You are on page 1of 35

DESIGN PENELITIAN KUALITATIF FENOMENOLOGI DAN PENELITIAN

GROUNDED THEORY

MAKALAH

OLEH :

Ika Wardani (17725251002)

Jelita Alviolina Nurtian (17725251017)

Luluk Hamidah (17725251051)

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam penelitian pendidikan umumnya metode kuantitatif lebih sering digunakan untuk
mengkaji permasalahan yang berkaitan dalam pelaksanaan pendidikan. Namun juga tidak
dipungkiri bahwa keberadaan metode penelitian kualitatif dapat diterapkan dalam bidang
pendidikan. Penelitian kualitatif berperan dalam mengungkapkan dan memahami suatu
fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
yang mendalam antara peneliti dan fenomena yang diteliti. Sehingga penelitian kualitatif
lebih sering digunakan dalam penelitian sosisal.
Penelitian kualitatif secara ontologis ditandai oleh fakta bawa peneliti mengkonstruk
atau membangun realitas dari apa yang diamati. Kedua, secara epistemologi, penelitian
kualitatif didasarkan pada nilai dan judgement nilai, bukan fakta. Ketiga, penelitian
kualitatif bersifat empiris dan ilmiah sebagai mana penelitian kuantitatif.
Setiap penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif memiliki karakter dan ciri khasnya
masing-masing. Penelitian kualitatif memiliki beberapa bentuk yang berbeda sesuai dengan
arah peneitian dan tujuan penelitian. Bentuk yang berbeda ini dikenal sebagai model atau
design penelitian. Walaupun dalam bentuk memiliki karakteristik yang berbeda namun
tujuan yang dicapai adalah sama, yaitu untuk memahami sebuah fenomena maupun
permasalahan lain. Design penelitian yang digunakan peneliti akan memiliki perbedaan
dalam hal sudut pandang dalam memaknai sebuah permasalahan yang diangka dalam
penelitian, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian yang diajukan dan hasil penelitian.
Model penelitian kualitatif yang secara umum sering digunakan oleh peneliti antara lain
case study, phenomenology, biography, dan grounded theory.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh mengenai design penelitian
kualitatif fenomenologis dan design penelitian kualitatif grounded theoryserta contoh
penyajian masalah yang dapat dipecahkannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian design penelitian kualitatif fenomenologis?
2. Bagaimana spesifikasi perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan desain penelitian
kualitatif fenomenologis?
3. Apa contoh permasalahan yang dapat dipecahkan dengan design penelitian
kualitatif fenomenologis?
4. Apakah pengertian design penelitian grounded theory?
5. Bagaimana spesifikasi perancangan pelaksanaan, dan pelaporan desain penelitian
grounded theory?
6. Apa contoh permasalahan yang dapat dipecahkan dengan design penelitian
grounded theory?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui pengertian design penelitian kualitatif fenomenologis.
2. Untuk mengetahui spesifikasi perancangan pelaksanaan, dan pelaporan desain
penelitian kualitatif fenomenologis.
3. Untuk mengetahui contoh permasalahan yang dapat dipecahkan dengan design
penelitian kualitatif fenomenologis.
4. Untuk mengetahui pengertian design penelitian grounded theory.
5. Untuk mengetahuispesifikasi perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan desain
design penelitian grounded theory.
6. Untuk mengetahui contoh permasalahan yang dapat dipecahkan dengan design
penelitian grounded theory.
BAB II
ISI
A. Pengertian Desain Penelitian Kualitatif Fenomenologis
Desain penelitian kualitatif fenomenologis merupakan salah satu model penelitian
kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin (1998:24) penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapt dicapai dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara kuantifikasi (pengukuran).
Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti, dimana metode ini dapat
digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang ada dibalik suatu fenomena.
Studi fenomenologi dicetuskan oleh Edmud Husserl (1859-1938) dan fenomenologi
menurut Husserl adalah sebuah sebuah kajian filosofis yang melukiskan segala bidang
pengalaman manusia.
Fenomenologi berusaha mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu
fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang diyakini oleh individu. Design
penelitian kualitatif fenomenologis menitikberatkan pada fenomena yang dialami oleh
individu, maka subjek penelitiannya adalah individu yang mengalami langsung
fenomena yang terjadi, bukan individu yang hanya mengetahui fenomena secara tidak
langsung atau dari sumber lain. Sehingga dalam penelitian kualitiatif fenomenologis,
peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap individu
dalam paparan situasi tertentu.
Tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman individu
pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau intisari universal. Peneliti
kemudian mengumpulkan data dari inidvidu yang telah mengalami fenomena
tersebut, dan mengembangkan deskripsi gabungan tentan esensi dari pengalaman
tersebut bagi semua individu itu. Deskripsi ini terdiri dari “apa” yang mereka alami
dan “bagaimana” mereka mengalaminya, (Moustakas, 1994).
Dalam mempelajari paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang
bersangkutan yang mengalami langsung (first-hand experiences). Karena merupakan
first hand, maka dalam penelitian kualitatif peneliti harus terjun langsung dan harus
mengenal subjek penelitian yang bersangkutan secara personal dan tanpa perantara.
Semaksimal mungkin gap antara peneliti dan subjek peneliti diminimalisasi agar
peneliti dapat memahami sudut pandang dan perasaan subjek penelitian dengan
optimal.

B. Ciri Utama Fenomenologi


Terdapat beberapa ciri yang secara khas terdapat dalam semua studi
fenomenologis. Menurut Cresswel (2015: 107) ciri utama fenomenologis antara lain :
1. Penekanan pada fenomena yang hendak dieksplorasi berdasarkan sudut pandang
konsep atau ide tunggal.
2. Eksplorasi fenomena pada kelompok individu yang semuanya telah mengalami
fenomena tersebut. Maka dari itu kelompok heterogen diidentifikasi yang
mungkin beragam ukurannya.
3. Pembahasan filosofis tentang ide dasar yang dilibatkan dalam studi
fenomenologis. Pembahasan ini menelusuri pengalaman hidup dari individu dan
bagaimana mereka memiliki pengalaman subjektif dari fenomena tersebut.
4. Peneliti hanya berfokus pada pengalaman partisipan dalam deskripsinya,
sehingga peneliti tidak dapat terlibat dalam deskripsi tersebut.
5. Prosedur pengumpulan data yang secara khas melibatkan wawancara
terhadap individu yang mengalami fenomena tersebut namun selain
wawancara dapat juga dilakukan prosedur pengumpulan data yang lain seperti
pengamatan dan dokumentasi.
6. Analisis data yang dapat mengikuti prosdur sistematis yang bergerak dari
satuan analisis yang lebih sempit. Misalnya pernyataan penting yang menuju
satuan makna kemudian menuju deskripsi detail yang merangkum dua unsur yaitu
“apa” yang telah mereka alami dan “bagaimana” mereka mengalaminya. “Esensi”
atau intisari adalah aspek puncak dari studi fenomenologis.

C. Tipe Fenomenologi
Terdapat dua pendekatan dalam fenomenologi, antara lain :
1. Fenomenologi Hermeneutik, dimana pada pendekatan ini riset diarahkan pada
pengalaman hidup (fenomenologi) dan ditujukan untuk menafsirkan teks
kehidupan.
2. Fenomenologi Transdental, kurang berfokus dengan penafsiran peneliti namun
lebih berfokus dengan deskripsi dari partisipanya. Sehingga pada tipe ini terdapat
epoche(pengurungan) untuk mengurung persepsi peneliti agar diperoleh perspektif
yang baru.

D. Prosedur Design Penelitian Kualitatif Fenomenologis


Creswell (1998) mengungkapkan beberapa prosedur dalam melakukan penelitian
dengan design fenomenologi, antara lain :
a) Peneliti harus memahami perspektif dan filosofi yang ada dibelakang pendekatan
yang digunakan. Peneliti harus benar-benar menggali ide-ide dari fenomena darn
mencoba memahami fenomena yang terjadi menurut sudut pandang subjek yang
bersangkutan. Peneliti juga harus menghilangkan prasangka (judgement) terhadap
fenomena yang diteliti. Sehingga sudut pandang yang digunakan merupakan
sudut pandang murni dari subjek penelitian.
b) Peneliti membuat pertanyaan penelitian yang mengeksplorasi serta menggali
pengalaman subjek dan meminta subjek untuk menjelaskan pengalamannya
tersebut.
c) Peneliti mencari, menggali dan menggumpulkan data dari subjek yang terlibat
secara langsung dengan fenomena yang terjadi. Data diperoleh melalui
wawancara yang cukup lama dan mendalam, observasi maupun penelusuran
dokumen.
d) Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data yang terdiri atas
tahapan-tahapan analisis.
e) Prosedur terakhir, laporan penelitian fenomenologi diakhiri dengan diperolehnya
pemahaman yang lebih esensial dengan struktur yang invariant dari suatu
pengalaman individu, mengenali setiap unit terkecil dari arti yang diperoleh
berdasarkan pengalaman individu.

