabkan gangguan khusus pada ginjal. Burung-burung pantai, seperti
burung camar laut terlihat sering meneteskan cairan berupa larutan garam pekat dari
cuping hidungnya. Burung padang pasir seperti burung unta, kelenjar garam
memberikan pengawet atau cadangan air untuk tubuh, dengan cara membuang garam
dari system eksresi sehingga penyerapan air di kloaka menjadi lebih intensif. Sangat
sedikit burung yang mampu hidup survive tanpa air minum, berarti harus mampu
menekan terbuangnya air melalui mekanisme penyerapan kembali di dalam kloaka.
Hal ini dilakukan oleh beberapa spesies burung yang hidup di padang pasir, dan
spesies burung rawa asin dengan menaikkan jumlah lekuk-lekuk henle dalam ginjal.
Lekuk-lekuk itu berfungsi untuk menyerap air kembali. Dan dengan demikian urin
menjadi lebih pekat. Lekung henle di lapisan medulla ginjal tersebut dapat mencapai
2 atau 3 kali lipat pada spesies yang menyimpan air cadangan dari pada burung yang
minum air secara terartur.
9. SISTEM SARAF
Otak burung berkembang baik, namun berbeda dengan mamalia. Sistem saraf
pusat burung menunjukkan perkembangan lebih maju dari pada system saraf reptil.
Oleh karena burung memiliki kemampuan terbang, sehingga serebelum burung
membesar dibandingkan reptilian dan mamalia untuk ukuran tubuh yang sama. Lobus
optikus pada burung secara proporsional berukuran besar, hal ini merupakan
kecualian, nampaknya berkaitan dengan ketajaman pandang yang dimilki burung.
Korteks serebrum tidak berkembang dengan baik seperti pada sebagian mamalia.
Pada serebrum terdapat corpus striatum yang tampaknya berperan dalam mengatur
sebagian besar perilaku kompleks burung. Burung dalam berperilaku tampaknya
terlihat kombinasi antara belajar dan insting. Contohnya kicauan beberapa burung
jantan saat reproduksi sama dengan moyangnya meskipun sebelumnya tidak pernah
mendengarkan kicauan tersebut. Burung juga mengembangkan proses belajar seperti
seperti pada burung Paruspalustris dapat mengingat tempat biji-bijian
disembunyikan. Beberapa burung dapat belajar pola binatang dalam waktu kurun
beberapa hari, kemudian mengingat hal tersebut untuk kurun waktu tahunan, dan
dapat menggunakan memori tersebut serta tanda- tanda alam untuk navigasinya. Otak
burung memiliki hemisfer serebral yang berkembang dengan baik, serebelum, dan
lobus optik. Cerebellum jauh lebih besar pada burung daripada pada reptil serta
berfungsi sebagai pusat koordinasi yang penting dimana memposisikan kerja otot,
rasa keseimbangan, dan isyarat visual yang mana digunakan untuk
mengkoordinasikan gerakan dan keseimbangan.
Pic: Bagian-bagianotakburung.
Pic:
duavoveaepadabeberapajen
isburung.
c. ARANSEMEN BULU
Setelah bulu dicabuti nampak bahwa bulu dirancang pada bidang-bidang
terbatas yang disebut pterilae. Di antara pterilae ada bidang kecil pada kulit yang
kosong disebut apterilae. Ada pengecualian pada Penguin dan Kiwi, dimana bulu
ditemukan hampir pada sebagian besar bagian tubuhnya. Pterilosis atau studi
tentang bulu dan aransemennya, telah ditetapkan nama-nama bulu di berbagai
Tempat pada tubuh burung. Oleh karena luas dan bentuknya bervariasi maka perlu
diklasifikasi. Bidang utama dijelaskan sebagai berikut:
Capital tract menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke
pterilae berikutnya. Spinal tract memanjang dari atas leher ke punggung
kemudian ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau mungkin terpisah ditengah.
Ventral tract berawal di antara cabang dari rahang bawah dan memanjang turun
ke sisi ventral leher (ventral neck), yang biasanya bercabang menjadi dua bidang
lateral yang melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus.
Humeral tract adalah sepasang pterilae yang sejajar satu sama lain seperti pita
sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak. Bulu pada bidang tersebut
disebut scapular (bulu tulang belikat). Caudal tract termasuk retrices, bulu pada
ekor, biasanya panjang, kuat dan ringan.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Remiges
adalah bulu yang ringan dan kuat yang tumbuh dari batas ujung sayap. Bulu yang
menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut covert (bulu penutup), yang
meliputi covert sayap bagian atas (bulu covert primer yang paling besar, cover
sekunder), alula covert melengkapi covert lain, dan sebagian kecil bulu
permukaan atas yang menutup batas pangkal sayap disebut marginal covert.
