You are on page 1of 62

KELAS AVES

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keanekaragaman Hewan
Yang Dibina oleh Ibu Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si

Oleh Kelompok 4 :
Offering : H

1. Ajhar (160342606232)
2. Dymas Ambarwati (160342606290)
3. Lutfita Fitriana (160342606276)
4. Retno Elvinawati (160342606271)
5. Sulistya Ika Ramadhani (160342606229)
6. Tasafima Tesari (160342606218)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
NOVEMBER 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal
sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri
yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan
terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di
antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah
digolongkan ke dalam kelas Aves.
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama
kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk
kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang
memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada
awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum
dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa
melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.Burung masa kini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk erbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap,
telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga
bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung
tetap hangat di tengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga
udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh
membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-
giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, sedangkan
hewan yang lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat
terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior.
Sayap pada aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada aves
digunakan untuk berjalan, bertengger, atau berenang, Aves telah memberikan manfaat
luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis aves seperti ayam, kalkun, angsa
dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang
penting, yakni daging maupun telurnya. Di samping itu, orang juga memelihara
aves/burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah merpati, perkutut,
murai batu dan lain-lain. Tidak terkecuali dengan elang yang kerap dipelihara pula
untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu. Banyak jenis aves/burung
telah semakin langka di alam, karena diburu manusia untuk kepentingan perdagangan
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri umum dari kelas aves?
2. Bagaimana klasifikasi dari kelas aves?
3. Bagaimana morfologi dari kelas aves?

C. Tujuan
1. Mengetahui ciri umum dari kelas aves
2. Mengetahui klasifikasi dari kelas aves
3. Mengetahui morfologi dari kelas aves
BAB II
ISI

1. CIRI UMUM
Kelas Aves dan mamalia adalah vertebrata yang paling akhir mendiami bumi.
Diperkirakan 8700 spesies yang hidup tersebar diseluruh dunia, dari arktik (kutub
utara) hingga antartika (kutub selatan), baik dilautan maupun didaratan, bahkan
dikepulauan yang paling terpencil sekalipun banayak yang memiliki avifauna sendiri.
Burung gagal beradaptasi terhadap kehidupan didalam air dan bawah tanah, tidak
sebagaimana paus dan tikus mondok (mole) dari kelas mammalia. Burung juga
merupakan spesies kedua terbesar setelah kelas pisces. Burung hidup di hutan dan
padang pasir, di pegunungan dan padang rumput. Beberapa burung hidup dalam
kegelapan di dalam gua, menemukan jalannya dengan echolocation, dan spesies
lainnya menyelam ke kedalaman lebih dari 45 m untuk memangsa kehidupan akuatik.
Sebagai satu kelas, burung-burung tersebut memang sangat serupa. Ciri
burung yang paling utama adalah bulu dan paruh, walaupun banyak ciri lain yang
membedakan burung dari bentuk-bentuk kehidupan binatang umumnya. Pisces,
amfibi dan reptilia yang dibahas pada bab sebelumnya, tergantung lingkungan
eksternal sebagai sumber panas tubuh. Burung, adalah endotermis (berdarah panas),
yang menghasilkan panas tubuhnya sendiri. Burung disebut juga hewan
homoiotermis, karena burung mampu mencapai dan hidup pada ketinggian tertentu
sementara suhu tubuh konstan. Ini bukan berarti suhu tubuh burung tidak pernah
mengalami fluktuasi, contohnya burung phalaeonoptilus nuttallii yang sedang
hibernasi suhu tubuhnya dapat turun hingga - 40 𝑐. Burung kolibri (hummingbird)
diwaktu malam mempunyai suhu tubuh jauh berkurang sebagai cara untuk
mengurangi pengeluaran energi, dengan berat hanya 1,8 g, adalah salah satu
vertebrata terkecil. Alasan untuk keseragaman struktural dan fungsional yang lainnya
ialah bahwa burung berkembang untuk terbang, yang sangat membatasi
keanekaragaman morfologi, yang jauh lebih nyata pada kelas vertebrata lainnya.
Ciri - ciri umumnya adalah: berdarah panas (homoiterm), tubuh ditutupi oleh
bulu, kedua anggota gerak depan mengalami modifikasi menjadi sayap. Aves
memiliki tipe kaki bermacam-macam antara lain totipalmata, palmata, semi palmata,
passerine, zygodactyl, talonid, syndactyl, pectinat danpalmproprodactyl. Sedangkan
tarsusun dari kaki terdiri dari tipe reticulata, scutellata dan hoated. Tubuh dapat
dibedakan atas beberapa bagian, yaitu: caput, truncus dan cauda. Bagian-bagian dari
caput terdiri atas rostrum, nares, organo visus dan iris. Rostrum terbagi atas bagian
maksila dan mandibula. Rostrum aves mempunyai berbagai tipe anatara lain pipih
datar, lurus conusdan meruncing, pendek berkait, melengkung ke atas atau ke bawah,
pendek menebal, pendek biasa dan berbentuk runcing. Organo visus terdiri dari
palpebra inferior, palpebrasuperior, membran nictitans dan iris. Pada caput juga
terdapat teliga luar (meatus aesticus externus) yang ditutupi oleh bulu disebut ear
coverts. Cervix ditutupi oleh bulu kasar (plumae) yang disebut tetrices (bulu penutup
tubuh). Truncus ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap
cuaca dan berfungsi juga untuk terbang.

2. KLASIFIKASI AVES

Menurut Sukiya (2001) Kelas Aves dibagi menjadi 2 subkelas yang terdiri dari
banyak ordo yang masing-masing memiliki perbedaan karakteristik. Berikut merupakan
Klasifikasi dari Kelas Aves:
A. Subkelas Archaeonithes
Berasal dari kata archaios yang artinya kuno dan ornis artinya burung. Merupakan
burung-burung bergerigi dan termasuk spesies yang telah punah. Hidup dalam periode
Jurassik. Memiliki metakarpal yang terpisah dan tidak memiliki pigostil. Selain itu Vertebral
kaudal masing-masing dengan bulu berpasangan. Ciri-ciri lain Archaeornithes antara lain
memiliki gigi pada paruhnya, ekornya masih bertulang, serta sayapnya masih bercakar

1) Ordo Archaeopterygiformes
Contoh spesies: Archaeopteryx sp

Gambar dari Archaeopteryx (Hickman, 2006)


Dikenal sebagai burung tertua, Archaeopteryx, berasal dari periode Jurassic dari era
Mesozoic, sekitar 147 juta tahun yang lalu. Archaeopteryx memiliki banyak karakteristik
reptil dan hampir identik dengan dinosaurus theropoda tertentu kecuali Archaeopteryx itu
memiliki bulu.
Bulu-bulu asimetris dan furcula besar pada Archaeopteryx memberikan dukungan
yang kuat bahwa itu adalah burung terbang. Namun, dibandingkan dengan burung modern,
mungkin Archaeopteryx bukan penerbang yang kuat, karena sternum yang terdapat pada
Archaeopteryx kecil dan hanya sedikit daerah untuk melekatnya otot terbang. Dalam
Archaeopteryx, kedua rahang yang terdapat gigi diatur dalam soket, memiliki ekor yang
panjang namun jika pada burung modern tereduksi menjadi pigostil, rusuk pada perut
mengambang namun pada burung modern telah hilang, metatarsal sebagian menyatu.
(Hickman, 2006).
Bulu pada sayap Archaeopteryx tumbuh dengan baik, memiliki pola dasardan
proporsi sayap burung masa kini. Segi bentuk dan ukuran, sayap Archaeopteryx mirip dengan
burung woodcock, coucals, magpies, woodpeckers, dan merpati. Bulu pada bagian sayap dan
ekornya yang cukup besar sangat membantunya saat menukik atau terbang tinggi, seperti
burung masa kini. Ini memberikan bukti bahwa Archaeopteryx adalah seekor burung yang
terbang. (Carroll, R.1997).
Bulu-bulu Archaeopteryx merupakan bulu-bulu yang asimetris. Makna dari ciri
asimetris adalah mereka menunjukkan kemampuan terbang, burung yang tidak bisa terbang
seperti burung unta dan emu punya sayap bulu simetris. (E. Olsen and Feduccia. 1979).

Gambar bulu dari Archaeopteryx (Carroll, R.1997)


Geometri cakar Archaeopteryx cocok dengan geometri cakar dari burung pemanjat
pohon seperti burung pelatuk. Perbandingan kelengkungan cakar kaki Archaeopteryx dan
kelengkugan cakar burung modern telah menegaskan bahwa mereka termasuk kategori
burung bertengger. Archaeopteryx memiliki tulang hallux atau ibu jari kaki yang saling
berlawanan dengan tiga jari kaki lainnya,sehingga membantu mereka untuk bertengger di
pohon. Jenis kaki ini memberikan semacam "alat penguncian" yang membantu burung agar
tetapterjaga di ranting pohon bahkan ketika tidur. (Carroll, R.1997).

Gambar kaki Archaeopteryx memberikan bukti mereka adalah burung bertengger


(© Carroll, R.1997)

B. Subkelas Neornithes
Berasal dari kata neos, artinya baru dan ornisn artinya burung. Neornithes merupakan
subkelas dari burung modern yang merupakan nenek moyang terbarudari semua burung
hidup (kelas Aves) dan semua keturunannya. Ciri-ciri Subkelas Neornithes antara lain:
Tulang metacarpalia bersatu membentuk carpometacarpus, jari kaki keduanya merupakan jari
terpanjang, memiliki kurang lebih 13 vertebrae caudal, mengalami perkembangan sternum yg
baik dan biasanya terdapat taju dan ekornya berbulu dan berukuran pendek.

1) Ordo Hesperornithiformes

Gambar dari Hesperornis


Hesperornis (nama yang berarti “Burung Barat”) hidup dari sekitar 84-78 juta tahun
yang lalu. Hesperornis adalah burung besar, panjangnya sekitar 6 kaki. Paruh Hesperornis ini
juga disesuaikan untuk menangkap ikan, dengan gigi tajam membentang di sepanjang rahang
bawah dan di bagian belakang atas. Sehingga Sebuah contoh yang baik dari evolusi
konvergen adalah kenyataan bahwa gigi tidak dalam soket. Ketika di bawah air, hesperornis
adalah perenang yang sangat tangguh dan lincah, kaki mendorong ke bawah di bawah air,
sedangkan leher panjang akan dengan mudah memungkinkan Hesperornis
mengambil ikan dari tempat persembunyian mereka. Tetapi karena kaki dan telapak kaki
yang miring hanya memberikan propulsi maksimum di dalam air, sehingga hesperornis akan
sangat rumit berjalan di tanah. (Hoganson et al.2007). Sternum dari Hesperornis tidak
menunjukkan adanya keel, hal ini yang menyebabkan hesperornis tidak dapat terbang.

2) Ordo Ichtyornithiformes

Gambar dari Ichthyornis


(Chinsamy, L. D. Martin& P. Dobson . 1998)

Ichthyornis adalah jenis awal burung dari zaman Kapur, 95-85 juta tahun yang lalu.
Spesies ini hidup di Amerika Utara oleh pantai dan makan terutama pada ikan dan daging.
Ichthyornis adalah burung laut yang mungkin sangat mirip dengan burung camar modern
dalam hal ekologi. Struktur sayap Ichthyornis kurang lebih sama dengan bentuk burung
modern yang berarti bahwa sayap yang mampu terbang dengan efisien. Sternum dari
Ichthyornis juga menunjukkan adanya perkembangan dari keel. Tulang ini akan menjadi titik
sambungan utama otot dada yang kuat yang akan memungkinkan mengepakkan sayap
berulang kaliuntuk menjaga burung di udara.
Adanya metacarpal yang menyatu dan terdapat pigostil menunjukkan bahwa
Ichthyornis bisa membuat control penerbangan lebih bagus saat di udara dibandingkan
dengan hewan primitive awal Cretaceous dan Jurassic. Paruh Ichthyornis terdiri dari beberapa
segmen yang membentuk satukesatuan. Gigi ichtyornis ini pada rahang bawah merata disisi
tepi, pada rahangatas berawal dari sisi tepi bagian tengah sampai ke belakang dan
difasilitasikan untuk menangkap mangsa seperti ikan yang berenang dipermukaan.
(Chinsamy, L. D. M. & Dobson, P. 1998)
Gambar dari kerangka tengkorak Ichtyornis

3) Ordo Sphenisciformes
Contoh spesies: Penguin
Penguin adalah burung akuatik yang termasuk dalam kategori burung yang tidak
dapat terbang serta secara umum hidup di belahan Bumi Selatan.
Umumnya penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air
lainnyayang tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat meminum
air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari
aliran darah. Tubuh penguin sangat sesuai untuk berenang dan hidup di air. Sayapnya
merupakan pendayung dan tidak mampuuntuk terbang.
Di daratan penguin menggunakan ekor dan sayapnya untuk menjaga keseimbangan
ketika berjalan. Setiap penguin memiliki warna putih disebelah dalam tubuhnya dan warna
gelap (biasanya hitam) di sebelah luar tubuh. Hal ini berguna untuk
kamuflase. Hewan pemangsa seperti singa lautdari dalam air akan sulit untuk melihat
penguin karena perutnya yang berwarna putih bercampur dengan pantulan permukaan air laut.
Sedangkan permukaan gelap pada punggungnya juga menyamarkan penguin dari pandangan
hewan pemangsa diatas air. Penguin mampu berenang dengan kecepatan 6-12 km/jam bahkan
pernah tercatat hingga 27 km/jam. (Tui, D. R., et al. 2003).
Beberapa spesies penguin adalah sebagai berikut:
1. Penguin Kaisar (Aptenodytes patagonicus)
Tinggi badan mencapai lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg. Penguin
kaisar juga memiliki kaki yang berjaring dan bulu tebal di seluruh tubuhnya yang
kedap air, dan merupakan spesies burung yang tdak dapat terbang. Namun ciri yang
paling terlihat untuk membedakan penguin kaisar dengan jenis penguin lain adalah
garis kuning samar pada bagian lehernya. Sayap yang pendek memungkinkan penguin
jenis ini untuk berenang hingga sejauh 15 km dan menyelam sampai pada kedalaman
900 kaki selama 18 menit. Oleh karena itu, ikan yang dimakannya lebih besar dari
pada yang dimakan oleh penguin-penguin dengan ukuran tubuh lebih kecil.
2. Penguin Raja (Aptenodytes forsteri)

Perbedaan antara penguin raja dengan penguin kaisar adalah pada garis kuning
yang terdapat pada leher penguin raja lebih mencolok dan membentuk lengkungan
tegas yang lebih terlihat dibandingkan dengan penguin kaisar.
3. Penguin Gentoo (Pygoscelis papua)

Gentoo adalah spesies penguin terbesar nomer tiga setelah king penguin dan
Magellan penguin dengan tinggi antara 51 cm – 90 cm dan berat antara 4,9 kg-8,5 kg.
4. Penguin Adelie (Pygoscelis adeliae)
Secara fisik penguin ini dapat dikenali dengan melihat paruhnya yang pendek
dan agak tumpul, kepala dan badan bagian belakangnya dipenuhi warna hitam, perut
berwarna putih dan lingkaran putih disekitar mata dengan tinggi maksimal adalah 75
cm.
5. Penguin Chinstrap(Pygoscelis Antarctica)

Penguin Chinstrap lebih menghindari es di laut jika dibandingkan


dengan penguin Adelie yang sangat bergantung pada es di laut.
6. Penguin Rockhopper (Eudyptes chrysocome)

Jenis penguin ini termasuk unik dan lain dari pada yang lainnya. Keunikannya
dapat dilihat dari kepalanya yang memiliki jambul berwarna kekuningan yang
memanjang dari pangkal paruh hingga kebagian belakang kepalanya. Keunikan
lainnya adalah habitat asli penguin ini berupa kawasan yang dipenuhi tebing berbatu-
batu yang terdapat di pulau-pulau kecil disekitar Benua Antartika dan Samudra
Hindia serta Atlantik bagian selatan.
7. Penguin Mata Kuning (Megadyptes antipodes)
Penguin ini adalah penguin endemic Selandia Baru. Seperti kebanyakan
penguin lainnya, penguin ini merupakan piscivora. Penguin mata kuning adalah
spesies penguin paling langka, populasinya diperkirakan sekitar 4.000 burung
8. Penguin Magellanic (Spheniscus magellanicus)

Secara fisik, penguin Magellan dapat dikenali dengan melihat paruhnyayang


besar dan adanya garis putih besar dibagian kepala serta lehernya serta garishitam
dibagian atas dadanya.

4) Ordo Struthioniformes
Contoh spesies: Struthio camelus (burung unta)

Gambar dari burung unta (Hickman, 2006)


Burung Unta merupakan burung terbesar yang masih hidup dan tidak bisa terbang.
Termasuk hewan berdarah panas. Burung Unta mempunyai sayap besar tapi digunakan untuk
menarik perhatian lawan jenis dan menghangatkan telur. tungkainya amat panjang serta kuat,
dan dengan lehernya yang panjang menentukan ketinggiannya yang dapat mencapai 2.50 m,
dengan berat 135kg. Yang jantan berwarna hitam dengan sayap dan ekor putih. Yang betina
berwarna cokelat abu-abu dan lebih kecil. Dengan lehernya yang panjang dan matanya yang
tajam, burung Unta dapat menjangkau daerah yang jauh dengan penglihatannya,
dan tungkainya yang panjang dapat dipakai untuk mencapaikecepatan lari sekitar 70 km
setiap jam atau sekali langkah mampu menjangkau 5 meter. Sayap pada burung unta
berfungsi untuk mengatur arah saat berlari, dan menarik pasangan saat masa kawin. Sayapnya
jika direntangkan mencapai 2 meter. Burung unta memiliki paruh tak bergigi dan lancip.
Burung unta hanya memiliki 2 jari kaki. Ekor memiliki lebih dari 60 bulu yang tersusun
berlapis-lapis dan hanya 14 yang benar-benar termasuk bulu ekor. Tidak seperti burung
lainnya, yang memiliki 3 atau 4 jari kaki. Inilah yang memungkinkan burung unta memiliki
kecepatan beraktifitas lebih besar. (Davies., et al. 2003)

5) Ordo Rheiformes
Contoh spesies: Rhea Americana dan Rhea Darwin

Gambar dari Rhea Americana dan Rhea Darwin (Animal Diversity Web - Rhea
americana dan Rhea pennata: Information)

Rhea adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang memiliki kaki dan leher
panjang, secara fisik rhea memiliki kemiripan dengan burung unta namun rhea lebih
berwarna abu-abu kecokelatan. Kepala, leher dan paha berbulu, bulu tak bercabang, tidak
memiliki ekor. Rhea memiliki sayap yang besar. Mereka akan membentangkan sayap ketika
berlari. Burung ini bisa mencapai tinggi lima kaki (1.7 m). Tidak seperti burung lainnya, jari
kaki rhea hanya berjumlah tiga dengan cakar yang kuat, namun ini dapat membuat mereka
berlari lebih leluasa. Rhea adalah omnivora, umumnya daun pepohonan, namun rhea juga
memakan biji, akar, buah, serangga, vertebrata kecil dan bangkai binatang.
Burung ini berasal dari Amerika Selatan. Saat ini hanya ada dua spesies, yaitu: Rhea Amerika
dan Rhea Darwin (Syerif, N. 2014).
Ada 2 spesies Rhea yang sudah diketahui manusia, yaitu Rhea Amerika (Rhea
americana) dan Rhea Darwin (Rhea pennata). Penampilan kedua spesies tersebut secara
sepintas tidak berbeda, namun rhea Darwin berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan rhea
Amerika. Bila rhea Amerika bisa mencapai tinggi maksimal 1,5 m, rhea Darwin tinggi
maksimalnya hanya sekitar 1 m kurang.
Perbedaan lainnya, habitat asli dari rhea Amerika mencakup wilayah Amerika
Selatan bagian timur dan tenggara, sementara rhea Darwin habitat aslinya berada di wilayah
Amerika Selatan bagian selatan dan barat daya. Walaupun memiliki persebaran yang berbeda,
masing-masing spesies rhea pada dasarnya memiliki habitat kesukaan yang serupa: padang
terbuka di kawasan dataran tinggi dengan rerumputan yang tinggi dan kadang-kadang disertai
beberapa pohon besar. Bukan tanpa alasan rhea memilih habitat seperti itu. Selain karena
habitat tersebut memiliki makanan yang melimpah, rerumputan yang tinggi juga membantu
rhea menyamarkan diri dengan lingkungan sekitarnya. Tak hanya itu, habitat berupa padang
terbuka membantu rhea memaksimalkan indra penglihatannya yang tajam dan
kemampuannya berlari cepat di mana rhea diketahui bisa berlari hingga mencapai kecepatan
maksimal 60 km/jam.
Rhea pada dasarnya adalah hewan herbivora di mana makanannya terdiri dari buah,
daun dan biji-bijian. Namun jika ia tidak bisa menemukan material tumbuhan makanannya,
rhea juga diketahui mau memakan serangga dan hewan-hewan kecil. Layaknya burung-
burung pemakan biji lainnya, rhea juga menelan benda-benda keras berukuran kecil semisal
kerikil untuk membantunya mencerna makanan. Saat mencari makan, rhea biasanya
membentuk kelompok kecil yang jumlahnya berkisar antara 5 - 30 ekor. Menariknya, rhea
juga diketahui mau hidup berkelompok dengan hewan-hewan herbivora lainnya di mana
kedua jenis hewan tersebut saling melindungi dan memperingatkan bila mendeteksi
keberadaan pemangsa.
Ketika musim kawin tiba di mana periode musim kawinnya cenderung bervariasi
pada rhea Amerika, musim kawin terjadi antara bulan Agustus - Januari rhea akan berkumpul
di dekat mata air, misalnya di danau atau sungai. Pada musim kawin ini pula, perilaku rhea
jantan akan berubah menjadi lebih penyendiri di mana masing-masing rhea jantan akan
mendirikan wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri. Rhea jantan lain yang memasuki
wilayahnya akan diusir, namun rhea betina akan dibiarkan masuk. Bila jantan sudah berhasil
mengumpulkan beberapa ekor betina, rhea jantan akan memulai ritual kawinnya. Pejantan
akan menari sambil mengepak-ngepakkan sayapnya di sekitar rhea-rhea betina, lalu mulai
mengawini mereka satu demi satu. Rhea-rhea betina yang sudah kawin lalu akan pergi,
sementara pejantan menunggu di wilayahnya untuk menanti betina lain yang mau kawin
denganya.

Gambar Rhea jantan bersama anak-anaknya (Animal Diversity Web - Rhea


americana dan Rhea pennata: Information).

Beberapa minggu setelah melakukan perkawinan, rhea-rhea betina akan kembali ke


wilayah pejantan tempatnya kawin untuk bertelur di sana, lalu pergi kembali untuk kawin
dengan pejantan lain. Pejantan pemilik wilayah selanjutnya bertanggung jawab dalam
menjaga dan mengerami telur tersebut di mana masa pengeraman biasanya berlangsung
selama sekitar 1 bulan lebih. Menariknya, selama mengerami telur pejantan juga akan
berperilaku lebih agresif, kepada rhea betina sekalipun. Tidak hanya itu, bayi rhea yang akan
menetas juga sudah bisa bersuara memanggil-manggil induknya sekalipun masih berada
dalam telur sehingga rhea jantan yang mengerami telurnya bisa mengkoordinasikan waktu
penetasan antar telur. Waktu penetasan antar telur rhea sendiri adalah sekitar 36 jam.
Bila semua telur sudah menetas, pejantan akan merawat anak-anaknya sambil
mengajak mereka berjalan-jalan untuk mendapatkan makanan. Hal yang menarik adalah bila
ada anak rhea yang terpisah dari induknya dan berpapasan dengan indukan rhea jantan yang
lain, rhea jantan tersebut mau menerima dan merawat "anak hilang" tersebut. Sebagai
akibatnya, jumlah dan rentang umur anakan yang dipelihara oleh seekor indukan rhea jantan
pun bisa sangat bervariasi. Normalnya, anak rhea dirawat oleh pejantan hingga umur 6 bulan,
namun dia akan tetap berada di dekat induk jantannya hingga usia 2 tahun di mana usia
tersebut adalah usia di mana ia mencapai kematangan seksual.

6) Ordo Casuariiformes:
Mencakup burung-burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ukuran tubuhnya besar
b. Kepala berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal
c. Bulu bercabang hampir sama panjang dengan induknya.
d. Kaki kuat dan berjari tiga, satu diantaranya bercakar runcing
e. Tidak mempunyai ekor, tidak ada bulu rectrices
f. Sayap sangat tereduksi dan hanya memiliki 7 primaries
g. Tidak mempunyai symphisis pubis dan symphisis ischiatiac.
Ordo ini mencakup dua Familia yang salah satunya ialah Casuariidae, contohnya:
Casuarius (kasuari) dan Dromaidae.

a. Family Casuariidae
 Sayap yang tereduksi mempunyai 53 primaries seperti duri
 Pada kepala terdapat cascue yang berfungsi sebagai pelindung dan sekaligus
mahkota. Leher tidak berbulu dan warnanya sangat indah
 Bulu pada yang dewasa berwarna hitam
 Jari sebelah dalam mempunyai cakar yang panjang dan tajam
Anggotanya tersebar di Queensland, Irian dan sekitarnya.
Contoh: Cassowary (Kasuari)

(Sumber: https://www.inaturalist.org/observations/738742)

b. Family Dromaidae
 Sayap yang tereduksi mempunyai lebih dari 7 primaries yang tidak berbeda
dengan bulu-bulu lainnya.
 Pada kepala tidak terdapat cascue, dan leher tertutup oleh bulu-bulu kecil dan
jarang menutupi kulit berwarna biru pucat.
 Bulu berwarna cokelat (dewasa)
 Cakar pada jari sebelah dalam tidak memanjang
Anggotanya tersebar di sebagian besar Australia. Contoh: Dromaius (emu)
(Sumber: Wikipedia.com)

7) Ordo Aepyornithiformes
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Aepyornithiformes
Family : Aepyornithidae
Spesies : Aepyornis maximus

Sumber: Internet

 Habitat di pulau Madagaskar, di lepas pantai timur


Afrika.
 Aepyornithidae tidak mungkin terbang
 Fosilnya ditemukan di endapan gambut di
sepanjang pantai Madagaskar
 Gubernur Prancis pertama menggambarkan burung
gajah seperti burung unta dan memiliki
kecenderungan untuuk bertelur di tempat yang sepi.
 Aepyornis maximus, salah satu burung terberat dan Sumber:
terbesar di dunia dengan tinggi = +3meter, berat = http://www.extravaganzi.com
/giant-elephant-bird-egg-at-
+400 kg.
christies/
 Telur Aepyornis memiliki berat= 10 kg, panjang=
34 cm. volume telur ±160 kali lebih besar daripada
telur ayam (lebih besar dari pada dinosaurus)
8) Ordo Dinornithiformes
Kingdom: Animalia
Phylum: Chrodata
Class: Aves
Infraclass: Palaeognathae
Ordo: Dinornithiformes
Family: Dinornithidae
Spesies: Dinornis novaezealandiae

 Habitat di padang rumput wilayah utara


Sumber:
Selandia Baru
http://ulysitompul.blogspot.co
 Punah total pada akhir abad ke-19 .id/2011_07_01_archive.html
 Dinornis merupakan herbivore, pemakan ?view=classic
dedaunan yang tinggi.
 Memiliki tubuh tegap, kaki panjang berotot dan leher yang panjang, serta tengkorak
yang kecil dengan paruh lebar datar yang dapat melengkung ke bawah.
 Dirnonis adalah burung dengan leher tertinggi. Tinggi maksimal Dinornis adalah
sekitar 3 - 3.5 meter dan berat mencapai 230 kg (530 lb)
 Satu-satunya pertahanan Dinornis adalah kakinya yang tebal dan berotot, yang mana
itu dapat menendang musuhnya hingga mati
 Ciri khas utamanya adalah mereka tidak memiliki tulang carina atau tambahan yang
menutupi tulang dadanya (sternum) dan langit-langit mulutnya juga berbeda
dibandingkan Burung biasanya
 Burung ini memiliki bulu mirip rambut yang berwarna coklat kemerah-merahan.
Letak bulu ini hampir ada di sekujur tubuhnya, kecuali di daerah sekitar tenggorokan,
kaki, serta bagian kepala
 Tulang sayapnya yang sangat pendek, bahkan sama sekali tidak ada

9) Ordo Apterygiformes
Kelompok burung yang tidak bisa terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ukuran tubuh besar
b. Paruh panjang dengan ujung runcing
c. Memiliki kaki pendek tetapi kuat dan mempunyai 4 jari. Tiga jari depan panjang, jari
belakang pendek dan agak naik. Jari mempunyai cakar
d. Tubuh membulat dengan struktur bulu tebal
e. Sayap vestigial dan tertutup sempurna oleh bulu tubuh sehingga bagian sayap
tampaknya tidak ada
f. Tidak mempunyai ekor, tidak ada rectrices.
g. Berparuh panjang dan lancip serta fleksibel, sangat unik
h. Tidak ada symphisis pubis maupun symphisis ischiatic.
Anggotanya tersebar di New Zealand, tinggi tubuhnya 0,5 m hingga 1 m. Contoh: Apteryx
(kiwi).

(Sumber: http://www.arkive.org/tokoeka/apteryx-australis/)

10) Ordo Tinamiformes


Mencakup burung-burung kecil, terestrial dan tidak
dapat terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Sayap kecil bulat, tetapi dapat mendukung
terbang dengan jarak pendek
 Bulu ekor dan pygosyle menyusut
 Pemakan tumbuhan
 Kakinya kuat, sebagian besar anggotanya
menghindar dari predator dengan lari
daripada terbang
 Ditemukan di Amerika tengah dan selatan,
Mexico bagian selatan. Terdapat 46 spesies Sumber: © Jacob.wijpkema
dalam 9 genus.
Contoh spesiesnya yaitu Eudromia elegans.
11) Ordo Gaviiformes (Loons)

Ordo ini terdiri dari 1 familia, 1 genus, 4 speies.

Gambar: Gavia immer

(Sumber: google image)

Memiliki ciri-ciri:
- Tungkai pendek, terletak dibagian belakang tubuh
- Ekor terdiri atas 18-20 lembar bulu yang kaku
- Jari-jari kaki berselaput
- Patella (tempurung lutut) kecil
- Pandai terbang.
- Contoh spesiesnya: Gavia immer. Hidup dirawa atau danau. Dapat ditemukan Dari
Alaska, Canada, Amerika Utara hingga ke Eropa Tengah.

12) Ordo Podicipediformes (gebres)


Ordo ini terdiri dari 1 familia, 4 genus, 18 spesies.

Gambar: Prodiceps cristalis

(Source: google image)


Memiliki ciri-ciri:
- Tungkai terletak dibagian belakang tubuh
- Ekor pendek
- Kaki berlebus
- Patella (tempurung lutut) besar
- Hidup di air tawar
- Pandai menyelam
- Contoh spesiesnya: Podiceps critalis.

13) Ordo Procellariiformes (albatross, shearwater dan petrel)


Ordo ini terdiri dari 4 familia, 25 genus, 92 spesies.

Gambar: Diomedea nigripes

(Sumber: Wikipedia.com)

Memiliki ciri-ciri:
- Leher, ekor, dan kaki pendek.
- Tiga jari kaki dipersatukan oleh selaput
- Rentang sayap lebar
- Ekor pendek bulat mengerucut
- Tipe paruh seperti botol bulat memanjang dengan paruh bagian atas ujungnya
meruncing kebawah,
- Kaki pendek berselaput
- Warna bagian punggung gelap dan warna pada bagian perut putih
Contoh: familia Diomadeidae dengan contoh spesiesnya Diomedea nigripes.

14) Ordo Pelecaniformes (pelican dan allies)


Ordo ini terdapat 6 familia.

Gambar: Pelecanus canspicillatus

(Source: google image)

Memiliki ciri-ciri:
- Paruh panjang
- Sayap lebar
- Hidup berkoloni
- Kaki berjari 4 dan berselaput
- Warna bulu kebanyakan hitam dan putih
- Hidup di air tawar dan dipantai. Tersebar di Australia dan Indonesia Timur.
- Contoh: familia Plecanidae dengan contoh spesiesnya Pelecanus canspicillatus.

15) Ordo Ciconiiformes (heron, stork dan allies)


Ordo ini terdapat 7 familia.

Gambar: Leptoptilos javanicus

(Source: google image)


Memiliki ciri-ciri:
- Leher dan tungkai panjang
- Paruh panjang
- Kaki berjari 4, 3 jari terhubung selaput
- Sayap lebar
- Bulu-bulunya dekoratif
- Habitat: di daerah lumpur dan berair
Contoh: familia cicoliniidae dengan contoh spesiesnya Leptoptilos javanicus.

16) Ordo Anseriformes


Ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang baik; tidak memiliki gigi pada
rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; paruh besar, lebar dan
tertutup lapisan tanduk yang tipis; bagian tepi paruh memiliki lamela; lidah berdaging;
tungkai pendek dan berselaput renang; ekor pendek; waktu muda memiliki bulu seperti kapas
Famili Anatidae:
 Anas acuta
 Anas platyrhynchus
 Nettapus coromandelianus

17) Ordo Galliformes


Paruh pendek, kaki pada umumnya beradaptasi untuk mencakar/mengais dan berlari,
hewan muda mempunyai bulu yang halus, beberapa spesies merupakan hewan peliharaan,
makannya terutama biji-bijian.
Famili Phasianidae:
 Coturnix chinensis
 Gallus gallus
 Arborophila javanicus
Famili Megapodidae:
 Megapodius freycinet

18) Ordo Falconiformes


Ordo Falconiformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang baik;
tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni;
paruh pendek, melengkung, dan tepinya tajam; kaki memiliki cakar yang tajam dan runcing
untuk memangsa. Mampu terbang dengan cepat serta dapat melakukan manuver. Merupakan
burung pemangsa, dengan penglihatan yang tajam dan cembung.

Contoh spesies ordo Falconiformes:


 Microhierax fringillarius (Alap-alap Capung)
 Falco cenchroides (Alap-alap Layang)
 Falco severus (Alap-alap Macan)

19) Ordo Gruiformes


Ordo Gruiformes adalah ordo dari aves yang memiliki ciri-ciri sayap berkembang
baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina
sterni; paruh berukuran besar; tidak pandai terbang; tungkai panjang.
Contoh spesies ordo Gruiformes:
 Turnix maculosa (Gemak Totol)
 Turnix suscitator (Puyuh / Gemak Loreng)
 Fulica atra (Mandar Hitam)

20) Ordo Charadriiformes


Charadriiformes adalah ordo burung yang beragam dari ukuran kecil sampai sedang-
besar. Itu mencakup 350 spesies dan memiliki anggota di seluruh dunia. Kebanyakan
Charadriiformes tinggal dekat dengan air dan memakan invertebrata atau hewan kecil;
meskipun demikian, beberapa spesies adalah pelagik (burung laut), beberapa mendiami
kawasan gurun dan beberapa jenis dapat ditemukan di hutan tebal.
Ordo ini dari aves yang memiliki ciri-ciri sayap berkembang baik; tidak memiliki gigi
pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni; kaki panjang dan
langsing; jari kaki berselaput renang; bulu tebal; paruh panjang dan melengkung ke bawah /
atas.
Contoh spesies ordo charadriiformes:
 Irediparra gallinacea (Burung sepatu Jengger)
 Charadrius veredus (Cerek Asia)
 Larus ridibundus (Camar Kepala-hitam)
 Sterna hirundo (Dara laut)
21) Ordo Columbiformes
Ordo Columbiformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang baik,
tidak memiliki gigi pada rahang, memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni,
paruh pendek dan langsing, pada umumnya tarsus lebih pendek daripada jari-jari, kulit tebal
dan halus, tembolok besar dan menghasilkan cairan pigeon milk untuk anaknya,
graminivorous (pemakan biji) dan fragivorous (pemakan buah).
Contoh spesies ordo columbiformes:
 Treron capellei (Punai Besar)
 Ptilinopus cinctus (Walik Putih)
 Columba livia (Merpati Batu)
 Streptopelia chinensis (Tekukur)
 Geopelia striata (Perkutut Jawa)

Gambar : Ptilinopus cinctus (Walik Putih)


Sumber : Wikipedia
22) Ordo Psittaciformes
Ordo Psittaciformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang baik;
tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni;
paruh pendek, sempit, tepinya tajam dan ujungnya berkait; paruh bagian atas memiliki sendi
dengan tengkorak sehingga dapat bergerak; memiliki bulu berwarna hijau, kuning, atau biru;
tipe kaki zygodactylus (dua jari kearah depan dan dua jari kearah belakang); jari bagian luar
bersifat irreversible (tidak dapat dibalikkan ke depan).
Contoh spesies ordo Psittaciformes:
 Chalcopsitta sintillata (Nuri Aru)
 Lorius lory (Kasturi Kepala-hitam)
 Cacatua sulphurea (Kakatua Jambul-kuning)
 Tanygnathus sumatranus (Betet-kelapa Punggung-biru)
 Loriculus pusillus (Serindit Jawa)

Contoh : Cacatua sulphurea (Kakatua Jambul-kuning)


Sumber : Wikipedia

23) Ordo Cuculiformes


Ordo Cuculiformes adalah ordo dari kelas aves yang memiliki ciri-ciri terdapat dua
buah jari kaki kearah depan dan dua buah jari kaki yang lain ke belakang; jari bagian luar
dapat dibalikan kearah depan; kaki tidak cocok untuk mencengkram; ekor panjang; ukuran
paruh sedang; sebagian besar kelompok familia ordo ini bersifat parasit yakni burung betina
menitipkan telur-telurnya di sarang burung yang lain.
Contoh spesies ordo cuculiformes:
 Cuculus crassirostris (Kangkok Sulawesi)
 Cacomantis sonneratii (Wiwik Lurik)
 Chrysococcyx xanthorhynchus (Kedasi Ungu)
 Centropus rectunguis (Bubut Hutan)
Gambar: Chrysococcyx xanthorhynchus (Kedasi Ungu)
Sumber : Wikipedia
24) Ordo Stringiformes
Order Strigiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri ukuran kepala
besar dan bulat; memiliki mata besar serta menghadap ke depan, tubuh dikelilingi oleh bulu-
bulu yang tersusun secra radial (menjari); memiliki lubang telinga yang lebar namun
seringkali tertutupi oleh lipatan kulit; ukuran paruh pendek; jari kaki memiliki cakar yang
tajam untuk mengcengkeram; termasuk burung yang aktif pada waktu malam (nocturnal);
bersifat predator. Contoh spesies ordo Strigiformes:
 Tyto alba (Burung Hantu / Serak)
 Otus sagittatus (Celepuk Besar)
 Ninox rufa (Pungguk Merah)

Gambar : Tyto alba (Burung Hantu / Serak)


Sumber : Wikipedia
25) Ordo Caprimulgiformes
Ordo Caprimulgiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki paruh
dengan ukuran kecil dan lunak; bentuk mulut lebar, tepi paruh di bagian atas ditutupi dengan
bulu-bulu peraba yang berbentuk seperti rambut-rambut kaki; bulu-bulunya halus; ukuran
kaki kecil dan lunak; aktif di malam hari (nocturnal); pemakan serangga (insektivora).
Contoh spesies ordo caprimulgiformes:
 Batrachostomus stellatus (Paruh kodok Bintang)
 Eurostopodus mystacalis (Taktarau Kumis)
 Caprimulgus indicus (Cabak Kelabu)
Gambar : Batrachostomus stellatus (Paruh kodok Bintang)
Sumber : Wikipedia
26) Ordo Apodiformes
Ordo Apodiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri bertubuh kecil;
ukuran tungkai sangat kecil; bentuk sayap runcing; ukuran paruh kecil serta lunak dan ada
yang langsing dengan lidah berbentuk bulu panjang.
Contoh spesies ordo apodiformes:
 Collocalia vanikorensis (Walet Polos)
 Hirundapus caudacutus (Kapinis jarum Asia)
 Hemiprocne longipennis (Tepekong Jambul)

Ordo Apodiformes: Collocalia vanikorensis


(Walet Polos).
Credit: James Eaton

Sources, generasibiologi.com

27) Ordo Coliiformes


Ordo Coliiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki kaki dengan tipe
paserin (tiga jari kearah depan, satu jari kearah belakang); jari kaki ke-1 dan ke-4 bersifat
reversibel; memiliki ekor sangat panjang; pemakan serangga (insektivora) dan pemakan buah
(frugivora).
Contoh spesies ordo Coliiformes:

 Colius macrouru
Contoh gambar ordo
Coliiformes: Colius macrourus.
Credit: Chris Bambino

Sources, generasibiologi.com

28) Ordo Trogoniformes


Ordo Trogoniformes adalah anggota burung dengan ciri-ciri memiliki paruh pendek ;
bahu terdapat “rambut-rambut bahu” di bagian pangkalnya; ukuran kaki kecil dan lunak;
memilliki bulu dengan warna cerah dan seringkali dengan warna hijau.
Contoh spesies ordo Trogoniformes:
 Apalharpactes reinwardtii (Luntur Jawa)
 Apalharpactes mackloti (Luntur Sumatera)
 Harpactes duvaucelii (Luntur Putri)

29) Ordo Coraciiformes


Ordo Coraciiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri paruhnya kuat;
jari ke-3 dan ke -4 menyatu di bagian pangkal.
Contoh spesies ordo coraciiformes:
 Alcedo atthis (Raja udang)
 Ceyx erithaca (Udang Api)
 Lacedo pulchella (Cekakak Batu)

Contoh gambar ordo


Coraciiformes: Alcedo atthis (Raja
udang)

Sources, generasibiologi.com

30) Ordo Piciformes


Ordo Piciformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki paruh kuat; bulu
di bagian ekor kaku dan ujungnya runcing; ujung lidah kasar serta dapat dapat dijulurkan.
Contoh spesies ordo Piciformes:
 Psilopogon pyrolophus (Takur Api)
 Megalaima haemacephala (Takur Ungkut-ungkut)
 Indicator archipelagicus (Pemandu lebah Asia)
 Picus vittatus (Pelatuk Hijau)
 Dendrocopos canicapillus (Caladi Belacan).

31) Ordo Passeriformes


Disebut juga burung pengicau, adalah ordo terbesar dalam kelas burung atau aves
dalam kerajaan hewan atau animalia. Sekitar 5.400 spesies atau lebih darisetengah jumlah
total spesies burung (60%) adalah burung pengicau (Hickman, 2008). Spesies burung dalam
ordo Burung pengicau mempunyai otot yang rumit untuk mengatur organ suaranya dan
sebagian besar burung-burung dalam ordo ini mempunyai ukuran tubuh relatif lebih kecil
dibandingkan burung-burung dalamordo lainnya. Passeriformes banyak yang pandai
bernyanyi karena memiliki pita suara, sebagian besar hidup di darat dalam semua macam
habitat, ada yang membuat sarang pada pohon, telur berwarna-warni, ketika menetas anak
burung ini buta, burung kecil makan insekta dan biji-bijian.
Memiliki 3 Sub Ordo yaitu: Eurylaimi, Tyraanni dan Passeres.
a. Subordo Eurylaimi (broadbills)
Eurylaimi (broadbills) adalah burung berwarna cerah yang memiliki kepala besar,
mata besar dan paruh bengkok, datar dan luas. Mereka berkisar 13-28 cm panjangnya, dan
hidup di hutan basah, yang memungkinkan mereka untuk bersembunyi karena bulu mereka
berwarna cerah. Bulu dari eurylaimi saat remaja mirip dengan yang dewasa, berbeda dalam
hal menjadi kusam dan lebih bersayap pendek dan dalam beberapa kasus juga ekornya lebih
pendek (Hoyo et al, 2003). Contoh: Smithornis, Calyptomena dan Eurylaimus.

Gambar Eurylaimus javanicus (Source: Google Image)


b. Subordo Passeres/Oscines
Memiliki anggota 4000 species yang organ vokalnya sangat bekembang sedemikian
rupa sehingga menghasilkan beragam suara dan vokalisasi lainnya, karena itu terkadang
Oscines atau Passeri disebut pula dengan “burung penyanyi”. Anggota Oscines kaki-kakinya
tersusun atas 3 jari yang ke depan dan satu jari ke belakang (anisodactyl). Susunan kaki
seperti ini memudahkan burung untuk bertengger di atas permukaan vertikal, seperti pohon
dan tebing. Semua burung anggota Oscines mengembangkan 12 bulu ekor. Beberapa spesies
dari Oscines memiliki bulu ekor yang kaku yang dirancang untuk membantu keseimbangan
diri ketika bertengger di permukaan vertikal.
Contoh: burung gagak, mocking bird,dll.

Gambar Corvus enca (Source: Google Image)


c. Subordo Tyranni
Menurut Irestedt et al (2002), Sub ordo Tyranni pada awalnya dimasukkan ke Sub
ordo Oscines, namun telah diamati bahwa mereka memiliki anatomi otot syrinx yang berbeda
dari oscines sehingga dibuat sub ordo baru. Contoh: Biatasnigropectus, Pyrocephalus rubinus,
Psarisomus dalhousiae.

Gambar: Pyrocephalus rubinus (LèautaudP, 2007)

3. SISTEM RANGKA
Sistem rangka tubuh burung memiliki bentuk unik. Secara umum tulangnya
ringan, terutama pada spesies yang dapat terbang. Tulang besar yang mengandung
lubang berisi udara berkaitan dengan sistem pernapasan. Tulang tengkorak, sebagian
besar saling menyatu. Bagian tulang tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama
disebut kondilus oksipitalis. Rahang bagian bawah dan atas memanjang sebagai
penompang paruh. Tengkorak burung modern sangat istimewa sehingga sulit
ditemukan jejak kondisi diapsid aslinya. Tengkorak burung dibangun dengan ringan
dan sebagian besar menyatu menjadi satu bagian. Otak dan orbitnya berukuran besar
untuk menampung otak yang menggelembung dan mata besar dibutuhkan untuk
koordinasi motorik yang cepat dan penglihatan yang superior. Namun, tengkorak
merpati berbobot hanya 0,21% dari berat tubuhnya. Sedangkan tengkorak dan tulang
sayap pneumatik sangat ringan, tulang kaki lebih berat daripada mamalia. Ini
membantu menurunkan pusat gravitasi burung seperti yang dibutuhkan untuk
stabilitas aerodinamis. Gigi seluruhnya lenyap pada burung modern.
Mandibula adalah kompleks dari beberapa tulang yang berengsel untuk
memberikan tindakan bersendi ganda yang memungkinkan mulut melengkung secara
luas. Kebanyakan burung memiliki tengkorak kinetik. Pada beberapa burung, seperti
burung beo, rahang atas sangat fleksibel karena berengsel ke tengkorak. Fitur yang
paling khas dari kolom vertebral adalah kekakuannya. Rahang bawah terdiri atas 5
tulang dan bersambung dengan tulang tengkorak dengan alat quadrat yang dapat
bergerak. Orbita sangat besar dan terpisah satu sama lain oleh oleh septum interorbital
tibis, sehingga otak terdorong kebelakang. Struktur palatum burung merupakan salah
satu karakter yang digunakan dalam diagnosis kategori taksonomi.
Kolumna verebralis burung mengalami banyak adaptasi. Vertebrata servikalis
lebih banyak daripad kelompok vertebrata lain, dan jumlahnya sangat bervariasi,
fleksibel terutama karena artikulari permukaan persendian yang memungkinkan
gerakan bebas. Persendian yang demikian ini disebut herocoelous. Vertebrata torakis
anterior mampu bergerak. Bagian lumbar, sakrum, dan anterior kaudal, bersatu
dengan pelvik membentuk sinsakrum. Beberapa vertebrata caudal bebas dan
bagiandistal bersatu membentuk struktur tunggal yang disebut pigostile sebagai ekor
pendek.
Tulang iga burung bentuknya rata, dan semuanya (selain iga pertama dan
terakhir) membentuk processus uncinatus yang saling terhubung dengan tulang iga
berikutnya. Processus uncinatus berfungsi berfungsi untuk memperkuat torax dan
perlekatan otot. Sternum atau tulang dada sangat rata dan lebar sehingga memberi
permukaan cukup untuk perlekatan otot-otot yang digunakan untuk terbang. Semua
jenis burung, kecuali ratitae (burung yang tidak dapat terbang), adalah carinatae
artinya burung yang mempunyai carina sterni tempat letaknya otot-otot untuk terbang
(pectoralis mayor dan pectoralis minor). Sebagian besar tulang belakang menyatu,
tulang dada bersambung dengan perantaraan tulang iga dan ini memberikan kerangka
sangat kuat meskipun tulang itu sendiri relatif ringan. Semua itu merupakan
keuntungan bagi makhluk yang harus bergerak diudara. Tulang skapula panjang dan
ramping, korakoid pendek dan kuat, klavikula menyatu membentuk furkula.
Modifikasi rangka yang paling menyolok terjadi pada anggota badan depan.
Hanya dua unsur karpal yang ditemukan yaitu radiale dan ulnare yang masing-masing
bersambung dengan radius dan ulna. Bagian distalpergelanagan adalah susunan
tulang yang disebut karpometakarpus yang menunjukan beberapa unsur pangkal
tangan dari vertebrata lain dan metakarpal kedua, ketiga dan keempat. Empat tulang-
tulang kecil yang merupakan bekas dari tiga jari berdekatan dengan karpometakarpus.
Meskipun anggota badan belakang tidak berubah seperti anggota badan depan, namun
menunjukan beberapa kekhususan menarik.tulang betis (fibula) secara proporsional
kecil dan sebagian bersatu dengan tulang kering (tibia). Beberapa tulang pergelangan
kaki (tarsal) seperti bersatu dengan ujung distal tibia, diebut tibiotarsus. Sisa
pergelangan kaki bersatu dengan metatarsal kedua, ketiga dan keempat yang
membentuk tulang yang disebut tarsometatarsus. Bekas metataesal pertama
dihubungkan dengan tulang ini oleh ligamentum. Tidak lebih dari 4 jari kaki yang
ditemukan pada burung dan jumlah ini kadang berkurang hanya tiga dan pada burung
unta (ostrich) hanya dua.
Gambar 1 : Rangka aves
Sumber : Hickman

