You are on page 1of 50

RSU HATI MULIA KENDARI

PEDOMAN MANAJEMEN LAUNDRY DAN LINEN

RSU HATI MULIA KENDARI

2018

1
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul ………………………………………………………….. 1
Daftar Isi …………………………………………………………….. 2
Keputusan Direktur RSU Hati Mulia ……………….. 3
Lampiran Direktur RSU Hati Mulia ……………….. 5
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 5
A. Latar Belakang ……………………………………… 5
B. Ruang Lingkup Pelayanan …………………………… 5
C. Batasan Oprasional …………………………… 5
D. Landasan Hukum …………………………… 7
BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………. 8
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia …………………… 8
B. Distribusi Ketenagaan …………………… 8
BAB III STANDAR FASILITAS ……………………………… 9
A. Denah Ruangan …………………………………. 9
B. Standar Fasilitas …………………………………. 10
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN ……………………… 17
A. Pengelolaan Linen Dan Laundry ………………………… 17
B. Proses Pengelolaan Linen ……………………………….. 21
C. Prosedur Pelayanan Linen………………………………... 27
D. Penatalaksanaan Linen …………………………………. 31
E. Perencanaan Linen …………………………………..…… 32
BAB V LOGISTIK ……………………………………………… 36
A. Bahan Pembersih / Chemical Di Laundry ……………….. 36
B. Peralatan Pendudkung …………………………………….. 36
C. Permintaan Linen Baru … ……………………………….. 36
D. Sistem Pengadaan Logistik ..……………………………... 37
BAB VI KESELAMATAN KERJA ………………………… 38
A. Kesehatan dan Kesekamatan Kerja ………………… 38
BAB VII PENGENDALIAN MUTU ……………………………….. 48
BAB VIII PENUTUP ………………………………………………… 51

2
RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA
JL D.I PANJAITAN NO 243 KENDARI
TELP 0401 – 3196433 / FAX 0401 3195954
Email rsu.hatimulia@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA
NOMOR : /KEP/RSUHM/I/2018

TENTANG

PEDOMAN MANAJEMEN LAUNDRY DAN LINEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Umum Hati Mulia maka diperlukan
Pedoman Manajemen Linen Dan Laundry;

b. bahwa agar pelayanan penyelenggaraan Kebijakan


Manajemen Linen Dan Laundry dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah
Sakit Umum Hati Mulia sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Kebijakan Manajemen Linen Dan
Laundry;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Hati Mulia.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit;
2. Kepmenkes Nomer 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
3. Kepmenkes Nomer 875/SK/VIII/2001 tentang
Penyususnan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan ;
4. Kepmenkes Nomer 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Tehnis Analisa Dampak Kesehatan
Lingkungan ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 1691/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Pedoman Manajerial Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi di RS Dan Fasilitas Kesehatan lainya, Depkes,
2007;

3
7. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infekasi Di
RS Dan Falitas Kesehatan lainya, Depkes –Perdalin –
JHPIEGO, 2007;

M E M U T U S K AN

Menetapkan : 1. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Tentang


Pedoman Manajemen Linen Dan Laundry Di Rumah
Sakit Umum Hati Mulia.
: 2. Memberlakukan Pedoman Manajemen Linen Dan
Laundry Rumah Sakit Umum Hati Mulia sebagaimana
terlampir dalam keputusan ini
: 3. Pedoman Manajemen Linen Dan Laundry ini
dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan pasien di Rumah Sakit Umum Hati Mulia.
: 4. Pedoman Manajemen Linen Dan Laundry ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan
Rumah Sakit RS.
: 5. Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur
dalam surat keputusan ini akan diatur kemudian.
: 6. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam surat keputusan ini, akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.
: 7. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : Januari 2018

Direktur,

dr. Hj. Suhartini, Sp.OG

Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSU Hati Mulia

4
Nomor : /KEP/RSUHM/I2018
Tanggal : Januari 2018
Tentang : Pedoman Manajemen Linen Dan Laundry

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan laundry dan
linen di rumah sakit. RSU Hati Mulia menyadari pentingnya peran dan
keberadaan unit laundry dan linen dalam mendukung kegiatan pelayanan yang
bermutu & profesional pada pasien atau customers. Linen di rumah sakit
dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat
bervariasi, baik jenis , jumlah, dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup
panjang, membutuhkan pengelolaan khusus & banyak melibatkan tenaga
kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari
ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang laundry, penjahit, tukang setrika, ahli
sanitasi, serta ahli kesehatan & keselamatan kerja.
Untuk mendapatkan kualiatas linen yang baik, nyaman dan siap pakai,
diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi
dan efek penggunaan bahan kimia. Untuk mendukung dan melaksanakan
program menjaga mutu terpadu di RSU Hati Mulia, maka dibutuhkan manajemen
laundry dan linen yang baik dan sesuai standar dari Departemen Kesehatan RI
tentang pedoman manajemen linen tahun 2004.
Buku pedoman ini diharapkan dapat membantu para pimpinan, staff dan
pelaksana unit kerja terkait dalam melaksanakan tugasnya dengan acuan buku
pedoman dari unit laundry dan linen

B. Ruang Lingkup
Pelayanan laundry dan linen di RSU Hati Mulia meliputi :
1. Penerimaan linen kotor
2. Pemisahan linen kotor
3. Penimbangan linen kotor
4. Pencucian linen kotor infeksius dan non infeksius
5. Pengeringan dan Penyetrikaan linen
6. Perbaikan linen rusak dan penjahitan linen baru
7. Pemusnahan linen tidak layak pakai
8. Distribusi linen bersih
9. Pembersihan ruang laundry dan linen

C. Batasan Operasional
Kegiatan yang ada di ruang laundry dan linen dilaksankan sesuai dengan
standar prosedur yang ada dan mengacu pada jadwal kerja di setiap
harinya.Pengertian dari beberapa pelayanan yang ada di laundry dan linen adalah

5
sebagai berikut :
1. Penerimaan linen kotor : adalah proses penerimaan linen kotor dari ruangan
unit kerja masing-masing yang dikirim ke ruang laundry dan diterima oleh
petugas laundry, dengan membawa buku ekpedisi dan sesuai dengan SPO
yang sudah distandarkan.
2. Pemisahan linen kotor : adalah proses pemisahan linen kotor yang dilakukan
oleh petugas laundry berdasarkan jenis tingkat kekotoran, jenis bahan dan
warna linen, serta sesuai dengan label yang sudah distandarkan. Untuk label
warna Merah : untuk linen kotor bernoda ), label warna Kuning ( untuk linen
kotor infeksius ), dan label Hijau ( untuk linen kotor tidak bernoda )
3. Penimbangan linen kotor : adalah proses menimbang semua linen kotor dari
ruangan yang dilaksanakan oleh petugas laundry ( dilakukan di ruang
laundry), baik linen infeksius maupun linen non infeksius.
4. Pencucian linen Infeksius dan Non Infeksius : adalah proses pencucian
linen Infeksius yang dilaksanakan oleh petugas laundry sesuai dengan SPO
( menggunakan chlorine 0,5 % ) dan pencucian linen Non Infeksisus sesuai
dengan SPO yang berlaku.
5. Pengeringan dan Penyetrikaan : adalah proses pengeringan linen yang
sudah dicuci dengan menggunakan mesin pengering ataupun dengan
penjemuran bantuan sinar matahari untuk linen yang jumlah besar / berat.
6. Perbaikan linen yang rusak dan pejahitan linen baru :adalah proses
perbaikan lien yang rusak, baik permintaan dari ruangan ataupun langsung
dari petugas laundry saat menemukan linen yang membutuhkan perbaikan.
Pembuatan linen baru : menjahit linen sesuai dengan permintaan dari
pengadaan dan ruangan, seperti : sprei, steek laken, sarung bantal dan alas
kasur.
7. Pemusnahan linen tidak layak pakai : adalah proses pemusnahan linen yang
tidak layak pakai dari ruangan melalui suatu proses sortir dari ruangan.
8. Pembersihan ruang laundry dan linen : adalah proses pembersihan ruang
laundry dan linen setelah dipakai bekerja sesuai dengan SPO, yaitu
pembersihan lantai 2X selama 1 hari dengan menggunakan desinfeksi.
9. Dekontaminasi : dalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut.
10. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sitem
11. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen
patogen atau infeksi yang timbuh berkembang biak dan menyebabkan sakit
12. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang di dapat di rumah sakit dimana pada
saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi
13. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun
14. Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan
tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, HBV, dan HIV
( jika terdapat noda darah ) dan infeksi lainnya yang spesifik ( SARS )
dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan
kembali ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
15. Linen kotor tidak terinfeksi : adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh

6
darah, cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin,
meskipun linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber
ruang isolasi yang terinfeksi.
16. MSDS ( Material Safety Data Sheets ) : Adalah lembar petunjuk yang berisi
informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis bahay yang
didapat ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan
dengan keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.
17. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya,
untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal.
18. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
beban dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
19. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, dapat
menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai paling berat.
20. Bahaya ( Hazard ) adalah suatu keadaan yang perpotensi menimbulkan
dampak merugikan atau menimbulkan kerusakan.

D. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengeloaan Lingkungan Hidup.
3. UU N0. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja.
4. PP No. 85 / 1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Racun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air
6. PP. No. 27 tahun AMDAL
7. Permankes RI No.472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi kesehatan
8. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air Bersih dan
Air Minum.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit
11. Kepmen LH No.58/MENLEH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
kegiatan Rumah Sakit.
12. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang Pedoman
Pengelolaan linen
13. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2009
14. Standar Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
15. Pedoman Manjemen Linen Rumah Sakit tahun 2004, Direktoral Jenderal
Pelayanan Medik , Departemen Kesehatan RI

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sebagai unit laundry dan linen yang ditetapkan oleh Direktur RSU Hati Mulia
untuk menangani masalah laundry dan linen di RSU Hati Mulia, maka berdasrkan
kualifikasi SDM yang ada adalah sebgai berikut :
NO NAMA PENDIDIKAN JABATAN
1 Syamsuriani SMP PELAKSANA ( Pj. Laundry)
Total tenaga 1 Orang
Ketenagaan di unit laundry dan linen RSU Hati Mulia hanya 1 orang dan \
melaksanakan job disnya sesuai dengan jadwal kerja yang ada serta sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya.

B. Distribusi Ketenagaan
Dari 1 tenaga laundry dan linen di Rumah RSU Hati Mulia dibagi kerja setiap
harinya kecuali hari minggu, yakni sebagai berikut :
NO JAM KERJA TENAGA BAGIAN KEGIATAN /
KETERANGAN
1 Senin-Sabtu 1 ORANG Laundry Pencucian linen kotor,
(07.00-15.00) dan linen Pencucian linen kotor,
Pengeringan linen,
Penyetrikaan linen,
Penataan linen bersih,
Penjahitan linen rusak
dan linen baru

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Agar unit linen & laundry dapat melaksankan kegiatan pengelolaan linen dengan
baik dan sesuai dengan tugasnya, maka perlu dibuat lay out sesuai dengan kondisi
di Rumah Sakit Umum Hati Mulia Kendari..

Denah Ruang Laundry Dan Linen

3 4

5
2

1 6

Keterangan :
1. Pintu masuk linen kotor
2. Tempat keranjang linen
3. Mesin cuci infeksius
4. Mesin cuci non infeksius
5. Meja strika linen
6. Pintu keluar linen bersih

Denah Ruang Laundry dan linen Rumah Sakit Hati Mulia sudah diatur sesuai
dengan fisik bangunan yang ada.Untuk counter permintaan linen bersih dan
pengambilan linen kotor sudah terpisah.Ruang laundry Rumah Sakit Hati Mulia
berada di belakang dan untuk ruang linen mengikuti di sebelahnya dengan sistim
penyekatan / barrier.
Ruang laundry terdiri dari :
1. Ruang penerimaan linen kotor
2. Ruang Spoting / linen infeksius dan bernoda
3. Ruang proses perendaman dan pencucian
4. Tempat mesin cuci dan pengering
5. Tempat penyimpanan chemical / bahan pembersih
Ruang linen terdiri dari :
1. Ruang mesin Roll Ironer / setrika roll
2. Ruang Penyetrikaan manual
3. Ruang Penjahitan
4. Ruang Linen Bersih