Femoral tract meluas sepanjang permukaan luar paha dari dekat sendi lutut ke
tubuh. Crural tract menyusun sisa bidang bulu lainnya pada kaki.
d. PERGANTIAN BULU
Bulu-bulu lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu baru.
Pelepasan dan penggantian bulu disebut molting. Proses pergantian bulu mengikuti
urutan yang sangat pasti. Pegantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam masa
setahun dan umumnya diselesaikan dalam satu periode (sselama beberap minggu).
Umunya semua burung dewasa mengalami molting sekali dalam setahun,
terkecuali burung kolibri betina mempertahankan bulunya selama 2 tahun. Pergantian
bulu tahunan biasanya terjadi setelah musim perkembangbiakan, tetapi ada juga yang
mendahului musim perkembangbiakan. Faktor fisiologis bertanggung jawab terhadap
pergantian bulu belum banyak diketahui. Bahwa pergantian bulu tidak tampak nyata
terinduksi oleh tingginya dosis hormone tiroksin dari glandula tiroidea yang keliatan
lebih aktif pada saat-saat itu. Fakta menunjukan burung-burung yang mendapat
perlakuan theroidectomized (gladula tiroidea diambil) ternyata masih mengganti
bulunya. Hal ini mengindikasikan bahwa pergantian bulu burung dipengaruhi oleh
banyak faktor.
Natal plumage (bulu saat menetas). Ada beberapa spesies burung yang sama
sekali telanjang saat menetas. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu
bervariasi, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (missal pada burung
merpati atau tubuh tertutup bulu seluruhnya pada burung precocial muda (misal pada
ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan akan diganti dengan bulu baru, sebagai
berikut:
1. Juvernal plumage (bulu anak burung). Bulu yang merupakan karakteristik dari
sebagian besar burung muda. Bulu lebih sustansial daripada natal plumage. Bulu
ini pada sebagian besar burung passerine hanya bertahan beberapa minggu
kemudian sebagian atau seluruhnya akan rontok oleh pergantian bulu dan diganti
dengan,
2. First winter plumage (bulu ketika berusia setahun). Bulu ini diperoleh pada akhir
musim panas atau musim gugur dan bertahan hingga musim semi berikutnya atau
selama 12 bulan, tergantung pada spesies. Sebagian besar spesies burung, bulu
akan digantikan walaupun hanya sebagian. Bulu pengganti sebelum kawin
pertama adalah dengan,
3. First nuptial plumage (bulu kawin pertama) bulu perkembangbiakan pertama,
yang bias saja mirip atau berbeda dari bulu burung dewasa. Bulu ini pada
beberapa spesies hanya merupakan bulu tahun pertaman, ada juga bulu nuptial
diperoleh dengan pergantian bulu lengkap yang meliputi semua bulu. Bulu ini
biasanya rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama,
kemudian digantikn dengan,
4. Second winter plumage (bulu tahun kedua). Bulu ini dapat dibedakan dengan bulu
dewasa di musim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu dewasa
dimusim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun
pertama atau yang memperoleh bulu dewasa lebih dari dua tahun. Bulu ini akan
digantikan pada musim semi berikutnya dengan bulu masa kawin kedua.
Beberapa burung pantai seperti knot dan dowitcher dari bulu berwarna abu-abu
kemerahan dan putih digantikan warna-warna cemerlang. Bulu putih kontras di
musim dingin pada burung ptarmigan diganti bulu berwarna cerah di masa kawin.
Meskipun warna burung jantan dan betina dari sejumlah spesies identik, akan tetapi
secara mayoritas jantan berwarna lebih cerah terutama bulu pada masa kawin.
