You are on page 1of 1

 Perdebatan seputar RUU Penyiaran bertumpu pada Sistem Single atau Multi Mux, yang

masing-masing memiliki argumennya masing-masing :

1. Penganut argumen single mux, meyakini bahwa penguasaan frekuensi harus


ditangan negara, karena sebagaimana sumber kekayaan negara lainnya , frekuensi
bersifat strategis berkaitan dengan kehidupan orang banyak. Dalam konteks
penyiaran maka ini berkaitan dengan konten penyiaran yang harus tetap
mempertahankan nilai-nilai Ideologi, budaya, serta adat istiadat yang ada di
Indonesia. Seperti nya telihat remeh, namun mengingat infiltrasi budaya, kemajuan
teknologi informasi , maka penganut argumen single mux berpedoman penguasaan
dan pembagian frekuensi tetap dan harus berada ditangan negara. Terdapat hal-hal
yang juga dikhawatirkan oleh penganut argumen single mux ;

a. Penguasaan /monopoli penyiaran oleh konglomerasi media tertentu.


b. Penguasaan media oleh asing.

2. Penganut argument multi mux, meyakini bahwa penguasaan frekuensi sepanjang


memenuhi peraturan/ perundang-undangan yang berlaku , maka hal tersebut
dimungkinkan. Para penganut argumen ini juga melihat jika penggunaan frekuensi
tetap dapat diawasi oleh pemerintah dan masyarakat, maka kehadiran RUU
Penyiaran justru diharapkan mampu mengatur secara adil pengaturan/pembagian
frekuensi antara pemerintah dan swasta.

3. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam ‘pertarungan’ RUU Penyiaran terdapat
sinyalemen bahwa kepentingan untuk mempertahankan single mux adalah untuk
mempertahankan sekaligus memperkuat kembali Lembaga Penyiaran Publik , TVRI
dan RRI yang selama ini terkesan ‘hidup segan mati tak mau’.

4. Secara Umum ‘Kubu KOMISI I DPR-RI’ meski tidak bulat , menginginkan single mux,
sementara manakala terjadi harmonisasi di Badan Legislasi DPR-RI, yang seharusnya
tidak menyentuh substansi single atau multi mux, terjadi pula perdebatan single
atau multi mux, nampaknya ketidak bulatan suara di KOMISI I, coba ditarik dalam
forum rapat panja harmonisasi RUU Penyiaran. Namun implikasinya hingga hari ini
proses harmonisasi RUU Penyiaran di Baleg pun terkatung-katung , yang berujung
pada terkatung-katungnya pembahasan RUU Penyiaran di KOMISI I.

5. Secara pengelompokan terjadi dua kubu. Kubu single mux : Faksi KOMISI I DPR-RI,
dan Kubu multi mux : ATVSI -Asosiasi Televisi Swasta Indonesia, terdapat hal yang
unik juga Faksi KOMISI I nampaknya sepakat single mux , tetapi Fraksi-Fraksi sebagai
penentu sikap anggota-anggota masih sangat cair.

You might also like