9
5. Counter pengambilan linen bersih

B. Standar Fasilitas
1. Sarana fisik untuk laundry dan linen
Harus diatur secara matang untuk memudahkan kelancaran dalam operasional
laundry dan linen. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari bebrapa ruang
antara lain :
a. Ruang Penerimaan linen
Ruangan ini memuat :
1) Ruangan penerima yaitu untuk linen infeksisus dan non infeksius.
Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning dan
kabel kuning untuk linen infeksius, label warna merah untuk linen
bernoda, label warna hijau untuk linen non infeksius / ringan ( tidak
bernoda )
2) Timbangan duduk
3) Ruangan yang cukup untuk troley pembawa linen kotor untuk
dilakukan desinfeksi sesuai Standar sanitasi RS. Sirkulasi udara perlu
diperhatikan dengan memasang exhaust fan dan pencahayaan minimal
C = 100-200 Lux
b. Ruang Pemisahan linen
Ruangan untum mensortir linen jenis linen yang tidak terinfeksi dengan
linen yang bernoda / linen infeksius. Pencahayaan D=200-500 Lux.
1) Ruang Pencucian dan Pengeringan linen
Ruang ini memuat :
a) Mesin cuci 2 mesin
b) Mesin pengering 2 mesin
2) Ruang penyetrikaan linen :
Ruang ini memuat :
Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork ironer, pressing ironer yang
membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva – 4 Kva per alat atau jenis
linen yang menggunakan tenaga listrik sekitar 1 kva per unit alat.
Alat setrika biasa atau manual yang menggunakan listrik sekitar 200 va
per alat.
Sirkulasi udara perlu untuk diperhatikan dengan memasang fan atau
exhaust fan untuk penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-
500 Lux sesuai pedoman pencahyaaan rumah sakit.
a) Ruang Penyimpanan linen :
Ruangan ini memuat :
Lemari dan rak untuk menyimpan linen
Meja administrasi
Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup. Sirkulasi udara
dipertahankan tetap baik dengan memasang fan atau exhaust fan
dan penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux,
suhu 22 – 27 C dan kelembaban 45 – 75 % RH
b) Ruang Distribusi linen.
Ruang ini memuat :

10
Meja untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan
penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 – 200 Lux
sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.
2. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian mengunakan daya listrik. Kabel yang
dipergunakan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel
dengan jenis NYY untuk instalasi dalam gedung dan jenis NYFGBY untuk
instalasi luar gedung pada kabel Feeder antara panel induk utama sampai
panel gedung instalasi pencucian.
Pada persyaratan umum instalasi listrik 2000 ( PUIL 2000 ) untuk
pendistribusian daya listrik yang besar, kabel feeder harus disambung
langsung dengan Panel Utama ( main panel ) rumah sakit, atau panel utama
distribusi ( kios ) jika rumah sakit berlangganan tegangan menengah ( TM ) 20
KV dan sudah menggunakan sistim ring TM 20 KV. Adapun tenaga listrik
yang digunakan di instalsi pencucian terbagi dua bagian ( line ) antara lain :
a. Instalasi penerangan
b. Instalasi tenaga
Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin
pemeras, mesin pengering, dan alat setrika. Disarankan menggunakan kabel
dengan jenis NYY terutama pada kontak langsung ke peralatan tersebut, dan
menggunakan tuas kontak ( hand switch ), atau kotak kontak dengan sistim
plug dengan kemampuan 25 amper agar tidak terjadi loncatan bunga api pada
saat pembebanan sesaat. Grounding harus dilakukan, terutama untuk peralatan
yang menggunakan daya besar, digunakan instalasi kabel dengan diameter
minimal sama dengan kabel daya yang tersalurkan.
Untuk instalasi kontak biasa disarankan untuk memperhatikan penempatan,
yaitu harus menjahui daerah yang lembab dan basa. Jenis kotak kontak
hendaknya yang tertutup agar terhindar dari udara bebas, sentuhan langsung
dan paralel yang melebihi kapasitas penggunaan.
3. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40 % dari
kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per
hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
standar air. Resorvir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air 2
kg/cm2.
Standar air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air bersih
berdasarkan Peraturam Menteri Kesehatan No.416 tahun 1992 dan standar
khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya :
a. Hardness – Garam ( calcium, carbonate dan cloride )
Standar baku mutu : 0 – 90 ppm
Tingginya kosentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana
seharusnya.
Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan dan linen

11
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak ( scale forming ),
sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air dan mesin
b. Iron -( besi )
Standar baku mutu : 0 – 0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi kosentrasi bahan kimia, dan
proses pencucian
Efek pada linen dan mesin
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan linen
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut ( hardness dan besi ) mempunyai sifat alkali,
sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus dilakukan
proses penetralan pH
4. Prasarana uap
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan untuk pada proses
pencucian, pengeringan dan setrika, yakni penggunaan uap panas dengan
tekanan uap minimun 5 kg/cm2. Kualitas uap yang baik adalah fraksi
kekeringan minimun 70 % ( pada skala 0 – 100 % ) dan temperatur 70 C
5. Peralatan Dan Bahan Pencuci
a. Peralatan kerja untuk laundry / linen.
Di Rumah Sakit Hati Mulia untuk peralatan laundry sudah memenuhi
standar dalam proses laundry. Baik peralatan yang berupa mesin,
chemical, dan peralatan untuk petugas.
1) