Professional Documents
Culture Documents
1 dari 43
MODUL III
SYSTEM GAYA PADA BENDA TEGAR
Tujuan Pembelajaran:
Memberikan penjelasan tentang statika benda tegar dalam bidang dan dalam ruang
Kata Kunci
Benda tegar gaya, Momen terhadap titik, Momen gaya terhadap garis.
Pada bahasan di bab II, benda dianggap sebagai suatu partikel sehingga gaya-gaya
yang bekerja pada benda tersebut dianggap bekerja pada suatu partikel. Hal ini karena
ukuran maupun bentuk benda yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan besarnya
gaya. Anggapan ini tidak selamanya tepat, dalam banyak kasus sering dijumpai ukuran
maupun bentuk benda tidak dapat diabaikan terhadap besarnya gaya. Dalam hal
demikian benda dianggap sebagai kumpulan dari banyak partikel sehingga gaya-gaya
yang bekerja pada benda tersebut merupakan gaya-gaya yang bekerja pada partikel yang
letaknya berlainan.
Suatu benda yang bila diberi gaya tidak mengalami deformasi dinamakan benda
tegar atau benda kaku. Pada kebanyakan struktur atau mesin, hal yang demikian hampir
tidak pernah terjadi dan struktur akan berdeformasi (walaupun sangat kecil) sebagai
akibat adanya gaya. Bila pembahasannya dibatasi pada pengaruh gaya terhadap
keseimbangan dan gerakan, maka deformasi tersebut dapat diabaikan namum bila
pembahasannya adalah pengaruh gaya terhadap kekuatan bahan, maka deformasi
tersebut harus diperhitungkan dan hal ini banyak dibahas pada buku-buku Mekanika
Kekuatan Bahan.
Pada bab ini akan dibahas tentang pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada benda
tegar dan bagaimana mengganti gaya-gaya tersebut menjadi satu gaya ekuivalent. Guna
analisis lebih lanjut digunakan prinsip transmisibilitas gaya dengan menganggap bahwa
pengaruh gaya terhadap gerakan dan keseimbangan pada benda tegar tidak akan
berubah jika gaya tersebut digeser sepanjang garis kerjanya. Pada bab ini juga dibahas
tentang momen dari suatu gaya terhadap titik dan momen dari gaya terhadap garis.
Pembahasan juga meliputi momen kopel yaitu pengaruh dari dua gaya yang sama besar,
sejajar dan berlawanan arah. Dengan menggunakan prinsip momen kopel, maka suatu
gaya dapat dipindahkan menjadi gaya dan momen kopel, demikian juga suatu gaya dan
momen kopel dapat diubah menjadi suatu gaya ekuivalent.
diam, gaya jenis ini akan dibahas pada bab ini. Gaya dalam adalah gaya yang digunakan
untuk menahan partikel-partikel yang membentuk benda tegar sehingga benda tidak
berubah bentuk. Pembahasan tentang gaya dalam akan dilakukan pada bagian akhir dari
buku ini.
Sebagai ilustrasi dari gaya luar, maka pandang gambar 3.1a pada gambar tersebut
ditunjukkan sebuah mobil yang ditarik oleh orang. Diagram benda bebas dari system
gaya ditunjukkan pada gambar 3.1b.
Berat mobil sebagai akibat adanya grafitasi bumi dinyatakan oleh gaya luar W.
Akibat gaya berat W, maka mobil akan bergerak vertikal kebawah sesuai dengan arah
W, tetapi karena adanya gaya reaksi R dari jalan ke mobil (R1 + R2 = W), maka terjadi
keseimbangan gaya dalam arah vertikal sehingga tidak terjadi gerakan mobil dalam arah
vertikal.
Gambar 3.1 (a) Mobil ditarik orang (b) Diagram benda bebas
Aksi dari orang terhadap mobil (melalui tali) dinyatakan oleh gaya tarik F. Jika
gesekan gelinding (rolling resistance) antara roda dengan jalan diabaikan, maka tidak
ada yang menahan gaya F sehingga mobil akan bergerak translasi sesuai dengan arah F.
Jenis gerakan lainnya yang diakibatkan oleh gaya luar adalah gerakan rotasi. Jika pada
bumper depan dari mobil ditarik ke atas oleh suatu gaya, maka mobil akan bergerak
rotasi berlawanan arah dengan jarum jam dengan roda belakang sebagai tumpuannya.
F F”
= =
F”
a b c
Prinsip transmisibilitas gaya ini ditunjukkan pada gambar 3.2, di mana gaya F di
geser sepanjang garis kerjanya. Disini gaya F, F' dan F″, tidak merubah kondisi
keseimbangan maupun kondisi gerakan dari benda tegar dan ke tiga gaya tersebut
dikatakan ekuivalent.
Sekarang dilihat kembali kasus pada mobil pada gambar 3.1, garis kerja dari gaya
F adalah horisontal melalui bumper depan dan bumper belakang. Dengan prinsip
transmisibilitas gaya, maka dapat dibuat gaya ekuivalent F' (F = F') yang bekerja pada
bumper belakang dari mobil (gambar 3.3b). Perhatikan bahwa gaya ekuivalent F' tidak
merubah kondisi keseimbangan dalam arah vertikal dan tidak merubah arah gerakan
mobil (translasi searah dengan F).
