You are on page 1of 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA AMAMI II

Dosen Pembimbing:
H.Haitami, S.Si,M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok1.2

Adinda Putri Damayanti P07134116214


Alma Suphia Devi P07134116216
Aulia Hasbi P07134116219
Dewi Ratih Afriyanti P07134116227
Helma Meilestiana P07134116237

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS KESEHATAN
2018
PERCOBAAN I
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT

TANGGAL : Senin, 19 Maret 2018

METODE : Luff Schoorl.

TUJUAN : Menetapkan kadar karbohidrat dalam sampel makanan.

PRINSIP :Gugus aldehid dari glukosa dioksidasi oleh cuprooksida


menjadi gugus karbonil. Kelebihan cuprooksida ditetapkan
dengan iodometri.

DASAR TEORI:
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi.

Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa

yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti

Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa,

fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai

kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula

ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip

analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan untuk

mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat

mereduksinya.

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui

penetapan kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula reduksi dengan

metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi


dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula

reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-

Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama

penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida

yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod

dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui

bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila larutan

berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih

banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel yang

menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula

reduksi (Khopkar, 1999).


ALAT :

 beaker glass
 pipet volume

 labu iod
 corong

 labu ukur
 lampu spiritus

 buret
 kaki tiga

 statip
 neraca

 pipet tetes

BAHAN : sampel mie ABC rebus, KI 10%, HCl 4N, Na tiosulfat 0,1 N,

KbrO3 0,1 N, amilum 1 % NaOH 30%, As. Sulfat 4N, Luff

Schoorl

SAMPEL : Mie ABC

Cara Kerja :

A. penetapan kadar

1. dimasak 5 gr sampel dengan 100 ml HCl 4Nsampai hancur

2. didinginkan, masukan kedalam labu ukur 250 ml, add sampai tanda

batas, saring seperlunya


3. dipipet 10,0 ml saringan, di masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,

ditambahkan indikator ppt 3 tetes, dinetralkan dengan NaOH 30%

sampai warna merah muda di add dengan aquades sampai tanda

batas

4. dipipet 10,0 ml sampel tersebut ke dalamlabu iod

5. ditambahkan 15,0 ml aquades dan 25,0 ml luff schoorl

6. dipanaskan diatas lampu spiritus mendidih 10 menit

7. didinginkan, lalu ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml as. Sulfat

4N, kemudian ditutup

8. dititrasi dengan na. Tiosulfat 0,1 N sampai kuning jerami

9. ditambahkan 1 ml amilum 1%, dititrasi kembali sampai warna biru

tepat hilang, catat volume titrasi

10. dilakukan titrasi blanko dengan 25,0 ml aquades dan 25,0 luff

schoorl, kerjakan seperti sampel

B. standarisasi

1. dipipet 5,0 ml kalium bromat 0,1 N kedalam labu iod, tambahkan

aquadest ± 50 ml

2. ditambah 2,5 as. Sulfat 4N dan 5 ml KI 10%, ditutup


3. dititrasi dengan na. Tiosulfat 0,1 N sampai kuning jerami, tambahkan

1 ml amilum 1%

4. dititrasi kembali sampai warna biru tepat hilang, catat volume titrasi
DATA

Baku Primer : KBrO3

B = 0, 6974 gram

V = 250,0 ml = 0,2500 l

BM = 167,07 g/mol

1 1
BE = BM = 167,07=27,85
6 6

Baku Sekunder : Na2S2O3

V titrasi Standarisasi = 4,9 ml

V titrasi Penetapan = 15,6 ml

V titrasi Blanko = 17,0 ml

PERHITUNGAN

1. Normalitas Baku Primer KBrO3


Diketahui:
B = 0, 6974 gram
V = 250,0 ml = 0,2500 l
BE = 27,85
B
N KBrO3 ¿
BE ×V
0,6974 g
¿
g
27,85 × 0,25 l
ek
0,6974
¿ N
6,9625
¿ 0,1001 N

2. Normalitas Baku Sekunder Na2S2O3


Diketahui:
V1 = 5,0 ml
N1 = 0,1002 N
V2 = 4,0 ml
V 1 × N1
N2 =
V2
5,0 ml × 0,1001 N
¿
4,9 ml
0,5005
¿ N
4,9
¿ 0,1021 N

3. Faktor
Diketahui:
Ndicari = 0,1021 N
Nsesungguhnya = 0,1 N
N dicari
Faktor ¿
N sesunggu h nya
0,1021 N
¿
0,1
¿ 1,021
4. ml tio
Diketahui:
V titrasiblanko = 17,0 ml
V titrasi penetapan = 15,6 ml
Faktor = 1,021
mltio ¿ ( V titrasi blanko−V titrasi Penetapan ) × faktor
¿ ( 17,0 ml−15,6 ml ) ×1,021
¿ 1,4 ml ×1,021
¿ 1,4294 ml
5. Berat Gula (mg)
Diketahui:
mltio = 1,4294 ml (terletak di antara 1 dan 2)
mg gula = 1 ml + 0,4294 ml
¿ 2,4 mg+0,4294 ml × ( 4,8−2,4 )
¿ 2,4 mg+0,4294 ml × 2,4

