You are on page 1of 15

1.

HYPERCHOLESTEROLEMIA
Hiperkolesterolemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan tingginya
kadar kolesterol dalam darah. Kondisi ini menjadi perhatian karena dapat
meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung.

Penyebab:

Hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor


genetik. Hiperkolesterolemia murni atau hiperkolesterolemia familial
disebabkan oleh kelainan genetik. Hal ini disebabkan oleh adanya mutasi
genetik pada kromosom 19 yang mencegah fungsi hati dalam mengatur
kadar kolesterol. Familial hypercholesterolemia dapat berupa
hiperkolesterolemia keluarga heterozigot (diwarisi dari salah satu orang tua)
atau hiperkolesterolemia familial homozigot (diwarisi dari kedua orang tua).

Gejala Klinis:

Hiperkolesterolemia biasanya tidak menimbulkan gejala. Sehingga, banyak


pasien yang tidak sadar sampai akhirnya mereka didiagnosis dengan
kolesterol terkait aterosklerosis.

Gejala:

 Angina atau nyeri dada


 Endapan kulit berlemak di tendon, lutut, bokong, dan siku
 Xanthelasmas atau deposit kolesterol di sekitar kelopak mata
 Arteri kornea atau deposit kolesterol di sekitar kornea

2. POLYCYSTIC KIDNEY
Polycystic Kidney merupakan penyakit multisistemik dan progresif yang
dikarakteristikkan dengan formasi dan pembesaran kista renal di ginjal dan
organ lainnya (seperti : liver, pancreas, limfa). Kelainan ini dapat didiagnosis
melalui biopsi ginjal, yang sering menunjukkan predominasi kista glomerulus
yang disebut sebagai penyakit ginjal glomerulokistik, serta dengan anamnesis
keluarga.

Penyebab:

Penyakit ginjal polikistik merupakan penyakit keturunan yang disebabkan


oleh kelainan atau kecacatan pada gen. Mutasi genetis juga dapat menyebab
munculnya penyakit ini, namun hal tersebut jarang terjadi.
Gejala Klinis :

Autosomal dominant polycystic kidney disease (ADPKD seringkali muncul ketika


penderita berusia antar 30 hingga 40 tahun. Jika salah satu orang tua
menderita ADPKD, maka setiap anaknya memiliki risiko sebesar 50 persen
untuk menurunkan ADPKD. Jenis ini merupakan penyakit ginjal polikistik
yang paling banyak muncul.
Gejala :
 Darah dalam urin.
 Tekanan darah tinggi
 Rasa nyeri pada punggung dan di bagian samping.
 Rasa nyeri di perut bagian atas yang terkait dengan hati dan kista
pankreas.
 Infeksi saluran air kemih.

3. NEUROFIBROMATOSIS
Neurofibroma adalah benjolan (tumor) yang berisi jaringan saraf dan bersifat
jinak. adalah suatu kelainan genetika pada system syaraf yang berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan jaringan syaraf. Kelainan ini bisa
menjadi tumor dan menyebabkan abnormalitas-abnormalitas terutama pada
kulit dan tulang.
Penyebab :
Sindroma ini disebabkan oleh mutasi gen dari kromosom 17q11.2 dengan
kode protein besar disebut neurofibromin.
Gejala klinis:
Cenderung berkembang dalam waktu bertahun-tahun, sehingga diagnosis
yang tepat umumnya baru bisa ditentukan saat anak sudah melewati masa
balita.
Gejala :
 Area nyeri: wajah
 Jenis nyeri: kronis
 Kulit: bintik cokelat di kulit, benjolan atau bintik pada ketiak
 Perkembangan: bertubuh pendek atau gangguan belajar
 Seluruh tubuh: gangguan keseimbangan atau tekanan darah tinggi
 Pengindraan: kesemutan atau tuli
 Umum: gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas, gangguan
penglihatan, kejang, kelainan bentuk pada tulang, pembesaran kepala,
skoliosis atau telinga berdenging.
4. EXOSTOSIS
Exostosis merupakan pertumbuhan benigna jaringan tulang yang menonjol
keluar dari permukaantulang. Secara khas, keadaan ini ditandai dengan
tertutupnya tonjolan tersebut oleh kartilago.
Penyebab:
Exostosis juga dapat diartikan sebagai suatu pembengkakan nodular yang
terdiri dari tulang lamelarnormal, sekalipun lesi luas mungkin memiliki
tulang cancellous pada bagian tengahnya. Penyebab exostosis ini belum
diketahui tetapi pada beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan.
Gejala Klinis:
Rentan pada laki-laki yang berusia 30 tahun keatas yang sering terpapar
angin dan dingin.
Gejala :
 Penurunan pendengaran
 Infeksi
 Sakit telinga.

5. POLYPOSIS COLON
Poliposis colon adalah gumpalan kecil dari sel sel yang terbentuk pada
lapisan usus besar (kolon).
Penyebab:
Polip kolon adalah hasil dari pertumbuhan sel yang tidak normal. Mutasi gen
dapat menyebabkan sel untuk terus membelah bahkan ketika tidak di
perlukan.
Kelainan:
 Pendarahan pada dubur
 Sembelit atau diare
 Nyeri
Gejala klinis:

Terjadi terutama pada usia di atas 60 tahun.

Gejala awal:

 Nyeri perut
 Darah pada tinja
 Perubahan kebiasaan pada buang air besaryang berlangsung lebih dari
seminggu
6. ACHONDROPLESIA
Achondroplesia merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan dwarfisme
atau tubuh kerdil dan termasuk kelompok gangguan pertumbuhan tulang.
Penderita achondroplasia mempunyai lengan dan tungkai yang pendek.
Selain achondroplasia, penyebab dwarfisme lainnya antara lain gangguan
hormon pertumbuhan dan sindrom turner.
Penyebab:
Di dalam tubuh manusia terdapat gen yang disebut FGFR3. Gen ini berfungsi
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang. Mutasi pada gen ini
menyebabkan terganggunya perubahan tulang rawan menjadi tulang.
Pertumbuhan tulang yang terganggu menjadikan penderita kondisi ini
menjadi kerdil.

Gejala umum :

 Memiliki postur tubuh yang pendek:


o Laki-laki: tinggi sekitar 131 cm
o Wanita: tinggi sekitar 124 cm
 Memiliki tangan dan kaki yang pendek dengan lengan dan paha atas yang
pendek, pergerakan siku terbatas.
 Memiliki kepala yang besar (macrocephaly) dengan dahi yang lebar.
 Memiliki jari-jari yang pendek. Tangan terlihat bercabang tiga, akibat jari
manis dan jari tengah menyimpang.

7. OSTEOGENESIS IMPERFECTA
Osteogenesis imperfecta (OI), juga disebut penyakit tulang rapuh, adalah
sejenis gangguan struktur tulang. Ada 4 tipe osteogenesis imperfecta yang
banyak dikenal, ditandai dengan frekuensi keretakan dan keparahan kondisi.
 OI Tipe I adalah bentuk kondisi yang paling ringan dan umum terjadi.
Orang yang memiliki OI tipe I mengalami patah tulang selama masa
kanak-kanak dan remaja sering kali dikarenakan oleh trauma minor.
 OI Tipe II adalah bentuk OI yang paling parah. Bayi sering kali
meninggal pada tahun pertama hidupnya.
 OI Tipe III juga memiliki tanda-tanda dan gejala yang relatif parah. Bayi
penderita OI tipe III memiliki tulang yang sangat rapuh yang bisa mulai
mengalami retak sebelum kelahiran atau pada masa awal bayi.
 OI Tipe IV mirip dengan tipe I. Penderita sering kali membutuhkan
bantuan kawat gigi atau kruk untuk berjalan. Harapan hidup normal atau
mendekati normal.
Penyebab:

 Sebagian besar kasus disebabkan oleh mutasi dominan untuk mengetik 1


kolagen (COL1A1 atau COL1A2) gen
 Jenis lain disebabkan oleh mutasi dari protein tulang rawan terkait
(CRTAP) gen atau gen LEPRE1. Jenis mutasi diwariskan secara resesif.
 OI terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan
dan di antara semua kelompok ras dan etnis.
 Sekitar 35% dari anak-anak dengan OI dilahirkan dalam sebuah keluarga
yang tidak memiliki riwayat keluarga OI. Paling sering ini adalah karena
mutasi baru gen dan bukan oleh apa pun orang tua lakukan sebelum atau
selama kehamilan.