Pergantian bulu yang agak akeh ditemukan pada pejantan itik tertentu. Setelah
musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, burung jantan berwarna pudar
abu-abu kemerahan dan bulu pada sayappun dilepas begitu cepat sehingga untuk
sementara burung ini tidak dapat terbang. Oleh karena warna bulu pejantan menjadi
pudar, menyebabkan burung jantan tidak menarik..
e. FUNGSI BULU
Penghangat. Salah satu fungsi pokok bulu adalah penghemat panas tubuh
sebab burung adalah hewan endoterm. Lapisan udara yang ditahan di dalah
struktur bulu menjadi isolator hilangnya panas tubuh dan penetrasi dingin dari
luar. Kedalaman lapisan ini dapat dikendalikan dengan menegakkan atau
merebahkan bulu. Pada saat cuaca dingin, burung yang sedang istirahat bulunya
akan ditegakkan untuk meningkatkan lapisan isolator seperti halnya ketika kita
mengenakan pakaian lebih tebal untuk tujuan yang sama. Bila hari panas, bulu
akan direbahkan ditekan kuat ke tubuh untuk memperkecil lapisan isolator.
Perlindungan. Bulu member berbagai macam perlindungan terhadap tubuh
burung. Burung member berbagai macam perlindungan terhadap tubuh burung.
Burung yang tidak dapat terbang atau yang hanya mampu terbang terbatas,
tergantung pada kemampuan lari agar terlepas dari bahaya, akan tetapi mayoritas
burung mempercayakan diri pada kemampuan terbang pada keadaan itu. Bulu
juga member perlindungan langsung terhadap luka. Kulit seekor burung relative
tipis dibanding dengan banyak jenis vertebrata lain dan akan segera luka terkena
ranting dan cabang bila tidak tertutup bulu. Seperti diketahui bahwa itik dan angsa
hampir tidak tembus air karena rapatnya bulu-bulu penutup tubuh.
Warna bulu berperan penting dalam perlindungan banyak spesies burung.
Warna tersamar dengan tanah dari pola warna burung Caprimulgid, misalnya
elang malam, tidur di tanah terbuka di siang hari dengan tenang. Bahkan ketika
lokasi istirahat ini diketahui, pola-pola warna perlawanan yaitu warna abu-abu,
putih, coklat, dan hitam bercampur baur sehingga sulit membedakan sketsa
burung dengan latar belakangnya walaupun pengamat sudah sangat dekat. Bulu
musim dingin yang putih, jelas sebagai alat penyesuaian seperti jas musim dingin.
Ketika sedang mengadakan studi warna bulu burung di museum mungkin
lebih mudah dan jelas, namun dalam kehidupan nyata warna tersebut mungkin
sulit dilihat. Berbagai pola hitam-putih di punggung burung pelatuk membuat sulit
terlihat pada latar belakang pohon-pohon kayu. Warna semacam itu dianggap
sebagai pewarnaan distruktif.
Prinsip bayang-bayang berlawanan yang ditunjukkan oleh Abbot Thayer,
berkenaan dengan fakta bahwa sebagian besar burung dan banyak jenis binatang
lain, warna permukaan bawah tubuh lebih cerah daripada atas. Secara teoritik
bahwa permukaan perut yang cerah menetralkan efek bayangan sehingga sketsa
burung tidak di luar relief.
Dapat diambil suatu generalisasi bahwa warna berbagai burung berkaitan
dengan habitat. Burung yang mendiami rerumputan cenderung berbelang, yang
hidup di bawah semak bercorak coklat, sementara yang mencari makan di antara
daun-daun dan cabang-cabang (misalnya burung pengicau) coraknya hijau atau
kuning. Kecenderungan warna rasial pada banyak spesies akan menjadi masalah
besar bagi para pengamat pemula. Warna populasi burung di daerah kering
cenderung lebih pucat dibanding spesies sama yang hidup di daerah lembab dan
curah hujannya lebih tinggi dengan vegetasi lebih subur.
Warna bulu pada burung tidak selalu bermakna protektif, yang jelas
cemerlangnya bulu burung tertentu menjadi daya tarik sehingga mayoritas warna
cerah merupakan karakteristik jantan. Dimorfisme seksual jenis diyakini
membantu dalam mengenal jenis kelamin dalam spesies dan karenanya disebut
pewarnaan epigamik. Burung jantan terkadang memamerkan warna-warni bulunya
saat bercumbu. Tentu saja ada burung jantan dan betina berwarna identik,
pengenalan jenis kelamin tergantung pada perbedaan pola perilaku.
Kemampuan apung. Fungsi penting lain dari bulu, khususnya pada burung
air adalah membantu meningkatkan kemampuan apung. Permukaan bawah tubuh
burung perenang tertutup rapat oleh bulu-bulu, di dalam bulu tersebut terdapat
kantung udara. Burung-burung tersebut mampu beristirahat seperti layaknya di
atas rakit tubuhnya sendiri.