¿ 2,4 mg+1,03056 mg

¿ 3,43056 mg

6. Pengenceran Sampel
250,0 ml
I. =25
10,0 ml
100,0 ml
II. =10
10,0 ml

Pengenceram=25 ×10=250

7. Kadar Gula
Diketahui:
mg Gula = 3,43056 mg
mg Sampel = 5040 mg
Pengenceran = 250
mg gula
Kadar Gula ¿ × pengenceran×100
mg sampel
3,43056 mg
¿ × 250 ×100
5040 mg
¿ 17,0167

8. Kadar Karbohidrat
Diketahui:
Kadar Gula = 17,0167%
Faktor konversi = 0,90
Kadar Karbohidrat ¿ Kadar Gula × faktor konversi
¿ 17,0167 ×0,90
¿ 15,315%

HASIL

Normalitas KBrO3 (Baku Primer) = 0,1001 N

Normalitas Na2S2O3 (Baku Sekunder) = 0,1021 N

Kadar Gula = 17,0167%

Kadar Karbohidrat = 15,315%


LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG
DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air

yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)

*Nilai median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) orang Indonesia dengan
status gizi normal berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2010.
Angka ini dicantumkan agar AKG dapat disesuaikan dengan kondisi berat dan
tinggi badan kelompok yang bersangkutan.
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui

penetapan kadar gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl. Yang ditentukan

bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprooksida

dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi dengan

sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupakan

kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara

Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan

membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi

menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka

diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi

putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan

setelah disesuaikan dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-

Thiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Khopkar, 1999).

Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat

sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam,

yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat

sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida,

polimer.Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode

Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan

cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu 2O.

Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I 2. I2

yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip

metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I 2
yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri

adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.

Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang

bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat

zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya

dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan

larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang

tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan

indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.

Dalam praktikum ini, analisis karbohidrat dilakukan secara kuantitatif

Penentuan kadar karbohidrat secara kuantitatif dilakukan melalui metode Luff-

Schoorl dengan prinsip dasarnya adalah hidrolisis karbohidrat dalam sampel Mie

ABC menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu₂⁺ menjadi Cu⁺. Dalam

pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus

diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan

menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi

reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2. Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu

basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena

pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I 2 yang

terbentuk dengan air (hidrolisis).

Setelah serangkaian tahap hingga penetralan dengan NaOH 30%, sampel

dimasukan dalam labu iod 10 mL dan ditambahkan 15,0 mL aquadest, kemudian

ditambahkan larutan luff schoorl sebanyak 25,0 mL. Kemudian panaskan

mendidih selama 10 menit. Larutan luff schoorl akan bereaksi dengan sampel
yang mengandung gula pereduksi.Campuran tersebut ditambahkan batu didih

untuk mencegah terjadinya letupan (bumping). Proses pemanasan, diusahakan

larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan mendidih selama 10 menit, hal

ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi

dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan seluruh

Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi

maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3 menit.

Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam bak yang berisi air bersuhu

rendah agar pendinginan berlangsung cepat. Setelah campuran dingin kemudian

ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO44N sebanyak 25 ml perlahan-

lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara

kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan

KI.Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi

coklat. Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan

Natrium thio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N. Titrasi cepat dilakukan untuk menghindari

penguapan KI. Indikator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan

indikator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir, hal ini

dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat

membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat

tajam.

Untuk konsumsi karbohidrat perhari, Panduan Diet Dokter Amerika

menganjurkan memenuhi 45-65% kebutuhan kalori dari karbohidrat. Jika tubuh

membutuhkan kalori 200 kal/hari, itu artinya setiap hari tubuh membutuhkan 900-

1300 kalori dalam karbohidrat. Itu setara dengan 225-325 gram karbohidrat/hari.
Dalam sampel Mie ABC yang di periksa, jumlah karbohidrat yang terkandung

sebesar 15,315 %, kadar tersebut sangat rendah dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan karbohidrat perhari. Selain itu, jumlah kerbohidrat yang rendah

tersebut berarti juga dibarengi dengan tingginya MSG ,cenderung rendah kalori,

serat, protein, mengandung tinggi lemak dan sodium. Meskipun dikonsumsi

berulang Mie tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi, karena jika dilihat dari proses

pengolahannya yang panjang, kualitas karbohidrat yang terkandung sangat

rendah.
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal,

yaitu :

 Berdasarkan uji yang telah dilakukan, dapat diketahui kadar karbohidrat

yang terkandung dalam sampel Mie ABD sebanyak 15,315 %.

 Kadar karbohidrat dalam mie ABC sangat rendah, sehingga tidak dapat

memenuhi angka kecukupan gizi untuk sumber karbohidrat perhari.

 Dari berbagai perlakuan terhadap sampel Mie ABC yang kami analisa

dalam uji analisa kuantitaif Luff Schoorl, didapat data yang sesuai dengan

teori. Hal ini menandakan proses analisa yang kelompok kami lakukan

tidak menyimpang atau bertentangan dengan teori.

 Penentuan kadar karbohidrat dengan metode luff schrool dilakukan dengan

menghidrolisis sample menjadi monosakarida yang dapat mereduksi

oksida pada luff yaitu Cu2+ menjadi Cu+.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, A. 1999.Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: Graha Utama


Hartati. 2002. Analisis Kadar Pati dan Serat. Yogyakarta: Kanisius Swantara

Purnama, Indah. 2013. Analisa Karbohidrat (Glukosa Metode Luff Schrool). w


ww. Indhpsari.blogspot.co.id. Diakses pada 29 Maret 2018

Tim Dosen Kimia Amami. 2018. Modul Praktikum Analisa Makanan Dan
Minuman. Banjarbaru: Poltekkes Banjarmasin

Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

You might also like