You are on page 1of 11

TUGAS PAPER FARMASI

TENTANG

PIL DAN TABLET

OLEH :

Riza Maulita
1302101010090

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016
TABLET

Tablet merupakan sediaan padat yang kompak, mengandung satu atau lebih zat aktif,
mempunyai bentuk tertentu, biasanya pipih bundar, yang dibuat melalui proses pengempaan
atau pencetakan. Kaplet merupakan modifikasi bentuk dari tablet yaitu tablet yang berbentuk
kapsular.

Contoh obat hewan dalam bentuk tablet yaitu,

a. anthelmintik Cazitel plus tablet for dog mengandung praziquantel, pirantel embonat dan
febantel.

b. anthelmintik Drontal cat mengandung praziquantel 20 mg dan pirantel embonat 230 mg

c. antibiotik Baytril flavour mengandung enrofloxacin

d. antibiotik Clavet 50 tablet mengandung amoxicillin dan asam clavulanat

(Soetisna dkk, 2015).

1.) Menurut mekanisme disintegrasi (penghancuran) sediaan/pelepasan zat aktif, maka

tablet dapat dibedakan menjadi:

 Fast disintegrating tablet

Tablet jenis ini mengalami disintegrasi dan pelepasan zat aktif yang sangat cepat saat
bersentuhan dengan cairan (saliva, jika diletakkan di atas lidah). Tablet ini didesain untuk
mengakomodasi pasien-pasien geriatric yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet
biasa (immediate released tablet). Biasa didesain dalam ukuran yang cukup kecil.
 Chewable tablet (tablet kunyah)

Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah terlebih dulu sebelum ditelan, untuk membantu
mempercepat proses disintegrasi dalam lambung. Biasanya tablet ini mengandung zat aktif
dan atau eksipien dalam jumlah besar sehingga tablet ini bervolume besar, sehingga tidak
memungkinkan untuk ditelan langsung tanpa dikunyah terlebih dulu. Tablet dipastikan tidak
memiliki kekerasan yang terlalu tinggi untuk memfasilitasi proses penguyahan dengan
mudah. Contoh : tablet antasida

 Troches/Lozenges (tablet hisap)

Tablet ini dimaksudkan untuk terdisintegrasi pelan-pelan sehingga bertahan lama dalam
rongga mulut, sebagaimana halnya gula-gula. Contoh: tablet hisap Vitamin C

 Immediate released tablet

Tablet ini dimaksudkan untuk langsung ditelan dengan bantuan cairan atau makanan.
Tablet ini akan terdisintegrasi dalam lambung selama kurang dari 15 menit untuk dapat
segera melepaskan zat aktifnya.

 Sustained released tablet

Tablet ini juga dimaksudkan untuk lansung ditelan, namun diforumulasikan sedemikian
rupa sehingga dapat terdisintegrasi secara perlahan pada lambung dan usus, sehingga dapat
melepaskan zat aktif secara bertahap dalam waktu yang cukup lama. Tablet ini dimaksudkan
untuk memfasilitasi pengurangan frekuensi minum obat dari pasien. Hal ini akan sangat
membantu treutama bagi pasien geriatric.

 Delayed release tablet

Tablet ini juga langsung ditelan, namun didesain untuk memberikan pelepasan zat aktif
yang tertunda, contoh: enteric coated tablet dan pulsatile released tablet

 Dispersed tablets

Tablet ini dimaksudkan untuk didispersikan terlebih dulu dalam sejumlah cairan, sebelum
ditelan. Maksud didispersikan terlebih dulu adalah untuk lebih memfasilitasi proses
disintegrasi dan distribusi zat aktif terlarut dalam cairan lambung maupun usus.
 Effervescent tablets

Disintegrasi tablet ini difasilitasi oleh reaksi saturasi (pendesakan oleh gas CO2 yang
terjadi dari reaksi asam lemah (asam sitrat/asam tartrat/asam fumarat) dan garam berkarbonat
(NaHCO3/Na2CO3) yang ada dalam tablet, saat bersentuhan dengan air). Untuk itu,
effervescent tablet tidak boleh langsung ditelan, namun harus di larutkan dulu dalam segelas
air dingin. Gas CO2 yang masih ada dalam larutan tersebut dapat berfungsi sebagai penyegar
(sebagaimana CO2 dalam soft drink) dan dapat menyamarkan rasa pahit, sehingga
effervescent tablet ini biasa digunakan untuk minuman tonik yang mengandung vitamin atau
suplemen makanan yang larut air.