Terbang. Apabila tidak ada bulu burung tidak dapat terbang walaupun banyak
faktor lain berpengaruh. Tubuh burung berbentuk garis lurus dan secara
proporsional ringan karena struktur rangka dan berbagai ruang udara di berbagai
bagian tubuh. Otot dada yang memberikan daya dorong sayap berkembang sangat
kuat. Efisiensi sistem pernapasan sangat tinggi karena proses pertukaran gas
berlangsung sangat baik dan cepat. Efek lain dari efisiensi pertukaran gas ini
adalah sistem pendinginan tubuh berlangsung sangat baik.
Mekanikan terbang burung merupakan obyek studi yang menarik berkaitan
dengan aerodinamika. Prinsip mengangkat, menarik, ujung pemutar, penyebaran
tekanan dan aspek rasio yang digunakan dalam penerbangan adalah berdasar pada
terbang burung. Sayap seekor burung dan sebuah pesawat dalam hal tertentu dapat
disamakan. Keduanya bergaris lurus untuk mengurangi resistensi udara,
permukaan dada cembung sehingga tekanan dari bawah melebihi tekanan dari
atas. Setengah bagian dalam dari sayap burung berkaitan dengan daya
mengangkat, setengah bagian luar dari pergelangan sayap hingga ujung sayap
berperan sebagai daya pendorong. Bagian distal sayap dalam posisi setengah
lingkaran digunakan untuk melayang. Sayap bagian luar, bukan saja mampu
menghasilkan dorongan ke depan tetapi juga sebaliknya. Untuk mengangkat tubuh
secara vertikal atau untuk meluncur dilakukan oleh sayap bagian dalam.
Studi tentang gerakan sayap ketika terbang, menunjukkan bahwa gerakan
sayap turun dan ke depan adalah saat bergerak turun dan ketika bergerak naik
maka sayap mengarah ke belakang dan diangkat. Saat gerakan naik, sebagian
sayap dilipat sehingga mengurangi resistensi udara. Burung pada saat akan
hinggap, memanfaatkan kepakan sayap yang sebelumnya diawali dengan
memperbesar sudut sayap secara drastic sehingga bagian punggung langsung kea
rah bawah. Akibat gerakan yang demikian itu akan memperbesar pengangkatan
sementara pada saat kecepatan berkurang dan berhenti ketika kaki menyentuh
landasan.
Burung saat terbang ada yang hampir selalu terbang sendiri, tetapi jenis lain
terbang berkelompok bahkan sekawanan denga jenis lain. Heppner (1974)
menggunakan term flight aggregation untuk membedakan formasi terbang burung.
Ada sekelompok burung yang terbang tanpa pola, ada yang terbang terkoordinasi
dalam ruang, dalam kecepatan, dalam arah dan waktu berangkat serta saat
mendarat. Sekawanan burung yang sedang terbang mungkin dalam formasi baris
dari berbagai bentuk baik sederhana atau campuran misalnya pada burung pelican,
burung-burung laut, itik dan angsa. Formasi terbang dalam bentuk gerombolan
misalnya pada burung pipit, burung jalak, merpati dan murai.
Fungsi formasi terbang menimbulkan banyak praduga. Sekawanan burung
yang terbang bersama, mungkin merupakan suat adaptasi perlindungan terhadap
predator karena deteksi visual menjadi lebih. Sekawanan burung ini mungkin juga
sebgai adaptasi untuk mengusir musuh secara bersama-sama. Banyak pendapat
menyatakan bahwa ada keuntungan aerodinamika di dalam formasi terbang,
khususnya dalam formamsi linier. Pendapat lain menyatakan bahwa hal itu
merupakan bentuk komunikasi yang dapat membantu setiap individu dalam satu
kawanan itu untuk memanfaatkan pengalaman orientasi kolektif.
f. PARUH
Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah. Paruh
member banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat
sarang dan menjilati bulu. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan hidupnya.
Kerangka bertulang paruh atas dan bawah adalah lapisan bertanduk disebut
ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang berasal dari beberapa plat
terpisah kemudian bersambung.
Berbagai bagian paruh burung telah diberikan istilah. Bagian dorsal rahang
atas yang memancang dari dasar ke ujung paruh disebut kulmen. Rahang bawah
disebut tomia mandibula, sedangkan rahang atas disebut tomia maksila. Tomia
bisa halus seperti pada burung gereja/pipit dan mungkin juga bertakik seperti pada
burung betet. Tomia pada itik, angsa, spang, dan flamingo ada sejumlah plat tipis
dari lamella digunakan untuk penyaring makanan. Kadang bagian basal dari
rahang atas lembut dan berdaging seperti pada elang dan nuri disebut sere. Ada
beberapa spesies burung yang lubang hidungnya tertutup oleh daging atau lapisan
tanduk yang dikenal sebagai poperkulum. Sekat lubabng hidung internal ada yang
terpisah (perforate) dan ada yang tidak terpisah (imperforate). Daerah di tengah
yang terbentuk oleh sambungan rahang sebelum tersambung dengan rahang
bawah disebut gony.
Bentuk paruh burung dapat digunakan sebagai penduga terhadap kebiasaan
spesies. Paruh seperti pemakan biji, missal kutilang, baisanya berbentuk kerucut,
kokoh dan meruncing tajam sehingga mempermudah untuk mengumpulkan dan
menguliti biji. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang
sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji dari contong. Paruh
burung pemakan daging, ujungya berbentuk kait untuk menyobek makanannya
menjadi potongan-potongan kecil untuk ditelan. Burung bangau dan kuntul yang
menangkap ikan, paruhnya berbentuk tombak panjang. Burung pelatuk, memiliki
paruh kuat seperti pahat mampu memotong kayu dan melubangi pohon untuk
menangkap serangga. Paruh itik jelas bermanfaat dalam menahan makanan dari
air. Bagian dalam paruh burung kolibri memiliki paruh berbentuk lonjong, mampu
menampung madu. Burung berkicau yang memunguti serangga dari dedaunan
mempunyai paruh berbetuk ramping dan meruncing seperti sepasang gunting tang.
Kelompok burung lain, misalnya burung laying-layang memiliki paruh depress
dorsoventral.
Anggota Pelecaniformes misalnya pelican dan sebangsanya, memiliki kantung
atau kantung gular di bawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan
sementara dan membatu dalam proses penelanan. Kantung ini juga berperan
dalam pemberian makan burung muda dengan cara memuntahkan makanan dari
tembolok ke dalam kantung. Anggota kelompok burung lain, kantung gular
Nampak lebih signifikan untuk menunjukkan jenis kelamin. Selama musim
bercumbu, burung jantan membusungkan kantung ini hingga Nampak seperti
sebuah balon.
KESIMPULAN
1. Hidup tersebar diseluruh dunia, dari arktik (kutub utara) hingga antartika (kutub
selatan), baik dilautan maupun didaratan, bahkan dikepulauan yang paling terpencil
sekalipun ; Ciri burung yang paling utama adalah bulu dan paruh ; Burung, adalah
endotermis (berdarah panas), yang menghasilkan panas tubuhnya sendiri ; Hewan
homoiotermis ; Kedua anggota gerak depan mengalami modifikasi menjadi sayap.
2. Pada kelas aves terdapat dua subkelas yaitu subkelas Archaeornithes dan subkelas
Neornithes. Subkelas Neornithes memiliki ordo meliputi ordo Hesperornithiformes,
ordo Icthyornithiformes, ordo Sphenisciformes, ordo Struthioniformes, ordo
Rheiformes, ordo Casuariiformes, ordo Aepyornithiformes, ordo Dinonithiformes,
ordo Apterygiformes, ordo Tinamiformes, ordo Gaviiformes, ordo Podicipediformes,
ordo Procellariiformes, ordo Pelecaniformes, ordo Ciconiiformes, ordo Anseriformes,
ordo Falconiformes, ordo Galliformes, ordo Gruiformes, ordo Charadriiformes, ordo
Columbiformes, ordo Psittaciformes, ordo Cuculiformes, ordo Strigiformes, ordo
Caprimulgiformes, ordo Apodiformes, ordo Coliiformes, ordo Trogoniformes, ordo
Coraciiformes, ordo Piciformes, ordo Passeriformes. Serta memiliki tiga subrodo
yaitu subordo Eurylaimi, subordo Tyranni, dan subordo Passeres.
3. Pada kelas aves memiliki sistem rangka, sistem otot, sistem sirkulasi, sistem
pencernaan, sistem pernafasan, sistem urogenital, sistem saraf, dan organ indra. Pada
kelas aves memiliki ciri khusus yaitu struktur bulu, warna bulu, aransemen bulu,
pergantian bulu, fungsi bulu, paruh, dan alat gerak.
DAFTAR RUJUKAN