You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul didalam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat
dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas
dengan bolume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari
cairan. Bila tidak, cairan akan berubah menjadu uap dengan cepat. Ketika
molekul-molekul saling bertumbukkan, mereka saling tukar energi dalam
berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukkan. Terkadang
transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu moleul
mendapatkan energy yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini
terjadi di dekat permukaan cairan, molekul tersebut dapat terbang ke dalam
gas dan menguap.
Evaporasi (penguapan) terjadi ketika air dipanaskan oleh sinar matahari,
permukaan molekul-molekul air memiliki cukup eergi melepaskan ikatan
molekul air tersebut kemudian terlepas dan mengambang sebagai uap air yang
tidak terlihat di atmosfer. Hujan turun dari awan, adanya awan belum tentu
turunnya hujan. Hujan baru turun bila butir-butir air di awan bersatu menjadi
besar dan mempunyai daya berat yang cukup dan suhu dibawah awan haris
lebih rendah daru suhu awan itu sendiri, maka butir-butir air yang tealh besar
dan berat jatuh sebagai hujan. Jumlah uap air yang terkandung dalam udara
merupakan indikatir potensi atmosfer untuk terjadinya prepitasi.

B. Tujuan Praktikum
1) Mengetahui rata-rata harian penguapan atau evaporasi disuatu tempat
2) Mengetahui pengaruh kecepatan angin, suhu dan kelembaban udara
terhadap laju evaporasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian
bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono,
1999). Sedangkan Menurut Lee (1988), evaporasi merupakan proses perubahan
cairan menjadi uap, ini terjadi jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang
tidak jenuh, baik secara internal, pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara
eksternal, pada permukaan yang basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi
uap air. Yang merupakan suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan
selama berjam-jam pada siang hari dan sering juga selama malam hari. Air akan
menguap dari permukaan baik tanah gundul maupun tanah yang ditumbuhi
tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan jalan raya air, air
terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993).
Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total kehilangan air (penggunaan air)
untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman. Secara
potensial ET ditentukan hanya oleh unsur – unsur iklim, sedangkan secara aktual
ET juga ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman (Handoko, 1995).
Jumlah total air yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan
transpirasi tanaman secara bersama disebut evapotranspirasi (ET). Evaporasi
merupakan suatu proses yang tergantung energi yang meliputi perubahan sifat dari
fase cairan ke fase gas. Laju transpirasi merupakan fungsi dari landaian tekanan
uap, tahanan terhadap aliran, dan kemampuan tanaman dan tanah untuk
mentranspor air ke tempat terjadinya transpirasi. Kehilangan air ke atmosfer
ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan faktor dalam tanaman. Pengaruh
lingkungan terhadap ET disebut tuntutan atmosfer atau tuntutan evaporisasi
(Anonim2, 2008).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam
pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun
evapotranspirasi dari air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah tidak
mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah

2
dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima (Anonim3,
2009).
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk
gas (uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara
langsung dari lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan
transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto, dkk, 2000).
Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah
yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah. Daerah
subtropik biasanya merupakan daerah yang langsung menerima insolasi
(pemanasan dari matahari) tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan
daerah yang mempunyai angin yang kuat dan mempunyai nilai kelembaban yang
rendah (Hutabarat, 1986).
Kecepatan hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi pada
dasarnya ditentukan oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan pada
daun/permukaan tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien tekanan-uap
terhubung dengan sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain (Buckman dan
Brady, 1982).
Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih
belum masih belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap
penentuan evapotranspirasi terletak pada pengukuran jumlah dan lamanya gerakan
air dari tanah ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan yang luas alat yang paling
tepat bagi penelitian evaporasi adalah radiometer inframerah dan pancatat citra
dari udara (Handoko, 1994.).
Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan.
Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda tergantung dari
kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Umumnya banyaknya
transpirasi yang diperlukan untuk menghasilkan satu gram bahan kering disebut
laju transpirasi (Karim, 1985).

3
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2014 di
Laboratorium Tanah Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1) Air
2) Baskom
3) Thermohygrometer
4) Digital Anemometer
5) Termometer Bola Basah-Bola Kering
6) Penggaris
7) Alat tulis

C. Cara Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Mengukur panjang, lebar dan tinggi baskom
3) Mengisi baskom dengan air hingga setengah dan ukur tinggi air dalam
baskom
4) Melabeli baskom dengan menulis nama kelompok dan tanggal
praktikum
5) Meletakkan baskom pada rak yang terdapat diluar luaran atau tempat
terbuka.
6) Mengukur kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara dan suhu
termometer bola basah-bola kering pada saat itu.
7) Setiap hari selama 2 minggu, mencatat tinggi air dalam baskom,
kelembaban udara dan suhu termometer bola basah-bola kering.

4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai
berikut :

Kelem- Kecepat Termometer Bola Basah-


Pengura- Bola Kering
Suhu baban -an
Hari, tanggal ngan Air (˚C)
(˚C) Udara Angin
(mm)
(%) (m/s)
Basah Kering Selisih
Selasa, 28 Okt 2014 5 30 63 17,6 25 33 8
Rabu, 29 Okt 2014 5 29 67 20,3 26 32 6
Kamis, 30 Okt 2014 10 32 69 27,8 27 33 6
Jum’at, 31 Okt 2014 5 38 52 18,5 27 35 8
Sabtu, 1 Nov 2014 10 35 58 21,3 26 34 8
Minggu, 2 Nov 2014 5 29 61 23,4 26 33 7
Senin, 3 Nov 2014 5 28 63 17,3 25 30 5
Selasa, 4 Nov 2014 5 30 62 19,2 27 33 6
Rabu, 5 Nov 2014 5 33 69 18,7 27 33 6
Kamis, 6 Nov 2014 5 32 64 17,6 26 32 6
Jum’at, 7 Nov 2014 3 35 60 18,9 27 35 8
Sabtu, 8 Nov 2014 3 33 62 17,3 25 33 8
Minggu, 9 Nov 2014 4 34 61 18,7 26 32 6
Senin, 10 Nov 2014 4 29 63 20,2 25 32 7
Rata-rata 5,3 31,93 62,43 19,77 26,07 32,86 6,79

B. Pembahasan
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini
kemudian bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara
(Sosrodarsono, 1999). Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan
molekul didalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas
(contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya
penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika
terpapar pada gas dengan volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari
cairan. Bila tidak, cairan akan berubah menjadu uap dengan cepat. Ketika

5
molekul-molekul saling bertumbukkan, mereka saling tukar energi dalam
berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukkan. Terkadang
transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu moleul
mendapatkan energy yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini
terjadi di dekat permukaan cairan, molekul tersebut dapat terbang ke dalam
gas dan menguap. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diketahui
bahwa rata-rata harian evaporasi di sekitar Kampus Universitas Mercu Buana
Yogyakarta sebesar 5,3 mm/hari.
Dalam proses evaporasi di pengaruhi oleh beberapa faktor yang
memperngaruhi cepat atau lambatnya air hilang dari tanah ke udara/ atmosfer,
yaitu :
1) Intensitas matahari, panjang gelombang sinar matahari yang sampai ke
permukaan tanah. Panjang gelombang yang sampai ke permukaan tanah
yaitu sekitar 550 µm sampai 850 µm.
2) Lamanya penyinaran, matahari merupakan sumber energi bagi bumi.
Energi radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi disebut isolasi.
Beberapa jenis sinar yang diradiasikan yaitu ultraviolet, visible light/
cahaya tampak, dan infra red. Ultraviolet merupakan sinar yang terbanyak
sampai permukaan bumi. Sinar gelombang pendek sangat berbahaya bagi
makhluk hidup, karena dapat bersifat lethal effect, yaitu mematikan.
3) Suhu, suhu dapat mempengaruhi beberapa proses, salah satunya adalah
evaporasi. Peningkatan suhu sampai pada titik optimum akan diikuti oleh
peningkatan proses evaporasi. Peningkatan suhu disekitar tanah akan
menyebabkan cepat hilangnya kandungan air dalam tanah (evaporasi
cepat). Pada musim kemarau dimana peningkatan suhu sangat tinggi,
maka akan mempengaruhi evaporasi. Sedangkan pada musim kemarau
suhu udara relatif lebih rendah dari musim kemarau, sehingga evaporasi
akan berjalan lebih lembat.
4) Kelembaban, kelembaban adalah banyaknya kadar uap air di udara.
Kandungan uap air di udara akan mencapai suatu batasan dimana udara
tidak dapat menerima lagi tambahan uap air, disebut udara jenuh.
Kejenuhan udara dapat terjadi bila udara terus diambah uap airnya. Jika

6
suhu udara turun atau didinginkan, kandungan uap air di atmosfer
dinyatakan tekanan uap. Dan jika di suatu tempat itu kembabannya tinggi
maka akan mempengaruhi laju evaporasi, dikarenakan kelembaban yang
mengandung uap air ini akan menekan uap air yang ada dan menguap ke
udara. Begitu juga sebaliknya, kelembaban rendah maka laju evaporasi
akan semakin cepat.
5) Kecepatan Angin, angin dapat bergerak secara horizontal maupun
vertical dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi dinamis. Angin
mengikuti pola umum sirkulasi atmosfer bumi. Angin pada lapisan udara
dekat permukaan bumi mempunyai kecepatan yang lebih rendah
dibandingkan pada lapisan udara yang lebih tinggi terutama karena
hambatan akibat geseran dengan permukaan bumi. Kecepatan angin
bertambah menyebabkan evaporasi meningkat (sampai batas tertentu).

7
BAB V
KESIMPULAN

1. Rata-rata harian evaporasi di sekitar Kampus Universitas Mercu Buana


Yogyakarta sebesar 5,3 mm/hari.
2. Peningkatan suhu sampai pada titik optimum akan diikuti oleh peningkatan
proses evaporasi
3. Semakin tinggi kelembaban udara maka akan meningkatkan laju evaporasi
4. Kecepatan angin bertambah menyebabkan evaporasi meningkat (sampai batas
tertentu).

8
DAFTAR PUSTAKA

Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.


Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati.
1987. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan
unsur- unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo.
Yogyakarta: UGM Press.
Val, A.L., Val, V.M.F.A. and Randall, D.J. 2005. Fish Physiology: The
Physiology of Tropical Fishes. Academic Press, Waltham.

You might also like