E. Spesifikasi Perancangan dan Pelaksanaan Penelitian Kualitatif Fenomenologis


1. Desain Penelitian Fenomenologis
Design penelitian fenomenologi membutuhkan konsentrasi dan ketrampilan yang
lebih dalam menggali dan mengeksplorasi central phenomenon (fenomena).
Cresswell (1998) mengungkapkan beberapa tantangan yang umum yang dihadapi oleh
peneliti fenomenologi, diuraikan sebagai berikut :
a) Peneliti membutuhkan pengalaman yang kuat dan mendalam dalam hal
filosofis terhadap fenomena yang dilakukan. Peneliti dapat melakukan
penggalian dan pemahaman perspektif filosofis sebelum studi fenomenologi
dilakukan.
b) Peneliti harus berhati-hati dalam pemilihan subjek penelitian. Subjek yang
dipilih harus benar-benar orang yang mengalami pengalaman tentang suatu
fenomena yang diangkat.
c) Pengalaman yang diangkat dalam fenomenologi harus memiliki batasan yang
jelas. Jika tidak berbatas, maka akan sulit dalam melakukan penarikan
kesimpulan.
d) Peneliti harus jeli dalam memutuskan bagaimana dan dengan cara apa
pengalaman pribadi subjek penelitian dapat terlibat dalam penelitian yang
dilakukan.
Studi fenomenologi mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena
(Denzin dan Lincoln, 1988:64). Pada dasarnya ada dua hal yang utama yang mejadi
fokus dalam penelitian fenomenologi, yakni :

a) Textural description, yaitu menjelaskan apa yang dialami oleh subjek


penelitian tentang sebuah fenomena. Apa yang dialami adalah aspek objektif,
data yang bersifat faktual, hal yang terjadi secara empiris.
b) Structural description, yaitu menjelaskan bagaimana subjek mengalami dan
memaknai pengalamannya. Deskripsi ini berisi aspek subjektif , menyangkut
pendapat, penilaian, perasaan, harapan, serta respons subjektif lainnya dari
subjek penelitian berkaitan dengan pengalamannya tersebut.
Sehingga pertanyaan penelitian dalan penelitian kualitatif fenomenologi harus
mencakup pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a) Apa pengalaman subjek tentang suatu fenomena?


b) Apa perasaannya tentang pengalaman tersebut?
c) Apa makna yang diperoleh bagi subjek atas fenomena tersebut?
2. Teknik Pengambilan Sample Penelitian Kualitatif Fenomenologi
Pada penelitian kualitatif secara umum memiliki karakter sebagai berikut :
a. Tidak diarahkan dalam jumlah besar, melainkan pada kekhususan yang
spesifik sesuai dengan masalah penelitian. Pada penelitian kualitatif
fenomenologi, sample dikhususkan pada individu yang secara langsung
mengalami fenomena.
b. Tidak kaku sejak awal, namun bisa berubah ditengah penelitian sesuai dengan
kebutuhan dan pemahaman penelitian, sehingga pemilihan subyek sebagai
sample dapat berubah setelah ada penentuan informan baru yang hendak
dipahami. Pada penelitian kualitatif fenomenologi, informan tambahan yang
mendukung hasil penelitian juga merupakan individu yang mengalami
fenomena serupa.
3. Teknik Pengumpulan Data Fenomenologis
Secara umum pada penelitian kualitatif , peneliti dapat memilih data dari beragam sumber
seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan informasi audiovisual. Kemudian peneliti
dapat mereview semua data tersebut, memberikan makna dan mengolahnya dalam kategor
atau tema yang melintasi semua sumber data.
Teknik penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
fenomenologis antara lain :
a. Observasi Kualitatif
Peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini peneliti
merekam dan mencatat dan dapat juga mnegajukan pertanyaan tidak
terstruktur tentang apa yang ingin diketahui. Pada umumnya observasi
berrsifat open ended di mana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan
umum kepada partisipan yang memungkinkan partisipan bebas memberikan
paandangan mereka. Dalam penelitian kualitatif fenomenologis, peneliti dapat
melaukan observasi pada individu yang mengalami fenomena ataupun lokasi
di mana fenomena itu berlangsung.
b. Wawancara Kualitatif Fenomenologi
Pada wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan face to face interviu
dengan partisipan yang mengalami secara langsung fenomena yang akan
diangkat dalam penelitian kualitatif fenomenologi. Wawancara dirancang
dengan pertanyaan terbuka yang bertujuan untuk memunculkan pandangan
dan opini dari partisipan. Dalam proses pengumpulan data, terdapat langkah-
langkah wawancara sebagai berikut :
- Menentukan pertanyaan riset yang akan dijawab dalam wawancara
- Mengidentifikasi partisipan yang akan diwawancarai
- Menentukan tipe wawancara yang praktis dan dapat menghasilkan
informasi yang paling berguna untuk menjawab pertanyaan riset
- Menggunakan prosedur perekaman yang memadasi
- Merancang dan menggunakan protokol atau panduan wawancara
- Menyempurnakan lebih lanjut pertanyaan wawancara
- Menentukan lokasi wawancara
- Menggunakan prosedur wawancara dengan baik saat wawancara
berlangsung
c. Dokumen Kualitatif
Pada penelitian kualitatif fenomenologi, peneliti dapat mengumpulkan
dokumen sebagai sumber data tambahan, tentunya dokumen yang
dikumpulkan berhubungan dengan fenomena tertentu. Dokumen ini dapat
berupa koran, majalah, laporan, surat, dan lain-lain.
d. Materi audio dan visual kualitatif
Data ini dapat berupa foto, objek seni, video tape atau segala jenis rekaman
audiovisual misalnya rekaman pengalaman mengajar individu pada fenomena
tertentu.