Gejala:

Gejala umum dari osteogenesis imperfecta adalah tulang yang lemah dan
rapuh, tuli, sklera biru, gigi lemah dan berubah warna, kelemahan otot,
sendi longgar dan malformasi skeletal.
AUTOSOMAL RESESIF

1. Cystic Fibrosis

Cystic fibrosis atau fibrosis kistik adalah penyakit genetika yang


menyebabkan lendir-lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket,
sehingga menyumbatberbagai saluran, terutama saluran pernapasan dan
pencernaan.

Penyebab:

Fibrosis kistik merupakan penyakit keturunan atau kelainan yang didapat


seseorang dari kedua orang tuanya akibat adanya mutasi pada gen. Setengah
dari anak-anak yang memiliki orang tua dengan kelainan genetik ini
merupakan pembawa sifat (carrier), yang mungkin dapat menurunkan
kelainan ini pada keturunannya. Sedangkan seperempatnya menjadi
penderita fibrosis kistik. Kelainan genetik tersebut mengubah protein yang
mengatur keluar-masuknya garam pada sel, sehingga membentuk lendir
yang lengket dalam berbagai saluran tubuh.

Gejala Cystic fibrosis:

Gejala fibrosis kistik dapat berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan


penyakit tersebut. Gejala dapat muncul setelah kelahiran atau baru muncul
saat seseorang telah beranjak dewasa. Penyumbatan saluran udara bisa
terjadi pada penderita fibrosis kistik. Hal ini akan menimbulkan beberapa
gejala seperti :

 Batuk berkepanjangan
 Napas pendek.
 Diare.
 Muntah
 Sesak napas atau sulit bernapas
 Mengi (bengek).
 Saluran udara melebar akibat peradangan (bronkiektasis).

Selain gejala-gejala di atas, infeksi paru-paru juga rentan dialami oleh


penderita fibrosis kistik karena lendir menjadi tempat yang sesuai untuk
perkembangbiakan bakteri. Kondisi yang sama juga dapat terjadi dalam
sistem pencernaan, di mana saluran pankreas dapat tersumbat oleh lendir
yang lengket. Akibatnya, enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas
tidak dapat mencapai usus halus, untuk membantu mencerna makanan.
2. SPINAL MUSCULAR ATROPHY (SMA)
Spinal Muscular Atrophy adalah penyakit genetik otot-saraf (neumuscular
genetic disorder) yang ditandai dengan kelumpuhan otot. Walaupun tampilan
klinik yang nyata dari pasien-pasien SMA adalah kelumpuhan otot, terutama
pada kedua kaki.
Penyebab:
Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada gen SMN1 yang terletak pada
lengan panjang kromosom 5 (disebut juga 5q). Sebagian besar (95%) pasien
SMA, sama sekali tidak memiliki SMN1, dimana dikatakan SMN1 mengalami
deletion. Sementara pada sekitar 3% pasien, SMN1-nya ada tetapi mengalami
kerusakan pada urutan DNA. Sebagian kecil (2%) pasien SMA tidak
menunjukkan kelainan apapun pada SMN1, disebut dengan non-5q SMA.
SMA diturunkan dari orangtua kepada anak secara autosomal recessive. Dalam
hal ini, kedua orang tua adalah pembawa (carrier) kerusakan pada gen SMN1,
namun sama sekali tidak menunjukkan gejala-gejala SMA atau sehat.
Gejala :
 SMA tipe 1 bisa ditemui sejak bayi dalam kandungan karena
menurunnya gerakan janin. Bayi yang memiliki penyakit tipe ini
kekuatan ototnya menurun sehingga sulit menggerakkan tangan dan
kakinya.
 SMA tipe 2 ditemui pada bayi usia 3 hingga 15 bulan. Gejalanya sulit
bernapas, tungkai lemah, otot-otot sering berkedut menimbulkan
refleks yang tidak normal. Anak dengan SMA tipe 2 sulit belajar
berdiri, apalagi berjalan.

3. CONGENITAL ADRENAL HYPERPLESIA


Hiperplasia adrenal kongenital (HAK) adalah kelainan bawaan yang
memengaruhi produksi hormon pada kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal
adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak di kedua sisi tubuh, di atas ginjal.
Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem endokrin, sehingga berperan
penting dalam produksi hormon.
Penyebab:
HAK merupakan penyakit autosomal resesif, yang juga dikenal sebagai
sindrom adrogenital. Hal ini berarti kedua orangtua memiliki mutasi atau
kelainan dari gen CYP21A2, yang kemudian diturunkan ke anak. Ayah dan
ibu akan menurunkan mutasi gen ini ke anaknya, namun karena mereka
hanya pembawa gen, mereka tidak mengalami gejala apapun.
Gejala utama :

 Pubertas dini pada pria dan wanita – Pria biasanya akan memasuki masa
pubertas saat usia 12-16 tahun. Sedangkan wanita biasanya mengalami
pubertas saat usia 10-14 tahun.
 Gangguan pada alat kelamin – gejala ini akan bergantung pada tingkat
keparahan HAK, misalnya alat kelamin yang tidak tumbuh dengan
sempurna, terutama pada pria. Pasien pria dapat memiliki testis yang
terlihat kecil, atau terlihat normal, namun ada gangguan lain, seperti
pembesaran klitoris.
 Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan)
 Amenorrhea (menstruasi tidak rutin)
 Tidak menstruasi
 Susah hamil
 Muntah
 Dehidrasi karena elektrolit yang tidak seimbang
 Perubahan suara yang terlalu dini pada pria

4. CONGENITAL DEAFNESS
Gangguan pendengaran atau tuli bawaan sejak lahir adalah salah satu
gangguan sensorik yang paling umum.
Penyebab:
disebabkan oleh cacat genetik yang mempengaruhi fungsi sel-sel rambut di
telinga bagian dalam. Sel-sel rambut itu, yang bergerak sebagai respon dari
getaran suara, mengirimkan sinyal pendengaran ke otak. Para pakar
meyakini mungkin ada sekitar 100 mutasi gen yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran.
Gejala:
Gejala awal sulit diketahui karena ketulian tidak terlihat. Biasanya orang tua
baru menyadari adanya gangguan pendengaran pada anak bila tidak ada
respons terhadap suara keras atau belum / terlambat berbicara. Oleh karena
itu informasi dari orang tua sangat bermanfaat untuk mengetahui respons
anak terhadap suara dilingkungan rumah, kemampuan vokalisasi dan cara
pengucapan kata (Gurtler2008).

5. ALKAPTONURIA
Alkaptonuria adalah kelainan langka yang dialami seseorang saat terjadi
penumpukan asam homogentisat (homogentisic acid) dalam tubuh. Akibatnya,
urine atau sebagian anggota tubuh terlihat berwarna gelap atau hitam seiring
waktu sehingga menimbulkan sejumlah masalah kesehatan.
Penyebab:
Alkaptonuria merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua.
Penyebabnya kerusakan pada gen HGD. Gen HGD berfungsi sebagai
pengendali untuk membuat enzim yang disebut homogentisate oksedase.
Enzim ini membantu memecah asam amini fenilalanin dan tirosin, yang
merupakan pembentuk protein yang penting.
Gejala klinis:
Gejala penyakit ini sering terabaikan pada mulanya dan baru terlihat setelah
penderitanya mencapai usia akhir 20-an atau awal 30-an.
Gejala :

 Gejala pada kuku dan kulit, berupa perubahan warna keringat, kuku
berubah menjadi biru, dan warna kulit yang berubah terutama di dahi,
pipi, ketiak, dan daerah kelamin.
 Gejala pada mata, berupa noda berwarna cokelat atau abu-abu pada
bagian putih mata.
 Gejala pada telinga, berupa tulang rawan telinga menjadi biru kehitaman
(ochronosis), serta kotoran telinga menjadi hitam atau cokelat kemerahan.
 Gejala awal osteoarthritis, seperti nyeri atau kaku pada sendi dan tulang
punggung, bahu, panggul, atau lutut. Gejala ini umumnya mulai muncul
sejak usia 20 atau 30 tahun.
 Gejala lain, di antaranya napas pendek atau sulit bernapas, pembuluh
darah menjadi kaku dan melemah, penyakit katup jantung serta
terbentuknya batu ginjal, prostat, atau kandung kemih.
XLR DISEASES