Gambar 2 : Potongan membujur tulang kelas aves


Sumber : Hickman

4. SISTEM OTOT
Sistem otot burung berbeda dalam banyak hal dari kebanyakan vertebrata
daratan lain. Otot-otot leher dan rahang menunjukan banyak spesialisasi yang
dikaitkan dengan kebiasaan makan, fungsi paruh dan mobilitas gerakan leher.
Vertebrata dibagian tubuh burung banyak yang menyatu, sehingga menyebabkan
adanya pengurangan otot dibagian dorsal. Otot perut pada burung juga kurang
berkembang, sedangkan otot sayap ekstrinsik terutama pada burung-burung yang
dapat terbang. Otot pektoralis mayor merupakan otot depresor dan berkaitan dengan
1
gerakan menurunkan sayap saat terbang. Otot pektoralis mayor ini menyusun 5 total

berat tubuh burung. Otot pectoralis minor berperan dalam mengangkat sayap pada
saat burung sedang terbang. Sistem otot yang paling kompleks dari semuanya
ditemukan di leher burung; Otot tipis dan berserabut, terjalin erat dan terbagi,
memberikan leher burung itu dengan fluktuasi vertebrata.
Otot suprakorakoid, adalah otot yang berkaitan dengan gerakan sayap keatas,
juga terletak pada sternum arah proksimal dari pektoralis mayor, dan masuk pada sisi
atas humerus. Otot deltoid dan latissimus dorsi memiliki aksi yang sama dengan
suprakoid. Pada burung kolibri, yang memiliki aksi yang sama dengan suprakoroid.
Pada burung kolibri, yang memiliki gerak sayap sangat cepat, otot lattisimus dorsi
secara proporsional besar. Bagian yang agak erat kaitannya dengan otot deltoid adalah
otot propatagialis, yang mengirimkan tendon (urat daging) kedalam petagium atau
jaringan kulit yang memanjang dari bagian pangkal sayap.
Salah satu penegang (tensor) dikenal sebagai longus, memanjang dari pangkal
humerus sepanjang batas pangkal patagium hingga pergelangan tensor yang lain
disebut brevis dan memanjang dari humerus hingga bagian dekat lengan depan.
Tensor ketiga dikenal sebagai “biseps slips”atau penegang tambahan, memanjang dari
otot bisep kesisi pangkal patagium. Meskipun ada pengurangan jumlah unsur
kerangka anggota badan bagian gelang bahu pada burung, ada sejumlah otot intrinsik
yang berkaitan dengan gerakan merunduk, membentangkan dan rotasi sayap selama
terbang. Otot-otot kedua sayap dan kaki secara umum cenderung terpusat dekat tubuh
dan masuk secara distal menurut panjangnya urat daging. Tulang kering burung
tersusun dari tendon-tendon disekitar tarsometarsus. Otot yang sangat penting pada
burung pemakan ikan adalah fleksor (pelentur) yang memungkinkan jari kaki
menangkap ikan-ikan kecil. Dari massa otot kaki utama di paha, tendon tipis tapi kuat
meluas ke bawah melalui selubung selendang ke jari kaki. Akibatnya kaki hampir
tanpa otot, menjelaskan penampilan kaki burung yang kurus dan halus. Pengaturan ini
menempatkan massa otot utama di dekat pusat gravitasi burung dan pada saat
bersamaan memungkinkan ketangkasan yang besar pada kaki yang ramping dan
ringan. Karena kaki sebagian besar terdiri dari tulang, tendon, dan kulit bersisik yang
keras, mereka sangat tahan terhadap kerusakan akibat pembekuan.

Gambar 3 : Otot kaki pada aves


Sumber : Hickman

Gambar 4 : Cara kerja otot


Sumber : Hickman

5. SISTEM SIRKULASI
Sistem sirkulasi burung sudah lebih berkembang seperti halnya pada mamalia.
Ada pemisahan sempurna antara atrium dan ventrikel sehingga antara darah vena dan
arteri terpisah, karena jantung memiliki 4 ruang yaitu atrium siniter (serambik kiri)
dan dexter (kanan) serta ventrikel sinister (bilik kiri) dan dexter (kanan). Sistem aorta
meninggalkan bilik kiri dan membawa darah ke kepala dan seluruh tubuh melalui
arkus aortikus kanan ke empat.

Ada dua pembuluh prekava fungsional dan portkava lengkap. Prekava


terbentuk oleh penyatuan pemuluh darah dari kerongkongan dan bagian tulang
selangka (subklavia) pada tiap sisi. Postkava menerima darah dari anggota badan
melalui saluran gerbang ginjal (post renalis), yang lewat melalui ginjal tetapi tidak
terpecah menjadi kapiler-kapiler dan karenanya tidak dapat disamarkan dengn portal
renalis dari vertebrata lebih rendah. Ritrosit burung lebih besar daripada eritrosit
mamalia.

Alat sirkulasi darah (Gambar 5.21):


1. Jantung
 Memiliki empat ruang, yaitu ventrikel dexter, ventrikel sinister, atrium dexter, dan
atrium sinister.
 Pada jantung sudah terdapat katup yang sempurna, yang berfungsi mencegah
tercampurnya darah kaya O2 dan CO2
 Terbungkus selaput pericardium
2. Arteri
 Membawa darah keluar dari jantung
 Arteri terbesar adalah aorta yang membawa darah ke seluruh bagian tubuh
3. Vena
 Pembuluh balik tubuh bagian atas (Vena kava superior) : membawa darah dari
kepala, anggota tubuh depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung
 Pembuluh balik tubuh bagian bawah (Vena kava inferior): membawa darah dari
tubuh bagian bawah ke jantung
 Pembuluh balik yang dating dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri
(Vena pulmonalis): membawa darah menuju serambi kiri jantung

Jalur Peredaran darah (Gambar 5.22):


1) P.D. Kecil
Ventrikel dexter → arteri pulmonalis → pulmo → vena pulmonalis → atrium
sinister.
2) P.D. Besar
Ventrikel sinister → aorta → arteri → pembuluh kapiler yang meliputi arteriole
dan venula → vena cava superior dan vena cava inferior → sistema porta hepatica
→ atrium dexter.
Darah dari vena kava masuk ke atrium kanan, lalu ke ventrikel kanan.

6. SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan burung menunjukan banyak perubahan menarik, antara lain
tidak adanya gigi. Oleh karena bibir tidak ada, maka tidak ada kelenjari bibir
(glandula labialis) dalam mulut ataupun kelenjar intermaksilaris, tetapi ada glandula
labil sublingualis. Bagian akhir esophagus membesar pada burung granivora (burung
pemakan biji-bijian), menjadi kantong disebut tembolok yang digunakan untuk
menyimpan makanan sementara.

Sistem pencernaan burung (Sumber: Miller dan Harley, 1990)


Saluran pencernaan pada burung terdiri dari:
1) Paruh: merupakan modifikasi dari gigi
2) Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga
mulut dan tanduk
3) Faring: berupa saluran pendek
4) Esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tombolok, berperan
sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat.
5) Lambung.
Terdiri atas :
 Proventrikulus (lambung kelenjar) : banyak menghasilkan enzim pencernaan,
dinding ototnya tipis.
 Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada
burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama
makanan yang berguna untuk membantu proses pencernaan dan disebut
sebagai “hen’s teeth”
6) Intestinum yang terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
7) Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
8) Kelenjar pencernaan burung yang meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas.
Lambung burung tersusun atas lambung kelenjar disebut proventrikulus yang
mensekresi getah lambung. Bagian posterior lambung adalah bagian yang berdinding
tebal dan berotot dikenal sebagai ventrikulus. Lapisan dalam ventrikulus memiliki
lapisan tanduk dan seringkali bergelombang. Disinilah pasir halus dan kerikil kecil
yang dipatuk oleh burung pemakan biji memainkan peran dalam penggilingan
makanan. Usus kecil (usus halus) bergulung dan memutar. Banyak burung memiliki
satu atau dua caeca coli (usus buntu) pada perbatasan usia kecil dan usus besar. Usus
besar pendek dan lurus dan membuka ke dalam ruang kloaka.

7. SISTEM PERNAPASAN
Sistem pernafasan sangat efisien sehingga lebih rumit daripada sistem
vertebrata yang lain. Trakhea burung bukan merupakan organ penghasil suara, tetapi
untuk memodulasi nada-nada yang dihasilkan dalam sirink yang terletak di ujung
bawah trakhea. Larink membagi menjadi dua membentuk cabang tenggorokan
(bronkus) kanan dan kiri.
Ruang yang meluas pada sirink disebut tympanum dan biasanya dikelilingi
oleh cincin-cincin rawan trachea dan bronkia. Bagian yang kelihatan tulangnya
disebut pessulus, merupakan tempat dimana selaput suara (membrane semilunaris)
terletak. Membran-membran tambahan ada di ujung dorsal tiap bronkhus yang
berhubungan dengan trakea.
Kelompok burung yang memiliki trachea yang panjang umumnya mampu
meresonansi frekuensi suara yang lebih redah daripada kelompok burung yang
mempunyai trakhea lebih pendek. Angsa dan burung bangau trakheanya sangat
ekstrim dan bisa lebih panjang daripada panjang lehernya, sebab trakea bagian distal
berbelit memanjang ke bagian lekukan sternum. Hal ini diduga sebagai adaptasi
fungsional karena frekuensi suara rendah, untuk komunikasi jarak jauh.
Paru-paru burung secara proporsional kecil dan tidak mampu melakukan
ekspansi tidak seperti pada karakteristik paru-paru mamalia. Paru paru burung
dihubungkan dengan 9 sakus udara yang terletak di berbagai bagian tubuh. Udara
melewati sirkuit bronkhial ke dalam kantung udara dan kemudian kembali ke saluran
kapiler udara dalam paru-paru.
Tempat difusi udara pernafasan terjadi di paru-paru yang berjumlah sepasang
dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
 Selain paru-paru burung memiliki 4 pasang perluasan paru-paru yang disebut pundi-
pundi hawa atau kantung udara (saccus pneumaticus)
 Pundi-pundi hawa terdapat pada pangkal leher (saccus cervicalis), rongga dada
(saccus thoracalis anterior dan posterior), antara tulang selangka atau korakoid
(saccus interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan usus atau
rongga perut (saccus abdominalis).

Sistem respirasi burung dengan berbagai kantong udara (Sumber: Store,. et al. 1983)
 Pundi – pundi hawa berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak
terjadi difusi udara pernapasan. Kantung udara membuat pernapasan burung lebih
efisien.

Sistem respirasi burung dengan berbagai kantong udara (Sumber: Orr, 1976).
Fungsi pundi-pundi hawa:
1) Membantu pernapasan, terutama pada waktu terbang, karena menyimpan oksigen
cadangan.
2) Membantu mempertahankan suhu badan dengan mencegah hilangnya panas badan
secara berlebihan.
3) Membantu memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring.
4) Mengatur berat jenis (meringankan) tubuh pada saat burung terbang.
Adapun fungsi lain dari kantung udara selain untuk bantuan pernapasan,
beberapa fungsi itu adalah untuk mengurangi gesekan-gesekan antara bagian-bagian
yang bergerak ketika terbang, membantu mengurangi penurunan suhu tubuh terutama
selama terbang, meningkatkan daya apung pada burung-burung air, dan sebagai bantal
pneumatikus untuk menahan hentakan pada burung yang menyelam ke dalam air dari
udara.

Mekanisme pernapasan pada burung dibedakan menjadi dua, yaitu pernapasan waktu
istirahat dan pernapasan waktu terbang

a. Pada waktu istirahat


 Inspirasi:
Otot antar tulang rusuk berkontraksi, rongga dada membesar, paruparu mengembang.
Akibatnya tekanan udara dada menjadi kecil, sehingga udara luar yang kaya oksigen
akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian
besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara.
 Ekspirasi:
Otot antar tulang rusuk berrelaksasi, rongga dada mengecil, paru paru menyusut.
Akibatnya tekanan udara dada menjadi besar, sehingga udara dari kantung udara
masuk ke paru-paru dan udara yang kaya CO2 akan keluar. Selanjutnya, saat di
alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus. Jadi, pengikatan O2 berlangsung pada
saat inspirasi maupun ekspirasi

b. Pada waktu terbang:


 Inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung-kantung udara.
 Waktu sayap diangkat ke atas, kantung udara di ketiak mengembang, sedang kantung
udara di tulang korakoid terjepit, sehingga terjadi inspirasi
 Waktu sayap diturunkan, kantung udara di ketiak terjepit, sedang kantung udara di
tulang korakoid mengembang, sehingga terjadi ekspirasi. Semakin tinggi burung
terbang, semakin cepat burung mengepakkan sayapnya untuk mendapatkan oksigen
yang cukup
banyak.

8. SISTEM UROGENITAL
Sistem fisiologi burung secara umum sama dengan reptilian dan mamalia.
Ginjal burung tergolong tipe metanefros. Ginjal burung secara proporsional besar,
lobus tak teratur, bentuknya menyesuaikan kedalam depresi sinsakrum. Setiap ginjal
memiliki ureter (saluran kencing) yang membuka langsung kedalam ruang kloaka,
sehingga urine bercampur dengan kotoran. Satu-satunya burung yang diketahui
memiliki kemih adalah burung unta. Pada burung laut memiliki kelenjar supraorbital
yang digunakan untuk ekskresi garam dari darah secara cepat. Kelenjar tersebut
berfungsi mengeluarkan kelebihan garam yang akan dikeluarkan melalui nostrilnya.
Hal ini merupakan kemampuan adaptasi spesies burung laut karena menelan air asin,
agar tidak menyebabkan gangguan khusus pada ginjal. Burung-burung pantai, seperti
burung camar laut terlihat sering meneteskan cairan berupa larutan garam pekat dari
cuping hidungnya. Burung padang pasir seperti burung unta, kelenjar garam
memberikan pengawet atau cadangan air untuk tubuh, dengan cara membuang garam
dari system eksresi sehingga penyerapan air di kloaka menjadi lebih intensif. Sangat
sedikit burung yang mampu hidup survive tanpa air minum, berarti harus mampu
menekan terbuangnya air melalui mekanisme penyerapan kembali di dalam kloaka.
Hal ini dilakukan oleh beberapa spesies burung yang hidup di padang pasir, dan
spesies burung rawa asin dengan menaikkan jumlah lekuk-lekuk henle dalam ginjal.
Lekuk-lekuk itu berfungsi untuk menyerap air kembali. Dan dengan demikian urin
menjadi lebih pekat. Lekung henle di lapisan medulla ginjal tersebut dapat mencapai
2 atau 3 kali lipat pada spesies yang menyimpan air cadangan dari pada burung yang
minum air secara terartur.

9. SISTEM SARAF
Otak burung berkembang baik, namun berbeda dengan mamalia. Sistem saraf
pusat burung menunjukkan perkembangan lebih maju dari pada system saraf reptil.
Oleh karena burung memiliki kemampuan terbang, sehingga serebelum burung
membesar dibandingkan reptilian dan mamalia untuk ukuran tubuh yang sama. Lobus
optikus pada burung secara proporsional berukuran besar, hal ini merupakan
kecualian, nampaknya berkaitan dengan ketajaman pandang yang dimilki burung.
Korteks serebrum tidak berkembang dengan baik seperti pada sebagian mamalia.
Pada serebrum terdapat corpus striatum yang tampaknya berperan dalam mengatur
sebagian besar perilaku kompleks burung. Burung dalam berperilaku tampaknya
terlihat kombinasi antara belajar dan insting. Contohnya kicauan beberapa burung
jantan saat reproduksi sama dengan moyangnya meskipun sebelumnya tidak pernah
mendengarkan kicauan tersebut. Burung juga mengembangkan proses belajar seperti
seperti pada burung Paruspalustris dapat mengingat tempat biji-bijian
disembunyikan. Beberapa burung dapat belajar pola binatang dalam waktu kurun
beberapa hari, kemudian mengingat hal tersebut untuk kurun waktu tahunan, dan
dapat menggunakan memori tersebut serta tanda- tanda alam untuk navigasinya. Otak
burung memiliki hemisfer serebral yang berkembang dengan baik, serebelum, dan
lobus optik. Cerebellum jauh lebih besar pada burung daripada pada reptil serta
berfungsi sebagai pusat koordinasi yang penting dimana memposisikan kerja otot,
rasa keseimbangan, dan isyarat visual yang mana digunakan untuk
mengkoordinasikan gerakan dan keseimbangan.

Pic: Bagian-bagianotakburung.

Sources: Hickman Principle of Zoology


10. SISTEM INDRA
Penglihatan merupakan alat sensori yang utama pada burung. Mata burung
berukuran besar sama seperti serebrum. Mata pada burung umumnya terletak di sisi
kanan kiri kepala burung. Pada burung predator cenderung memiliki mata yang
letaknya mengarah kearah depan kepala. Setiap mata dilindungi oleh dua kelopak
mata dan membrane niktitans. Pada itik, angsa, dan burung air lainnya membrane
niktitans berbentuk seperti kontak lensa yang menjaga focus burung saat di bawah air.
Pada burung siang memiliki persepsi yang bagus tentang warna karena memiliki
sejumlah sel kerucut. Pada burung malam, matanya didominasi sel batang. Burung-
burung seperti elang dan burung hantu memiliki mata yang diarahkan ke depan,
memungkinkan lebih banyak visi binokular untuk persepsi kedalaman yang lebih
baik.Di burung pemangsa dan beberapa lainnya, fovea, atau daerah yang paling tajam
ditempatkan di lubang dalam, yang membuat burung bisa fokus persis pada
sumbernya. Selain itu,banyak burung memiliki dua foveae di retina.

Pic:
duavoveaepadabeberapajen
isburung.

Sources, Hickman Principle


of Zoology

Pendengaran merupakan alat sensori kedua yang diperlukan burung. Telinga


dalam burung memiliki saluran setengah lingkaran dan organ otolit yang merespon
untuk posisi akselerasi dan statis. Sebagai tambahan burung memiliki kohlea yang
dikhususkan untuk mendengar. Pada burung bentuk kohlea tersebut pendek dan lurus.
Getaran suara akan ditangkap gendang telinga (membrane timpani) dan diteruskan
kekohlea oleh tulang tengah telinga yang berjumlah satu buah yaitu tulang stapes
(columella). Burung umumnya dapat mendengar suara dengan frekuensi di
bawah12kHz, sedangkan manusia 20kHz.
Kemoreseptor pada burung kurang berkembang dibandingkan mamalia.
Burung hanya memiliki sedikit epithelium olfaktori dan tidak memiliki jacobson.
Reseptor pengecap pada burung hanya sedikit dibandingkan pada mamalia, hal ini
berhubungan dengan kebiasaan mengunyah terhadap makanannya melainkan
langsung ditelan.
Indra penciuman dan perasa beberapa burungrelatif berkembang dengan baik.
Seperti pada mamalia, telinga burung terdiri dari tiga wilayah: (1) Telinga luar,
saluran suara yang membentang kearah gendang telinga. (2) Telinga tengah yang
mengandung columella untuk mentrasmisikan getaran, dan (3) Telinga bagian dalam
tempat organ pendengaran koklea berada.
Ada tiga kelebihan perkembangan bagian-bagian yang berhubungan dengan
hidung burung daripada reptile. Sebagian burung mempunyai lubang eksternal atau
lubang hidung yang menuju kedalam. Anggota pelecaniformester tentu lubang hidung
ini memiliki penutup. Posisi lubang hidung biasanya 2 buah terletak di lateral dan
pasangannya saling berdekatan, tetapi ada beberapa anggota Procelariformes
mempunyai lubang hidung berbentuk tabung di posisi dorsal. Umumnya lubang
hidung secara internal terpisah satu sama lain oleh sekat hidung atau sektum. Lapisan
epithelium pada alat pencium sebagian burung relative terbatas dan hanya pada
permukaan atas saja. Hal ini berkaitan dengan ukuran pusat pencium di otak, sehingga
menyebabkan indra pencium relative kurang peka untuk sebagian besar burung.
Ujung perasa berkurang pada lidah sebagian besar burung.

11. CIRI KHUSUS


a. STRUKTUR BULU
Bulu adalah struktur khusus anggota kelas Aves. Secara filogenetik, bulu
diduga berasal dari epidermal. Secara embriologis bulu bermula dan papilla dermal.
Poros utama bulu disebut shaft (tangkai), bagian dekat shaft disebut calamus
merupakan bagian sebuah lingkaran dan tidak memiliki jaringan. Sisa shaft disebut
rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan. Baris-baris barbulae yang berdekatan
saling bersambungan. Ujung dan sisi bawah tiap barbulae yang memiliki filament
kecil yang disebut barbicels berfungsi membantu menahan barbula yang saling
bersambungan. Ada beberapa burung bulunya baru akan lengkap setelah pertumbuhan
bulu kedua yang muncul pada bagian dorsal shaft dan persimpangan rachis-calamus.
Ada beberapa struktur jenis bulu burung. Kontur bulu, setelah burung dicabuti
bulunya, maka akan ditemukan struktur bulu kecil-kecil mirip rambut yang tersebar di
seluruh tubuh yang disebut filoplumae dan bila diperiksa dengan seksama kana
Nampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbula di puncak. Seseorang
yang sedang mencabuti bulu itik akan mendapati filoplumae. Bulu burung saat
menetas disebut neossoptile, sedangkan teleoptile untuk bulu burung dewasa.
Berbagai macam bentuk bulu ekor burung pada saat burung sedang tidak
terbang. Antara lain bentuk bersegi, bertakik, beracabang, bulu sebelah luar
memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram,
berbentuk tingkatan, dan ada ekor burung yang berujung meruncing.
Ada jenis bulu khusus yang ditemukan pada dada burug heron disebut
bulu bubuk/powder. Secara structural bulu bubuk agak sama dengan umumnya bulu
tetapi barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu bubuk
belum jelas, hanya saja ketika burung melumasi dengan cara menjilati bulu maka bulu
bubuk dapat membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur
selama pengeraman.
Semiplumae adalah bulu-bulu yang tidak memiliki kumpulan barbula,
letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu luar. Bristle adalah bulu perasa berupa shaft
yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids
dan burung penangkap serangga (flycatchers) dan bristle yang menutupi lubang
hidung burung pelatuk. Ada spekulasi luas tentang fungsi bristle. Bristle pada burung
pelatuk sebagai penutup lubang hidung nampaknya sebagai adaptasi agar partikel-
partikel kayu tetap di luar saluran pernapasan. Berkurangnya bulu pada kepala burung
hering hingga seperti bentuk bristle, menguntungkan bagi spesies pemakan bangkai
ini. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids diyakini membantu dalam mendeteksi
posisi sarang, tempat bertengger dan juga benda yang menghalangi. Fungsi bristle
didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor dekat folikel bulu (kantung
rambut).
b. WARNA BULU
Warna bulu dihasilkan oleh butir-butir pigmen, dengan defraksi dan refleksi
cahaya oleh struktur bulu atau oleg pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok
adalah melanin dan karotenoid (karotin). Karotenoid sering disebut lipokrom,
tidak larut dalam air tetapi dapat larut dengan pelarut lemak seperti methanol,
ether atau karbon disulfide. Ada 2 jenis karotenoid yaitu golongan zooeritrin atau
animal red dan zoosantin atau animal yellow. Pigmen melanin hanya terlarut
dalam asam. Butir-butri eumelanin beraneka rupa dari hitam hingga coklat gelap
dan feomelanin hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Butiran pigmen dapat ditemukan pada shaft dan barbula dan umumnya warna
bulu merupakan produk karotin dan melanin. Adanya butir-butir melanin bulat di
dekat ujung bulu luar akan memberikan efek yang dikenal sebagai ring Newton
dan menyebabakan perubahan warna-warni bulu. Warna biru, violet dan hijau
tidak dihasilkan dari pigmen tetapi tergantung sepenuhnya pada struktur bulu.
Misalnya warna bulu burung Bluebird bahwa bulu-bulu biru ternyata tidak
mengandung pigmen biru tetapi pigmen kuning menyerap semua spectrum sinar
selain sinar biru kemudian dipantulkan. Warna hijau juga dihasilkan dengan cara
menyerap semua spectrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis
pemakan pisang (plantain-eater) memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin
yang mampu menghasilkan warna hijau, sedangkan warna merah gelap dihasilkan
oleh turacin. Salah satu spesies ini yaitu Tauraco corythaix yang mempunyai
kuning telur berwarna merah terang. Analisis kimia menunjukkan bahwa pigmen-
pigmen yang menghasilkan warna kuning telur yang tak biasa ini adalah
karotenoid dan sekitar 60% terdiri dari pigmen merah yang dikenal dengan
astasantin.
Meskipun warna burung adalah genetis, namun dapat berubah oleh faktor-
faktor internal dan eksternal. Menurut ahli aviculturist, banyak spesies burung
memiliki bulu warna merah tetapi warna merah ini cenderung berganti kuning
setelah beberapa tahun di dalam kurungan. Bahkan jarang ditemukan kutilang
rumahan (Carpodacus mexicanus) dengan bulu-bulu kekuningan atau oranye di
kepala selain merah. Burung yang dikurung, perubahan ini dianggap berasal dari
makanan. Hormon juga berperan sangat penting dalam kendali warna bulu.
Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual, pengaturan hormone
estrogen banyak berperan pada burung jantan yaitu sebelum hingga awal
pergantian bulu, sementara itu burung betina mungkin diinduksi oleh bulu burung
jantan dengan pengaturan testosterone.
Oksidasi dan abrasi/gesekan merupakan faktor eksternal yang berpengaruh
pada perubahan warna bulu burung. Terutama karotin, merupakan subyek pokok
pemudaran sinar matahari dan bulu-bulu yang dimiliki selama setahun mungkin
berbeda-beda warnanya.

c. ARANSEMEN BULU
Setelah bulu dicabuti nampak bahwa bulu dirancang pada bidang-bidang
terbatas yang disebut pterilae. Di antara pterilae ada bidang kecil pada kulit yang
kosong disebut apterilae. Ada pengecualian pada Penguin dan Kiwi, dimana bulu
ditemukan hampir pada sebagian besar bagian tubuhnya. Pterilosis atau studi
tentang bulu dan aransemennya, telah ditetapkan nama-nama bulu di berbagai
Tempat pada tubuh burung. Oleh karena luas dan bentuknya bervariasi maka perlu
diklasifikasi. Bidang utama dijelaskan sebagai berikut:
Capital tract menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke
pterilae berikutnya. Spinal tract memanjang dari atas leher ke punggung
kemudian ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau mungkin terpisah ditengah.
Ventral tract berawal di antara cabang dari rahang bawah dan memanjang turun
ke sisi ventral leher (ventral neck), yang biasanya bercabang menjadi dua bidang
lateral yang melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus.
Humeral tract adalah sepasang pterilae yang sejajar satu sama lain seperti pita
sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak. Bulu pada bidang tersebut
disebut scapular (bulu tulang belikat). Caudal tract termasuk retrices, bulu pada
ekor, biasanya panjang, kuat dan ringan.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Remiges
adalah bulu yang ringan dan kuat yang tumbuh dari batas ujung sayap. Bulu yang
menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut covert (bulu penutup), yang
meliputi covert sayap bagian atas (bulu covert primer yang paling besar, cover
sekunder), alula covert melengkapi covert lain, dan sebagian kecil bulu
permukaan atas yang menutup batas pangkal sayap disebut marginal covert.
Femoral tract meluas sepanjang permukaan luar paha dari dekat sendi lutut ke
tubuh. Crural tract menyusun sisa bidang bulu lainnya pada kaki.

d. PERGANTIAN BULU
Bulu-bulu lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu baru.
Pelepasan dan penggantian bulu disebut molting. Proses pergantian bulu mengikuti
urutan yang sangat pasti. Pegantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam masa
setahun dan umumnya diselesaikan dalam satu periode (sselama beberap minggu).
Umunya semua burung dewasa mengalami molting sekali dalam setahun,
terkecuali burung kolibri betina mempertahankan bulunya selama 2 tahun. Pergantian
bulu tahunan biasanya terjadi setelah musim perkembangbiakan, tetapi ada juga yang
mendahului musim perkembangbiakan. Faktor fisiologis bertanggung jawab terhadap
pergantian bulu belum banyak diketahui. Bahwa pergantian bulu tidak tampak nyata
terinduksi oleh tingginya dosis hormone tiroksin dari glandula tiroidea yang keliatan
lebih aktif pada saat-saat itu. Fakta menunjukan burung-burung yang mendapat
perlakuan theroidectomized (gladula tiroidea diambil) ternyata masih mengganti
bulunya. Hal ini mengindikasikan bahwa pergantian bulu burung dipengaruhi oleh
banyak faktor.
Natal plumage (bulu saat menetas). Ada beberapa spesies burung yang sama
sekali telanjang saat menetas. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu
bervariasi, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (missal pada burung
merpati atau tubuh tertutup bulu seluruhnya pada burung precocial muda (misal pada
ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan akan diganti dengan bulu baru, sebagai
berikut:
1. Juvernal plumage (bulu anak burung). Bulu yang merupakan karakteristik dari
sebagian besar burung muda. Bulu lebih sustansial daripada natal plumage. Bulu
ini pada sebagian besar burung passerine hanya bertahan beberapa minggu
kemudian sebagian atau seluruhnya akan rontok oleh pergantian bulu dan diganti
dengan,
2. First winter plumage (bulu ketika berusia setahun). Bulu ini diperoleh pada akhir
musim panas atau musim gugur dan bertahan hingga musim semi berikutnya atau
selama 12 bulan, tergantung pada spesies. Sebagian besar spesies burung, bulu
akan digantikan walaupun hanya sebagian. Bulu pengganti sebelum kawin
pertama adalah dengan,
3. First nuptial plumage (bulu kawin pertama) bulu perkembangbiakan pertama,
yang bias saja mirip atau berbeda dari bulu burung dewasa. Bulu ini pada
beberapa spesies hanya merupakan bulu tahun pertaman, ada juga bulu nuptial
diperoleh dengan pergantian bulu lengkap yang meliputi semua bulu. Bulu ini
biasanya rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama,
kemudian digantikn dengan,
4. Second winter plumage (bulu tahun kedua). Bulu ini dapat dibedakan dengan bulu
dewasa di musim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu dewasa
dimusim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun
pertama atau yang memperoleh bulu dewasa lebih dari dua tahun. Bulu ini akan
digantikan pada musim semi berikutnya dengan bulu masa kawin kedua.
Beberapa burung pantai seperti knot dan dowitcher dari bulu berwarna abu-abu
kemerahan dan putih digantikan warna-warna cemerlang. Bulu putih kontras di
musim dingin pada burung ptarmigan diganti bulu berwarna cerah di masa kawin.
Meskipun warna burung jantan dan betina dari sejumlah spesies identik, akan tetapi
secara mayoritas jantan berwarna lebih cerah terutama bulu pada masa kawin.
Pergantian bulu yang agak akeh ditemukan pada pejantan itik tertentu. Setelah
musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, burung jantan berwarna pudar
abu-abu kemerahan dan bulu pada sayappun dilepas begitu cepat sehingga untuk
sementara burung ini tidak dapat terbang. Oleh karena warna bulu pejantan menjadi
pudar, menyebabkan burung jantan tidak menarik..
e. FUNGSI BULU
Penghangat. Salah satu fungsi pokok bulu adalah penghemat panas tubuh
sebab burung adalah hewan endoterm. Lapisan udara yang ditahan di dalah
struktur bulu menjadi isolator hilangnya panas tubuh dan penetrasi dingin dari
luar. Kedalaman lapisan ini dapat dikendalikan dengan menegakkan atau
merebahkan bulu. Pada saat cuaca dingin, burung yang sedang istirahat bulunya
akan ditegakkan untuk meningkatkan lapisan isolator seperti halnya ketika kita
mengenakan pakaian lebih tebal untuk tujuan yang sama. Bila hari panas, bulu
akan direbahkan ditekan kuat ke tubuh untuk memperkecil lapisan isolator.
Perlindungan. Bulu member berbagai macam perlindungan terhadap tubuh
burung. Burung member berbagai macam perlindungan terhadap tubuh burung.
Burung yang tidak dapat terbang atau yang hanya mampu terbang terbatas,
tergantung pada kemampuan lari agar terlepas dari bahaya, akan tetapi mayoritas
burung mempercayakan diri pada kemampuan terbang pada keadaan itu. Bulu
juga member perlindungan langsung terhadap luka. Kulit seekor burung relative
tipis dibanding dengan banyak jenis vertebrata lain dan akan segera luka terkena
ranting dan cabang bila tidak tertutup bulu. Seperti diketahui bahwa itik dan angsa
hampir tidak tembus air karena rapatnya bulu-bulu penutup tubuh.
Warna bulu berperan penting dalam perlindungan banyak spesies burung.
Warna tersamar dengan tanah dari pola warna burung Caprimulgid, misalnya
elang malam, tidur di tanah terbuka di siang hari dengan tenang. Bahkan ketika
lokasi istirahat ini diketahui, pola-pola warna perlawanan yaitu warna abu-abu,
putih, coklat, dan hitam bercampur baur sehingga sulit membedakan sketsa
burung dengan latar belakangnya walaupun pengamat sudah sangat dekat. Bulu
musim dingin yang putih, jelas sebagai alat penyesuaian seperti jas musim dingin.
Ketika sedang mengadakan studi warna bulu burung di museum mungkin
lebih mudah dan jelas, namun dalam kehidupan nyata warna tersebut mungkin
sulit dilihat. Berbagai pola hitam-putih di punggung burung pelatuk membuat sulit
terlihat pada latar belakang pohon-pohon kayu. Warna semacam itu dianggap
sebagai pewarnaan distruktif.
Prinsip bayang-bayang berlawanan yang ditunjukkan oleh Abbot Thayer,
berkenaan dengan fakta bahwa sebagian besar burung dan banyak jenis binatang
lain, warna permukaan bawah tubuh lebih cerah daripada atas. Secara teoritik
bahwa permukaan perut yang cerah menetralkan efek bayangan sehingga sketsa
burung tidak di luar relief.
Dapat diambil suatu generalisasi bahwa warna berbagai burung berkaitan
dengan habitat. Burung yang mendiami rerumputan cenderung berbelang, yang
hidup di bawah semak bercorak coklat, sementara yang mencari makan di antara
daun-daun dan cabang-cabang (misalnya burung pengicau) coraknya hijau atau
kuning. Kecenderungan warna rasial pada banyak spesies akan menjadi masalah
besar bagi para pengamat pemula. Warna populasi burung di daerah kering
cenderung lebih pucat dibanding spesies sama yang hidup di daerah lembab dan
curah hujannya lebih tinggi dengan vegetasi lebih subur.
Warna bulu pada burung tidak selalu bermakna protektif, yang jelas
cemerlangnya bulu burung tertentu menjadi daya tarik sehingga mayoritas warna
cerah merupakan karakteristik jantan. Dimorfisme seksual jenis diyakini
membantu dalam mengenal jenis kelamin dalam spesies dan karenanya disebut
pewarnaan epigamik. Burung jantan terkadang memamerkan warna-warni bulunya
saat bercumbu. Tentu saja ada burung jantan dan betina berwarna identik,
pengenalan jenis kelamin tergantung pada perbedaan pola perilaku.
Kemampuan apung. Fungsi penting lain dari bulu, khususnya pada burung
air adalah membantu meningkatkan kemampuan apung. Permukaan bawah tubuh
burung perenang tertutup rapat oleh bulu-bulu, di dalam bulu tersebut terdapat
kantung udara. Burung-burung tersebut mampu beristirahat seperti layaknya di
atas rakit tubuhnya sendiri.
Terbang. Apabila tidak ada bulu burung tidak dapat terbang walaupun banyak
faktor lain berpengaruh. Tubuh burung berbentuk garis lurus dan secara
proporsional ringan karena struktur rangka dan berbagai ruang udara di berbagai
bagian tubuh. Otot dada yang memberikan daya dorong sayap berkembang sangat
kuat. Efisiensi sistem pernapasan sangat tinggi karena proses pertukaran gas
berlangsung sangat baik dan cepat. Efek lain dari efisiensi pertukaran gas ini
adalah sistem pendinginan tubuh berlangsung sangat baik.
Mekanikan terbang burung merupakan obyek studi yang menarik berkaitan
dengan aerodinamika. Prinsip mengangkat, menarik, ujung pemutar, penyebaran
tekanan dan aspek rasio yang digunakan dalam penerbangan adalah berdasar pada
terbang burung. Sayap seekor burung dan sebuah pesawat dalam hal tertentu dapat
disamakan. Keduanya bergaris lurus untuk mengurangi resistensi udara,
permukaan dada cembung sehingga tekanan dari bawah melebihi tekanan dari
atas. Setengah bagian dalam dari sayap burung berkaitan dengan daya
mengangkat, setengah bagian luar dari pergelangan sayap hingga ujung sayap
berperan sebagai daya pendorong. Bagian distal sayap dalam posisi setengah
lingkaran digunakan untuk melayang. Sayap bagian luar, bukan saja mampu
menghasilkan dorongan ke depan tetapi juga sebaliknya. Untuk mengangkat tubuh
secara vertikal atau untuk meluncur dilakukan oleh sayap bagian dalam.
Studi tentang gerakan sayap ketika terbang, menunjukkan bahwa gerakan
sayap turun dan ke depan adalah saat bergerak turun dan ketika bergerak naik
maka sayap mengarah ke belakang dan diangkat. Saat gerakan naik, sebagian
sayap dilipat sehingga mengurangi resistensi udara. Burung pada saat akan
hinggap, memanfaatkan kepakan sayap yang sebelumnya diawali dengan
memperbesar sudut sayap secara drastic sehingga bagian punggung langsung kea
rah bawah. Akibat gerakan yang demikian itu akan memperbesar pengangkatan
sementara pada saat kecepatan berkurang dan berhenti ketika kaki menyentuh
landasan.
Burung saat terbang ada yang hampir selalu terbang sendiri, tetapi jenis lain
terbang berkelompok bahkan sekawanan denga jenis lain. Heppner (1974)
menggunakan term flight aggregation untuk membedakan formasi terbang burung.
Ada sekelompok burung yang terbang tanpa pola, ada yang terbang terkoordinasi
dalam ruang, dalam kecepatan, dalam arah dan waktu berangkat serta saat
mendarat. Sekawanan burung yang sedang terbang mungkin dalam formasi baris
dari berbagai bentuk baik sederhana atau campuran misalnya pada burung pelican,
burung-burung laut, itik dan angsa. Formasi terbang dalam bentuk gerombolan
misalnya pada burung pipit, burung jalak, merpati dan murai.
Fungsi formasi terbang menimbulkan banyak praduga. Sekawanan burung
yang terbang bersama, mungkin merupakan suat adaptasi perlindungan terhadap
predator karena deteksi visual menjadi lebih. Sekawanan burung ini mungkin juga
sebgai adaptasi untuk mengusir musuh secara bersama-sama. Banyak pendapat
menyatakan bahwa ada keuntungan aerodinamika di dalam formasi terbang,
khususnya dalam formamsi linier. Pendapat lain menyatakan bahwa hal itu
merupakan bentuk komunikasi yang dapat membantu setiap individu dalam satu
kawanan itu untuk memanfaatkan pengalaman orientasi kolektif.
f. PARUH
Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah. Paruh
member banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat
sarang dan menjilati bulu. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan hidupnya.
Kerangka bertulang paruh atas dan bawah adalah lapisan bertanduk disebut
ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang berasal dari beberapa plat
terpisah kemudian bersambung.
Berbagai bagian paruh burung telah diberikan istilah. Bagian dorsal rahang
atas yang memancang dari dasar ke ujung paruh disebut kulmen. Rahang bawah
disebut tomia mandibula, sedangkan rahang atas disebut tomia maksila. Tomia
bisa halus seperti pada burung gereja/pipit dan mungkin juga bertakik seperti pada
burung betet. Tomia pada itik, angsa, spang, dan flamingo ada sejumlah plat tipis
dari lamella digunakan untuk penyaring makanan. Kadang bagian basal dari
rahang atas lembut dan berdaging seperti pada elang dan nuri disebut sere. Ada
beberapa spesies burung yang lubang hidungnya tertutup oleh daging atau lapisan
tanduk yang dikenal sebagai poperkulum. Sekat lubabng hidung internal ada yang
terpisah (perforate) dan ada yang tidak terpisah (imperforate). Daerah di tengah
yang terbentuk oleh sambungan rahang sebelum tersambung dengan rahang
bawah disebut gony.
Bentuk paruh burung dapat digunakan sebagai penduga terhadap kebiasaan
spesies. Paruh seperti pemakan biji, missal kutilang, baisanya berbentuk kerucut,
kokoh dan meruncing tajam sehingga mempermudah untuk mengumpulkan dan
menguliti biji. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang
sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji dari contong. Paruh
burung pemakan daging, ujungya berbentuk kait untuk menyobek makanannya
menjadi potongan-potongan kecil untuk ditelan. Burung bangau dan kuntul yang
menangkap ikan, paruhnya berbentuk tombak panjang. Burung pelatuk, memiliki
paruh kuat seperti pahat mampu memotong kayu dan melubangi pohon untuk
menangkap serangga. Paruh itik jelas bermanfaat dalam menahan makanan dari
air. Bagian dalam paruh burung kolibri memiliki paruh berbentuk lonjong, mampu
menampung madu. Burung berkicau yang memunguti serangga dari dedaunan
mempunyai paruh berbetuk ramping dan meruncing seperti sepasang gunting tang.
Kelompok burung lain, misalnya burung laying-layang memiliki paruh depress
dorsoventral.
Anggota Pelecaniformes misalnya pelican dan sebangsanya, memiliki kantung
atau kantung gular di bawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan
sementara dan membatu dalam proses penelanan. Kantung ini juga berperan
dalam pemberian makan burung muda dengan cara memuntahkan makanan dari
tembolok ke dalam kantung. Anggota kelompok burung lain, kantung gular
Nampak lebih signifikan untuk menunjukkan jenis kelamin. Selama musim
bercumbu, burung jantan membusungkan kantung ini hingga Nampak seperti
sebuah balon.