Prinsip transmisibilitas gaya dan konsep gaya ekuivalent mempunyai batasan-
batasan, untuk itu pandang batang ABC di gambar 3.4a. pada batang ABC bekerja gaya
FA dan FC yang sama besar segaris kerja dan berlawanan arah. Jika kedua gaya tersebut
cukup besar, maka akan terjadi kerusakan bahan pada bagian BC (luas penampang pada
bagian AB lebih besar dibandingkan dengan luas penampang pada bagian BC). Dengan
prinsip transmisibilitas gaya, maka gaya FC diganti dengan FB dan bekerja di titik B di
mana FB = FC (gambar 3.4 b). Hal ini tidak merubah kondisi keseimbangan maupun
kondisi gerakan dari benda tegar, tetapi pada batang bagian BC menjadi tidak menerima
beban sehingga tidak ada gaya dalam pada bagian BC. (gaya dalam hanya terjadi pada
bagian AB). Kalau bebannya dibesarkan kerusakan pada benda akan terjadi pada bagian
AB dan ini berbeda dengan kondisi awalnya (gambar 3.4 a). demikian juga
deformasinya, pada gambar 3.4 a deformasi akan terjadi di seluruh batang ABC sedang
pada gambar 3.4 b deformasi nya hanya terjadi pada bagian AB saja.
Kesimpulannya adalah prinsip transmisibilitas gaya boleh digunakan bila pengaruh
gaya luar yang dibahas sebatas pada keseimbangan dan gerakan benda tegar, sedangkan
dalam pembahasannya meliputi, gaya dalam dan deformasi maka, tidak dapat digunakan
prinsip transmisibilitas gaya.
Studi Kasus
SP 3.1
A B
Jarak AB = 0.2 m, FA = 200 N dan FB =
150 N. Gantilah gaya FA dan gaya FB
60o 45o FB
FA menjadi satu gaya ekivalen dan carilah garis
kerja nya.
Gambar 3.1a
Penyelesaian :
m
m m
FA FB
A B A B
a R b
R
FA FB c
Garis kerja dari FA dan FB berpotongan di titik m (gambar SP 3.1 b1), selanjutnya
dengan menggunakan prinsip transmisibilitas gaya maka, gaya FA dan FB digeser ke
titik m (gambar Sp 3.1 b2). Karena FA dan FB sudah bekerja di satu titik (titik m), maka
kedua gaya FA dan FB dapat di jumlahkan dengan menggunakan hukum paralelogram
gaya yang hasilnya adalah resultante gaya R. Jelaslah bahwa gaya FA dan FB dapat
diganti dengan satu gaya ekuivalent R yang melalui titik m (gambar SP 3.1 b3).
Dari paralelogram gaya di dapatkan :
mc mc
R x FA x FB .................................. N
ma mb
SP 3.2
5o
F1 F2
(a)
Penyelesaian :
m O m
S1 S2 R1
A B
R C
R2 a
R1
F1 F2 R2 R
(c) (d)
(b)
Gambar SP 3-2
Disini gaya F1 hampir sejajar dengan gaya F2 sehingga garis kerja dari kedua gaya
tersebut akan berpotongan di titik yang amat jauh dari titik kerja gaya F1 dan F2. Untuk
iti sepanjang garis AB dibuat gaya S1 di titik A dan dan S2 di titik B. Kedua gaya
tersebut sama besar dan berlawanan arah sehingga :
S1 S 2 0 (a)
F1 S 1 F2 S 2 F1 F2 R (b)
jika F1 S 1 R1
F2 S 2 R2
maka R R1 R2 (c)
ob ob
R R1 R2 ............................... N
oa ab
y
y
F
F
r A r A
M oF o
x x
o d
Mo
z F
z
(a) (b)
Momen dari gaya terhadap titik o yaitu MFO didefinisikan sebagai perkalian silang
antara vektor posisi r dengan vektor gaya F yaitu :
M OF r x F 3.1
Jelaslah bahwa momen dari gaya terhadap titik merupakan besaran vektor sehingga
mempunyai arah dan besar. Arah dari momen ditentukan oleh arah maju sekerup kanan
jika diputar dari r ke F. Pada gambar 3.4 ditunjukkan arah momen yaitu jika sekerup
kanan akan berputar searah dengan sumbu z positif. Jika r adalah besar vektor posisi r
dan F adalah besar dari vektor gaya F sesuai dengan aturan perkalian silang dua buah
vektor, maka besar dari MFO adalah MFO =
M OF r F sin 3.2
Karena besar dari momen dari gaya adalah perkalian antara jarak dengan gaya,
maka satuan dari momen adalah Nm (System Satuan Internasional) atau lb . in (System
Satuan British).
