You are on page 1of 12

ACARA V

ISOLASI DAN KARAKTERISASI PATOGEN

I. Tujuan
1. Mengetahui cara isolasi patogen pada media PDA dan NA
2. Mengetahui karakterisasi patogen
II. Tinjaun Pustaka
Patogen biotik pada tanaman merupakan organism hidup yang mayoritas bersifat
mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman. Mikroorganisme yang
dapat menjadi penyebab penyakit pada tanaman antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda
mikoplasma, spiroplasma dan riketsia (Denance et al., 2013).
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tanaman tular tanah yang banyak
ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang secara alami menginfeksi perakaran dan
memperbanyak diri di dalam jaringan xilem (Yabuuchi et al. 1995 dalam Saputra ,2015).
Bakteri ini memiliki kisaran inang yang sangat luas semenjak spesies tanaman yang rentan
terhadap patogen ini telah diamati terjadi pada ratusan spesies tanaman dari sekitar 50 famili
tanaman (Hayward ,1991 dalam Saputra ,2015).
Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora Butl.
Pada buah kakao jamur membentuk banyak sporangium (zoosporangium), berbentuk buah
per, dengan ukuran 35 - 60 x 20 - 40 μm. Sporangium dapat berkecambah secara langsung
dengan membentuk pembuluh kecambah, tetapi dapat juga berkecambah secara tidak
langsung dengan membentuk zoospora. Jamur dapat membentuk klamidospora yang bulat,
dengan garis tengah 30 - 60 μm (Semangun, 2008 dalam Fuzan,2013).
Fusarium sp adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran
inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan
kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem
(De Cal et al., 2000).
Isolasi patogen dilakukan dengan cara memotong bagian yang terinfeksi (daun dan
batang) dengan ukuran sekitar 1x1cm, dicelupkan ke dalam beaker glass yang berisi alkohol
70% selama 2 menit untuk menghilangkan kontaminasi pada bagian luarnya, kemudian
dibilas dengan cara mencelupkan ke dalam akuades steril sebanyak 3 kali. Setelah itu
diletakkan pada permukaan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah diisi antibiotik
cloramfenikol (100 mg/L) (Samson et al., 1995). Biakan murni patogen hasil isolasi di-
karakterisasi ciri-cirinya, termasuk ciri-ciri morfologi, fisiologi, biokimia, dan kisaran
inangnya guna mengidentifikasi jenis patogennya (Macmud,2003).

III. Metodologi
Praktikum Patogen Tumbuhan Acara V yang berjudul Isolasi dan Karakterisasi
Patogen (Bakteri dan Jamur) dilaksanakan pada Jumat, 10 November dan 17 November 2017
di Sub Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Terpadu, Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada praktikum ini
dilakukan 2 subbab, yaitu isolasi patogen (bakteri dan jamur) dan karakterisasi patogen
(bakteri dan jamur). Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi jamur yaitu, medium
PDA, sampel tanaman sakit berupa tomat, terong, talas, dan kakao, air steril, dan alkohol
75%. Dan bahan yang digunakan pada isolasi bakteri adalah medium NA, sampel tanaman
sakit berupa tomat, kobis, terong, dan sampel tanah padi atau bambu. Alat yang digunakan
pada praktikum isolasi jamur dan bakteri yaitu cawan petri, tabung reaksi, skalpel, jarum ent,
jarum ose, lampu bunsen, gelas beker, pipet ukur steril. Pada subbab yang kedua yaitu
karakterisasi jamur dengan bahan yang digunakan yaitu medium PDA, lactophenol cotton
blue, dan biakan murni jamur hasil isolasi jamur Phytophtora sp. pada kentang dan kakao,
Fusarium sp. pada tomat, dan Sclerotium rolfsii pada talas yang telah diinkubasi. Dan bahan
yang digunakan pada karakterisasi bakteri adalah medium PDA, KOH, dan biakan murni
hasil isolasi bakteri Ralstonia solanacearum pada terong dan tomat, Xanthomonas campestris
pada kobis, dan Xanthomonas sp. pada tanah padi atau bambu. Alat yang digunakan pada
praktikum subbab kedua, yaitu pembakar bunsen, jamur ent, scalpel, pinset, mikroskop, dan
kamera.
Pada acara V yaitu isolasi jamur dan bakteri dari tanaman sakit. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sampel tanaman sakit dipotong kecil-kecil, kemudian
didisenfestasi menggunakan kloroks 1 % selama 3 menit dan dikeringkan diatas kertas saring
steril. Kemudian medium PDA dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditetesi 1 tetes
asam laktat agar medium tidak terkontaminasi patogen lain dan potongan tanaman sakit
langsung diletakkan pada medium PDA. Inkubasi dilakukan pada keadaan gelap pada suhu
kamar selama 3 hari. Isolat jamur dimurnikan dengan memindahkan koloni tunggal jamur
pada medium agar miring. Untuk isolasi bakteri, langkah-langkah yang dilakukan adalah
bagian tanaman diantara sakit dan sehat dipotong kecil-kecil dan dibuat suspensi dengan
ditambahkan air steril sebanyak 5 ml yang selanjutnya digojog atau di vortex hingga
homogen dan keruh. Kemudian medium NA dimasukkan ke dalam cawan petri dan suspensi
dari tanaman sakit tersebut diambil menggunakan jarum oose yang kemudian di streak pada
medium NA yang kemudian diinkubasikan pada keadaan gelap pada suhu kamar selama 3
hari. Isolat bakteri dimurnikan dengan memindahkan koloni tunggal bakteri pada medium
agar miring.
Pada acara V yaitu karakterisasi jamur dan bakteri. Langkah-langkah yang harus
dilakukan pada karakterisasi jamur adalah biakan murni hasil isolasi jamur pada acara V
diambil menggunakan jamur ent yang kemudian diletakkan pada gelas benda dan ditetesi
Lactophenol cotton blue kemudian ditutup dengan gelas penutup dan kemudian ditekan
perlahan-lahan (squeeze method). Preparat diamati dengan mikroskop pada perbesaran lemah
dan kemudian diperjelas dengan perbesaran kuat. Untuk karakterisasi bakteri, langkah-
langkah yang dilakukan adalah biakan murni hasil isolasi bakteri pada acara V diambil
menggunakan jarum oose yang kemudian diletakkan pada gelas benda dan ditetesi KOH 1
tetes yang kemudian diaduk dengan tusuk gigi steril. Tusuk gigi diangkat perlahan dan
diamati lendir bakteri yang terbentuk.

IV. Hasi dan Pembahasan

Ralstonia solanacearum pada kentang Ralstonia solanacearum pada terong

Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tanaman tular tanah yang banyak
ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang secara alami menginfeksi perakaran dan
memperbanyak diri di dalam jaringan xilem (Yabuuchi et al. 1995). Bakteri ini memiliki
kisaran inang yang sangat luas semenjak spesies tanaman yang rentan terhadap patogen ini
telah diamati terjadi pada ratusan spesies tanaman dari sekitar 50 famili tanaman (Hayward
,1991). Bakteri R. Solanacearum dibagi menjadi 5 ras berdasarkan kisaran inang : ras 1
menyerang tembakau, tomat, dan Solanaceae lainnya; ras 2 menyerang pisang (tripoloid) dan
Heloconia; ras 3 menyerang kentang; ras 4 menyerang jahe, dan ras 5 menyerang murbei.
Berdasarkan oksidasi disakarida dan alkohol heksosa, maka bakteri ini dibagi ke dalam 5
biovar (Schaad et al., 2001). terlihat koloni berwarna putih, fluidal dengan pusat koloni
berwarna merah jambu yang merupakan tipe koloni R. solanacearum virulen (Hayward,
1984). Ralstonia solanacearumpada pada kentang ,gejala pada umbi, terdapat bagian yang
mengendap berwarna hitam. Jika umbi dipotong akan tampak jaringan busuk berwarna
cokelat, sedang pada lingkaran berkas di pembuluh umbi terdapat lendir yang berwarna krem
sampai kelabu, umbi menjadi busuk. Bakteri Ralstonia pada terong akan terlihat pada daun
tanaman, daun-daun muda akan layu hingga ke ujung percabangan pada waktu cuaca panas
tetapi kemudian akan terlihat segar pada malam hari ketika cuaca sedang dingin. Ketika
penyakitnya berkembang pada kondisi yang disukai, seluruh bagian tanaman akan layu
dengan cepat dan mengering walaupun warna tanaman tetap hijau.