Menentukan
tempat atau
individu

Memperoleh
Menyimpan akses dan
Data membangun
hubungan

Memecahkan Sampling
Persoalan
Lapangan Purposeful

Merekam Mngumpulkan
Informasi data

Gambar : Skema Aktivitas Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif


(Cresswel, 2015)
4. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data dianggap valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran atau realitas pada penelitian
kualitatif tidak bersifat tunggal. Tetapi jamak tergantung pada konstruksi manusia,
dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan latar
belakangnya. Uji keabsahan pada penelitian kualitatif menurut Sugiono (2009:270)
antara lain :
a. Uji Kredibilitas (Credibilty)
Uji kredibilitas data adalah kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif, dapat dilakukan dengan cara :
1) Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan dilakukan dengan mengecek kembali data ke
lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Apabila setelah dilakukan
pegecekan kembali data sudah benar maka data tersebut kredibel
2) Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan.
3) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu.
4) Diskusi dengan teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil sementara dalam
bentuk diskusi analitik bersama rekan sejawat. Teknik ini bertujuan untuk
pemeriksaan keabsahan data.
5) Analisis Kasus Negatif
Menganalisis kasus negatif berati peneliti mencari data yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi
data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan berati data yang
ditemukan sudah dapat dipercaya.
6) Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan ata yang diperoleh kepada
pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.
b. Uji Transferbility
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu agar orang lain
dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti dalam membuat
laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematin dan dapat
dipercaya.
c. Uji Dependability
Dalam penelitian kualitatif dependability disebut dengan reliabilitas, suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau
mereplikasi proses penelitian tersebut. Uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian yang dilakukan oleh
auditor atau pembimbing, jika peneliti dapat menunjukkan jejak aktivitas
lapangannya maka dependability penelitiannya tidak diragukan.
d. Uji Konfirmability
Uji Konfirmabilitydisebut dengan uji objektifitas penelitian. Penelitian
dikatakan obyektif apabila telah disepakati banyak orang. Menguji
Konfirmabilityberati menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses yang dilakukan
maka proses tersebut telah memenuhi standart Konfirmability.
5. Analisis Data Fenomenologis
a. Tahap Deskripsi
Penliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami subjek penelitian.
Seluruh rekaman hasil wawancara mendalam dengan subjek penelitian
ditraskripsikan ke dalam bahasa tulisan
b. Tahap Horizonalization
Dari hasil transkripsi, peneliti menginventerisasi pernyataan-pernyataan
penting yang relevan dengan topik. Secara umum pada penelitian kualitatif,
terdapat reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-
catatan tertulis dilapangan, serta membuang yang tidak perlu agar data dapat
terorganisir dan dapat ditarik dan diverifikasi kesimpulan fiinalnya. Reduksi
berlangsung terus menerus selama proyek penelitian kualitatif berlangsung.
Pada tahap ini peneliti dapat melakukan penundaan penilaian
(bracketing/epoche) artinya unsur subjektivitasnya agar tidak mencampuri
upaya merinci point-pointpenting, sebagai data penelitian yang diperoleh dari
hasil wawancara.
c. Tahap Cluster of Meaning
Peneliti mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tadi ke dalam tema-tema
atau unit-unit makna serta menyisihkan pertanyaan yang tumpang tindih atau
berulang-ulang. Pada tahap ini dilakukan :
- Textural description(Deskripsi tekstural), peneliti menuliskan apa yang
dialami individu
- Strucrtural Desricption (Deskripsi Struktural), peneliti menuliskan
bagaimana fenomena itu dialami oleh para individu. Peneliti juga mencari
segala makna yang mungkin berdasarkan refleksi peneliti, berupa opini,
penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena yang
dialaminya.
Meskipun transkrip interview merupakan pusat data, akan tetapi data itu akan
menjadi lebih jelas dengan diberikannya kolom komentar eksploratori. Dengan
komentar eksplanaroti tersebut maka pada seperangkat data akan tumbuh
secara substansial. Untuk memunculkan tema-tema peneliti memenjemen data
dengan menganalisis secara simultan, berusaha menguangi volume yang detail
dari data berupa transkrip yang masih kompleks untuk di mapping
keterkaitannya. Analisis komentar-komentar eksploratori untuk
mengidentifikasi munculnya tema-tema termasuk memfokuskan sehingga
sebagian besar transkrip menjadi jelas.
Tabel : Mengembangkan kemunculan tema-tema

d. Tahap Deskripsi Esensi


Peneliti mengkonstruksi deskripsi menyeluruh mengenai makna dan esensi
pengalaman para subjek.
e. Tahap Pelaporan
Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan memberikan pemahaman
yang lebih baik kepada pembaca tentang bagaimana seseorang mengalami
suatu fenomena. Laporan penelitian menunjukkan adanya kesatuan makna
tunggal dari pengalaman, dimana seluruh pengalaman itu memiliki struktur
yang penting.

F. Spesifikasi Pelaporan Penelitian Kualitatif Fenomenologis


Format laporan penelitian yang lengkap tidak hanya menyajikan hasil penelitian
saja tetapi juga proses yang terjadi dalam penelitian. Format penelitian kualitatif
fenomenologi antara lain :

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Latar Belakang masalah merupakan bagian laporan penelitian yang
memamaparkan apa yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian
kualitatif fenomenologis pada suatu fenomena didaerah tertentu
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian mengungkapkan tujuan apa yang akan dicapai dengan
dilakukannya penelitian oleh peneliti.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian memaparkan manfaat apa yang akan didapatkan peneliti,
pembaca maupun partisipan yang terlibat dalam penelitian setelah penelitian
dilakukan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka pada bagian II berisi kepustakaan yang menjadi dasar dari teori-
teori dalam penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka dapat menjadi penguat dari
suatu masalah penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pada bagian III metodologi penelitian berisi uraian cara-cara yang digunakan
dalam penelitian, yang mencakup desain penelitian yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian, lokasi di mana penelitian dilakukan, sumber data yang digunakan
dalam melengkapi data penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan misalnya
menggunakan observasi, wawancara ataupun dokumen, audio dan visual, serta teknik
analisa data dan teknik keabsahan data untuk menjamin bahwa instrumen dan data
yang diperoleh adalah benar. Uraian metodologi pada BAB III terurai sebagai berikut
:
A. Jenis dan Desain Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Kehadiran Peneliti
D. Data, Sumber Data dan Narasumber
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Teknik Keabsahan Data

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Data dan temuan penelitian dipaparkan secara deskriptif naratif pada bagian IV.
Data dan temuan penelitian ditulis murni dari hasil temuan peneltian di lapangan dan
tidak ada opini atau pemikiran dari peneliti.

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI PENELITIAN


Pada bagian ini peneliti melakukan pembahasan terhadap data dan temuan
penelitian, serta dihubungkan dengan teori yang mendasari peramasalahan pada
penelitian yang dilakukan.

BAB VI PENUTUP
Pada bagian penutup berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi dan saran bagi
peneliti maupun saran bagi peneliti selanjutnya jika akan mengembangan penelitian
dengan permasalahan yang sama. Uraian BAB VI terdiri atas :
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat sumber pustaka yang digunakan peneliti dalam menyusun
penelitian. Dapat berupa sumber yang berbentuk buku maupun sumber berbentuk
artikel maupun hasil penelitian. Sumber pustaka yang digunkan harus ditulis dengan
lengkap judul, penulis, tahun terbit tulisan serta penerbit dan kota tertbit. Apabila
sumber pustaka diambil dari internet maka peneliti wajib melampilkan alamat url dan
waktu aksesnya.

G. Contoh Permasalahan Dengan Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi


Berikut ini merupakan contoh laporan penelitian kualitiatif fenomenologi pada
bidang pendidikan biologi oleh Heni Satyanto (2012)
Judul Penelitian :
Aktivitas Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi Dalam Praktikum Studi Kasus
di Laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Abstrak :
Abstrak
Aktivitas Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi Dalam Praktikum (Studi
Kasus di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan aktivitas belajar mahasiswa pendidikan biologi dalam praktikum di
laboratorium biologi. Subfokus penelitian dibagi tiga yaitu aktivitas belajar sebelum
praktikum, aktivitas belajar mahasiswa saat praktikum dan aktivitas belajar
mahasiswa sesudah praktikum. Manfaat penelitian bagi mahasiswa sebagai panduan
bagaimana belajar di laboratorium biologi. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, metode pengumpulan data dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data penelitian bersifat deskriptif. Subyek
penelitian adalah mahasiswa semester 3 dan semester 5. Tempat penelitian
dilaboratorium pendidikan biologi FKIP UMS. Analisis data dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data. Kredibilitas data dan review informan digunakan untuk
teknik keabsahan data. Hasil penelitian menunjukan aktivitas belajar mahasiswa
sebelum pembelajaran praktikum lebih didominasi aktivitas belajar mendengarkan
(listening activities), mencatat(writing activities), aktivitas visual (visual activities).
Aktivitas belajar mahasiswa saat pembelajaran praktikum lebih didominasi aktivitas
kerja (motor activities). Aktivitas belajar mahasiswa sesudah pembelajaran praktikum
yang dialami mahasiswa yaitu mengerjakan ujian (oral activitas). Aktivitas
belajarmahasiswa yang pasif berakibat pada rendahnya tingkat penguasaan mahasiswa
pada suatu materi. Rendahnya tingkat keaktifan dan penguasaan mahasiswa
dipengaruhi oleh aktivitas belajar sebelum pembelajaran yang rendah. Aktivitas
belajar mahasiswa dalam melaksanakan praktikum belum optimal melaksanakan
praktikum sehingga pemahaman mahasiswa belum optimal.
Kata Kunci : aktivitas, belajar, praktikum

