You are on page 1of 15

PENGERINGAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


SATUAN OPERASI III

Disusun Oleh :
ANAN PRAYOGO
15/17963/THP-STIPP B

SARJANA TEKNOLOGI INDUSTRI PERKEBUNAN DAN


PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif
dalam pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi
kadar air produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian
lainnya setelah panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap
air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari
permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari
proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju
pemindahan kandungan air dari bahan akan mengakibatkan berkurangnya
kadar air dalam bahan tersebut.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai
suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses
pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang
dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain)
menguap pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya
perbedaan kandungan uap air pada bidang antar-muka bahan padat-gas
dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium
pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan
sekaligus membawa air keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat,
secara mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar, dengan
pemisah sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode
lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih murah biayanya dan
lebih hemat energi dibandingkan dengan pengeringan.
Tujuan dari pengeringan adalah menurunkan kadar air sehingga bahan
tersebut lebih aman disimpan, mudah ditransportasikan dan memudahkan
penanganan selanjutnya. Proses pengeringan pada beberapa produk dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penjemuran langsung dibawah panas
matahari dan menggunakan alat seperti oven.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui presentasi
pengering, rasio pengeringan, rehidrasi, rasio pengerutan, rehidrasi selama
proses pengeringan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui
presentasi pengering, rasio pengeringan, rehidrasi, rasio pengerutan, rehidrasi
selama proses pengeringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengurangi atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya pengurangan kadar
air tersebut dikurangi sampai suatu batas tertentu agar mikroba tidak dapat
tumbuh lagi didalamnya. Pengeringan adalah pengurangan sebagian kadar
air dengan bantuan energi panas alami atau buatan. Yaitu sampai
mikroorganisme tidak dapat tumbuh /berkembang (Winarno, 1980).
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara
simultan yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media
pengeringan yang biasanya berupa panas (Thaib, 1988).
Pengeringan merupakan proses pengeluaran air dari suatu bahan
pertanian menuju kadar air keseimbangan dengan udara sekeliling. Atau
juga pada tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari
serangan jamur, enzim, dan aktifitas serangga (Ilham, 2014).
2.2 Oven
Oven adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan
ataupun mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan
gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat pula
digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC. Tidak semua alat gelas dapat
dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja
yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah.
Sedangkan untuk alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan
dengan oven. Apabila alat gelas dengan ketelitian tinggi tersebut
dimasukkan ke dalam oven, maka alat gelas tersebut akan memuai dan
berakibat ketelitiannya tidak lagi teliti. Biasanya digunakan desikator untuk
mengeringkannya (Anonim, 2017).
2.3 Wortel
Wortel (Daucus carota L.) adalah tanaman sayuran yang di ambil
umbinya. Umbi wortel berwarna oranye jelas, terasa gurih, renyah serta
sedikit manis. Sayuran ini di kenal juga sebagai sumber vitamin A, diluar itu
wortel juga memiliki kandungan banyak vitamin B serta vitamin
C. Dipandang dari memiliki bentuk ada tiga type wortel. Pertama, type
imperator. Umbinya bulat serta panjang, ujungnya lancip, ada akar serabut
pada umbinya. Ke-2, type chantenay. Umbinya bulat serta panjang bersih
dari akar serabut, ujungnya tumpul condong membulat. Ketiga, type nantes.
Karakter serta memiliki bentuk kombinasi dari ke-2 type diatas. Budidaya
wortel paling pas dikerjakan di dataran tinggi dengan ketinggian kian lebih
1000 mdpl. Walau demikian, budidaya wortel masih tetap dapat dikerjakan
pada tempat diatas 500 mdpl. Tanaman wortel suka pada tanah yang
memiliki kandungan banyak humus serta gembur dengan tingkat keasaman
pada pH 5,5-6,5 (Anonima, 2017).
Menurut SNI 01-3163-1992 wortel segar digolongkan dalam2 jenis
mutu. Syarat mutu ditentukan dari karakteristik yang mencakup kesamaan
sifat varietas, kekerasan, warna, kerataan permukaan, tekstur, persentase
jumlahmaksimum kerusakan, persentase jumlah maksimum wortel yang
busuk, diameter,panjang tungkai dan kotoran. Tekstur umbi wortel yang
sesuai SNI tidak mengayu apabila di bagian tengah penampang melintang
bagian umbi yang terbesar tidak tampak mengayu dan atau tidak tampak
pertumbuhan tangkai bunga (BSN, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Tanggal Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilakuakan di Laboratorium Fakultas Teknologi
Pertanian, lantai 1. Pada hari Senin, 26 Januari 2017.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pisau, talenan, gelas ukur,
oven, timbagan analitik, dan alumunium foil. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktikum adalah air dan wortel.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Teoritis
1. Mengupas dan mencuci wortel serta di potong-potong berbentuk
kubus.
2. Menimbang wortel sebanyak 25 g.
3. Mengukur volumenya dengan memasukkan bahan kedalam gelas
ukur 250 mL yang berisi 25 mL air.
4. Mengerikan sampel (wortel) dalam oven dengan suhu 110℃
masing-masing selama 10 menit, 20 menit, 30 menit.
5. Menimbang sampel (wortel) yang telah dimasukkan dalam oven.
6. Merendam sampel dalam gelas beaker 100 mL hingga terendam,
dan biarkan selama 5 menit.
7. Mengeringkan wortel yang telah direndam dengan meletakkan
diatas kertas lalu dibiarkan terkena udara langsung selama 2 menit.
8. Mengukur volume kedua dengan memasukkan wortel dalam gelas
ukur berisi 25 mL.
9. Menimbang kembali sampel.
3.3.2 Diagram Alir

Persiapkan alat dan bahan

Pengupasan dan pencucian wortel serta di potong-


potong berbentuk kubus

.
Penimbangan wortel sebanyak 25 g

.
Pengukuran volume dengan memasukkan bahan kedalam gelas
ukur 250 mL yang berisi 25 mL air

.
Pengeringan sampel (wortel) dalam oven dengan suhu 110℃
masing-masing selama 10 menit, 20 menit, 30 menit

Penimbangan sampel (wortel) yang telah dimasukkan dalam


oven
.

Perendaman sampel dalam gelas beaker 100 mL hingga


terendam, dan biarkan selama 5 menit
.
Pengeringan wortel yang telah direndam dengan meletakkan
diatas kertas lalu dibiarkan terkena udara langsung selama 2
menit

Pengukuran volume kedua dengan memasukkan wortel dalam


gelas ukur berisi 25 mL

Penimbangan kembali sampel

Diagram Alir. Prosedur Praktikum Pengeringan.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengeringan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hasil perlakuan pengeringan.
Hasil
No. Materi Keterangan
10 20 30
1. Volume sebelum V1 17 18 20
pengeringan
2. Volume sesudah V2 13 20 22
pengeringan
3. % pengerutan (V1 − V2) -23,5 -11,11% -10
× 100
V2
4. Berat sebelum B1 25 25 25
pengeringan
5. Berat sesudah B2 33,33 26,05 25,14
pengeringan
6. Rasio B1 0,75 0,45 0,994
pengeringan B2
7. Yield rasio B1 1,33 1,04 1,0056
B1
8. Berat setelah B3 27,9 25,97 24,96
rehidrasi
9. Rasio dehidrasi B3 8,11 1,03 0,9984
B1
10. Koefisien B3 0,837 0,99 0,9928
dehdrasi B2
11. Berat jenis bahan B1 1,47 1,38 1,25
V1
12. Waktu t 10 20 30
pengeringan
13. Laju pengeringan (B1 − B3) 0,833 -0,54 0,0046
t
14. Kadar air I (berat B1 − B2 0,33 -0,042 0,0056
basah) B1
15. Kadar air II B1 − B2 0,24 -0,040 0,00556
(berat kering) B2
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, praktikan melakukan praktikum pengeringan
terhadap wotel menggunakan oven yang mana suhu yang digunakan sebesar
110oC. Pengeringan wortel dilakukan menjadi beberapa perlakuan waktu,
yaitu 10 menit, 20 menit dan 30 menit. Pengeringan adalah suatu metode
untuk mengurangi atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan
cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu
faktor yang berhubungan dengan udara pengering. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan
kelembaban udara. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan, yang
termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awak, dan
tekanan parsial bahan.
Dari praktikum pengeringan yang telah dilakukan didapatkan data dari
masing-masing perlakuan. Untuk perlakuan waktu 10 menit didapatkan
volume sebelum pengeringan adalah 17 mL, volume sesudah pengeringan
adalah 13 mL, % pengerutan adalah -23,5 %, berat sebelum pengeringan
adalah 25 gram, berat sesudah pengeringan adalah 33,33 gram, rasio
pengeringan adalah 0,75, yield rasio adalah 1,33, berat setelah rehidrasi
adalah 27,9 gram, rasio dehidrasi adalah 8,11, koefisien dehidrasi adalah
0,837, berat jenis bahan adalah 1,47, laju pengeringan adalah 0,833, kadar air
I (berat basah) adalah 0,33, dan kadar air II (berat kering) adalah 0,24. Untuk
perlakuan waktu 20 menit didapatkan volume sebelum pengeringan adalah 18
mL, volume sesudah pengeringan adalah 20 mL, % pengerutan adalah -11,11
%, berat sebelum pengeringan adalah 25 gram, berat sesudah pengeringan
adalah 26,05 gram, rasio pengeringan adalah 0,45, yield rasio adalah 1,04,
berat setelah rehidrasi adalah 25,97 gram, rasio dehidrasi adalah 1,03,
koefisien dehidrasi adalah 0,99, berat jenis bahan adalah 1,38, laju
pengeringan adalah -0,54, kadar air I (berat basah) adalah -0,042, dan kadar
air II (berat kering) adalah -0,040. Sedangkan untuk perlakuan waktu 30
menit didapatkan volume sebelum pengeringan adalah 20 mL, volume
sesudah pengeringan adalah 22 mL, % pengerutan adalah -10 %, berat
sebelum pengeringan adalah 25 gram, berat sesudah pengeringan adalah
25,14 gram, rasio pengeringan adalah 0,994, yield rasio adalah 1,0056, berat
setelah rehidrasi adalah 24,96 gram, rasio dehidrasi adalah 0,9984, koefisien
dehidrasi adalah 0,9928, berat jenis bahan adalah 1,25, laju pengeringan
adalah 0,0046, kadar air I (berat basah) adalah 0,0056, dan kadar air II (berat
kering) adalah 0,00556.
Hasil tersebut tidak sesuai berat bahan dan volume menjadi bertambah
setelah pengeringan. Hal ini bisa saja terjadi pada saatkesalahan penimbangan
ataupun pengeringan dalam oven oleh praktikan (human eror).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengurangi atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas.
2. Faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2, yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengering seperti suhu, kecepatan volumetrik
aliran udara pengering, dan kelembaban udara. Faktor yang berhubungan
dengan sifat bahan seperti ukuran bahan, kadar air awak, dan tekanan
parsial bahan.
3. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan cara alami dan cara
buatan.
4. Perlakuan 10, 20, dan 30 menit masing-masing; volume sebelum dan
sesudah pengeringan; 17 mL dan 13 mL, 18 mL dan 20 mL, 20 mL dan 22
mL, % pengerutan; -23,5 %, -11,11 %, -10 %, berat sebelum dan sesudah
pengeringan; 25 gr dan 33,33 gr, 25 gr dan 26,05 gr, 25 gr dan 25,14 gr,
rasio pengeringan; 0,75, 0,45, 0,994, yield rasio; 1,33, 1,04, 1,0056, berat
setelah rehidrasi; 27,9 gr, 25,97 gr, 24,96 gr, rasio dehidrasi; 8,11, 1,03,
0,9984, koefisien dehidrasi; 0,837, 0,99, 0,9928, berat jenis bahan; 1,47,
1,38, 1,25, laju pengeringan; 0,833, -0,54, 0,0046, kadar air I (berat
basah); 0,33, -0,042, 0,0056, kadar air II (berat kering); 0,24, -0,040,
0,00556.
5. Kesalahan hasil bisa terjadi karena kesalahan penimbangan ataupun
pengeringan dalam oven oleh praktikan (human eror).
5.2 Saran
Lebih menjaga ketertiban didalam laboratorium, peralatan laboratorium
sebaiknya lebih dilengkapi agar praktikum berjalan lebih lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Oven. http://www.alatlabor.com/article/detail/98/oven-
laboratorium. Diakses hari Rabu, pada tanggal 1 februari 2017, pukul
20.32 WIB.
Anonima. 2017. Tanaman Wortel. http://bijidanbunga.blogspot.co.id/2015/02/
pengertian-tanaman-wortel.html. Diakses hari Rabu, pada tanggal 1
februari 2017, pukul 20.45 WIB.
Anonimb. 2017. Komposisi Wortel. http://digilib.unila.ac.id/12454/3/bab%20II.
pdf. Diakses hari Rabu, pada tanggal 1 februari 2017, pukul 22.30 WIB.
Badan Standardisasi Nasional. 2017. “Wortel Segar”.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/3567. Diakses
pada hari rabu tanggal 1 februari 2017 pukul 21.42 WIB.
Ilham, Fajri. 2014. Pengeringan Bahan Pangan. http://www.teknologi-
pertanian.com/2014/11/pengeringan-bahan-pangan.html. Diakses hari
Rabu, pada tanggal 1 februari 2017, pukul 21.10 WIB.
Taib, Gunarif,dkk. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil
Pertanian. Penerbit Melton Putra: Jakarta.
Winarno, F.G., dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pertanian. PT. Gramedia: Jakarta
Pusat.

Yogyakarta, 01 Februari 2017


Mengetahui,
Co. Ass Praktikan

(Iim Dewi Retnowati) (Anan Prayogo)


LAMPIRAN
Diukur panjang, lebar dan tinggi wadah kotak.

Ditimbang berat kosong wadah kotak.

Ditimbang berat kosong wadah silinder.

Dihitung kacang merah perbutir setelah


ditimbang dalam wadah silinder.
Dihitung kacang merah perbutir setelah
ditimbang dalam wadah kotak.

Diisi gelas ukur dengan air sebanyak 10 mL.

Diukur volume biji kakao kedalam gelas ukur


tersebut.

You might also like