You are on page 1of 7

ACARA III

MENAKSIR KERAPATAN CACING TANAH (OLIGOCHAETA DENGAN


METODE KUADRAT)

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Untuk mengetahui kerapatan cacing tanah
(Oligochaeta).
2. Hari/tanggal praktikum : Senin, 26 Maret 2018
3. Tempat praktikum : Kebun Biologi FKIP, Universitas Mataram.
Lembaga Penjamin Mutu, Universitas Mataram.

B. Landasan Teori

Salah satu indikator kesuburan tanah adalah cacing tanah Kartasapoetra dkk.,
1991 (dalam Luthfiyah, 2014). Keberadaan Cacing tanah dapat dijadikan sebagai
bioindikator produktivitas dalam kesinambungan fungsi tanah. Cacing tanah
merupakan salah satu fauna tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan
kesuburan tanah dengan menghancurkan secara fisik bahan organik menjadi humus,
menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, dan
membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah
Barnes, 1997 (dalam Luthfiyah, 2014). Cacing tanah mampu meningkatkan stabilitas
kelembaban dan suhu pada horizon tanah permukaan yang berperan penting dalam
upaya perbaikan lahan Emmerling & Paulsch, 2001 ( dalam Oktavia, 2015). Cacing
tanah dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas tanah, yaitu dengan menghitung
kerapatan populasinya pada tanah yang menjadi habitatnya (Yulianti, 2015).
Densitas atau kerapatan. Densitas atau kerapatan merupakan jumlah individu per
unit area (luas) atau per unit volume. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang
menunjukkan banyaknya suatu jenis tiap satuan luas. Semakin besar kerapatan jenis,
semakin banyak individu jenis tersebut persatuan luas (Indriyanto, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah dihabitat alami
adalah suhu, kelembaban, keasaman tanah (pH), dan ketersediaan bahan organic
(Rukmana, 1999). Aktivitas, metabolisme, respirasi serta reproduksi cacing tanah
dipengaruhi oleh temperatur tanah. Temperatur yang optimum di daerah sedang untuk
produksi cacing tanah adalah 16 oC, sedangkan temperatur yang optimal untuk untuk
pertumbuhan cacing tanah adalah 10-20 oC. Di daerah tropika, temperatur tanah yang
ideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon berkisar antara 15-25 oC.
Temperatur tanah di atas 25oC masih cocok untuk cacing tanah tetapi harus diimbangi
dengan kelembaban yang memadai (Handayanto, 2009).
Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%- 50%, namun
kelembaban optimumnya adalah antara 42-60%. Kelembaban tanah yang terlalu tinggi
atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati
(Rukmana, 1999). Tingkat keasaman tanah (pH) menentukan besarnya populasi cacing
tanah. Cacing tanah dapat berkembang dengan baik dengan pH netral, atau agak sedikit
basah, pH yang ideal adalah antara 6-7,2. Pada tanah-tanah hutan yang asam,
keberadaan cacing tanah digantikan oleh Enchytraeid yaitu cacing berukuran kecil
yang hanya berfungsi sebagai penghancur seresah. Enchytraid adalah oligochaeta yang
paling kecil berkisar antara 1 mm sampai beberapa sentimeter saja (Handayanto,
2009),

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat tulis
b. Cepang/linggis/cangkul
c. Thermohigrometer
d. Lux meter
2. Bahan
a. Cacing Tanah (Oligochaeta)

D. Langkah Kerja
Cara kerja dalam praktikum Menaksir Kerapatan Cacing Tanah (Oligochaeta) yaitu
dengan metode kuadran. Adapun langkah-langkah percobaan ini meliputi, menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. Kemudian membuat kuadrat
sebesar 30x30 meter (p x l). Menggali atau membuat lubang didalam kuadrat tersebut
sedalam 20 meter (t) dengan bantuan cepang atau linggis. Mengukur suhu dan
kelembaban tanah menggunakan thermohigrometer. Mencatat hasil pengukuran pada
lembar kerja. Selanjutnya, menghitung jumlah cacing tanah (Oligochaeta) yang
ditemukan dalam lubang yang telah dibuat. Lalu, mencatat hasil pengamatan pada
lembar kerja.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1.1 hasil pengamatan cacing

Kerapatan Faktor Lingkungan


No Lokasi Cacing Kelembaban pH
Suhu ( ◦C )
(Individu/ m3) (%)
Kebun 6,6
1 240.8 27 65
Biologi
2 LPM 435.1 28, 7 86 6,3

2. Pembahasan
Praktikum tentang Menaksir Kerapatan Cacing Tanah (Oligochaeta dengan
Metode Kuadrat) bertujuan untuk mengetahui kerapatan cacing tanah (Oligochaeta).
Kerapatan jumlah cacing dapat terlihat pada tiap stasiun untuk pengamatan ini. Lokasi
pengamatan dipilih secara acak dari berbagai lokasi dengan bermacam – macam kondisi
tentunya. Penentuan lokasi penggalian untuk tiap lubang dipilih secara acak pada lokasi
yang memiliki naungan (dibawah pohon) sehingga kondisi tanah tetap terjaga
kelembabannya. Pembuatan lubang untuk masing lokasi penggalian lubang pengamatan
dibuat dengan ukuran yang sama yakni dengan luas lubang penggalian adalah p x l x t)
(30 x30 x 20) cm.
Hasil analisis data menunjukkan tingkat kerapatan cacing yang berbeda untuk tiap
lubang galian. Pengukuran parameter fisik dijadikan indikator tingkat kerapatan cacing
tiap lubangnya, dimana pada stasiun I yakni Kebun Biologi FKIP Unram suhu tanah
berkisar 26 – 29 ◦C ( dengan rata-rata 27 ◦C) , pH tanah 6,6 dan kelembaban tanah berkisar
57 – 70 % ( dengan rata-rata 65%). Pada stasiun II di belakang rusunawa dekat dengan
LPM suhu tanah berkisar 28 – 30 ◦C (rata-rata 28,7 ◦C ), pH tanah 5,6 – 6,7 dan
kelembaban tanah 58 – 100 % (dengan rata-rata 86 %). Berdasarkan data pengamatan
tersebut kerapatan cacing pada stasiun I, dan II berbeda. Kerapatan cacing yang tertinggi
adalah di stasiun II, dan terendah di stasiun I,hal ini disebabkan salah satunya oleh
kelembaban tanah. Tingginya kelembaban tanah juga dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya adalah struktur akar dan keragaman vegetasi. Menurut Suin (1989)
beragamnya vegetasi pada suatu daerah tertentu akan dapat mengakibatkan tingginya
kelembaban tanah dan tingginya kepadatan cacing tanah yang ditemukan, karena fisik
tanah lebih baik dan sumber makanan yang banyak ditemukan berupa serasah. Dari
kelembaban pada tiap stasiun memiliki nilai
Handayanto (2009) menyatakan bahwa cacing tanah menyukai pH tanah antara 6-
7,2. Salah satu faktor fisika kimia tanah yang diukur pada penelitian ini yang mendukung
untuk kehidupan cacing tanah pada kedua stasiun adalah pH tanah. pH tanah merupakan
faktor pembatas bagi cacing tanah karena itu pH tanah sangat menentukan besarnya
populasi cacing tanah pada suatu daerah tertentu. pH tanah pada stasiun I yaitu 6,6 dan
stasiun II 5,6 – 6,7. Dimana pH pada kedua stasiun ini merupakan pH yang optimum untuk
kehidupan cacing tanah. Hal ini sangatlah penting karena cacing tanah memiliki sistem
pencernaan yang kurang sempurna karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu
cacing tanah memerlukan bantuan baktei untuk merubah atau memecahkan bahan
makanan. Tingkat pH sendiri mempengaruhi aktivitas dari bakteri dimana apabila terlalu
asam dapat meningkatkan aktivitas bakteri secara berlebihan dan dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dari cacing tanah itu sendiri.
Suhu pada masing-masing lokasi pengamatan berkisar antara 26 – 30 ◦C, sedangkan
menurut Handayanto (2009) bahwa suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan antara 15 – 25 ◦C, dan suhu yang lebih tinggi dari 25 ◦C masih baik
asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk tiap lokasi memiliki naungan yang cukup disebabkan cacing dapat hidup
pada suhu diatas 25 ◦C.
Menurut Rukmana (1999) Kelembaban media ideal untuk cacing tanah berkisar
antara 15-50% sedangkan kelembaban optimumnya adalah 42-60% . Kelembaban
mempengaruhi pertumbuhan, daya reproduksi dan daya serap cacing tanah terhadap
oksigen (Anonim, 2016). Agar proses bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung baik,
kelembaban lingkungannya harus cukup tinggi juga. Data hasil pengukuran kelembaban
menunjukkan bahwa stasiun I, dan II secara berturut – turut terletak pada rentang 57 – 70
%, 58 – 100 % dimana stasiun II memiliki rentang kelembaban tertinggi di bandingkan
stasiun I.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di 2 stasiun berbeda ini, stasiun II

memiliki kerapatan tertinggi yakni 435,1 individu/ dan stasiun I memiliki kerepatan

terendah yakni 240,8 individu/ . Oleh karena itu, data kerapatan menunjukkan bahwa
kondisi dilapangan sesuai dengan teori dimana stasiun II yang memiliki rentang suhu
terendah dan kelembaban tertinggi memiliki tingkat kerapatan yang tertinggi. Adapun
sebab dari kurangnya kerapatan distasiun I dari pada stasiun II dikarenakan tekstur tanah
stasiun I berpasir dan lebih kering dibandingkan stasiun II. Stasiun II memiliki tanah yang
sangat basah, hal ini menandakan bahwa kadar air stasiun II lebih tingi dari stasiun I.
Menurut Schwert 1990 (dalam Subowo, 2011). Air diperlukan untuk ekskresi,
pembasahan kulit untuk respirasi, dan melicinkan tubuh untuk bergerak dalam liang.

F. Kesimpulan

Daftar Pustaka

Handayanto. 2009. Biologi Tanah. Yogyakarta : Pustaka Adipura.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p. _________. 2008.
Pengantar Budi Daya Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 234 p

Luthfiyah, Hidayatul. 2014. Keanekaragaman dan Kepadatan Cacing Tanah di Perkebunan teh
PTPN XII Bantaran Blitar. Diakses dari (http://etheses.uin-
malang.ac.id/467/12/10620050%20Ringkasan.pdf pada hari Senin, 9 April 2018 pukul
14.51 WITA).

Oktavia, Rita. 2015. Tingkat Keanekaragaman Cacing Tanah Berdasarkan Riwayat Lahan
(Terkena dan Tidak Terkena Tsunami) di Aceh Barat. Jurnal Bio-Natural (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi) Vol.2, No.1.

Rukmana R. 1999. Usaha Tani Pisang. Yogyakarta: Kanisius.


Subowo. 2011. Peran Cacing Tanah Kelompok Endogaesis dalam Meningkatkan Efisiensi
Pengolahan Tanah Lahan Kering. Diakses dari
(https://media.neliti.com/media/publications/122164-ID-peran-cacing-tanah-kelompok-
endogaesis-d.pdf pada hari Senin, 9 April 2018 pukul 16.24 WITA).

Yulianti, Sindanita. 2015. Kerapatan Populasi dan Pola Distribusi Cacing Tanah Pantai
Cipatujah Kecamatan Cipatujah Tasik Malaya. Diakses dari
(https://www.academia.edu/29414646/Laporan_Kuliah_Lapangan_-
_Kerapatan_Populasi_Cacing_Tanah_di_Pantai_Cipatujah_Ciamis.docx pada hari
Senin, 9 April 2018 pukul 14.38 WITA).

Lampiran

1. Kebun biologi
NO. Suhu (◦C) Kelembaban (%) pH
1. 26 70 6,6
2. 27 68 6,6
3. 29 57 6,6

2. LPM
NO. Suhu (◦C) Kelembaban (%) pH
1. 30 58 6,7
2. 28 100 5,6
3. 28 100 6,5

You might also like