H. Pengertian Design Penelitian Grounded Theory


Penjelasan Strauss & Corbin (dalam Denzin & Lincoln, 1994) tentang grounded
theory adalah sebagai berikut: “Grounded theory berusaha mencapai suatu teori atau
pemahaman konseptual melalui proses bertahap dan induktif.” Grouded theory lebih
mengambil perspektif studi kasus daripada perspektif variabel, meskipun pembedaan
ini hampir tidak dapat dibuat. Hal ini untuk sebagian berarti peneliti mempelajari
kasus untuk menjadi keseluruhan, di dalamnya variabel-variabel berinteraksi sebagai
unit untuk membuahkan hasil-hasil tertentu. Perspektif orientasi kasus cenderung
mengasumsikan bahwa variabel-variabel berinteraksi secara kompleks.
Selanjutnya menurut Strauss dan Corbin 1990 (dalam Emzir, 2010) grounded
theory adalah teori yang diperoleh dari hasil pemikiran induktif dalam suatu
penelitian tentang fenomena yang ada. Grounded theory ini ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan melalui pengumpulan data secara sistematis dan
analisis data yang terkait dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu kumpulan data,
analisis dan teori saling mempengaruhi satu sama lain. Peneliti tidak mulai dengan
suatu teori kemudian membuktikannya, tetapi memulai dengan melakukan penelitian
dalam suatu bidang, kemudian apa yang relevan dengan bidang tersebut dianalisis.
Selanjutnya menurut Strauss dan Corbin 1990 (dalam Emzir, 2010) terdapat 4
(empat) kriteria utama untuk menilai apakah suatu grounded theory dibangun dengan
baik. Empat kriteria tersebut adalah: 1) kecocokan (fit), 2) dipahami (understanding),
3) berlaku umum (generality), 4) dan pengawasan (controll).
Dikatakan cocok (fit) apabila suatu teori itu tepat untuk kenyataan sehari-hari dari
bidang yang benar-benar diteliti, dan cermat diterapkan untuk bermacam-macam data.
Bila demikian itu berarti cocok (fit) untuk bidang yang benar-benar diteliti.
Dikatakan dipahami (understanding) apabila grounded theory menggambarkan
kenyataan (realitas), ini juga berarti bersifat komprehensif dan dapat dipahami baik
oleh individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti pada waktu melaksanakan
studi dilapangan.
Dikatakan berlaku umum (generality) jika data yang menjadi dasar grounded
theory itu komprehensif dan interpretasi-interpretasinya bersifat konseptual dan luas,
maka grounded theory itu menjadi cukup abstrak dan mencakup variasi-variasi yang
memadai sehingga mampu diaplikasikan untuk beragam konteks yang berkaitan
dengan fenomena yang diteliti. Dengan demikian teori itu berlaku umum (generality).
Dikatakan pengawasan (controll) karena grounded theory memberikan
pengawasan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada fenomena. Hal
ini disebabkan karena hipotesis-hipotesis yang mengajukan hubungan antar konsep -
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pembimbing penelitian – secara sistematik
diambil dari data aktual yang berhubungan hanya pada fenomena.
Mengenai pendekatan yang digunakan dalam grounded theory dijelaskan oleh
Strauss dan Corbin sebagai berikut: “Grounded theory adalah suatu penelitian
kualitatif yang menggunakan seperangkat prosedur yang sistematis untuk menyusun
secara induktif teori tentang suatu fenomena. Penelitian tersebut akan menghasilkan
rumusan teoritis tentang suatu realitas, yang terdiri dari sejumlah atau sekelompok
tema-tema yang mempunyai kaitan secara tidak ketat. Melalui cara ini, konsep dan
hubungan tema-tema tersebut tidak hanya dapat diberlakukan secara umum, tetapi
juga diuji sementara”.
Sedang tujuan dari grounded theory adalah menyusun teori yang tepat dan
memberi gambaran yang jelas tentang bidang yang diteliti. Peneliti-peneliti bekerja
dalam tradisi yang demikian, dan berharap teori yang mereka bangun dapat dikaitkan
dengan teori-teori lain dalam disiplin masing-masing dan implikasinya dapat berguna
dalam penerapannya. Untuk melakukan penelitian grounded theory diperlukan adanya
kepekaan teori (theoretical sensitivity). Bahkan kepekaan teori sering diasosiasikan
dengan grounded theory (Theoretical sensitivity is a term frequently associated with
grounded theory) (Strauss dan Corbin, 1990). “Kepekaan teori mengacu kualitas
pribadi dari seorang peneliti. Ini diindikasikan adanya suatu kesadaran terhadap
kehalusan makna (subtleties) dari data.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
grounded theory adalah suatu yang bersifat konseptual atau teori sebagai hasil
pemikiran induktif dari data yang dihasilkan dalam penelitian mengenai suatu
fenomena. Atau suatu teori yang dibangun dari data suatu fenomena dan
dianalisis secara induktif, bukan hasil pengujian teori yang telah ada. Untuk
menganalisis data secara induktif diperlukan kepekaan teori (theoretical
sensitivity).
Agar hasil analisis secara induktif terhadap data fenomena tersebut dapat
dikatakan sebagai grounded theory harus memenuhi 4 (empat) kriteria sebagai
berikut: 1) cocok (fit) yaitu apabila teori yang dihasikan cocok dengan kenyataan
sehari-hari sesuai bidang yang diteliti, 2) dipahami (understanding) yaitu apabila teori
yang dihasilkan menggambarkan realitas (kenyataan) dan bersifat komprehensif,
sehingga dapat dipahami oleh individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti, 3)
berlaku umum (generality) yaitu apabila teori yang dihasilkan meliputi berbagai
bidang yang bervariasi sehingga dapat diterapkan pada fenomena dalam konteks yang
bermacam-macam, 4) pengendalian (controll) yaitu apabila teori yang dihasilkan
mengandung hipotesis-hipotesis yang dapat digunakan dalam kegiatan membimbing
secara sistematik untuk mengambil data aktual yang hanya berhubungan dengan
fenomena terkait.
Terkait proses tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak
bisa saling dipisahkan, yaitu konsep, kategori, dan proposisi
Unsur pertama adalah konsep, yang diperoleh melalui konseptualisasi data.
Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator potensial dari
fenomena yang kemudian diberikan nama/label secara konseptual. Dibandingkan
dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka diberikan nama dengan
istilah yang sama. Begitupun berlaku dengan peristiwa yang berbeda.
Unsur kedua adalah kategori, yang merupakan kumpulan lebih tinggi dan abstrak
dari konsep. Kategori diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara
membuat perbandingan dengan melihat persamaan dan perbedaan. Kategori
merupakan landasan dasar dari penyusunan teori.
Unsur ketiga adalah proposisi, yang menunjukkan adanya hubungan konseptual,
yakni suatu pernyataan berdasarkan hubungan berbagai konsep yang mengandung
deskripsi sistem pemahaman tertentu yang relevan dengan kondisi di lapangan.
Pembentukan dan pengembangan konsep, kategori, dan proposisi merupakan suatu
keharusan dalam proses penyusunan teori, atau melalui proses interaktif.

I. Karakteristik penelitian Grounded Theory


Penelitian Grounded Theory dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan
tanpa membawa rancangan konseptual, proposisi, dan teori tertentu. Dengan tanpa
konsep, proposisi dan teori, diharapkan peneliti dapat sepenuhnya mampu menggali
realitas berdasarkan data lapangan itu sendiri, baik dalam mendeskripsikan apa yang
terjadi, maupun menjelaskan alasan terjadinya realitas yang diteliti. Konsep proposisi,
dan teori yang ditemukan di lapangan adalah benar-benar berdasarkan data yang
dikembangkan secara induktif. Terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dalam
grounded theory, yaitu konsep, kategori, dan proposisi. Berikut ini dijelaskan secara
ringkas.

1. Konsep diperoleh melalui konseptualisasi data. Peristiwa atau kejadian


diperhatikan dan dianalis sebagai indikator potensial dan fenomena yang
kemudian diberikan nama atau label secara konseptual. Berikutnya, dibandingkan
dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka diberikan nama
dengan istilah yang sama. Berlaku juga dengan peristiwa yang berbeda.
2. Kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi dan abstrak dari konsep. Kotegori
diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara membuat perbandingan
dengan melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan landasan dasar
penyusunan teori.
3. Proposisi menunjukkan adanya hubungaan konseptual, yaitu suatu pernyataan
berdasarkan hubungan berbagai konsep yang mengandung deskripsi sistem
pemahaman tertentu yang relevan dengan kondisi di lapangan.

Menurut Creswell (2008: 440), terdapat enam elemen yang terdapat dalam
berbagai pendekatan Grounded Theory yaitu:
1. Pendekatan Proses (Process Approach)
Dalam penelitian Grounded Theory, proses merujuk pada urutan tindakan-
tindakan dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan
dengan sebuah topik. Dalam penelitian Grounded Theory, kategori-kategori atau
tema-tema diberi label dalam bentuk kode in vivo, yaitu label dari kategori-kategori
yang diungkapkan dengan menggunakan kata-kata asli partisipan bukan dalam bentuk
ungkapan peneliti atau terminologi ilmiah yang baku. Kata-kata itu diidentifikasi
peneliti dengan mengkaji transkrip-transkrip wawancara atau catatan lapangan dalam
rangka melokalisir ungkapan partisipan yang berhubungan dengan kategori yang
dimaksud.
2. Penggunaan sampel Teoretik
Kasus yang dipilih untuk contoh bersifat teoritis, bukan acak. Hal ini dilakukan
sebagai upaya memfokuskan pada kasus yang bermanfaat sacara teoritis. Dalam
Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi,
melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya (Glaser and Strauss,
1980: 62). Ketentuan umum dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan
hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai. Penyampelan dihentikan
apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan kategorinya telah
terpenuhi; dan (c) hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.
Spesifikasi-spesifikasi yang dimaksud dalam penelitian Grounded Theory adalah;
(a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b) tindakan atau interaksi yang
merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta konsekuensi-konsekuensi yang
timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang
ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk semua
populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau
kondisi tersebut.
3. Perbandingan Konstan Analisis Data
Dalam penelitian Grounded Theory, peneliti terlibat dalam proses pengumpulan
data, pengelompokan data ke dalam kategori-kategori, pengumpulan data tambahan,
dan pembandingan informasi yang baru itu dengan kategori-kategori yang muncul.
Proses pengembangan kategori-kategori informasi yang berlangsung secara perlahan-
lahan ini dinamai prosedur perbandingan konstan (constant comparative procedure).
Perbandingan konstan ini merupakan prosedur analisis data induktif yang digunakan
untuk memunculkan dan menghubungkan kategori-kategori dengan cara
membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, satu peristiwa dengan satu
kategori, dan satu kategori dengan kategori lainnya.
4. Kategori Inti
Berdasarkan kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu
kategori sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah
mengidentifikasi beberapa kategori peneliti memilih satu kategori inti sebagai basis
penulisan teori yang bersifat logis, konsisten dan tidak dipaksakan. Disamping itu,
meskipun kondisi bervariasi, kategori inti masih mampu menjelaskan seara akurat
(Strauss and Corbin, dalam Creswell, 2008: 444).
5. Penyusunan Teori
Dalam penelitian Grounded Theory, yang dimaksud dengan teori adalah
penjelasan atau pemahaman yang abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik
substantif yang didasarkan pada data. Teori ini disusun oleh peneliti sewaktu
mengidentifikasi kategori inti dan kategori-kategori proses yang menjelaskannya.
Karena teori ini dilandaskan pada fenomena yang spesifik, teori ini tidak dapat
diaplikasikan digeneralisasikan secara meluas pada fenomena lain.
6. Penulisan Memo
Dalam penelitian Grounded Theory, memo merupakan catatan-catatan yang
dibuat peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan
kategori-kategori yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang
dibuat peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah
kategori, kususnya tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang
ditemukan.
J. Prosedur Grounded Theory
Prosedur penelitian grounded theory yang diadaptasi dari Strauss & Corbin
(Creswell, 2008: 66- 67). Prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Memastikan bahwa permasalahan yang akan diteliti cocok jika dikaji, diteliti atau
diselesaikan dengan menggunakan grounded theory.
2. Menentukan partisipan dan menyusun pertanyaan penelitian. Pertanyaan
penelitian haruslah difokuskan pada pertanyaan untuk memperoleh pemahaman
terhadap bagaimana partisipan mengalami dan menjalani suatu proses tertentu.
3. Mengumpulkan data penelitian melalui kegiatan wawancara.
4. Melakukan analisis data. Terdapat tiga tahap analisis data, yaitu: (a) open coding
(peneliti membuat kategori- kategori dari informasi tentang fenomena yang
sedang diteliti), (b) axial coding (peneliti menyusun kategori- kategori tersebut
menjadi bentuk lain misalnya model visual), dan (3) selective coding (peneliti
menuliskan jalan cerita berdasarkan hubungan antar kategori dan mengembangkan
hipotesis)
5. Mengembangkan dan memotret secara visual suatu perangkat (conditional matrix)
Hasil dari langkah ini adalah suatu teori substantif yang dekat dengan inti
permasalahan. Teori substantif ini diuji untuk menentukan teori tesebut dapat
digeneralisasikan untuk suatu sampel dan populasi, serta menjadi suatu teori yang
sebenarnya atau yang dicari.

K. Spesifikasi Perancangan dan Pelaksanaan penelitian Grounded Theory


Prosedur riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory terdiri dari
beberapa tahap yang dilakukan secara simultan. Adapun tahapan tersebut dimulai
dengan tahap perumusan masalah sampai terakhir yaitu menyimpulkan atau penulisan
laporan riset.
1) Tahap perumusan masalah
Perumusan masalah dalam riset grounded theory disusun secara bertahap.
Rumusan masalah pada tahap awal sebelum dilakukan pengumpulan data adalah
bersifat lebih luas atau umum dengan maksud rumusan masalah tersebut digunakan
sebagai pedoman dalam kegiatan mengumpulkan data. Setelah data yang bersifat
umum telah dikumpulkan, kemudian rumusan masalahnya semakin dipersempit dan
lebih berfokus pada sifat data yang dikumpulkan dengan maksud sebagai pedoman
dalam menyusun teori. Ciri-ciri dari rumusan masalah dalam riset grounded theory
adalah: 1) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti, 2) berorientasi
pada proses dan tindakan, dan 3) mengungkapkan secara tegas mengenai objek yang
akan diteliti.
2) Tahap penggunaan kajian teoritis
Peneliti dalam riset yang menggunakan metode grounded theory belum memiliki
pengetahuan mengenai objek yang akan ditelitinya termasuk jenis data dan berbagai
variabel yang kemungkinan akan ditemukan. Peneliti saat turun ke lapangan dapat
merumuskan masalah maupun menyusun materi wawancara dalam membangun
kerangka berpikir menghadapi suatu kesulitan, maka untuk sementara si peneliti dapat
meminjam konsep-konsep yang digunakan oleh teori-teori sebelumnya sampai
ditemukannya konsep yang sebenarnya.
Apabila si peneliti dalam risetnya menemukan teori baru yang mempunyai
hubungan dengan teori sebelumnya, maka temuan teori baru tersebut dapat digunakan
sebagai sumbangan teori untuk memperluas teori yang sudah ada. Sedangkan apabila
si peneliti dalam risetnya bertujuan untuk memperluas teori yang sudah ada
sebelumnya, maka risetnya dapat dimulai dari teori yang sudah ada tersebut dengan
cara merujuk dari rerangka umum teori tersebut atau rerangka teoritis yang sudah ada
yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan data yang tersedia. Namun tetap
saja riset yang dilakukan harus dikembangkan tersendiri dan terlepas dari teori-teori
sebelumnya.
Apabila dalam riset diperoleh temuan baru yang berbeda dengan teori
sebelumnya, maka dapat dijelaskan dengan melakukan kegiatan membandingkan
kerangka kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang selaras. Perbandingan ini
dimaksudkan untuk menyempurnakan definisi konstruk dan meningkatkan validitas
internal maupun untuk meningkatkan validitas eksternal.
3) Tahap pengumpulan data
Riset kualitatif dengan metode grounded theory menggunakan si peneliti sendiri
sebagai instrumen pengumpulan datanya. Pada tahap ini dilakukan aktivitas definisi
pertanyaan riset dan definisi dari konstruk apriori. Secara rasional diadakan upaya
memfokuskan masalah serta membatasi variasi yang tidak relevan serta mempertajam
validitas eksternal. Pengumpulan data diarahkan oleh sampling teoritis, yang berarti
bahwa sampel ini didasarkan pada konstruksi teoritis yang relevan.
Penelitian Grounded Theory biasanya menggunakan sampel yang bertujuan
(purposive sampling). Sampel yang ditetapkan melalui karakteristik tertentu dengan
tujuan untuk merinci kekhususan yang ada dengan konteks yang unik. Sebelum
mengumpulkan data, peneliti perlu menyusun protokol pengumpulan data yang
akurat. Protokol pengumpulan data adalah sebagai berikut: (Pujileksono, 2015)
Sumber data Data primer dalam bentuk kata-kata, tindakan subjek, gambaran
ekspresi, sikap dan pemahaman subjek yang diteliti sebagai dasar
data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, foto atau bantuan
rekaman suara tape recorder dan observasi mendalam oleh peneliti.
Data sekunder dalam bentuk buku-buku literatur, internet,
majalah, jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribasi, data statistik dan
dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian.
Teknik Observasi dilakukan sebelum dan selama penelitian ini
pengumpulan data berlangsung yang meliputi gambaran umum, suasana kehidupan
sosial, kondisi fisik, kondisi ekonomi dan kondisi sosial yang
terjadi.
Studi dokumentasi: Informasi atau data yang diperlukan dalam
penelitian diperoleh dari studi dokumentasi. Sebelum penelitian
lapangan, peneliti telah melakukan telaah terhadap buku literatur,
majalah, jurnal, hasil seminar, artikel dalam media on-line
(internet) maupun yang ada di perpustakaan.
Wawancara mendalam dilakukan secara langsung dengan
informan secara terpisah di lingkungannya masing-masing.
Wawancara dilakukan dengan informan yang dianggap
berkompeten dan mewakili.

4) Tahap Penyusunan Data


Pada fase penyusunan data ini dilakukan penyusunan peristiwa secara kronologis
atau berurutan. Kegiatan ini dimaksudkan nuntuk memudahkan analisis data dan
evaluasi proses.
5) Tahap analisis data
Tahap pengumpulan dan analisis data pada riset kualitatif dengan menggunakan
metode grounded theory merupakan proses yang saling berhubungan dan harus
dilakukan secara bergantian. Tahap analisis data dalam metode grounded theory ini
dilakukan dalam bentuk pengkodean, yang merupakan proses penguraian data,
pembuatan konsep dan penyusunan kembali dengan cara yang baru.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil
observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang lain. Adapun
untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya
mencari makna (meaning) (Muhadjir, 2002).
Proses biasanya diawali dengan pengkodean (coding) serta pengkategorian data.
Hasil dari suatu riset grounded theory adalah suatu teori yang menjelaskan fenomena
yang sedang diteliti. Laporan riset memaparkan teori yang ditunjang dengan contoh-
contoh dari data. Laporan riset biasanya berupa diskusi naratif dari proses dan temuan
riset. Metode riset grounded theory menekankan pada validitas data melalui verifikasi
dan menggunakan coding sebagai alat utama dari pengolahan data.
Menurut strauss dan corbin (1990: 53) analisis data kualitatif, khususnya dalam
penelitian Grounded Theory terdiri atas tiga jenis pengodean (coding) utama, yaitu (1)
pengodean terbuka (open koding), (2) pengodean berporos (axial coding), dan (3)
pengodean selektif (selective coding).
1) Pengodean Terbuka (Open Coding)
Pengodean Terbuka (Open Coding) merupakan pengkodean tahap pertama dari
data kualitatif dimana peneliti meneliti data dan memampatkannya menjadi kategori
analitis awal atau dengan istilah laindisebut sebagai kode-kode (Cresswell, 1998).
Pada open coding, peneliti membantuk kategori awal dari informasi mengenai
fenomena yang dipelajari dengan membuat segmentasi informasi. Di dalam
setiapkategori peneliti menemu-kan beberapa sifat, karakter, properties, atausub-
kategori, dan mencari data untuk memberikan dimensi, atau dapatjuga memberikan
kemungkinan ekstrim dalam continuum dari sifat-sifat tersebut. Pada open coding
terdapat beberapa langkah yang dapatdilakukan yakni sebagai berikut:
a. Pelabelan fenomena
Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud
dengan pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. Pada hakikatnya,
pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-
konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah gatu
kegiatankonseptualisasi data.
Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-
insiden, sampai dapat diberikan, nama yang sama unfenomena-fenomena yang serupa.
Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan kata-kata
kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikin
konsep baru terhadap fenomena (atau kegiatan konseptualisasi).
b. Penemuan dan Penamaan kategori
Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data
yang masih berserakan. Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk
sekaligus memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar seperti itu.
Untuk menyederhanakan data tersebut perludipisahkan ke dalam beberapa kelompok.
Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data
sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian membagi-baginya ke dalam
kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan substansinya.
Proseskategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan penelitian yangsudah
ditetapkan pada rancangan penelitian.
Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam
pemberian nama kategori dilakukan proses abstraksi.Kegiatan ini berkaitan dengan
logika induktif, di mana sejumlah unit datayang sama atau memiliki keserupaan
dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak.
Kambing, lembu, dan kerbau,misalnya, adalah konsep-konsep yang memiliki
keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori dengan nama binatang
menyusui (mamalia). Cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan
menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang
disarankan sesuai dengan pendekatan emicyang menjadi ciri dari setiap penelitian
kualitatif.
c. Penyusunan Kategori
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Sifat yang dimaksud
adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran,
dimensional range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu kontinium.
Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat
ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu,
misalnya, dapat diberi ukuran mulai dari yang "tebal" (hitam pekat), sedang (abu-
abu), sampai pada "tipis" (keputih-putihan).
Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu
fenomena atau kategori. Sifat umum dari setiap kategori fenomena tentu tidak Sama.
Sifat umum dari warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan, sedangkan sifat
umum dari perilaku adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya (Strauss &
Corbin, 1990 dalam Emzir, 2010).
2) Pengkodean berporos (Axial Coding)
Axial coding (Pengkodean terporos) merupakan penjelajahan data tahap kedua.
Pada tahap yang dilakukan adalah elaborasi konsep-konsep yang direpresentasikan
oleh tema. Axial coding atau pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur
penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antar
kategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan
dengan penemuan hubungan antar kategori atau antar sub-kategori.
Pada axial coding, peneliti memulai dengan himpunan kode-kode awal atau
konsep-konsep awal yang terorganisasi (Strauss &Corbin, 1990). Pada tahap kedua ini
peneliti memfokuskan pada tema kode awal, dan bukan pada data mentah. Kode-kode
tambahan atau ide-ide baru dapat saja muncul pada tahap ini, namun tujuan utamanya
adalah untuk mengamati dan mempelajari eksistensi konsep awal. Peneliti harus
bergerak ke arah pengorganisasian ide-ide atau tema-tema dan mengidentifikasi
konsep-konsep kunci pada proses analisis (Neuman,2006 dalam wardhono 2011).
Pada tahap ini peneliti menanyakan mengenai sebab dan konsekuensi, kondisi dan
interaksi, strategi-strategi dan proses-proses serta mencari kategori-kategori atau
konsep-konsep yang dapat dikelompokkan dalam satu kelompok tertentu atau cluster
tertentu. (Strauss & Corbin, 1990)
Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan kedalam satu
jenis kategori berikut; yaitu kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi
atau interaksi,dan konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini disebut dengan
model paradigma Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi
kode terhadap setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan,"termasuk jenis
kategori apa data ini"? Model paradigma inilah yang menjadi dasar untuk menemukan
hubungan antar kategori atau antar sub-kategori.
Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan sub kategori dengan kategorinya.
Sifat pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis
hubungan. Alternatif hubunganhubunganitu adalah; hubungan antara kondisi kausal
dengan strategi aksi atau interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi
aksi/interaksi, Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak terhenti pada hubungan
antara dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis
kategori (Strauss & Corbin, 1990 dalam Emzir, 2010).
3) Pengkodean terpilih (Selective coding)
Selective coding (Pengkodean terpilih) merupakan pengkodean tahap terakhir dan
meliputi penelusuran (scanning) semua data dan kode-kode yang telah didapat
sebelumnya. Tahap terakhir ini dilakukan ketika peneliti telah siap untuk melakukan
pengkodean terakhir dan telah mengidentifikasi tema-tema utama dari penelitian.
Pada pengkodean terakhir ini, peneliti melihat secara selektif untuk kasus-kasus
yang mengilustrasikan tema-tema hasil pengkodean sebelumnya, dan membuat
perbandingan setelah hampir semua data terkumpul lengkap. Pada tahap ini proposisi
kondisional (atau juga hipotesis) dipresentasikan secara khusus (Creswell, 1998).
Langkah yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan
menggabungkan semua kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan
tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean terporos, kecuali tingkat abstraksnya.
Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep
pengkodean terporos. Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses
pengkodean terpilih ini yaitu:
a. Melakukan reproduksi kembali alur cerita atau susunan data kedalam
kerangka Pemikiran.
b. Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi
inti cerita atau data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti terhadap dirinya
sendiri, adalah "apakah yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?",
atau "apa masalah utamanya".
c. Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai
kategori inti. Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah bahwa
merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena atau data.
Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan berkaitan dengan kategori
lain.
d. Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap 2 ada dua atau tiga
kategori inti, maka mau tak mau harus dipilih satu saja.
Proses Penelitian Grounded Theory