2.) Menurut lokasi pelepasan zat aktif , tablet dapat dibedakan menjadi:

 Tablet oral

Tablet oral adalah tablet yang dimaksudkan untuk ditelan, sehingga tablet akan
terdisintegrasi dalam saluran cerna.

 Tablet buccal

Tablet ini diletakkan pada rongga mulut, antara gusi dan mukosa pipi (diaplikasikan
secara topical pada selaput mukosa mulut) untuk mendapatkan onset yang cukup cepat dan
mengingat bahwa zat aktif mudah terdegradasi oleh asam lambung.

 Tablet sublingual

Tablet ini diletakkan di bawah lidah secara topical, dengan maksud yang sama dengan
aplikasi tablet buccal. Namun mengingat struktur sel yang lebih renggang, maka absorpsi
obat pada sublingual relative lebih cepat daripada di daerah buccal, sehingga onset
diperkirakan dapat lebih cepat. Kelemahan dari penempatan di bawah lidah ini adalah kondisi
anatomis bawah lidah yang dapat mengakibatkan resiko cepat hilangnya zat aktif sebagai
akibat sekeresi dan mobilisasi saliva.

3.) Berdasar keberadaan salut, tablet dapat dibedakan menjadi:

 Tablet tak bersalut (uncoated tablets)


Tablet ini tidak ada penyalutan sama sekali, sehingga hanya mengandalkan kelicinan
permukaan tablet hasil pengempaan. Jika zat aktif mudah larut air dan berasa pahit, jika tablet
kontak dengan saliva, rasa pahit tidak akan bisa ditutupi. Hal ini menjadi tidak akomodatif
untuk anak-anak.

 Tablet bersalut gula (sugar coated tablets = dragee)

Dari istilahnya, dapat diketahui bahwa tablet tersebut disalut dengan gula dengan desain
dan proses penyalutan tertentu. Tujuan penyalutan gula lebih pada untuk menyamarkan rasa
dan bau, melindungi terhadap radiasi UV matahari (yang dapat memberikan reaksi degrdasi
pada zat aktif yang peka), selain memberikan rasa manis dan warna yang menarik yang
membantu proses pemberian obat, terutama untuk anak-anak. Mengingat penyalutan
dilakukan berkali-kali, maka tablet salut gula terlihat bervolume sedikit lebih besar, sebagai
akibat tebalnya penyalutan gula tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tablet
salut gula tidak sesuai jika diberikan kepada pasien yang menderita diabetes maupun pada
pasien yang melakukan diet rendah gula. Selain itu sifat hiroskopisitas dari gula perlu
dipertimbangkan terutama dalam mendesain kemasan maupun memberikan instruksi
penyimpanan, agar terhindar dari lembab.

 Tablet bersalut film (film coated tablets)

Saat ini mulai dikembangkan tablet bersalut film sebagai komplemen dari salut gula. Film
penyalut terbuat dari polymer yang aman dimakan (edible), namun tidak berasa. Penyalutan
dengan film menghasilkan tablet yang mengkilap, licin, namun masih menunjukkan bentuk
dan warna asli dari tablet inti. Karena penyalutan tidak perlu berkali-kali, maka volume tablet
salut film tidak berbeda jauh dari tablet intinya. Tablet (atau kaplet) salut inti sesuai diberikan
untuk pasien diabetes maupun pasien dengan diet rendah gula. Jika salut film transparan,
maka penyalutan tidak dapat menghindarkan tablet dari paparan UV matahari.

 Tablet bersalut enterik (enteric coated tablets)

Tablet ini dimaksudkan untuk mengalami pelepasan zat aktif yang tertunda. Zat aktif
pada dasarnya tidak boleh terlepas pada saat tablet berada di lambung, karena kemungkinan
bahwa zat aktif tersebut mudah rusak oleh asam lambung atau memberikan efek iritasi yang
tidak dikehendaki pada lambung. Salut enteric ini dibuat sedemikian rupa sehingga salut
tersebut tahan terhadap pH asam (di lambung), namun akan rusak terhadap pH basa (di usus).
Mengingat konsep ini, maka jika pasien akan mengkonsumsi tablet jenis ini, perlu dipastikan
bahwa pasien tersebut tidak mengkonsumsi tablet ini bersamaan dengan makanan/minuman
yang bersifat basa.

4.) Menurut cara pembuatannya tablet dibedakan menjadi:

 Tablet cetak

Pada tablet cetak, tablet dicetak dari massa bahan yang lembab, lalu dikeringkan. Metode
pembuatan tablet ini tidak melibatkan tekanan yang tinggi. Metode ini sesuai untuk bahan
yang tahan panas dan lembab, yang dimaksudkan untuk skala kecil pentabletan. Tablet yang
dihasilkan memiliki tingkat kekerasan yang rendah.

 Tablet kempa.

Untuk tablet kempa, tablet dikempa dari campuran bahan yang kering, dikempa dalam
suatu instalasi mesin pentabletan dengan tekanan kempa yang cukup tinggi. Metode kempa
ini memungkinkan untuk tablet dapat diproduksi delam skala besar (industry) dengan cepat
dan reproducible.

Tablet, terutama tablet kempa, memiliki keunggulan pada keakuratan dosis yang
dihasilkan, mengingat pembuatan tablet dilakukan secara otomatisasi mesin. Selain itu,
stabilitas zat aktif lebih terjaga terkait dengan minimumnya kontak zat aktif dengan
lingkungan/atmosfer. Bentuk dan warna yang atraktif dari tablet memberikan ciri dan
penampilan yang lebih meyakinkan (contoh: tablet hisap vitamin untuk anak-anak yang
berbentuk berbagai macam binatang, dengan warna yang disukai anak-anak). Bentuk yang
kompak dan praktis juga memberikan keunggulan tersendiri untuk tablet sehingga
memudahkan dalam pengemasan maupun pengeluaran tablet dari kemasan. Adapun
kelemahan dari sediaan tablet adalah tidak sesuai diberikan pada pasien yang tidak kooperatif
dalam menelan sediaan padat kompak (kesulitan menelan sediaan padat kompak, keadaan
pingsan), jika tablet dimaksudkan untuk ditelan.
Pada pembuatan tablet kempa, beberapa sifat fisik campuran yang akan ditablet perlu
dipertimbangkan, yaitu:

1. Sifat alir

2. Kompresibilitas dan kompaktibilitas

3. Ketahanan terhadap panas, lembab atau tekanan tinggi

Dua metode dikenal dalam pembuatan tablet kempa, yaitu metode kempa langsung
dan granulasi. Industri cenderung memilih metode kempa langsung karena kepraktisan dan
kecepatannya. Namun, apabila sifat alir ataupun kompresi-kompaktibilitas bahan campuran
yang akan dikempa tidak baik, maka memilih metode kempa langsung akan menjadi suatu
kerugian. Dua sifat utama campuran tersebut perlu dipastikan atau diusahakan.

Secara umum, eksipien yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah:

 bahan pengikat (binder), dengan fungsi mendukung kekerasan tablet dan kekuatan
ikatan tablet bagian tepi (sebagai lawan dari kerapuhan) melalui pengikatan antar
partikel yang intensif contoh: muscilago amyli 10%, larutan polyvynilpyrolidon
(PVP)

 bahan penghancur (disintegrant), dengan fungsi mendukung disintegrasi tablet saat


bersentuhan dengan cairan lambung, contoh: amylum, Dicafos. Bahan penghancur
perlu diberikan, untuk menjamin bahwa tablet tidak hanya mampu membawa obat
dalam bentuknya, namun mampu melepaskan obat di lokasi pelepasan dengan baik.

 bahan pengisi (filler/diluents), dengan fungsi menambah massa dan volume tablet
sehingga dapat dikempa dengan ukuran punch dan die yang sudah ditentukan, contoh:
lactose. Saat ini telah dikembangkan bahan pengisi yang juga berfungsi sebagai
pengikat, dengan sifat alir dan kompaktibilitas yang bagus, dikenal sebagai filler-
binder, sebagai eksipien yang mendukung proses kempa langsung, contoh: Avicel PH
102
 bahan pelicin (lubricant/anti adherent), berfungsi untuk memperlancar proses
pengeluaran tablet dari die contoh: Mg stearat, talk.

Yang perlu mendapat perhatian lebih adalah bahwa tidak semua bahan penolong tersebut
inert. Formulator perlu mewaspadai kejadian inkompatibilitas yang mungkin terjadi antara
eksipient dengan zat aktif.