1. HAEMOPHILIA
Hemofilia adalah suatu penyakit yang menyebabkan gangguan perdarahan
karena kekurangan faktor pembekuan darah. Akibatnya, perdarahan
berlangsung lebih lama saat tubuh mengalami luka.
Penyebab:
Penyakit ini dapat diturunkan karena mutasi gen yang mengakibatkan
perubahan dalam untaian DNA (kromosom) sehingga membuat proses
dalam tubuh tidak berjalan dengan normal. Mutasi gen ini dapat berasal dari
ayah, ibu, atau kedua orang tua.
Gejala klinis:
biasanya mulai muncul sejak masa balita pada saat anak mulai pandai
merangkak, berdiri, dan berjalan di mana pada saat itu karena seringnya
mengalami trauma berupa tekanan maka hal ini merupakan merupakan
pencetus untuk terjadinya perdarahan jaringan lunak (soft tissue) dari sendi
lutut sehingga menimbulkan pembengkakan sendi dan keadaan ini kadang-
kadang sering disangkakan sebagai arteritis rematik, pembengkakan sendi ini
akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Gejala :
 Beberapa memar pada kulit berukuran besar
 Memar berlebihan setelah terbentur
 Sendi bengkak dan nyeri yang disebabkan oleh perdarahan internal
 Darah dalam urin atau feses (tinja)
 Pendarahan yang tak kunjung berhenti setelah terjadi luka atau cedera
atau setelah operasi atau cabut gigi
 Mimisan tanpa diketahui penyebabnya
 Perdarahan yang tidak biasa setelah suntik atau imunisasi
Pada Hemofilia darurat :
 Nyeri tiba-tiba, pembengkakan, dan rasa hangat pada sendi-sendi besar,
seperti lutut, siku, pinggul dan bahu, dan otot-otot lengan dan kaki
 Perdarahan setelah cedera, terutama jika Anda memiliki bentuk parah
dari hemofilia Nyeri, sakit kepala tak kunjung reda
 Sering muntah
 Kelelahan ekstrim
 Sakit leher
 Penglihatan ganda (diplopia)
2. TESTICULAR FEMINIZATION SYNDROME (TFS)
Testicular Feminization merupakan salah satu pseudohermafroditisme terkait
X resesif, secara genetis berkelamin laki-laki (46 XY) karena tidak ada respon
terhadap androgen karena mutasi pada gen reseptor androgen (kromosom
Xq11-q12).
Penyebab :
Disebabkan oleh mutasi gen Androgen Receptor (AR gen). TFS merupakan
kelainan pada kromosom X resesif yang menyebabkan laki-lalki memiliki
genatalia eksternal perempuan, memiliki payudara, tidak ada uterus, dengan
kariotip yang normal 46 XY (Mc Kusick. 1996).
Gejala :
 Tidak adanya rambut didaerah pubis dan axilla
 Rambut kepala subur
 Fenotipnya feminine

3. G-6PD DEFICIENCY
Kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) adalah kondisi
turunan yang biasanya terjadi pada pria. Kondisi ini menyebabkan sel darah
merah pecah karena obat-obatan tertentu, infeksi, atau stresor lainnya.
Penyebab :
Kekurangan enzim G6PD merupakan faktor kelainan genetik yang
disebabkan oleh mutasi gen G6PD yang berisi instruksi untuk memproduksi
enzim G6PD.
Karena kurangnya enzim G6PD, waktu hidup sel darah merah menjadi lebih
singkat. Tubuh umumnya mampu menghasilkan sel darah merah baru
dengan jumlah yang cukup untuk menggantikan sel darah merah yang telah
mati.
Namun , jika sel darah merah mati lebih cepat dari yang seharusnya, tubuh
tidak dapat memenuhi kekurangan sel darah merah ini.
Gejala :
 Sakit kuning
 Lemah
 Letih
 Napas berat
 Denyut nadi melemah
merupakan gejala yang juga umum terjadi pada penyakit lainnya. Bahkan,
pasien mungkin merasa gejala penyakitnya sangat ringan, sehingga pasien
tidak menyadarinya.
4. DUCHENNE MUSCULAR DYSTROPHY
Muscular dystrophy (MD) atau distrofi otot adalah suatu kelompok yang
terdiri atas lebih dari 30 penyakit otot keturunan yang membuat otot,
umumnya terjadi pada bagian otot sadar, yang secara perlahan-lahan menjadi
semakin melemah. Orang yang menderita penyakit seperti ini akan
mengalami kesulitan dalam berjalan atau duduk. Ada beberapa jenis
Muscular Dystrophy yang sering dijumpai, yaitu:

 Duchenne muscular dystrophy (DMD). DMD merupakan jenis penyakit MD


yang paling umum, mayoritas penderita akan kehilangan kemampuan
untuk berjalan pada umur 12 dan membutuhkan alat bantu pernapasan
 Landouzy-dejerine muscular dystrophy, yakni pelemahan pada otot wajah,
paha, lengan, dan kaki. Jenis penyakit otot MD ini berlangsung secara
perlahan dan dapat berkembang dari gejala ringan sampai pada gejala
parah (lumpuh)
 Myotonic Muscular Dystrophy – MMD
 Distrofi otot Duchenne adalah distrofi otot yang menjangkiti satu dari
3.600 anak laki-laki dan dapat menyebabkan degenerasi otot dan
kematian.
Distrofi otot Duchenne adalah distrofi otot yang menjangkiti satu dari 3.600
anak laki-laki dan dapat menyebabkan degenerasi otot dan kematian.

Penyebab:

Duchenne muscular dystrophy (DMD), diwariskan dengan pola terkait X


resesif, yang berarti bahwa gen yang bermutasi yang menyebabkan penyakit
ini terletak pada kromosom X, dan oleh karenanya terkait seks.

Gejala:

 Kelemahan otot yang berangsur-angsur memburuk, kesulitan berjalan,


dan bergerak
 Sering mengalami jatuh
 Meneteskan air liur (mengiler)
 Pembesaran otot betis
 Keterbelakangan mental terjadi pada beberapa jenis penyakit MD
 Kelopak mata yang terkulai atau jatuh (ptosis)
XLD DISEASE
1. HYPOPHOSPHATIC RICKETS (Vitamin D – Resistant Rickets)
Hipofosfatemia familial (rickets resisten vitamin D) merupakan bentuk rickets
yang tidak berhubungan dengan nutrisi yang paling sering didapatkan.
Diturunkan secara X-linked dominan.
Penyebab:
Penderita dengan hipofosfatemia familial utamanya merupakan X-linked
dominan yang diturunkan. Kebanyakan penderita menunjukkan adanya
mutasi gen PHEX (phosphate regulating gene with homologies to
endopeptidases on the X chromosome). Gen ini terletak pada Xp22.1 yaitu di
lengan pendek kromosom X. PHEX menghasilkan glikoprotein membran tipe
II yang berfungsi untuk mengaktivasi hormon pengatur fosfat yaitu
fosfatonin. Sedangkan pada rickets yang autosomal dominan terjadinya
mutasi di faktor pertumbuhan fibroblas F6F23, dimana ini merupakan
substrat untuk PHEX dan jika F6F23 ini tidak membelah maka akan
mengurangi transpor fosfat tubulus ginjal dan sintesis 1,25(OH)2 D.
Gejala:
Hypophosphatemic rickets biasanya mulai menyebabkan ketidaknormalan pada
tahun pertama kehidupan. Kelainan kemungkinan ringan dimana mereka
menghasilkan gejala yang tidak nyata atau berat dimana mereka
menghasilkan pembengkokan pada lengan dan kelainan bentuk pada tulang
lainnya, nyeri tulang, dan perawakan pendek. Tulang menjadi lebih besar
ketika otot menempel menuju tulang bisa membatasi gerakan persendian
mereka. Ruang di antara tulang tengkorak bayi bisa terlalu cepat dekat,
menyebabkan kejang.

2. ORNITHINE TRANSCARBAMYLASE DEFICIENCY


Ornithine transcarbamylase (OTC) adalah kelainan genetik X-linked yang
langka yang ditandai dengan kekurangan enzim atau ornithine
transcarbamylase (OTC) yang lengkap atau sebagian. OTC adalah satu dari
enam enzim yang berperan dalam meruntuhkan dan menghilangkan
nitrogen tubuh, sebuah proses yang dikenal sebagai siklus urea. Kurangnya
enzim OTC menghasilkan akumulasi nitrogen yang berlebihan, dalam bentuk
amonia (hiperamonemia), dalam darah. Kelebihan amonia, yang merupakan
neurotoksin, bergerak ke sistem saraf pusat melalui darah, mengakibatkan
gejala dan temuan fisik terkait dengan kekurangan OTC. Gejalanya meliputi
muntah, penolakan makan, kelesuan progresif, dan koma.
Penyebab :
Kekurangan OTC disebabkan oleh mutasi pada gen OTC, yang terletak pada
kromosom X. Kode OTC untuk enzim mitokondria ornithine
transcarbamylase, yang hanya diekspresikan di hati. Enzim fungsional terdiri
dari tiga subunit yang identik. OTC adalah enzim terakhir di bagian
proksimal dari siklus urea, yang terdiri dari reaksi yang terjadi di
mitokondria. Substrat dari reaksi yang dikatalisis oleh ornithine
transcarbamylase adalah ornithine dan carbamyl phosphate, sedangkan
produknya adalah citrulline.
Tidak ada mutasi umum yang menyebabkan penyakit, namun 10 - 15%
penyakit yang menyebabkan mutasi adalah delesi. Hal ini diwariskan dalam
cara resesif terkait-X, yang berarti laki-laki lebih sering terkena daripada
wanita. Betina yang membawa salinan gen yang rusak dapat sangat
terpengaruh atau asimtomatik, sebagian besar bergantung pada sifat acak
dari inaktivasi X.
Gejala klinis :
Dalam presentasi klasik dan paling terkenal, bayi laki-laki tampak baik pada
awalnya, namun pada hari kedua kehidupan mereka mudah tersinggung,
lesu dan berhenti menyusui. Sebuah ensefalopati metabolik berkembang, dan
ini bisa berkembang menjadi koma dan kematian tanpa pengobatan.
Kemudian timbulnya bentuk kekurangan OTC dapat memiliki presentasi
variabel. Pasien ini sering mengalami sakit kepala, mual, muntah, tertunda
pertumbuhan dan berbagai gejala kejiwaan (kebingungan, delirium, agresi,
atau luka sendiri). Riwayat diet yang terperinci dari individu yang terkena
dengan kekurangan OTC yang tidak terdiagnosis akan sering
mengungkapkan riwayat penghindaran protein.
Prognosis pasien dengan defisiensi OTC berat berkorelasi dengan baik
dengan lamanya periode hiperamonemia daripada tingkat hiperamonemia
atau adanya gejala lain, seperti kejang. Bahkan untuk pasien dengan jenis
penyakit awitan, gambaran klinis mereka bergantung pada tingkat
hiperamonemia yang mereka alami, bahkan jika tetap tidak dikenal.

3. RETT SYNDROME
Sindrom Rett adalah kelainan genetika berupa gangguan neurologis dan
gangguan perkembangan. Kondisi yang termasuk langka ini akan
menyebabkan kecacatan parah pada mental dan fisik pengidapnya.
Penyebab:
Sindrom Rett hampir selalu diderita oleh bayi perempuan. Sindrom ini terjadi
akibat adanya mutasi genetik, namun penyebab mutasi tersebut masih belum
bisa dipastikan.
Gejala:
Sebagian besar penderita sindrom Rett tumbuh seperti bayi normal sampai
usia 6 bulan. Kemudian pada saat gejala mulai timbul, penderita akan
kehilangan kemampuan-kemapuan yang sebelumnya sudah dimiliki, seperti
merangkak, berjalan, berkomunikasi, bahkan kemampuan untuk
menggunakan tangannya. Perubahan yang signifikan biasanya mulai muncul
pada usia 1 hingga 1,5 tahun.

You might also like