Fusarium sp pada tomat


Fusarium sp adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran
inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan
kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem
(De Cal et al., 2000). Cendawan Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada
bermacammacam media agar yang mengandung ekstrak sayuran. Mula-mula miselium tidak
berwarna, semakin tua warnanya semakin krem, akhirnya koloni tampak mempunyai benang.
Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang berdinding tebal. Jamur
membentuk banyak mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15
x 2,5-4 μm, makrokonidium lebih jarang, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan
bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 μm (Semangun, 2001).
Dalam budidaya tomat terdapat kendala di lapangan yaitu gangguan hama dan
penyebab penyakit tanaman baik bakteri, jamur, virus maupun mikroorganisme lain. Salah
satu penyakit yang mengganggu tanaman tomat yaitu penyakit layu yang disebabkan oleh
jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici yang merupakan salah satu penyakit utama pada
tanaman tomat. Penyakit ini pernah dilaporkan menimbulkan kerugian yang besar di Jawa
Timur dengan tingkat serangan mencapai 23% (Bustaman, 1997). Adanya serangan F.
oxysporum menjadi salah satu pembatas yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi
tomat (Freeman et al., 2002).

Phytophthora palmivora pada kakao Phytophthora palmivora pada terong

Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora Butl.
Pada buah kakao jamur membentuk banyak sporangium (zoosporangium), berbentuk buah
per, dengan ukuran 35 - 60 x 20 - 40 μm. Sporangium dapat berkecambah secara langsung
dengan membentuk pembuluh kecambah, tetapi dapat juga berkecambah secara tidak
langsung dengan membentuk zoospora. Jamur dapat membentuk klamidospora yang bulat,
dengan garis tengah 30 - 60 μm (Semangun, 2008). Identifikasi spesies melalui studi
morfologi jamur Phytophthora spp. Meliputi sifat-sifat aseksual (tipe koloni, pembengkakan
hifa, produksi dan diameter klamidospora, percabangan sporangiofor, bentuk dan ukuran
sporangia, caducity (kemudahan sporangia untuk lepas dari sporangiofor), panjang pedisel
dan papila) dan sifat seksual (ukuran anteridia, ukuran oogonia, ukuran oospora) sudah umum
dilakukan (Waterhouse, 1974).Pada terong gejala pada buah terung mula-mula terjadi bercak
kebasahan yang bergaris tengah lebih kurang 0,5 cm. Becak meluas dengan cepat ke arah
sumbu panjang, sehingga becak bentuknya memanjang. Pada jenis berbuah bulat dan
warnanya ungu becak tetap berbentuk bulat dan berwarna gelap. Bagian dalam buah berubah
warnanya, kebasah-basahan, dan berbatas coklat tidak teratur. Akhirnya buah terlepas dari
kelopaknya dan menjadi busuk sama sekali.
Hendrawati (1997) juga melaporkan bahwa koloni beberapa isolat Phytophthora sp.
asal kakao yang dipelajarinya berbentuk bulat dengan pinggiran tidak rata, berwarna putih,
dengan hifa tampak lurus, jika dipotong menggunakan skalpel akan terasa kenyal sehingga
agak menyulitkan ketika akan disubkulturkan pada medium kaldu kentang.

Xanthomonas campestris pada kubis

Xanthomonas campestris Dows. yang menyebar melalui Seed borne. Bakteri ini dapat
menyerang kelompok tanaman kubis pada semua tingkat pertumbuhan dan perkembangan
(Semangun, 2004). Pada waktu persemaian tanaman brokoli, patogen ini mengakibatkan
semai rebah (damping off), karena infeksi awalnya terjadi pada kotiledon dan kemudian
menjalar ke seluruh bagian tanaman (Wolf, 2005). Xanthomonas campestris pv. campestris
NCPPB1144 menunjukkan hasil negatif pada uji oksidase, positif pada aktivitas katalase,
positif pada uji fermentasi glukosa, hidrolisis pati, gelatin, esculin dan Tween 80 (Popovic,
2013). Medium dengan 0,1 % dan 0,02 % TTC mampu menghambat pertumbuhan bakteri
ini. Semua isolat tersebut menghasilkan indol dan hidrogen sulfida dan tumbuh pada suhu
35°C (Radunovic et al, 2012). Bakteri ini memiliki daya patogenitas yang tinggi dalam
menghambat pertumbuhan tanaman inangnya (Weber et al., 2005).
Sclerotium rolfsii pada talas

Sclerotium rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang dapat menyebabkan
beberapa penyakit mematikan pada tanaman seperti busuk batang, layu dan rebah kecambah.
Jamur ini merupakan jamur tular tanah yang dapat bertahan lama dalam bentuk sklerotia di
dalam tanah, pupuk kandang, dan sisa-sisa tanaman sakit. Di samping itu, jamur tersebut
dapat menyebar melalui air irigasi dan benih pada lahan yang ditanami secara terus menerus
dengan tanaman inang dari Sclerotium rolfsii tersebut, sehingga mengakibatkan turunnya
produksi tanaman yang akan dipanen (Timper et al. 2001).
Selain menyerang tanaman kacang tanah, S. rolfsii dapat juga menyerang tanaman
lain seperti kentang, tomat, kedelai, kubis-kubisan, bawang, seledri, jagung manis, selada,
kapas, tembakau, dan tanaman dari famili Cucurbitaceae (Agrios 1997). Perbedaan
karakteristik jamur Sclerotium rolfsii pada beberapa tanaman inang meliputi diameter koloni,
kecepatan pertumbuhan miselia, ukuran dan warna sklerotia. Sclerotium rolfsii yang
membentuk koloni dengan miselium berwarna putih seperti kapas kompak dan padat. Tipe
perkecambahan sklerotia berbentuk dispersif (hifa keluar dari semua sudut sklerotia) dengan
benang-benang halus bercabang berbentuk seperti kapas dan berwarna putih. Umbi talas yang
dipanen tidak dapat disimpan lama, karena akan membusuk dalam waktu 1 hingga 2 minggu.
Dalam menyimpan umbi talas, jangan sampai terjadi luka di umbinya dan juga jangan terkena
air dan lembab. Disarankan untuk menyimpannya diberdirikan dan disenderkan ke tembok,
jangan bertumpuk. Ditemukan cendawan Sclerotium rolfsii dan Lasiodiplodia theobromae
pada talas beneng selama dalam penyimpanan. Sclerotium rolfsii mempunyai cirri hifa yang
halus seperti bulu ayam berwarna putih di sekeliling umbi dan ada sclerotia. Selain itu, umbi
yang disimpan juga dapat membusuk secara lunak karena jamur Lasiodiplodia theobromae.
Umbi talas yang membusuk secara lunak karena Lasiodiplodia theobromae umumnya
berwarna abu-abu hingga kebiru-biruan (Semangun, 2004)
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Bakteri Bacillus dan Pseudomonas
sebagai kelompok Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan genus yang
banyak diteliti dan berpotensi tinggi sebagai agens pengendali penyakit tanaman. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi PGPR dalam menghambat penyakit rebah
kecambah yang disebabkan oleh jamur S. rolfsii pada kedelai. Plant growth-promoting
rhizobacteria (PGPR) adalah bakteri tanah yang menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman. PGPR dapat hidup di dalam akar tanaman dan berasosiasi dengan tanaman
(Beneduzi et al., 2012). Pengamatan morfologi makroskopis koloni, meliputi pigmentasi,
bentuk, tepi koloni, elevasi, tekstur, tampilan, dan properti optik berdasarkan perbandingan
dengan literatur pendukung. Koloni tunggal yang tumbuh kemudian diberi kode isolat.
Gram-positif adalah bakteri yang Mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu
proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop.Bakteri
gram positif seperti Staphylococcus aureus. Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan
berwarna merah bila diamati dengan mikroskop. Bakteri Gram negatif akan menghasilkan
suspensi kental seperti lendir saat tusuk gigi diangkat (Powers, 1995).Contoh bakteri gram
negatif yaitu Xanthomonas campestris dan Ralstonia solanacearum.
Isolasi patogen dilakukan dengan cara memotong bagian yang terinfeksi (daun dan
batang) dengan ukuran sekitar 1x1cm, dicelupkan ke dalam beaker glass yang berisi alkohol
70% selama 2 menit untuk menghilangkan kontaminasi pada bagian luarnya, kemudian
dibilas dengan cara mencelupkan ke dalam akuades steril sebanyak 3 kali. Setelah itu
diletakkan pada permukaan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah diisi antibiotik
cloramfenikol (100 mg/L) (Samson et al., 1995). Biakan murni patogen hasil isolasi di-
karakterisasi ciri-cirinya, termasuk ciri-ciri morfologi, fisiologi, biokimia, dan kisaran
inangnya guna mengidentifikasi jenis patogennya (Macmud,2003).
Tabel 1.1 Pengamatan Jamur

Diameter Miselium
Jamur
Pengamatan ke
Tomat (Fusarium sp.) 1 2 3 4 5 6 7
Ul. 1 0.5 0.8 1.6 1.8 kontam kontam kontam
Ul. 2 0.4 0.7 1.2 1.4 2.1 kontam kontam
Ul. 3 0.2 0.4 0.9 1.5 kontam kontam kontam
Rerata 0.366667 0.633333 1.233333 1.566667 2.1
Terong 1 2 3 4 5 6 7
Ulangan 1 0.1 0.1625 0.275 0.45 kontam kontam kontam
Ulangan 2 0.1625 0.19375 0.2875 0.425 kontam kontam kontam
Ulangan 3 0 0.075 0.1125 0.25 0.675 0.85 Kontam
Rerata 0.0875 0.14375 0.225 0.375 0.675 0.85 #DIV/0!
Talas (Sclerotium sp.) 1 2 3 4 5 6 7
Ulangan 1 1.95 2.4 3.275 Penuh sehingga tidak bisa diukur
Ulangan 2 2.85 3.275 3.6125 Penuh sehingga tidak bisa diukur
Ulangan 3 3.14 3.65 3.9 Penuh sehingga tidak bisa diukur
Rerata 2.646667 3.108333 3.595833
Kakao (Phytophthora sp) 1 2 3 4 5 6 7
Ulangan 1 1.38 1.95 2.73 3.625 kontam kontam kontam
Ulangan 2 0.43 0.7625 1.25 1.725 kontam kontam kontam
Ulangan 3 1.13 1.475 1.925 2.3675 kontam Kontam Kontam
Rerata 0.98 1.395833 1.968333 2.5725

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pertumbuhan jamur. Pada percobaan ini
menggunakan empat patogen jamur dengan masing-masing patogen terdapat tiga ualangan
.Pengamatan dilakukan selama satu minggu,dan parameter yang diukur adalah diametere
miseliumnya.Dari hasil diatas rerata diameter miselium yang paling panjang pada jamur
Sclerotium sp. Sedangkan diameter miselium yang paling pendek adalah pada jamutr
Phytopthora sp). Pada pengamatan hari ke lima samapai terakhir dari keempat jamur
mengalami kontam,hal ini dikarenakan faktor external dan faktor internal. Setiap jamur
patogen memiliki karakterisasi yang berbeda-beda.
Tabel 1.2 Pengamatan Bakteri

Hari Ke
Bakteri Ulangan
1 7
1 1 4
2 1 2
Plant growth promoting rhizobacter
3 1 1
Rerata 1 2.333333
1 1 35
2 1 17
Kubis (Xanthomonas campestris)
3 1 38
Rerata 1 30
1 2 3
2 1 4
Kentang (Ralstonia solanacearum)
3 1 3
Rerata 1.333333 3.333333
1 2 kontam
2 1 5
Terong (Ralstonia solanacearum)
3 5 3
Rerata 2.666667 4

Pada praktikum ini dilakukan pengamtan pertumbuhan bakteri. Pada percobaan ini
menggunakan empat patogen bakteri dengan masing-masing patogen terdapat tiga
ulangan.Pengamatan dilakukan selama satu minggu,dan parameter yang diukur adalah
jumalah koloni.Dari hasil yang diperoleh bakteri yang koloninya paling banyak adalah
bakteri Xanthomonas campestris sedangkan dengan bakteri yang koloninya paling sedikit pada
PGPR. Pada pengamatan ke tujuh Ralstonia solanacearum terdapat kontam,hal ini disebakan
karena adanya faktor internal dan faktor eksternal.

V. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Agrios GN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Busnia, M penerjemah. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Terjemahan dari Plant Pathology 3rd ed.
Beneduzi, A., Ambrosini, A., & Passaglia, L. M. P. (2012). Plant growth-promoting
rhizobacteria (PGPR): their potential as antagonists and biocontrol agents. Genetics
and Molecular Biology, 35(4), 1044-1051.
Bustamam, H. 2006. Selection of Antagonistic Rhizosfer Microbes to Ralstonia
solenacearum Caused Bacterial Wilt Disease on Ginger at Supressive Land. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8 (1) : 12-18.
Bustaman, M. 1997. Laporan Survei Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat Di
daerah Malang dan Sekitarnya. Lembaga Penelitian Hortikultura Segunung.
De Cal A, Garcia-Lepe R & Melgarejo P. 2000. Induced resistance by Penicillium oxalicum
against F. oxysporum f.sp. lycopersici: Histological studies of infected and induced
tomato stem. Phytopathology 90: 260-268.
Denance.N.,A.S.Vallet,D.Goffner,A.Molina.2013.Disease reistencce or growth : the role of
plant hormones in blacing immune response ad fitness costs.Journal List.Vol 4 : 100-
155.
Fauzan.A.,L,Lubis,M.I.Pinem.2013.Keparahan penyakit busuk buah kakao (Phythopthora
palmivora Bult. )pada beberapa perkebunan kakao rakyat yang berbeda naungan di
kabaupaten langkat. Jurnal Agrotegnologi .Vol 1:2337-6597.
Freeman, S., A. Zveibil, H. Vintal, and M. Maymon. 2002. Isolation of nonpathogenic
mutants of Fusarium oxysporum f. sp. melonis for biological control of Fusarium wilt
in cucurbits. Phytopathology 92: 164-168. (oxysporum)
Hayward AC. 1991. Biology and epidemiology of bacterial wilt caused by Pseudomonas
solanacearum. Ann Rev Phytopathol 29: 65-87.
Hayward, A.C. 1984. Systematic and phylogeny of Pseudomonas solanacearum and related
bacteria. In: Hayward. A.C. and G.L. Hartman. Bacterial Wilt. The Disease and its
causative agent, Pseudomonas solanacearum. CAB International. p.123-135.
Hendrawati (1997). Analisis DNA Phytophthora spp. penyebab penyakit busuk pada buah
kakao (Theobroma cacao L.) dengan teknik RAPD. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA,
Universitas Pakuan, Bogor.
Machmud, M., M. A. Suhendar, Y. Suryadi, Jumanto, dan M. Sudjadi. 2003. Seleksi dan
Karakterisasi Patogen Tanaman.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/prosiding/fulltext_pdf. Diakses pada
tanggal 23 November 2017.
Powers, E. M. (1995). Efficacy of the ryu nonstaining KOH technique for rapidly
determining Gram reactions of food-borne and waterborne bacteria and yeasts.
Applied and Environmental Microbiology. 61(10), 3756-3758.
Radunovic, D., Balaz, J. 2012. Occurrence of Xanthomonas campestris pv. campestris
(Pammel, 1895) Dowson 1939, on Brassicas in Montenegro. Scientific Paper : 131-
140.
Samson, R.A., E.S. Hoekstra and C.A.N. Van Oorschot. 1995. Introduction To Food-Borne
Fungi. Institute of The Royal Netherlands Academic of Arts and Sciences.
Saputra,R.,T.Ariyanto,A,Wibowo.2015.Uji aktivitas antagonistik beberapa isolat Bacillus
spp. Terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada beberapa varietas
tomat dan identifikasinya.Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon.Vol 1:1116-1122.
Schaad, N.W., J.B. Jones, and W. Chun. 2001. Laboratory Guide for Identification of Plant
Pathogen Bacteria. Third Edition. APS Press. St. Paul Minnessota.373p.
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Indonesia. Cetakan ketiga.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Semangun, H. 2008. Penyakit – Penyakit Penting Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah
MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Timper P, Minton NA, Johnson AW, Brenneman TB, Culbrreat AK, Burton GW, Baker SH,
Gascho GJ (2001) Influence of cropping system on stem rot (Sclerotium rolfsii),
Meloydogyne arenaria, and the nematode antagonist Pasteuria penetrans in peanut.
Plant Disease. 85: 767-772.
Waterhouse, G.M. (1974a.) Phytophthora palmivora and some related species. In Gregory
P.H. (ed.). Phytophthora Disease of Cocoa. London, Longman p. 51-70.
Weber, E., Ojanen, R., T, Huguet E., Hause, G., Romantschuk, M., Korhonen, T. K., Bonas,
U., Koebnik, R. The type III-dependent Hrp pilus is required for productive
interaction of Xanthomonas campestris pv. vesicatoria with pepper host plants.
Journal of Bacteriology. 2005. Volume 187 (7) : 2458-2469.
Wolf, J. V.D. 2005. Infection of Brassica seed with Xanthomonas campestris pv. campestris.
Plant Research International : 19-28.
Yabuuchi E, Kosako Y,Yano I, Hotta H, Nishiuchi Y. 1995 Transfer of two Burkholderia and
an Alcaligenes species to Ralstonia Genus nov.: proposal of Ralstonia pickettii
(Ralston, Palleroni and Douderoff 1973) comb.nov., Ralstonia solanacearum (Smith
1896) comb. nov. and Ralstonia eutropha (Davis 1969) comb. nov. Microbiol
Immunol 39: 897.

You might also like