Professional Documents
Culture Documents
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf
latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan
kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan
tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.
Para ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang definisi dari kalimat, salah satunya
Kridalaksana. Kridalaksana mengungkapkan jika kalimat merupakan satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunya pola intinasi final, serta secara actual dan potensial terdiri dari
klausa. Selanjutnya, Hal senada juga dikemukakan oleh kokt Cook, Cook mendefinisikan
sebagai suatu satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola
intonasi akhir dan terdiri dari klausa. Sumber lain menyebutkan jika kalimat merupakan
gabungan dari dua kata atau lebih yang menghasilkan sebuah pengertian dan pola intonasi akhir.
Unsur–Unsur Kalimat
SUBJEK
Disebut juga pokok kalimat. Merupakan unsur inti dari kalimat. Biasanya berupa kata benda atau
kata lain yang dibendakan. Untuk mencari subjek dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan
dengan kata tanya “siapa” dan “apa”.
Contoh:
Ardi bermain bola.
Siswa kelas VI sedang menjalani ujian.
Melukis itu melatih kreatifitas
PREDIKAT
Merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek. Biasanya berupa
kata kerja atau kata sifat. Untuk mencari predikat dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan
dengan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”.
Contoh:
Rini menyanyi dengan merdu.
Tono membaca buku.
Ayah bekerja di BUMN.
OBJEK
Merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat. Biasanya terletak di
belakang predikat. Dalam kalimat pasif, objek menduduki fungsi subjek. Terdiri dari dua macam
yaitu objek penderita dan objek penyerta. Objek penderita adalah kata benda atau yang
dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari
perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
a. Objek penderita adalah kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau
kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang
dinyatakan oleh subjek. Makna objek penderita: Penderita, Contoh: Pak Ali membajak
sawah Penerima Contoh: Ibu menjahit baju adik Tempat Contoh: Wisatawan
mengunjungi Pulau Bali. Alat Contoh: Andi melempar bola ke arah Budi. Hasil Contoh:
Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami
sesuatu. Makna objek penyerta: Penderita. Contoh: Ibu membelikan adik buku baru.
Hasil. Contoh: Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.
KETERANGAN
Mempunyai hubungan y ang renggang dengan predikat.
Jenis-jenis keterangan:
Keterangan tempat
Contoh: Ayah akan perdi ke Surabaya
Keterangan alat
Contoh: Ibu memotong sayuran dengan pisau
Keterangan waktu
Contoh: Andi belajar matematika pukul 8 malam
Keterangan tujuan
Contoh: Bayi harus minum susu supaya sehat
Keterangan penyerta
Contoh: Ibu pergi ke pasar bersama kakak.
Keterangan cara
Contoh: Bacalah buku itu dengan seksama
Keterangan similatif
Contoh: Pak Doni berbicara di rapat sebagai ketua panita
Keterangan sebab
Contoh: Toni tidak naik kelas karena malas belajar
1. Pembagian Jenis Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapannya
Berdasarkan pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis, yakni kalimat langsung dan
kalimat tidak langsung.
a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa melalui
perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang diutarakan. Kalimat ini ditandai dengan
penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan kalimat penjelas.
Contoh:
“Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar
Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri kabar lagi.”
“Andai waktu itu ibumu ini tidak lari, Nak,” Ibu mulai bercerita, “tidak mungkin kamu bisa
sampai sebesar ini. Karena kalo ibu tidak lari, kita pasti ikut hangus bersama desa kita.”
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat paling sederhana dalam bahasa Indonesia. Pada kalimat tunggal
hanya terdapat satu pola kalimat yaitu satu subjek (S) dan satu predikat (P). Terkadang juga
dapat dilengkapi dengan objek (O) ataupun keterangan (K).
Ciri Ciri Kalimat Tunggal
Adik menangis. (Kalimat tunggal karena hanya ada 1 peristiwa yaitu menangis)
Adik menangis sambil berlari. (Kalimat majemuk karena ada 2 peristiwa yaitu menangis dan
berlari)
Adik menangis tersedu-sedu. (Kalimat tunggal, kata ‘tersedu-sedu’ adalah keterangan bukan
peristiwa)
2. Terdiri dari satu pola kalimat, misal pola S-P, S-P-O, atau S-P-O-K. Contoh:
S P
S P O K
Berdasarkan jenis predikatnya kalimat tunggal dapat dibagi menjadi kalimat nominal, kalimat
verbal, kalimat adjektival, kalimat numeral, kalimat preposisional. Selain itu kalimat tunggal
juga dapat disusun menjadi kalimat tunggal yang diperluas, baik pada unsur subjek dan predikat,
ataupun dengan penambahan unsur baru seperti keterangan atau pelengkap. Agar lebih
memahami jenis kalimat tunggal, simaklah penjelasan berikut:
1. Kalimat Nominal
Kalimat tunggal nominal memuat predikat yang berupa kata benda. Contoh:
S P → kata benda
2. Kalimat Verbal
Jika predikat pada kalimat tunggal berupa kata kerja maka disebut sebagai kalimat tunggal
verbal. Contoh:
3. Kalimat Adjektival
Jika predikat berupa kata sifat maka kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal adjektival.
Contoh:
S P → kata sifat
4. Kalimat Numeral
S P → kata bilangan
5. Kalimat Preposisional
Kalimat ini memuat predikat yang berupa kata depan atau preposisional. Contoh:
S P → preposisional
Cara pertama perluasan kalimat tunggal adalah dengan menambahkan unsur baru. Unsur baru
tersebut dapat berupa keterangan atau pelengkap. Contoh:
S P O S P O K
Unsur baru yang ditambahkan pada kalimat di atas adalah keterangan di dapur.
7. Kalimat tunggal dengan perluasan pada subjek dan predikat
Cara kedua perluasan kalimat tunggal dengan memperluas subjek atau predikat pada kalimat
tunggal. Contoh:
Wanita itu membuang bayi di sungai →Wanita yang memakai masker itu membuang bayi di
sungai
S P O K S P O K
Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua yakni kalimat
nomina dan kalimat verbal
Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata bilangan atau kata
sifat) sebagi predikat
Contoh:
Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.
Contoh:
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat
majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (baca: contoh kalimat majemuk setara),
bertingkat (baca: contoh kalimat majemuk bertingkat), dan campuran (baca: contoh kalimat
majemuk campuran).
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana
kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi
beberapa jenis, seperti berikut.
1. Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hubung
(konjungsi) “dan” atau “serta”.
Contoh:
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan Andi akan
mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.
2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi)
“tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh:
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.
3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh:
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap
tinggal di sini bersama ayahnya.
4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh:
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar
sarjana pertamanya.
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal atau
lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk kalimat dan
anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis berdasarkan
penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.
2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh:
Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.
Contoh:
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga Singapura
dan Malaysia.
Contoh:
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.
Contoh:
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang tetap menolak
dipindahkan.
Contoh:
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.
Contoh:
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.
Contoh:
Contoh:
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat majemuk yang menggabungkan kalimat majemuk
setara dengan kalimat majemuk setingkat. Kalimat majemuk campuran terdiri dari sekurang –
kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh:
Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah
mereka.
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan
kalimat majemuk bertingkat.)
Menurut pembagian berdasarkan isi atau fungsi suatu kalimat, kalimat dibedakan menjadi lima
jenis, seperti berikut
Merupakan kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini dalam
penulisannya di akhiri dengan tanda baca titik (.).Dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh:
Merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu suatu informasi atau jawaban atau respon dari
lawan bicara. Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca tanya (?). Contoh:
Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat perintah akan diakhiri dengan
tanda baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya digunakan intonasi
yang meninggi.
Contoh:
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat perintah, dalam
pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi. Dalam
penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh:
Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari penulis atau
pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam penulisannya diakhiri
dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke daerah terpencil dan
memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana.
Dilihat dari unsur di dalamnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yakni,
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya terdiri atas sebuah subjek dan
sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai kalimat lengkap
Contoh:
S P K
S P O
Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak
sempurna kadang hanya memiliki sebuah subjek saja, sebuah predikat, atau bahkan hanya terdiri
atas objek dan keterangan. Kalimat ini biasanya digunakan untuk kalimat semboyan, salam,
perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Hei, Diana!
Terima kasih.
Selamat sore!
Tidak.
Apabila ditinjau dari struktur serta susunan atas subjek dan predikatnya, kalimat dapat dibagi
menjadi dua jenis, yakni,
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada Bahasa
Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K) dan lain sebagainya.
Contoh:
S P K
S P O K
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang mendahului kata
subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan penekanan atau ketegasan
makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa yang menjadi penentu makna kalimat
sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan terhadap pembaca maupun pendengarnya.
Contoh:
P S K
Kalimat ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan dengan gaya
penyajian melepas. Gaya penulisan melepas ditandai dengan kalimat majemuk di awali dengan
induk kalimat atau kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.
Contoh:
Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak terjadi kecelekaan yang menyebabkan
kemacetan panjang.
(“Putri tidak akan tertinggal kereta” merupakan kalimat induk, “kereta jika di jalan tadi tidak
terjadi kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang” merupakan anak kalimat.)
Kalimat ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara menempatkan anak
kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai dengan penggunaan tanda baca
koma (,).
Contoh:
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin nyawanya
masih bisa tertolong” merupakan kalimat utama)
Kalimat yang berimbang biasanya tersusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat
majemuk campuran. Gaya penyajian berimbang bertujuan untuk menunjukan kesejajaran bentuk
dan informasinya.
Contoh:
Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan konsumen mengeluhkan
tingginya kenaikan.
Jika dilihat dari subjeknya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis,yakni kalimat aktif dan kalimat
pasif.
7.1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu tindakan
(pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan “me-” dan “ber-” serta
predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan awalan “me-”, seperti mandi, pergi,
tidur, dan lain sebagainya.
Contoh:
Kalimat aktif ini dapat disisipi unsur objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya memiliki
predikat yang berawalan “me-” dan dapat dirubah ke dalam bentuk pasif.
Contoh:
Kalimat aktif ini tidak memungkinkan diikuti oleh objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya
menggunakan predikat yang berawalan “ber-” dan tidak dapat di rumah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat pasif
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-” serta diikuti kata depan
“oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua bentuk, yakni,
Contoh:
Kalimat pasif ini memiliki objek pelaku yang berdekatan dengan objek penderita tanpa adanya
sisipan kata lain. Predikat pada kalimat ini menggunakan akhiran “-kan” dan tanpa disertai
awalan “di-”. Selain itu, predikatnya juga dapat berupa kata dasar dari kata kerja.
Contoh: