You are on page 1of 4

Peradaban Islam di Turki

Sejak masa Usman bin Ertaghrol yang dianggap pembina pertama kerajaan Turki
Usmani ini dengan nama imperium Ottoman timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama
Islam. Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa.
1. Bidang Pemerintahan dan Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian,
kemajuan kerajaan Usmani hingga mencapai masa keemasannya itu bukan semata-mata karena
keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung
keberhasilan tersebut.1
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan
teratur ketika terjadi kontak senjat dengan Eropa. Ketika itu pasukan tempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur Usmani berlangsung
tanpa halangan berarti. Namun tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan mliter yang
besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran perajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai
pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan tersebut segera dapat
diatasi oleh Orkhan dengan jalan megadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
Perbaharuan dalam tubuh orginisasi militer oleh Orkhan tidak hanya dalam bentuk mutassi
personil-personil pemimpin, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-
bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota dan dibimbing dalam suasana Islam untuk
dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru
yang disebut pasukan Jenissari dan Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara
Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar
dalam penaklukan negara-negara non-muslim.2
Di samping Jenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada
pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau militer Thaujjah. Angkatan lautpun
dibenahi, karena ia memiliki peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.
Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer
Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang sangat luas, baik
di Asia, Afrika, maupun Eropa.

1 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 200.
2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001),
h. 134.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintah
yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Usmani senantiasa
bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh
Shadr Al-A’zham (perdana mentri) yang membawahi Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitan
undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19.
Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namannya ditambah gelar
Sultan Sulaiman Al-Qanuni.
Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan ini membawa Dinasti Turki
Usmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani pada masa kejayaannya.
2. . Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradaban Turki Usmani merupaka perpaduan bermacam-macam peradaban, diantaranya
adalah peradaban Persia, mereka banyak mengambil pelajaran-pelajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemilitera banyak mereka serap
dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang perinsip-perinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan
dan keilmuan mereka terima dari orang-orang Turki Usmani yang terkenal sbagai bangsa yang
senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing utnuk menerima kebudayaan luar.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan
mereka dalam bidang kkemiliteran sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka
kelihatan tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak
menemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.
3. Bidang kebudayaan
Dinasti Usmani di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang cukup
maju. Pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan Turki Usmani banyak muncul
tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17, dan 18. Antara lain abad ke-17,
muncul penyair yanitu Nafi’ (1582-1636 M). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan
menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang mendapat tempat di hati para Sultan.
Di antara penulis yang membawa pengaruh Persia ke dalam istana Usmani adalah Yusuf
Nabi (1642-1721 M), ia muncul sebagai juru tulis bagi Musahif Mstafa, salah seorang menteri
Persia dan ilmu-ilmu agama. Dalam bidang sastra prosa Kerajaan Usmani melahirkan dua
tokoh terkemuka yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari smeua penulis
adalah Mustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi dan Haji Halife (1609-1657
M). Ia menulis buku bergambar dalam karya terbesarnya Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub
wa Al-Funun. Selain itu terdapat salah seorang penyair yang paling terkenal adalah Muhammad
Esat Efendi yang dikenal dengan Galip Dede atau Syah Galip (1757-1799 M).adapun di bidang
seni arsitektur Islam pengaruh Turki sangat dominan, misalnya bangunan-bangunan mesjid
yang indah, seperti mesjid Al-Muhammadi atau Majid Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid
Agung Sultan Sulaiman, dan masjid Aya Sophia yang berasal dari sebuah gereja.3
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun mesjid,
sekolah, rumah sakit, gedung maka, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
Disebutkan bahwa 235 buah bangunan di bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal
Anatolia.4
4. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
dan politk. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat
terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti,
sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema
keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan bisa
tidak berjalan.
Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh
kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di
kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi. Sementara tarekat
Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Kajian mengenai ilmu keagamaan Islam, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh
dikatakan tiak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu faham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abdul
Hamid misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Al-Asy’ariyah. Ia merasa perlu
mempertahankan aliran tersebut dari kritikan aliran lain. Sultan memerintah kepada Syaik
Husein Al-Jisr Ath-Tharablusi menulis kitab Al-Hunus Al-Hamidiyah, yang mengupas tentang
masalah ilmu kalam, untuk melestarikan lairan yang dianutnya. Akibat kelesuan di bidang ilmu

3 Samsul Munir Amin, Op. Cit.,h. 202.


4 Badri Yatim, Op. Cit., h. 136
agama dan fanatik yang berlebihan maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis buku
dalam bentuk syarah dan hasyiyah terhadap karya-karya klasik.
Bagaimanapun kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah
kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak
ditujuka ke Eropa Timur yang belum masuk ke dalam wilayah kekuasaan dan agama islam.
Akan tetapi karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang
bersifat fisik pekembangannya jauh di bawah kemajuan politik, maka bukan saja negeri-negeri
yang sudah ditaklukan itu, akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga
masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama Islam.5

5 Badri Yatim, Op. Cit., h. 137-138.

You might also like