Jika bahan-bahan yang akan dikempa ternyata memiliki sifat alir atau kompaktibilitas
yang tidak baik, maka jika mencari bahan lain ternyata justru lebih mahal beaya produksinya,
perlu dilakukan usaha untuk memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas dengan cara
melakukan suatu granulasi. Granulasi yang dilakukan dapat berupa granulasi basah atau
granulasi kering (berdasarkan wujud bahan pengikatnya, apakah cair atau padat).

Granulasi kering pada prinsipnya dilakukan dengan cara melewatkan campuran dengan
bahan pengikat kering pada suatu roller compactor atau slugger bertekanan sangat tinggi,
untuk mendapatkan papan (compacted materials) atau tablet besar hasil slugging (slugs),
yang kemudian papan atau slugs tersebut dihancurkan hingga mencapai granul ukuran
tertentu.

Granulasi basah dapat dilakukan dengan metode tray, dengan cara mencampur bahan-bahan
yang akan digranul dengan bahan pengikat cair, sehingga didapat massa yang lembab.
Setelah itu massa dibentuk granul dengan cara dilewatkan pada suatu granulator. Granul
basah yang terbentuk lalu ditimbang sesaat sebelum dikeringkan. Setelah granul mongering,
granul tersebut ditimbang untuk dapat menentukan proporsi penambahan bahan-bahan lain
sesuai dengan formula. Selain itu, granulasi basah juga dapat dilakukan dengan metode fluid
bed granulator dengan menyemburkan serbuk-serbuk bahan padat dari bagian bawah dan
menyemprotkan bahan pengikat cair dari bagian atas granulator, lalu dikeringkan secara
simultan sehingga didapat granul kering yang diinginkan. Metode ini sangat praktis dilakukan
dalam skala industry dengan memperhatikan antara lain kapasitas granulator, setting tekanan
penyemburan dan laju peneyemprotan, ukuran droplet bahan pengikat, dan viskositas bahan
pengikat.
Untuk menjaga kualitas fisik dari tablet kempa maka perlu dilakukan suatu kontrol kualitas
fisik tablet dalam hal:

1. Tampilan (bentuk, warna, kualitas permukaan) dan ukuran (ketebalan, diameter)

2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan

3. Kekerasan tablet

4. Kerapuhan tablet

5. Waktu hancur tablet

6. Disolusi tablet (Mulya, 2011).


PIL

Pil merupakan sediaan solid yang berbentuk bulat dengan berat sekitar 100-500 mg, biasanya
300 mg, mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan padat bulat dengan masaa < 100 mg
dikenal dengan istilah granul, sedangkan yang lebih dari 500 mg dikenal dengan istilah boli
(untuk hewan ternak) (Mulya, 2011).

Contoh obat hewan dalam bentuk pil atau boli yaitu,

a. antibiotik Trimethodine bolus mengandung sulfadiazine 200 mg

b. antibiotik Trymezin bolus mengandung sulfadiazine 1.200 mg dan trimetroprim 240 mg

c. anthelmintika Agriworm bolus mengandung levamisole 2000 mg

d. anthelmintika Benvet bolus GR-300 mengandung albendazole 300 mg

(Soetisna dkk, 2015).

Sediaan pil masih digunakan dan dikembangkan dalam industri obat tradisional dalam
hal ini jamu dan obat herbal terstandar, serta makanan suplemen. Zat aktif yang dibuat pil
kebanyakan merupakan simplisia tanaman yang telah dihaluskan atau sudah berwujud
ekstrak. Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan pil ini adalah: bahan pengikat, bahan
pengisi, bahan penghancur dan bahan penyalut. Kontrol kualitas sediaan pil juga dilakukan
dengan aspek yang hamper sama dengan yang dilakukan untuk sediaan tablet, yaitu
penampilan dan ukuran, keseragaman bobot, kekerasan dan waktu hancur (Mulya, 2011).
DARTAR PUSTAKA

Mulya, Ries. 2011. pharmacist use pharmacy knowledge to change the world. http://science-
pharmacy.blogspot.co.id/2011/02/obat-dan-bentuk-sediaan-obat.html.

Soetisna, Abadi dkk. 2015. Indeks Obat Hewan Indonesia IOHI X. Jakarta: GITAPustaka.

You might also like