Sumber: Strauss & Corbin, 1990 dalam Wardhono, 2011


Hasil dari proses pengumpulan dan analisis data ini adalah suatu teori, substantif
level theory yang ditulis peneliti untuk suatupermasalahan khusus pada suatu populasi
tertentu. Penelitian dapat selesai pada titik ini karena pembentukan teori sudah dapat
menjadi suatu keluaran yang sah dari suatu penelitian (Creswell, 1998).
MenurutStrauss & Corbin (1988), teori menyatakan sekumpulan kategori yangtelah
dikembangkan dengan baik baik secara tema, maupun konsep yang secara sistematis
berhubungan melalui pernyataan hubungan untuk membentuk suatu kerangka teoritis
yang dapat menjelaskan beberapa fenomena sosial, psikologikal, maupun fenomena
lain yang sejenis. Teori ini lebih lanjut dapat diuji secara empiris karena sekarang
telahdiketahui variabel-variabel atau kategori-kategori dari data lapangan (Strauss &
Corbin, 1990 dalam Wardhono, 2011).

L. Spesifikasi Pelaporan Grounded Theory


Menurut Arikunto (2010), terdapat banyak format laporan yang dapat digunakan
dalam pelaporan penelitian, namun secara garis besar cakupannya sama. Yang
menyebabkan adanya perbedaan adalah:
1) Urutan penyajian.
2) Penekanan materi yang dilaporkan.
3) Pandangan perlu tidaknya suatu bagian disampaikan kepada pembaca.
Format laporan penelitian yang diajukan oleh Borg & Gall terdiri dari Preliminary
Materials (Bahan Pendahuluan) dan Body of the Paper (Gambar Laporan). Secara umum
model format laporan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Preliminary Materials (Bahan Pendahuluan)
Bagian ini terdiri dari:
a. Halaman Judul
Judul merupakan pintu atau muka dari sebuah karya tulis ilmiah. Dalam
pembuatan judul harus jelas, singkat dan mampu melambangkan bagian isi.
Fungsi judul ialah merupakan identitas atau cerminan dari jiwa seluruh tulisan,
gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkup
Contoh:

Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Implementasi Kurikulum


2013

b. Kata Pengantar
Kata pengantar adalah prakata yang menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas suksesnya pembuatan karya ilmiah. Pada kata pengantar juga
menguraikan seberapa pentingnya judul yang diambil dan berharap mampu
memberi sumbangan positif kepada diri penulis dan pembaca.Bagian kata
pengantar juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua elemen
pendukung yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya ilmiah.Dan dalam
kata pengantar harus meminta saran atau pendapat pembaca yang berguna sebagai
bahan evaluasi terhadap yang ditulis.
c. Daftar Isi
Daftar isi ialah pengurutan halaman mulai dari terdepan sampai terakhir dengan
mencantumkan nomor atau huruf pada bagian yang inginkan.Kegunaan dari pada
nomor dan huruf itu agar memudahkan pembaca untuk mencari letak halaman
yang ingin dibaca.
d. Daftar tabel
Daftar tabel merupakan hal yang serupa dengan daftar isi hanya saja daftar tabel
memuat halaman-halaman yang berisikan tabel saja.
e. Daftar Gambar/Ilustrasi
Daftar gambar memuat halaman-halaman yang berisikan gambar.
2. Body of the Paper (Inti Laporan)
a. Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini peneliti menjelaskan latar belakang masalah, yaitu alasan mengapa ia
memilih permasalahan tersebut, rumusan masalah serta tujuan dilakukannya
penelitian tersebut.
Contoh:

Berdasarkan judul diatas dapat dikemukakan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong
Implementasi Kurikulum 2013 dan untuk mengetahui keterkaitan antara
strategi dengan kurikulum 2013

b. Bab II Kajian Pustaka


Pada bagian ini diungkapkan teori-teori serta hasil penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan pada topik yang sama.Tinjauan pustaka merupakan penelusuran
kepustakaan untuk mengidentifikasi makalah dan buku yang bermanfaat dan ada
hubungannya dengan penelitian yang dilakukan serta merujuk pada semua hasil
penelitian terdahulu pada bidang tersebut.
c. Bab III Metode Penelitian
Metode pengumpulan datanya adalah metode observasi dan wawancara. Catatan
lapangan bisa berasal dari wawancara informal, kuliah, seminar, pertemuan
kelompok ahli, artikel, surat kabar, daftar internet mail, acara televisi, bahkan
percakapan dengan teman-teman juga merupakan data bagi metode grounded
theory. Teknik penyampelan dilakukan dengan cara penyampelan teoritis.
Aktivitas pengumpulan data di lapangan dalam riset kualitatif grounded theory
berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu cukup lama. Menekankan pada
validitas data melalui verifikasi dan menggunakan coding sebagai alat utama dari
pengolahan data. Analisis data kualitatif, terdiri atas tiga jenis pengodean (coding)
utama, yaitu (1) pengodean terbuka (open koding), (2) pengodean berporos (axial
coding), dan (3) pengodean selektif (selective coding).
d. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini penulis harus menyajikan secara cermat dan jelas mengenai hasil
analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori
yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Hasil merupakan temuan
fenomena dari penelitian yang dilakukan. Setelah memperoleh hasil dari suatu
penelitian maka hasil itu akan dibahas untuk menemukan titik terangnya.
e. Bab V Penutup
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran. Simpulan adalah gambaran umum seluruh
analisis penelitian yang dilakukan. Saran dapat didefenisikan sebagai anjuran penulis
terkait dengan hasil penelitian atau cara mengatasi kesulitan-kesuliatan dalam
penelitian.
3. Bahan Penunjang
a. Daftar Pustaka
Daftar pustaka mencrminkan acuan yang digunakan oleh penulis baik dalam
melakukan penelitian maupun dalam menyusun laporan. Pustaka yang dapat
dimasukkan dalam daftar adalah hanya yang sangat signifikan dan terkait dengan
kegiatan penelitian yang ditulis dan dipublikasikan baik melalui bahan
cetakan.elektronik maupun seminar. Daftar pustaka yang dipublikasikan dapat
berupa: buku teks,majalah,jurnal makalah,surat kabar dan lain-lain. Penulisan
daftar pustaka harus mencantumkan beberapa dasar sebagai berikut.
1.Nama penulis
2.Tahun terbit
3.Judul pustaka
4.Tempat terbit
5.Nama penerbit
Berikut contoh penulisan daftar pustaka yang benar : Soetomo.1993. Dasar-Dasar
Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
b. Lampiran
Lampiran merupakan dokumen tambahan yang ditambahkan ke dokumen utama.
Lampiran biasanya berisi data-data tambahan yang mungkin terlalu banyak bila
disertakan pada teks utama (misalkan tabel data hasil penelitian) atau penjelasan
lebih lanjut mengenai topik tertentu dalam buku. Lampiran juga dapat berisi teks
maupun gambar. Peletakan lampiran biasanya pada bagian akhir setelah bab akhir
sebelum bagian indeks.
c. Daftar indeks
Daftar indeks adalah suatu daftar kata-kata penting dalam suatu buku dimana
biasanya terdapat dibaian akhir. Fungsi daftar indeks adalah mempermudah pembaca
memahami suatu kata yang belum dimengerti,mempercepat pembaca untuk
menemukan suatu topik pembicaraan.

M. Contoh Penilitian yang menggunakan metode penelitian Grounded Theory

Judul : Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong


Implementasi Kurikulum 2013 , Penulis: Husaini Usman dan
Nuryadin Eko Raharjo, FT Universitas Negeri Yogyakarta
Pendekatan : kualitatif dengan jenis grounded theory
penelitian
Tahap Disain Penelitan
1. Tinjauan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai penghasil tenaga
ulang kerja perlu memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif.
literatur Komparatif artinya kemampuan dalam menghasilkan barang/jasa
teknis
dengan biaya yang lebih hemat, mutu yang lebih hebat, dan waktu
yang lebih tepat. Keunggulan kompetitif merupakan kemampuan
daya saing lulusan SMK dalam tawar-menawar barang/jasa yang
dihasilkannya di pasar kerja.
2. Pemilihan : Permasalahan yang terdapat di sekolah yaitu Kepala sekolah
kasus masih cenderung sebagai manager bukan sebagai leader
pembelajaran. Akibatnya, ia lebih fokus pada urusan administratif
dan sistem daripada urusan pemberdayaan guru untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa.
Tahap pengumpulan data
1. Sumber : Data primer dapat berupa tindakan subjek, gambaran ekspresi,
data sikap dan pemahaman subjek yang diteliti, data sekunder berupa
konsep strategi kepemimpinan pembelajaran menyongsong
implementasi kurikulum 2013
2. Teknik : wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi.
pengumpul (1) prinsip emik dan etik-prinsip pengumpulan datasecara objektif
an data dengan lebih mengutamakan sudutpandang subjek, artinya
penelitian mendeskripsikanide, gagasan pemikiran atau
pemikiran-pemikiran lain berdasarkan pemyataan
subjek(prinsip emik). Namun demikian untuk kasus-kasus
tertentu peneliti berusaha membuatpenyimpulan dengan tanpa
mengabaikan esensi makna fenomena (prinsip etik).
(2) prinsip holistik-mengacu pada pengumpulan data yang utuh,
lengkap dan kontekstual.
(3) prinsip kekonsistenan-menyangkut konsistensi dalam hal
sistem pengamatan, penentuan struktur penjelasan dan kode
pengkategorian.
Teknik sampel : snowball sampling artinya responden bertambah terus dan tidak
dapat ditetapkan jumlah sampai diperoleh data yang jenuh
(redundancy).
Instrumen : peneliti sendiri
penelitian
Subjek : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan anggota komite
penelitian sekolah.
Objek : pelaku, konsep, tempat, dan kegiatan. Pelakunya adalah kepala
penelitian sekolah, konsepnya adalah strategi kepemimpinan, tempatnya
adalah SMKN 2 Depok Sleman Yogyakarta. Kegiatannya adalah
pembelajaran di dalam dan di luar kelas.
Tahap : menggunakan kriteria (1) kredibilitas; (2) transferabilitas; (3)
Penyusunan dependabilitas; dan (4) komfirmabilitas atau kepastian
Data (objektivitas) untuk penguian pada tingakt kepercayaan dan
menentukan keabsahan data.
Tahap Analisis : Langkah-langkah dan analisis data yang digunakan dalam
Data penelitian ini adalah model Lichman (2011)
1. Tahap : hasil strategi pembelajaran meliputi empat kategori yang
pengolahan ditemukan dilapangan yaitu: (1) keteladanan; (2) pembelajaran di
awal kelas dan di luar kelas; (3) kultur (budaya) sekolah; dan (4)
penguatan.
2. Percontoha : pembahasan mendalam dari strategi pembelajaran yang
n Teoritis digunakan; Keteladanan adalah ucapan, bahasa tubuh, sikap, dan
tindakan positif yang dapat dicontoh oleh orang lain.Pembelajaran
adalah kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk
mentransformasikan, melestarikan, dan mengkritisi iptek dan
kultur yang dilakukan di dalam dan di luar kelas. Kultur sekolah
adalah keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, tradisi
bersama yang mengikat kebersamaan seluruh warga sekolah.
Kultur SMK adalah kultur kewirausahaan. Penguatan adalah
usahausaha profesional yang dilakukan seseorang atau melalui
orang lain untuk meningkatkan mutu hasil dan proses
pembelajaran di dalam dan diluarkelas.
3. Tahap : Pematangan teori
Akhir
Tahap : (1) Temuan keteladanan ini mendukung strategi kepemimpinan
Perbandingan pembelajaran yang diteliti Southworth (2002) dalam penelitian
Literatur pendekatan kualitatifnya yang disebut modeling.
(2) Temuan pembelajaran di kelas dan di luar kelas ini
bertentangan dengan Bahan Uji Publik Kurikulum 2013.
Pertentangan itu terjadi karena implementasi Kurikulum
memerlukan perubahan-perubahan antara lain: standar proses
yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, belajar tidak hanya
terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar, sikap tidak
diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan,
persamaan dari elemen penilaian.
(3) Kultur sekolah sebenarnya sudah termasuk iklim sekolah
seperti yang dinyatakan Schein (1997) bahwa ruang lingkup
kultur sekolah adalah: tingkah laku yang diamalkan, bahasa, adat,
tradisi, norma kelompok, standard dan nilai, dalam hal ini adalah
kultur kewirausahaan, karya-karya yang dipublikasikan, falsafah
formal, misi, aturan main, aturan untuk semua orang dalam
organisasi, iklim sekolah, keterampilan tersembunyi, kebiasaan
berpikir, paradigma, pengetahuan bersama untuk diketahui, makna
bersama dalam kelompok, dan bahasa kiasan atau simbol-simbol.
(4) Temuan penguatan pendidikan kewirausahaan dalam
penelitian ini mendukung pendapat Bubb & Earley (2008) yang
menyatakan bahwapengembangan keprofesian kepala sekolah
berkelanjutanadalah pelatihan profesional, pendidikanprofesional,
dan dukungan professional.

N. Perbandingan Pendekatan Fenomenologi dan Grounded Theory


Ciri-ciri Fenomenologi Grounded Theory
Fokus Memahami esensi dari Mengembangkan
pengalaman grounded theory yang
didasarkan pada data dari
lapangan
Tipe Permasalahan yang Butuh untuk Mendasarkan teori pada
Paling Cocok untuk mendeskripsikan esesnsi pandangan dari para
Desain dari fenomena partisipan
Satuan Analisis Mempelajari beberapa Mempelajari proses , aksi
individu yang telah atau interaksi yang
mengalami fenomena melibatkan banyak
yang sama individu
Bentuk Pengumpulan Menggunakan wawancara Menggunakan wawancara
Data mendalam dengan dengan 20-60 individu
individu, observasi dan
dokumen mungkin
dipertimbangkan
Strategi Analisis Data Menganalisis data untuk Menganalisis data melalui
pernyataan-pernyataan coding terbuka, coding
penting, satuan-satuan aksial dan coding selektif
makna, deskripsi
struktuean dan deskripsi
tentang esensi
Menafsirkan data Mengembangkan Melakukan coding selektif
deskripsi tekstural “apa dan saling
yang terjadi” “bagaimana menghubungkan kategori
fenomena tersebut untuk mengembangkan
dialami” dan cerita atau proposisi
mengembangkan “esensi”
Menyajikan, Menyajikan narasi tentang Menyajikan model visual
memvisualkan data dalam “esensi” dari pengalaman atau teori dan menyajikan
laporan tertulis tersebut dalam bentuk proposisi
tabel, gambar atau
pembahasan
BAB III

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anselm Strauss and Juliet Corbin. 1990 Basis of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedure and Techniques. London: Sage Publications.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Creswell, John W. 1998, Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five
Traditions. California: Sage Publication. Hal 65.
Creswell, John W, 2008, Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
Edisi Ketiga Pustaka Pelajar, Bandung
Cresswell, John W., 2007, Research Desing: Qualitative and Quantitative Approach.
Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage
Denzin, Norman K. & Yvanna S. Lincoln. 1994. Intoduction: Entering the Field Qualitative
Research dalam Handbook of Qualitatif Research diedit oleh Norman K. Denzin dan
Y.S. Lincoln. London: Sage Publication.
Emzir. 2010. Metedologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Glaser, Barney G and Strauss Anselm L. 1997. The Discovery Of Grouded Research:
Strategies For Qualitative Research. Chicago: Aldine Pub.co.

Muhadjir, Noeng, 2002, Metodolgi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Pujileksono, Sugeng, 2015, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Kelompok
Intrans Publishing.
Soutworth, G., 2002, “Instructional Leadership in Schools: Reflection and Empirical
Evidence”, dalam School Leadership and Management. 22 (1): 73-92.
Schein, E.H., 1997, Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass
Publishers.
Bubb, S., & Earley, 2008, Leading and Managing Continuing Prossional Development.
London: Paul Chapman Publishing
UsmaN, Husein, Nuryadin E.R., 2013, Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong
Implementasi Kurikulum 2013, Yogyakarta: Jurnal Cakrawal Pendidikan
Wardhono, Wisnu. 2011. Penelitian Grounded Theory, Apakah itu? Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Parahyangan

You might also like