You are on page 1of 19

UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin

FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051


PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

1 Ѱp :
0,601cm3
Ѱw1:
0,750cm3

dl =3,1cm; di = 2,9cm; ds = 1,4cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,601 cm3 (elongate) dan 0,750 cm3
(equent)

2 Ѱp :
0,754cm3
Ѱw1:
0,743 cm3

dl =4,1cm; di = 3cm; ds = 2,3cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,754 cm3 (equent) dan 0,743 cm3
(equent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

3 Ѱp :
0,847 cm3
Ѱw1:
0,846 cm3

dl =3,9 cm; di = 3,3cm; ds = 2,8cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,847cm3 (Very equent) dan 0,846cm3
( very equent)

4 Ѱp :
0,794 cm3
Ѱw1:
0,736cm3

dl = 4,1cm; di = 2,8cm; ds = 2,4cm


Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,794 cm3 (Very equant) dan 0,736
cm3 (Very equent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

5 Ѱp :
0,616 cm3
Ѱw1:
0,695cm3

dl = 2,8cm; di = 2,2cm; ds = 1,2cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,616 cm3 (elongate) dan 0,695 cm3
(Intermediate shape)

6 Ѱp :
0,610 cm3
Ѱw1:
0,679 cm3

dl =4,1cm; di = 3,1cm; ds = 1,7cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,610 cm3 (elongate) dan 0,679 cm3
(intermediate shape)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

7 Ѱp :
0,557 cm3
Ѱw1:
0,643 cm3

dl =3,9cm; di = 2,9cm; ds = 1,4cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,557 cm3 (Very elongate) dan 0,643
cm3 (subelongate)

8 Ѱp :
0,687 cm3
Ѱw1:
0,709 cm3

dl = 4,1cm; di = 3cm; ds = 2cm

Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range


perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,687 cm3 (intermediate shape) dan
0,709 cm3 (subequent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

9 Ѱp :
0,603 cm3
Ѱw1:
0,686 cm3

dl = 4,1cm; di = 3,2cm; ds = 1,7cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,603 cm3 (elongate) dan 0,686 cm3
(intermediate shape)

10 Ѱp :
0,473cm3
Ѱw1:
0,634 cm3

dl = 4cm; di = 3,4cm; ds = 1,2cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,473 cm3 (very elongate) dan 0,634
cm3 (subelongate)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

11 Ѱp :
0,556 cm3
Ѱw1:
0,618 cm3

dl =3,2cm; di = 2,2cm; ds = 1,1cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,556 cm3 (very elongate) dan 0,618
cm3 (elongate)

12 Ѱp :
0,707 cm3
Ѱw1:
0,706 cm3

dl =3,4cm; di = 2,4cm; ds = 1,7cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,707 cm3 (subequent) dan 0,706 cm3
(subequent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity
:
13 Ѱp :
0,672cm3
Ѱw1:
0,743 cm3

dl = 2,8cm; di = 2,3cm; ds = 1,6cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,672 cm3 (intermediate shape) dan
0743 cm3 (equent)

14 Ѱp :
0,657cm3
Ѱw1:
0,709 cm3

dl =3cm; di = 2,3cm; ds = 1,4cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,657 cm3 (sub elongate) dan 0,709
cm3 (subequent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

15 Ѱp :
0,807 cm3
Ѱw1:
0,860 cm3

dl = 3,6cm; di = 3,3cm; ds = 2,5cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,807 cm3 (very equent) dan 0,860
cm3 (very equant)

16 Ѱp :
0,667 cm3
Ѱw1:
0,720 cm3

dl = 2,7cm; di = 2,1cm; ds = 1,3cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,667 cm3 (intermediate shape) dan
0,720 cm3 (equant)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

17 Ѱp :
0,678 cm3
Ѱw1:
0,625 cm3

dl = 3,3cm; di = 1,9cm; ds = 1,4cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,678 cm3 (intermediate shape) dan
0,620 cm3 (elongate)

18 Ѱp :
0,704cm3
Ѱw1:
0,690 cm3

dl = 3,7cm; di = 2,5cm; ds = 1,8cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,704 cm3 (sub equent) dan 0,690 cm3
(intermediate shape)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

19 Ѱp :
0,720 cm3
Ѱw1:
0,777 cm3

dl = 2,5cm; di = 2,1cm; ds = 1,4cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,720 cm3 (subequent) dan 0,777 cm3
(very equent)

20 Ѱp :
0,798cm3
Ѱw1:
0,788 cm3

dl = 2,7cm; di = 2,1cm; ds = 1,7cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,798cm3 (very equent) dan 0,788 cm3
(very equent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

21 Ѱp :
0,667 cm3
Ѱw1:
0,699 cm3

dl = 3cm; di = 2,2cm; ds = 1,4cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,667 cm3 (sub elongate) dan 0,699
cm3 (intermediate shape)

22 Ѱp :
0,599 cm3
Ѱw1:
0,575cm3

dl = 2,9cm; di = 1,6cm; ds = 1cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,599 cm3 (very elongate) dan 0,575
cm3 (very elongate)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity
:
23 Ѱp :
0,785 cm3
Ѱw1:
0,779 cm3

dl = 3,1cm; di = 2,4cm; ds = 1,9cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,785 cm3 (very equent) dan 0,779
cm3 (very equent)

24 Ѱp :
0,772cm3
Ѱw1:
0,804cm3

dl = 3,7cm; di = 3,1cm; ds = 2,3cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,772 cm3 (very equent) dan 0,804
cm3 (very equent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

25 Ѱp :
0,751cm3
Ѱw1:
0,711 cm3

dl = 4,3cm; di = 2,9cm; ds = 2,3cm

Kesimpulan :
Dengan menggunakan klasifikasi sphericity menurut folk (1968) diperoleh range
perhitungan Ѱp dan Ѱw1 masing-masing 0,751 cm3 (equent) dan 0,711 cm3
(equent)
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Edwin
FAKULTAS TEKNIK Nim : F 121 14 051
PRODI S1 TEKNIK GEOLOGI
Acara : Spehricity

I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui ukuran suatu butir
mendekati bentuk bola atausphericity.

II. Alat dan Bahan


- Pensil
- Penghapus
- Spidol
- Mistar
- Millimeter blok

III. Langkah kerja


Penentuan sphericity Butiran
- Gunakan data 25 fragmen dari batuan konglomerat
- Lakukan sketsa masing – masing fragmen untuk menunjukan
kenampakan tiga dimensi
- Lakukan pengamatan dengan menentukan sumbu panjang, sumbu
pendek, dan sumbu menengah dari sketsa krikil tersebut.
- Hitung panjang masing masing sumbu
- Lalu hitung nila sphericity dengan menggunakan rumus yang telah
ditentukan.
IV. Teori Dasar
Sphericity (ψ) didefinisikan secara sederhana sebagai ukuran bagaimana
suatu butiran mendekati bentuk bola. Dengan demikian, semakin butiran
berbentuk menyerupai bola maka mempunyai nilai sphericity yang
semakin tinggi. Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang sebenarnya
(true sphericity) sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas
permukaan sebuah bola yang keduanya mempunyai volume sama. Namun
demikian, Lewis & McConchie (1994) mengatakan bahwa rumusan ini
sangat sulit untuk dipraktekkan. sebagai pendekatan, perbandingan luas
permukaan tersebut dianggap sebanding dengan perbandingan volume,
sehingga rumus sphericity menurut Wadell (1932) adalah

Dimana Vp: volume butiran yang diukur dan Vcs: volume terkecil suatu bola
yang melingkupi partikel tersebut (circumscribing sphere). Krumbein (1941)
kemudian menyempurnakan persamaan tersebut dengan memberikan nilai
volume bola dengan π/6D3, dimana D adalah diameter bola. Dengan
menggunakan asumsi bahwa butiran secara tiga dimensi dapat diukur panjang
sumbu-sumbunya, maka diameter butiran dijabarkan dalam bentuk DL, DI,
dan DS, dimana L, I, S menunjukkan sumbu panjang, menengah, dan pendek.
Setelah memasukkan niali pada perhitungan Wadell, maka sphericity dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Rumusyang diajukan Krumbein (1941) ini disebut dengan intercept


sphericity (ψ1) yang dapat dihitung dengan mengukur sumbu-sumbu panjang,
menengah dan pendek suatu partikel dan memasukkan pada rumus tersebut.
Sneed & Folk (1958) menganggap bahwa intercept sphericity tidak dapat
secara tepat menggambarkan perilaku butiran ketika diendapkan. Butiran yang
dapat diproyeksikan secara maksimum mestinya diendapkan lebih cepat,
misalnya bentuk prolate seharusnya lebih cepat mengendap dibandingkan
oblate, tetapi dengan rumus W, justru didapatkan nilai yang terbalik. Untuk itu
mereka mengusulkan rumusan tersendiri pada sphericity yang dikenal dengan
maximumprojection sphericity (Vp) atau sphericity proyeksi maksimum.
Secara matematis Wp dirumuskan sebagai perbandingan antara area proyeksi
maksimum bola dengan proyeksi maksimum partikel yang mempunyai volume
sama, atau secara ringkas dapat ditulis dengan:

Dalam hal ini L, I dan S adalah sumbu-sumbu panjang, menengah clan pendek
sebagaimana dalam rumus Krumbein (1941). Menurut Boggs (1987), pada
prinsipnya rumus yang diajukan oleh Sneed & Folk (1958) ini tidak lebih valid
dibandingkan dengan intercept sphericity, terutama kalau diaplikasikan pada
sedimen yang diendapkan oleh aliran gravitasi dan es. Dengan tanpa
mempertimbangkan bagaimana sphericity dihitung, Boggs (1987) menyatakan
bahwa hasil perhitungan sphericity yang sama terkadang dapat diperoleh pada
semua bentuk butir. Partikel dengan bentuk yang berbeda bisa mempunyai
nilai sphericity yang sama. Untuk mendefinisikan sphericity dari hitungan
matematis, Folk (1968) mengelaskan sphericity dalam 7 kelas sebagaimana
ditunjukkan dalam Tabel II.2.

Bentuk butir ukuran kerakal atau yang lebih besar dipengaruhi oleh bentuk
asalnya dari batuan cumber, namun demikian butiran dengan ukuran ini akan
lebih banyak mengalami perubahan bentuk karena abrasi dan pemecahan
selama transportasi dibandingkan dengan butiran yang berukuran pasir. Untuk
butiran sedimen yang berukuran pasir atau lebih kecil, bentuk butir juga lebih
banyak dipengaruhi oleh bentuk asal mineralnya.
Pada prakteknya, analisis bentuk butir pada sedimen yang berukuran pasir
biasanya dilakukan pada mineral kuarsa. Hal ini disebabkan sifat mineral
kuarsa yang keras, tahan terhadap pelapukan, clan jumlahnya yang melimpah
pada batuan sedimen. Namun demikian, untuk membuat perbandingan bentuk
butiran setelah mengalami transportasi, pengamatan bentuk butir pada mineral
lain maupun fragmen batuan (lithic) boleh juga dilakukan.

Bentuk butir akan berpengaruh pads kecepatan pengendapan (settling


velocity). Secara umum batuan yang bentuknya tidak spheris (tidak
menyerupai bola) mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih rendah.
Dengan demikian bentuk butir akan mempengaruhi tingkat transportasinya
pads sistem suspensi (Boggs, 1987). Butiran yang tidak spheris cenderung
tertahan iebih lama pads media suspensi dibandingkan yang spheris. Bentuk
jugs berpengaruh pads transportasi sedimen secara bedlood (traksi).

Secara umum butiran yang spheris clan prolate lebih mudah tertransport
dibandingKan bentuk blade clandisc(oblate).Lebih jauh analisis sedimen
berdasarkan butiran saja sulit untuk dilakukan. Sebagai contoh, Boggs (1987)
menyatakan bahwa dari pengamatan bentuk butir saja tidak aapat digunakan
untuk menafsirkan suatu lingkungan pengendapan.
V. Tabel Perhitungan

No
DL Di Ds Ds² Dl² Dl/Di Ds.Di
Sampel

1 3,1 2,9 1,4 1,96 9,61 0,93548 4,06 0,6019 0,75036


2 4,1 3 2,3 5,29 16,81 0,73171 6,9 0,7548 0,74318
3 3,9 3,3 2,8 7,84 15,21 0,84615 9,24 0,8477 0,84693
4 4,1 2,8 2,4 5,76 16,81 0,68293 6,72 0,7946 0,73666
5 2,8 2,2 1,2 1,44 7,84 0,78571 2,64 0,616 0,69571
6 4,1 3,1 1,7 2,89 16,81 0,7561 5,27 0,6104 0,67933
7 3,9 2,9 1,4 1,96 15,21 0,74359 4,06 0,5575 0,64387
8 4,1 3 2 4 16,81 0,73171 6 0,6877 0,70935
9 4,1 3,2 1,7 2,89 16,81 0,78049 5,44 0,6039 0,68656
10 4 3,4 1,2 1,44 16 0,85 4,08 0,4731 0,63413
11 3,2 2,2 1,1 1,21 10,24 0,6875 2,42 0,556 0,61826
12 3,4 2,4 1,7 2,89 11,56 0,70588 4,08 0,7075 0,7067
13 2,8 2,3 1,4 1,96 7,84 0,82143 3,22 0,6727 0,74333
14 3 2,3 1,4 1,96 9 0,76667 3,22 0,6574 0,70991
15 3,6 3,3 2,5 6,25 12,96 0,91667 8,25 0,8073 0,86023
16 2,7 2,1 1,3 1,69 7,29 0,77778 2,73 0,668 0,72079
17 3,3 1,9 1,4 1,96 10,89 0,57576 2,66 0,6787 0,6251
18 3,7 2,5 1,8 3,24 13,69 0,67568 4,5 0,7049 0,69014
19 2,5 2,1 1,4 1,96 6,25 0,84 2,94 0,7201 0,77772
20 2,7 2,1 1,7 2,89 7,29 0,77778 3,57 0,7988 0,78822
21 3 2,2 1,4 1,96 9 0,73333 3,08 0,6672 0,69947
22 2,9 1,6 1 1 8,41 0,55172 1,6 0,5996 0,57514
23 3,1 2,4 1,9 3,61 9,61 0,77419 4,56 0,7858 0,77997
24 3,7 3,1 2,3 5,29 13,69 0,83784 7,13 0,7726 0,80457
25 4,3 2,9 2,3 5,29 18,49 0,67442 6,67 0,7514 0,71186
VI. Hubungan antar Sphericity dengan Mekanisme Transportasi
Salah satu variabel yang mengontrol sphericity adalah bentuk asal dari
butiran tersebut. Selama proses transportai ukuran butir dari partikel
– partikel mengecil dan bentuk permukaannya termodifikasi dengan
dikontrol oleh bentuk asal dan kekuatan dari abrasi arus yang
mengangkutnya.

Proses transportasi ini berlangsung secara memilih, yaitu


pengelompokan partikel – partikel berdasarkan ukuran dan bentuk butirnya.
Material yang memiliki massa yang besar cenderung tertransportasi secara
bedload sedangkan yang ringan tertransportasi secara suspense (melayang).
Material yang nonsperikal cenderung lebih lama berada dalam cairan dari
pada material yang lebih sperikal.

Secara umum batuan yang bentuknya tidak spheris (tidak menyerupai


bola) mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih rendah. Dengan
demikian bentuk butir akan mempengaruhi tingkat transportasinya pada
sistem suspense (Boggs, 1987). Butiran yang tidak spheris cenderung
tertahan lebih lama pada media suspensi dibandingkan yang spheris. Bentuk
juga berpengaruh pads transportasi sedimen secara bedlood (traksi). Secara
umum butiran yang spheris clan prolate lebih mudah tertransport
dibandingkan bentuk blade dan disc (oblate).

You might also like