A x
M 2 M OF2 d 2 F r F2 cos
Dari gambar 3.5 terlihat bahwa :
F cos F1 cos F2 cos (b)
Persamaan (a) dan (b) menghasilkan :
M M1 M 2
y R
sekarang dilihat gambar 3.6, ada n buah gaya
F2
yang bekerja di titik A yaitu Fj, j = 1, 2 ……. n.
Fj
Jika R = F1 + F2 + …… Fj, maka Fj, j = n
F1
merupakan komponen dari gaya R di titik A.
A
r
x
o
Gambar 3.6
Sesuai dengan teorema varignon, maka momen dari system gaya tersebut terhadap
titi o adalah :
r rx iˆ ry ˆj r j kˆ 3.6a
r x B x A iˆ y B y A ˆj z B z A kˆ
F Fx iˆ Fy ˆj Fz kˆ 3.6 b
y Fy My
B
ry Fx MA
r
Fz rx
x Mx
rz A
z Mz
(a) (b)
Gambar 3.7 Ilustrasi momen dari gaya dalam ruang
Secara teoritis momen dari gaya F terhadap titi A adalah MA dinyatakan sebagai :
iˆ ˆj kˆ
MA r x F rx ry rz 3.7 a
Fx Fy Fz
atau
M A M Ax M Ay M Az 3.7 b
di mana
Mx , My dan Mz adalah komponen-komponen dari MA pada sumbu koordinat x y z
dan vektornya adalah :
M x ry Fz rz Fy iˆ 3.8a
M y rz Fx rx Fz ˆj 3.8 b
M z rx Fy ry Fx kˆ 3.8 c
MA M x2 M y2 M z2 3.8 d
Studi Kasus
SP 3.3
10 cm 10 cm F
B C 3
4
Jika F = 1000 N (gambar SP 3.3 a), maka carilah :
Momen dari F terhadap titik A dan terhadap titik B
40 cm
Gambar SP 3.3 a
Penyelesaian
(a) Digunakan pendekatan secara vektoris (bambar SP 3.3 b)
Koordinat dari titik-titik :
y A (0, 0, 07) B (-0.1, 0.4, 0) dan
0.2 m F
C (0.1, 0.4, 0)
rB 4 3
B
C
Sehingga :
rA 0.4 m
rA = (xC - xA) iˆ + (yC – yA) ĵ + (zC – zy)
= 0.2 iˆ (m)
Gambar SP 3.3 b
vektor gaya F :
F
5 3
F = (F cos θ) iˆ + Fj sin θ ĵ
4 F = (800 iˆ + 600 ĵ ) M
iˆ ˆj kˆ
M A 0.1 0.4 0 600 320 kˆ
800 600 0
M A 260 kˆ N.m
MA = 280 N.m searah dengan arah jarum jam memutari sumbu z
iˆ ˆj kˆ
MB 0.2 0 0 120 N.m
800 600 0
Momen dari F terhadap titik A : MA = MAH + MAV = -260 N.m. Jadi momen dari
F terhadap titik A adalah 260 N.m searah dengan arah putaran jarum jam.
Momen dari F terhadap titik B = MB
MB = (FV) (0.2) + (FH) (o) = 0.2 FV = 120 N.m (arah berlawanan dengan arah
putaran jarum jam)
SP 3.4
Pipa seperempat lingkaran terletak dibidang xoy (gambar SP 3.4a) ujung o dijepit dan
diberi beban gaya F dari A menuju ke C sebesar 100 N.
Carilah momen dari F terhadap titik o
z
z
o o
m
m
3
3
y
r=3m
m
m
y
1
1
x x A
F A 1m F
1m c
(a) (b)
Gambar SP 3.4
Penyelesaian
Untuk mudahnya dibuat sistem koordinat tegak, xyz, vektor posisi r dan vektor gaya F
seperti tampak pada gambar SP 3.4. Koordinat : o0, 0, 0) A (3, 3, 0) dan C (4, 0, -2).
Vektor posisi r :
r x A xo iˆ y A y o ˆj z A z o kˆ
r 3 iˆ 3 ˆj (a)
Vektor gaya F :
dl AC dx 2 dy 2 dz 2 3.7417 m
dx ˆ dy ˆ dz ˆ
F Fi F j Fk
dl dl dl
F 26.7 iˆ 80.18 ˆj 53.45 kˆ N
Momen dari F terhadap o adalah Mo = r x F
i j k i j k
M o rx ry rz 3 3 0 N.m
Fx Fy Fz 26.7 80.18 53.45
atau
M o 160.35iˆ 160.35 ˆj 320.64kˆ N.m
terhadap suatu garis. Bila garis tersebut merupakan sumbu dari poros/pipa, maka
momen dari gaya terhadap garis sering disebut torsi atau momen puntir.
y
y
Mo Mz Mo
o
A
A x
r a x
D B Mx
b z
z F
(a) (b)
Perhatikan gambar 3.8 a. pada poros OA dipasang piringan yang sejajar dengan
bidang y o z. Bidang OAB terletak pada bidang XOY dan di titik B bekerja gaya F arah
ke bawah sejajar dengan sumbu z. Momen dari F terhadap titik o adalah Mo = r x F dan
besarnya adalah Mo = r F. Momen dari F terhadap sumbu x adalah Mx = a F (arah
memutari sumbu x positif), momen dari F terhadap sumbu y = 0 (F tidak memutari
sumbu y) sedangkan momen dari F terhadap sumbu z adalah Mz = b F (arah memutari
sumbu z negatif). Ilustrasi dari Mo, Mx dan Mz ditunjukkan pada gambar 3.8 b. Dari
gambar 3.8 a di dapat hubungan geometris sebagai berikut : a = r cos θ dan b = r sin θ
sehingga :
Mx = a F = r F cos θ = Mo cos θ (a)
Persamaan (a) dan (b) menunjukkan bahwa Mx dan My merupakan komponen dari
Mo terhadap sumbu x dan sumbu y, sehingga dapat disimpulkan bahwa momen dari
gaya terhadap garis adalah komponen dari momen gaya terhadap titik (yang dilalui garis
tersebut) terhadap arah garis tersebut.
Sekarang akan dibuat formulasi secara vektoris dari momen suatu gaya terhadap
garis, ilustrasi vektoris tersebut ditunjukkan pada gambar 3.9.
y y êe
Mo
Mo
F M F
r r
x x
o
z
z (a) (b)
Akan dicari momen dari F terhadap garis l yaitu Ml. Pertama kali dicari Mo dari F
terhadap titik O (Mo) selanjutnya dicari komponen dari Mo terhadap garis l (Ml). Jika
êl adalah vektor satuan dalam arah l (gambar 3.9 h), maka sesuai dengan atutan operasi
vektor dapat dicari besar (skalar) sebagai berikut :
sehingga
i j k
M l eˆl rx ry rz 3.9 b
Fx Fy Fz
Bila komponen dari êl terhadap sumbu koordinat x, y, z adalah ex, ey dan ez, maka
eˆl e x iˆ l y ˆj e z kˆ 3.9 c
Subsitusi persamaan (c) ke persamaan (a) di dapatkan besar dari vektor Mc sebagai
berikut :
ex ey ez
M e rx ry rz 3.10
Fx Fy Fz
ex ey ez
M M l eˆ rx ry rz eˆ 3.11
Fx Fy Fz
Studi Kasus
SP 3.5
r
C diberi gaya vertikal F = 120 N.
0.15 m
F Carilah torsi akibat gaya F pada pipa
C sepanjang sumbu x
A
450
B 0.2 m
(gambar SP 3.5 a)
Penyelesaian
(gambar SP 3.5 b)
0.4646 iˆ 0.2475 ˆj
Vektor satuan dalam arah sumbu x = î
1 0 0
M x rx ry rz 0.4646 0.2475 29.7 N
Fx Fy Fz 0 0 120
M x M x iˆ 29.7 iˆ (b)
Dari hasil (b) dapat disimpulkan bahwa momen dari F terhadap sumbu x akan
memutasi sumbu x negatif.
SP 3.6
3 4 in
x c 20o
y
Gambar SP 3-6 a
Koordinat titik A :
z XA 0
36 inc B lb Y A 34 cos 20 31.95 inc
7
10 x Z A 34 sin 20 11.63 inc
= C
F
B A0, 31.95, 11.63
32 inc
o Koordinat titik B
r A
3 4 in
c X B 36 inc
20o
YB 0
y Z B 32 inc
Gambar SP 3-6 b B- 36, 0, 32
l AB x B x A y B y A z B z A
2 2 2
1
2
52.27 inc
x x A ˆ yB y A ˆ zB z A
F B i j kˆ F
l AB l AB l AB
Vektor posisi r x A iˆ y A ˆj z A kˆ
atau
r 31.95 ˆj 11.63 kˆ
(a) Momen dari F terhadap o : Mo = r x F
i j k i j k
Mo = rx ry rz 0 31.95 11.63
Fx Fy Fz 73.69 65.4 41.70
M
FB
F
B FB
r
A d B
r
F FA
FA = - F B rA A
z rB FH
(a)
o y (c)
x
(b)
Pandang gambar 3.10 b, FA sejajar FB dan FA = -FB, vektor posisi kedua gaya
tersebut dari titik O adalah rA dan rB. Jumlah momen dari FA dan FB terhadap titik O
adalah :
M rA x FA rB x FB rB rA x FB (a)
Jika rB – rA = r dan merupakan vektor posisi dari titik kerja FA ke titik kerja FB, maka :
M=r x F 3.10
Vektor M dinamakan momen kopel, dan arah vektornya adalah arah normal
terhadap bidang yang memuat gaya FA dan FB, sedangkan besarnya dinyatakan oleh:
Di mana d adalah jarak terdekat dari FA ke FB dan F adalah besar dari FA dan FB.
Karena vektor r tidak tergantung dari posisi O, maka besar dari momen kopel M akan
tidak berubah jika titik O dipindahkan ke sembarang titik sehingga momen kopel M
merupakan vektor bebas.
Dua buah kopel dikatakan equivalent bilamana mempunyai besar dan arah momen
kopel yang sama serta pasangan gaya yang membentuk kopel terletak pada bidang yang
sejajar (atau berimpit).
z
z
M M
z M
F1 F3
c
a - F3
- F1
y
y y
F2
x b - F2
x x
Perhatikan gambar 3.11, ketiga kopel tersebut menghasilkan momen kopel yang
sama yaitu F1.a = F2 b = F3 c = 40 N.m, mempunyai arah momen kopel yang sama serta
terletak pada bidang yang saling sejajar sehingga ketiga kopel tersebut dikatakan
ekuivalent.
Sistem gaya yang membentuk suatu kopel akan menghasilkan satu vektor, yaitu
vektor momen kopel, karena itu suatu kopel dapat dinyatakan dengan vektor momen
kopelnya. Pasangan gaya F dan –F (gambar 3.12 a) menghasilkan momen kopel C (C =
d F). Karena C merupakan vektor bebas maka, C dapat digambarkan pada sembarang
posisi (misal titik O) dan ini ditunjukan pada gambar 3.12 b. Komponen dari momen
kopel C dalam arah sumbu koordinat x, y, dan z adalah Cx, Cy, dan Cz (gambar 3.12 c)
sehingga:
C Cx C y Cz 3.11 a
atau
C C x iˆ C y ˆj C z kˆ 3.11 b
di mana Cx, Cy dan Cz adalah besar (skalar) dari Cx, Cy dan Cz.
z
z
C
F
d Cy
-F y
y
Cz Cx
(a) x x
(b) (c)
Jika pada pada suatu benda tegar terdapat banyak (n) pasang gaya yang membentuk
kopel, maka terdapat Cj, j = 1, 2 …. n momen kopel sehingga resultantenya adalah:
n
C C j C1 C2 C3 Cn 3.12 a
j 1
atau
n n n
C C x, j C y, j C z, j 3.12 b
j 1 j 1 j 1
C C C x2 C y2 C z2 3.12 c
Studi Kasus
SP 3.7
Tentukan momen kopel yang bekerja pada
200 N
2m batang (gambar SP 3.7) yang diakibatkan
4
3 oleh kopel dari dua gaya F = 200 N.
0.5 m
4
3
200 N
Gambar SP 3-7
Penyelesaian
FV
Kedua gaya terletak pada bidang xoy,
F
5 4 selanjutnya kedua gaya tersebut diuraikan
y 3
F dalam arah horizontal dan vertikal.
0.5 m H
x
5
- FH
4 Cos θ = 0.6
- FV
F 2m 3 Sin θ = 0.8
FH = F cos θ = 120 N
Gambar SP 3-7 a
Fv = F sin θ = 160 N
SP 3.9
- F1
z
r1
F1 = 80 N F2 = 120 N
o y
F2 r1 = 30 cm r2 = 20 cm
r2 piringan 1 sejajar dengan bidang
x F1
- F2 xoz sedangkan piringan 2 sejajar
Carilah
(a) Momen kopel akibat F1 dan momen kopel akibat F2.
(b) Resultante dari kedua kopel.
Penyelesaian
- F1 z
z
r1
Cy
o y y
F2 Cx C
r2
x F1
- F2
(a) gaya F1 dan –F1 menghasilkan momen kopel Cy dan gaya F2 dan –F2 menghasilkan
momen kopel Cx
Cy = 2 r1 F1 = (0.6) (80) = 48 N.m (arah memutari sumbu y positif sesuai
aturan tangan kanan.
Cx = 2 r2 F2 = (0.4) (120) = 48 N.m (arah memutari sumbu x positif).
Vektor momen kopel Cy dan Cx adalah:
Cy = Cy ĵ = 48 j (N.m) (a)
Cx = Cx î = 48 î (N.m) (b)
C = C1 + C2 = 48 (î + ĵ ) (c)
SP 3.10
30
cm
Pipa ABCD terletak pada bidang xoy dan
30
cm
bagian CD sejajar dengan sumbu x (gambar
100 N
SP 3.10). Carilah momen kopel dari sistem
A
B gaya tersebut.
x
C
y
D
cm
20
100 N
Gambar 3.10 a
Penyelesaian
z
30 z
cm
Cx
100 N
A
B F 100 N
x C
C
y
x Cy
D
F y
cm
20
100 N
(c)
(b)
Gambar 3-11
Agar mudah, maka di titik C ditambah dua gaya vertikal F dan –F (F = 100 N).
(gambar 3.10 b). Vektor kopel akan positif bila memutari sumbu koordinat dalam arah
positif. Sekarang ada dua pasang kopel dan momen kopelnya adalah Cx dan Cy.
Cx = -(100) (30) = 3000 N.cm
Cy = (100) (20) = 2000 N.cm
Kedua momen kopel tersebut ditunjukkan pada gambar 3.10 c, resultante dari Cx dan Cy
adalah C :
C C x C y 3000 iˆ 2000 ˆj N.cm
C 3000 2 20002
1000 13 N.cm
. F
F
F
F M
A
r A = = o
o r
M = r x F
-F
(a) (b) (c)
Jika di titik o ditambahkan gaya F dan –F (gambar 3.12 b), maka tidak ada
pengaruh gerakan akibat penambahan gaya tersebut. Gaya F di titik A dan gaya –F di
titik o membentuk suatu kopel dengan momen kopel sebesar M = r x F. Jadi suatu gaya
F jika dipindahkan ke titik lain (di luar garis kerjanya) akan menghasilkan gaya F dan
momen kopel M = r x F (gambar 3.12 c). Gaya F di titik o akan membuat benda tegar
bergerak translasi, sedangkan momen kopel M = r x F akan membuat benda tegar
bergerak rotasi.
n
Ry j Fy j Fy1 Fy 2 Fy 3 Fy n 3.13 b
j 1
sehingga
n
R Fy Rx iˆ Ry ˆj 3.13 c
j 1
R Rx 2 Ry 2 3.13 d
y
F2 R
F3
R dr
d2 Ry
d1 d3 F1
= =
x
Rx Mo x
Setiap gaya Fj dipindahkan ke titik O menjadi Fj (di titik O) dan momen kopel Mj yaitu:
Mj = rj x F j 3.14 a
n n
M j M j rj x Fj 3.14 b
j 1 j 1
Mo
dr
R
z
F j1 F2
R
A
Mo
o = o
Fn F1
(a) (b)
Ambil gaya yang ke j yaitu Fj (gambar 3.14 a), vektor posisi dari Fj ke titik o
adalah rj sehingga momen dari Fj ke titik o adalah Mj = rj x Fj (j = 1, 2 ….n). Gaya Fj
jika dipindahkan ke titik menjadi gaya Fj dan momen Mj. Penjumlahan seluruh gaya
dan momen kopelnya di titik o akan menghasilkan :
n
R F j F1 F2 F3 ........ Fn 3.15 a
j 1
n
M o M o j r1 x F1 r2 x F2 ........rn x Fn 3.15 b
j1
Studi Kasus
SP 3.11
A
y 4
Gaya 800 N bekerja di titik A seperti
3
240 mm terlihat pada gambar SP 2.11 a. Pindahkan
800 N
B gaya tersebut menjadi gaya dan momen di
x
titik B
200 mm 200 mm
Gambar SP 3-11 a
Penyelesaian
Gaya 800 N di titik A diuraikan dalam
arah horisontal FH dan vertikal FV
F 800 640 N
4 4
249 N.m FH
5 5
B
FV F 800 480 N
3 3
800 N 5 5
MB = - FH (0.24) + FV (0.2)
= - (640) (0.24) + (-480) (0.2)
MB = - 249 N.m = 249 N.m
SP 3.12
80 lb 75 lb 90 lb
Tiga buah gaya bekerja pada balok ABCD
A B C D E
seperti terlihat pada gambar SP 3.12 a.
(a) Gantilah ketiga gaya tersebut menjadi
14 inc 16 inc 10 inc 16 inc
gaya dan momen ekuivalent di titik C.
Gambar SP 3-12 a (b) Carilah resultante dari ketiga gaya
tersebut dan tunjukkan garis kerjanya.
Penyelesaian
(a) semua gaya dijumlahkan : R = ∑ F = 80 – 75 + 90 = 95 lb
Momen dari ketiga gaya terhadap titik C :
MC = - (80) (16) + (90) (10 = - 380 lb inc = 380 lb inc +
Setelah dipindahkan hasilnya ditunjukkan pada gambar 3.12 b.
9.5 lb 9.5 lb
A B C D E A B C D E
380 lb.inc d
(b) Agar terjadi satu gaya ekuivalent, maka gaya 95 lb dipindahkan sejauh d di sebelah
titik C (gambar 3.12 c).
380
95 d 380 lb inc d 4 inc 3.12 c
95
SP 3.13
500 N
y
450 mm 450 mm
Gambar SP 3-13 a
Penyelisaian
(a) Resultante gaya dalam arah x dan y :
y Rx = 500 cos 60° + 300 = 550 N
Ry = 500 sin 60° + 200 = 550 N
R R x2 R y2 5502 633
2
R = 839 N
Ry 633
R tgn -1 tgn -1 49
Rx 550
R θR = 49°
XA
XA
M o
215
0.3397 m 340 mm
Ry 633
YB
M o
215
0.391 m 391 mm
Rx 550
SP 3.14
600 N
150 N
Gambar SP 3-14 a
Penyelesaian
y
353 N Gaya-gaya dijumlahkan dalam arah
Gambar SP 3-14 b
R 319.6
arah dari R : tgn -1 V tgn 1 64.9
RH 150
X E RV M A
MA
XE 5.17 m
RV
SP 3.15
z
160 N
Carilah resultante dari sistem gaya
a
paralel pada gambar SP 3.15a,
a
180 N
tunjukkanlah lokasi resultante pada
a 80 N
200 N
bidang y o z (a = 0.3 m).
a
x
a
a
a y
150 N a
Gambar 3.15
Penyelesaian
Semua gaya yang bekerja pada papan arahnya sejajar dengan sumbu x , sehingga
resultantenya adalah:
R = Rx = (200 + 150 + 80 – 160 – 180) = 90 N
R = 90 î N
Momen dari gaya terhadap sumbu y = My
n
My
j 1
z j Fj
Mz = 195 N.m
z
2 .1 7
m
Mz
My
y y
0.33
R 90 N
x
x
Jadi M M y ˆj M z kˆ 30 ˆj 195 kˆ
SP 3.16
z
nc
9i Tiga buah gaya bekerja di titik A, B
nc
o 18
inc 9i 80 lb
dan C seperti terlihat pada gambar
3.16 a.:
x C
Gantilah gaya-gaya tersebut menjadi
B
40 sebuah gaya R yang melalui titik O
lb
y
dan sebuah momen kopel Mo.
30 lb
A
75 lb
Gambar SP 3-16 a
Penyelesaian
80 lb z
o rc
rB
C
x R
rA B
40 = y
lb
30 lb y
A MO
x
75 lb
Agar mudah, maka penyelesaiannya dilakukan secara vektoris (lihat gambar SP 3.16a)
Resultante gaya R
R 75 iˆ 40 ˆj 80 kˆ 30 kˆ lb
R 75 iˆ 40 ˆj 50 kˆ
M o rA x 75 i rB x 40 ˆj 30 kˆ rC x 80 kˆ
M A 9 iˆ 18 ˆj x 75 iˆ 18 ˆj x 40 ˆj 30 kˆ 9 iˆ 18 ˆj x 80 kˆ
M A 1350 kˆ 540 iˆ 720 ˆj 1440 iˆ
Jadi R 75 iˆ 40 ˆj 50 kˆ
y W = f (x) y y
dx
A B x x
dF
x F
(a) (b) (c)
Pandang gambar 3.15, beban merata w = w (x) bekerja pada balok AB dan w
merupakan beban persatuan panjang. Diambil elemen sepanjang dx pada jarak x dari
titik o (gambar 3.15 b). Gaya yang dihasilkan oleh elemen sepanjang dx tersebut adalah:
dF = w . dx (a)
sehingga besar dari gaya ekuivalent dari beban terdistribusi merata adalah:
l
F
o
w dx 3.16
Dari persamaan 3.16 terlihat bahwa gaya ekuivalent F adalah luasan di bawah grafik
w = w (x) sepanjang balok AB.
Momen dari dF terhadap titik o adalah :
dM = x dF = x w dx (b)
x w x dx X C F
l
Mo
o
(c)
di mana XC adalah jarak dari titik berat luasan beban terdistribusi merata ke titik o.
jika d adalah jarak dari titik o ke vektor gaya F, maka:
Mo = F . d (d)
d = XC
Kesimpulannya adalah beban terdistribusi merata dapat diganti dengan satu gaya
ekuivalent yang garis kerjanya melalui titik beratnya. Hal ini ditunjukkan pada gambar
3.15 d.
Studi Kasus
SP 3.17
Gantilah gaya terdistribusi merata bentuk empat persegi panjang pada gambar SP 3.17
dengan satu gaya ekuivalent.
y
w = 200 N / m 160 N
A B C B Cy
A C x
(a) (b)
Gambar SP 3-17
Penyelesaian
Gaya ekuivalent (F) dari beban terdistribusi merata besarnya sama a dengan
luasannya sehingga:
SP 3.18
Suatu balok diberi beban merata seperti terlihat pada gambar SP 3.18 a. Pada
bagian AB bebannya berupa segitiga, sedangkan pada bagian BC bebannya adalah
konstant sebesar 600 N/m. gantilah beban tersebut masing-masing pada bagian AB dan
bagian BC dengan satu beban ekuivalent.
F1 F2
y
600 N / m
A A
C x
B B C
(a) XF1
(b)
XF2
Gambar SP 3-18
Penyelesaian
Bagian AB : luas segitiga beban di atas AB = F1.
F1
1.8600 540 N
2
SP 3.19
W = Wmak sin
x Balok AB diberi beban berdistribusi merata
2l
x
Wmak berupa graik w wmax sin .
2l
Jika wmax = 200 N/m dan = 1.5 m, maka
carilah resultante dari beban tersebut (besar
dan garis kerjanya).
Gambar SP 3-19 a
Penyelesaian
x
W = Wmak sin
2 l 191 N
w
o
x
r
dx
1.500 mm 0.955 m
Resultante dari beban adalah luasan di bawah grafik w = w (x) dari titik A sampai titik
B. Untuk itu diambil element setebal dx berjarak x dari titik o. Dengan demikian maka
resultante R dan momen dari beban terhadap titik o adalah:
l x
R
o
wmak sin
2l
dx
2l wmak x wmak
R cos 2l (a)
2 o
E
x
x w d x
l l
Mo o o
wmak x sin
2l
dx
l
4l 2 x 2l x 4l 2 wmak
M o wmax 2 sin x cos (b)
2l 2l o 2
Memasukan data wmak = 200 N/m dan l = 1.5 m ke persamaan (a) dan (b) didapatkan:
21.5 200
R 191 N
4 1.5 200
2
Mo 182.4 N/m
2
Mo
d 0.955 m
R
Soal-soal latihan
P 3.1
Gambar P 3.1 adalah pandangan atas
320
sebuah kunci mur roda bila pada titik p
diberikan gaya vertikal (masuk ke dalam
160 kertas) sebesar 8 kg. hitung :
a) Momen torsi yang dialami baut roda
p
( mm ) b) Momen lentur yang dialami baut roda.
Gambar P 3.1
P 3.2
45
K
40o
( mm )
Gambar P 3.2
P 3.3 Diketahui
- F1
F1 = 90 N F2 = 135 N
z
r1
r2
r1 = 35 cm r2 = 30 cm
F2
y
piringan 1 sejajar bidang x o z dan piringan
o
2 sejajar bidang y o z
x F1 Carilah : a) Momen kopel akibat F1 dan
- F2
momen kopel akibat F2
b) Resultante kedua kopel
P 3.4
Sebuah gaya 250 N bekerja pada balok seperti terlihat pada gambar P.3.4, pindahkan
gaya tersebut menjadi gaya dan momen di titik AQ menjadi gaya dan momen.
Gambar P 3.4
P 3.5
Tiga buah gaya bekerja pada balok seperti terlihat pada gambar P 3.5
Carilah (a) momen dari FA terhadap titik E
(b) momen dari FE terhadap titik A
(c) momen dari FD terhadap titik B
Gambar P 3.5
P 3.6
F3 = 100 N
Tiga buah gaya bekerja pada bracket seperti
30o
B F2 = 200 N terlihat pada gambar P 3.6
0.15 m
E Carilah:
A
D (a)momen dari F1 terhadap titik A
0.25 m
C (b)momen dari F2 terhadap titik B
F1 = 250 N
(c)momen dari F3 terhadap titik C
0.3 m 0.3 m 0.3 m
Gambar P 3.6
P 3.7
FA = 300 N FB = 400 N
Tiga buah gaya FA, FB dan FC bekerja
45o 60o
A B
0.1 m pada bracket seperti terlihat pada
0.1 m
O D
0.15 m gambar P 3.7
C 30o
Carilah:
FC = 250 N
(a) Momen dari FA dan FB terhadap
0.3 m 0.3 m 0.3 m titik o
(b) Momen dari FC terhadap titik o
Gambar P 3.7
P 3.8
C 400 N Tiga buah gaya bekerja pada suatu
750 N
60o penampang seperti terlihat pada gambar P
A B
3.8. Gantilah ke tiga gaya tersebut menjadi
gaya dan momen di titik B.
100 N
0.4 m
Gambar P 3.8
P 3.9
A B C
Empat buah gaya bekerja pada rangka
2 kN
seperti terlihat pada gambar P 3.9
2m
(a) Carilah resultante dari ke empat gaya
G
D E F tersebut, besar dan arahnya.
Gambar P 3.9
P 3.10
Empat buah gaya bekerja pada
200 kN 200 kN
y rangka (gambar P 3.10). Carilah
2m 4m 4m 2m
resaultante dari ke empat gaya
100 N
tersebut, cari pula perpotongan
3m
o B
x
garis kerjanya terhadap sumbu x
A
N dan sumbu y
4m 4m 4m
Gambar P 3.10
P 3.11
Balok ABC dibebani dengan beban
6 kN/m
merata (gambar P 3.11) Carilah
2 kN/m
resultante dari system gayanya dan
A C
B tunjukkan lokasi garis kerjanya.
3m 3m
Gambar P 3.11
P 3.12
Balok ABCDE menerima beban berupa
600 N
1200 kN/m beban merata pada bagian AB, beban
momen pada titik C dan beban gaya
A C
E
B D terpusat pada titik D. Gantilah beban
300 N.m
tersebut menjadi satu gaya ekivalen dan
0.5 m 0.5 m 0.5 m
carilah lokasi garis kerjanya.
Gambar P 3.12
P 3.13
Gantilah sistem pembebanan pada
gambar P 3.13 menjadi satu gaya dan
z
o satu momen kopel di titik o
80 lb
80 lb ft
x 80 lb
16 ft
t
16 ft 2f y
t
6f
150 lb t
8f
Gambar P 3.13
P 3.14
z
Carilah momen dari gaya P terhadap
o C sumbu x, sumbu y dan terhadap garis
30o
y yang melalui o c (garis o c …….. pada
m
4
0.
bidang y o z)
x 0.3 m
P = 200 N
Gambar P 3.14
P 3.15
Gantilah sistem gaya pada gambar P
z
400 N 3.15 dengan gaya resultantenya. Carilah
titik potong garis kerja tersebut dengan
2.5 m bidang y o z
200 N
2 m 150 N
300 N
300 N
0 N
x 25 y
1m
2m
Gambar P 3.15
P 3.16
Dua buah puli B dan C dipasang pada
N
0
z 30 poros ABCD. Kedua puli mempunyai
N
A B C D
y dipasang sejejar dengan bidang y o z.
30o Gantilah sistem gayanya menjadi satu
x 200 N 600 N gaya dan satu momen kopel di titik A.
0.3 m 0.4 m 0.4 m
Gambar P 3.16