Gambar : Bentuk paruh burung


Sumber : Hickman

g. ALAT GERAK (APPENDAGES)


Tarso metatarsus pada burung hantu berbulu, sedangkan pada burung elang
tidak berbulu. Pangkal kaki burung mayoritas tidak berbulu, tarsometatarsus
tertutup sisik bertanduk, sisik tersebut imbricate (saling menutup satu sama lain
secara teratur). Jenis tersometatarsus ini disebut scutellate, dijumpai pada burung
pipit dan kutilang. Burung kelompok lain, misalnya murai, sisik penutup
bertanduknya halus dan tampak tidak terpisah-pisah, disebut kaki penendang.
Burung-burung pantai memiliki sisik penutup tarsometatarsus terpecah menjadi
banyak sisik kecil tak teratur berbentuk polygonal, disebut tarsometatarsus
reticulated.
Kaki burung juga menggambarkan kebiasaan spesies. Burung passerine dan
perching biasanya ada 3 jari kaki di depan dan hallux mengarah ke belakang. Jari
kaki burung pelatuk jari ke-4 terbalik ke depan sehingga ada dua jari kaki di depan
dan dua ke belakang, kondisi ini disebut zigodaktilus, namus hallux burung
pelatuk mereduksi sehingga jarinya hanya 3 buah mengarah ke depan. Beberapa
burung laying-layang memiliki kaki palmprodaktilus yaitu keempat jari kaki kea
rah depan untuk membantu saat hinggap pada permukaan vertikal. Kelompok
burung lain, seperti kingfisher sebagian dari jari luar dan tengah bersatu, suatu
kondisi yang disebut sindaktilus.
Burung yang menggunakan kaki untuk berenang biasanya jari-jari bersatu,
setidaknya berupa perluasan jaringan sehingga jari bercuping, untuk memperluas
permukaan kaki. Burung pelican, 4 jarinya disatukan oleh jaringan selaput hingga
ujung jari disebut kaki palmate. Kaki pada burung heron memiliki 3 jari kaki yang
disatukan dan hanya sebagian jaringan selaput ini memanjang ke ujung-ujung jari
disebut semipalate. Jari kaki burung grebes memiliki cuping jari datar dan lebar
berfungsi seperti jaringan selaput ketika berenang, demikian juga pada itik
penyelam memiliki struktur yang sama. Anggota familia burung belibis sisi-sisi
jari kakiknya memiliki lingkaran pinggir disebut kaki pectinated.
Kuku kaki burung juga menunjukkan variasi. Umumnya kuku cenderung
tertekan secara lateral, melengkung dan runcing. Bentuk kuku melengkung pada
burung laying-layang lebih kentara dan mungkin untuk menempel pada
permukaan vertikal. Kuku burung elang dan burung hantu berukuran lebih
panjang karena digunakan untuk menangkap dan menahan mangsa. Ada juga
bentuk kuku burung yang hampir lurus bahkan datar mirip pada manusia. Ada
pula kelompok burung yang pada sisi bagian dalam kuku jari tengah bergerigi
tajam. Pektinasi atau kuku sisir ini ditemukan pada heron, elang malam dan
burung hantu gudang.
Gambar : Tipe kaki burung
Sumber : http://www.arthursclipart.org/biologya/biology/page01.htm
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Hidup tersebar diseluruh dunia, dari arktik (kutub utara) hingga antartika (kutub
selatan), baik dilautan maupun didaratan, bahkan dikepulauan yang paling terpencil
sekalipun ; Ciri burung yang paling utama adalah bulu dan paruh ; Burung, adalah
endotermis (berdarah panas), yang menghasilkan panas tubuhnya sendiri ; Hewan
homoiotermis ; Kedua anggota gerak depan mengalami modifikasi menjadi sayap.
2. Pada kelas aves terdapat dua subkelas yaitu subkelas Archaeornithes dan subkelas
Neornithes. Subkelas Neornithes memiliki ordo meliputi ordo Hesperornithiformes,
ordo Icthyornithiformes, ordo Sphenisciformes, ordo Struthioniformes, ordo
Rheiformes, ordo Casuariiformes, ordo Aepyornithiformes, ordo Dinonithiformes,
ordo Apterygiformes, ordo Tinamiformes, ordo Gaviiformes, ordo Podicipediformes,
ordo Procellariiformes, ordo Pelecaniformes, ordo Ciconiiformes, ordo Anseriformes,
ordo Falconiformes, ordo Galliformes, ordo Gruiformes, ordo Charadriiformes, ordo
Columbiformes, ordo Psittaciformes, ordo Cuculiformes, ordo Strigiformes, ordo
Caprimulgiformes, ordo Apodiformes, ordo Coliiformes, ordo Trogoniformes, ordo
Coraciiformes, ordo Piciformes, ordo Passeriformes. Serta memiliki tiga subrodo
yaitu subordo Eurylaimi, subordo Tyranni, dan subordo Passeres.
3. Pada kelas aves memiliki sistem rangka, sistem otot, sistem sirkulasi, sistem
pencernaan, sistem pernafasan, sistem urogenital, sistem saraf, dan organ indra. Pada
kelas aves memiliki ciri khusus yaitu struktur bulu, warna bulu, aransemen bulu,
pergantian bulu, fungsi bulu, paruh, dan alat gerak.
DAFTAR RUJUKAN

Animal Diversity Web - Rhea americana dan Pterocnemia pennata : Information


Carroll, R. 1997. Patterns and Processes of Vertebrate Evolution. Cambridge University
Press, New York, p. 314
Chinsamy, L. D. Martin& P. Dobson. 1998. Bone microstructure of the diving
Hesperornis and the volant Ichthyornis from the Niobrara Chalk of western
Kansas
Davies, S. J. J. F.; Bertram, B. C. R. 2003. "Ostrich". Di Perrins, Christopher. Firefly
Encyclopedia of Birds. Buffalo, NY: Firefly Books, Ltd. pp. 34–37
E. Olsen and Feduccia. 1979. "Flight Capability and the Pectoral Girdle of
Archaeopteryx," Nature, p. 248
Gibson, J.M. 2007. Special animal abstract for Gaviaimmer (Common Loon). Michigan
Natural Features Inventory, Lansing, Michigan.
Hickman C.P., Roberts L.S., dan Larson, A., 2006, Integrated Principles of. Zoology ed 4th,
McGraw Hill, New York
Hickman, C. P., Robert, L. S., Keen, S. L., Larson, A., I’Anson, H., dan Eisenhour, D. J.
2008. Intergrated Principles of Zoology, Fourteenth Edition. New York : McGraw-
Hill Companies
Hickman, C.P., Roberts L.S., dan Larson, A., 2008. Integrated Principles of Zoology. New
York: McGraw Hill.
Hoganson, J.W., Erickson, J.M., and Holland, F.D., Jr., 2007, Amphibian,reptilian, and
avian remains from the Fox Hills Formation (Maastrichtian)‒Shoreline
and estuarine deposits of the Pierre Sea in south-central North Dakota, in, Martin,
J.E., and Parris, D.C., eds., The Geology and Paleontology of the Late Cretaceous
Marine Deposits of the Dakotas: Geological Society of America Special Paper 427,
p. 239-256
Hoyo, J. Elliott, A., Christie, D. 2003. Handbook of the Birds of the World.Volume 8:
Broadbills to Tapaculos. Lynx Edicions.
Irestedt, Martin; Fjeldså, Jon; Johansson, Ulf S. & Ericson, Per G.P. 2002. Systematic
relationships and biogeography of the tracheophone suboscines(Aves:
Passeriformes). Molecular Phylogenetics and Evolution 23 (3): 499–512
Kindersley. D. 2010. Ensiklopedia fauna. Jakarta: Erlangga.
Kistinnah idun, endang srilestari. 2009. Biologi BSE makhluk hidup dan lingkungannya.
Departemen pendidikan nasional
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : UM Press

Syerif, N. 2014. Dunia Burung dan Serangga. Jakarta: Penerbit Bastari


Tui ,D.R., Mark, J, Julie, C . 2013. Penguins: The Ultimate Guide. Princeton NJ: Princeton
University Press

You might also like