You are on page 1of 6

FASE-FASE PEMERINTAHAN ABBASIYAH DI BAGHDAD

Oleh: Alya Nashar Zulfa (15110051)

Fase, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan tingkatan masa
perubahan, perkembangan dan sebagainya, atau bisa di ibaratkan seabgai fase demi fase dalam
perjuangan kemerdekaan selalu kita hadapi dengan ketabahan atau setiap fase perkembangan
manusia dianggap sebagai suatu peralihan.

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau Khifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan,


melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abass.
Kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M) s.d 656
H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan

Sumber: Atlas Agama Islam Karya Sami Abdullah Al-


Maghluts
Gambar 1. Pusat Pemerintahan pada Masa dinasti
Abasiyah
politik pada saat itu.1 Daulah Abbasiyah dikelompokkan menjadi lima Fase sehubungan dengan
corak pemerintahan, adapun menurut asal-asul penguasa selama masa 508 tahun Daulah
Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa, yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani
Seljuk. Berikut ini kami akan membahas lima fase pemerintahan Daulah Abbasiyah.
1. Fase Pertama (Masa Pengaruh Persia, 750-847 M)
Fase pertama Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari masa kekuasaan Abu Abbas
menjadi Khalifah (132 H (750 M) sampai meninggalnya al-Watsiq yang berlangsung selama satu
abad. Pada periode ini, Dinasti Bani Abbasiyah mengalami banyak kemajuan dan mencapai masa
keemasan. Secara politis, para Khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai
tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.2
Namun saat orang-orang Turki yang diberi kesempatan dalam pemerintahan dan
ketentaraan mulai mencoba mendominasi dan mempengaruhi kebijakan Khalifah. Untuk
menghindari hal itu, Khalifah al-Watsiq memindahkan pusat pemerintahan dari Baghdad ke
Samarra.
Dari gambaran di atas Dinasti Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok
antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri yang menonjol Dinasti
Bani Abbasyiah yang tidak terdapat pada Dinasti Bani Ummayah, yaitu :3
a. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Dinasti Bani Abbas
menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat
berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan
Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat dan pada periode kedua dan keempat
bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan Dinasti ini.
b. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Daulat Bani Abbas ada jabatan wazir,
yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan
Dinasti Bani Umayyah.

1 Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktab Al-Tijari, 1995), hlm. 360

2 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 49

3 Effat Al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986), hlm. 25.
c. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional. Sebagaimana diuraikan di atas,
puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan
Dinasti Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa
Dinasti Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan
Islam.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Dinasti Bani Abbas,
dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan
sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca,
menulis dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan
Bahasa Arab, baik sebagai Bahasa Administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah,
maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga
ditentukan oleh dua hal yaitu :4
 Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
 Berpartisipasinya unsur-unsur non-Arab (terutama bangsa Persia) dalam pembinaan
peradaban Islam yang mendatangkan kemajuan dalam banyak bidang.
 Kebijaksanaan Dinasti Bani Abbasiyah yang lebih berorientasi kepada pembangunan
peradaban dari pada perluasan wilayah kekuasaan.
2. Fase Kedua (Masa Pengaruh Turki, 847-945 M).
Fase ini diawali ketika al-Mutawakkil menjadi Khalifah Abbasiyah sampai al-Mukhtaqi. Ia
dan para Khalifah penggantinya sangat lemah sehingga orang-orang Turki yang sebelumnya
berada dalam unsur militer pada masa Khalifah al-Mu’tasim dapat mengambil alih kekuasaan.
Masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki. Orang-orang Turki memegang jabatan
penting dalam pemerintahan, mereka mengangkat sesuai dengan kehendak mereka. Walaupun
kemajuan intelektual dan kebudayaan terus berjalan, secara politik kekuasaan Abbasiyah
bertambah buruk.5
Faktor-faktor penyebab kemunduran Daulat Bani Abbasiyah pada periode ini adalah :
 Para khalifah tidak memiliki kekuatan dan kewibawaan.

4 Faisal Ismai, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M), (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017) hlm. 123

5 Ali Sodikin, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2009) hlm. 65
 Luasnya daerah kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komukasinya lambat.
 Ketergantungan terhadap militer sangat tinggi.
 Kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar.
 Mulculnya beberapa pemberontakan.
3. Fase Ketiga (Masa di Bawah Kekuasaan Bani Buwaihi, 945-1055 M)
Pada periode ini Dinasti Bani Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Dinasti Buwaihi.
Keadaannya lebih buruk dibanding periode sebelumnya, terutama karena Dinasti Buwaihi
menganut aliran Syiah. Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
Pada periode ini pusat pemerintahan Islam tidak lagi di Baghdad, tetapi telah dipindahkan ke
Syiraz, tempat Ali bin Buwaihi berkuasa. Meskipun begitu, ilmu pengetahuan terus mengalami
kemajuan pesat, dengan munculnya para pemikir besar. Selain itu bidang ekonomi, pertanian, dan
perdagangan juga mengalami kemajuan.6

4. Fase Keempat (Masa di Bawah Kekuasaan Bani Seljuk, 1055-1199 M)


Periode ini ditandai olek kekuasaan Bani Saljuk yang berhasil melumpuhkan Bani Buwaihi
atas permintaan Khalifah Abbasiyah. Keadaan Khalifah juga membaik karena kewibawaannya
dalam bidang agama kembali setelah beberapa lama dikuasai oleh orang-orang Syiah. Kekuasaan
Saljuk kemudian melemah setelah adanya konflik-konflik internal, sementara kekuasaan Khalifah
mulai kuat kembali, terutama di dalam negeri Irak.
5. Fase Kelima (Masa Kekuasaan Bani Abbasiyah Bebas dari Pengaruh
Apapun, 1199-1258)
Pada periode ini Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan Bani tertentu. Mereka
merdeka dan berkuasa di Baghdad. Sempitnya kekuasaan wilayah Abbasiyah ini menunjukkan
kelemahan politiknya. Pada masa-masa inilah datang tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu
Khan yang menghancurkan kekuasaan Abbasiyah tanpa perlawanan berarti.7
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas saya dapat menyimpulkan melalui tabel di bawah yakni
sebagai berikut:
Tabel Periodesasi Pemerintah Abbasiyah
NO Ensiklopedi Tematis Ahmad Usairy Badri Yatim
6 Tim Guru MGPK Provinsi Jawa Timur, Buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII, (Mojoketo: CV Mutiara Ilmu)
hlm. 123

7 Ali Sodikin, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2009) hlm. 78
1. Periode Awal (750-847) Periode Pertama, sejak tahun Periode Pengaruh Persia
132-247 H/ 749-861 M) Pertama
2. Periode Lanjutan (847- Periode II, mulai tahun 247- Pengaruh Turki Pertama
945) 656 H/861-1258 M)
3. Periode Buwaihi (945- Pengaruh Persia Kedua
1055)
4. Periode Seljuk (1055- Pengaruh Turki Kedua
1258)
Bebas dari dinasti lain

Pada dasarnya tidak ada perbedaan mendasar dalam pembagian tahapan pemerintahan
Abbasiyah di atas, namun hanya didasarkan pada perbedaan sudut pandang yang di pakai.
Periodesasi di atas mengambarkan situasi politik Abbasiyah, dimana terdapat 2 unsur luar yang
mempengaruhinya, yaitu Persia dan Turki. Keduanya mendominasi kekuasaan masa Abbasiyah.8
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar Istianah. 2008. Sejarah Peradaban Islam Untuk Perguruan Tinggi Islam dan Umum.
Malang: UIN-Malang Press.

Ali Sodikin. 2009. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:
LESFI.

Bojena Gajane Stryzewska. 1995. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al-Maktab Al-Tijari.

Effat Al-Sharqawi. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.

Faisal Ismai. 2017. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M).
Yogyakarta: IRCiSoD.

Tim Guru MGPK Provinsi Jawa Timur, Buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII.
Mojoketo: CV Mutiara Ilmu.

8 Abubakar Istianah, Sejarah Peradaban Islam Untuk Perguruan Tinggi Islam dan Umum, (Malang: UIN-Malang
Press, 2008) hlm. 24
Yatim Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

You might also like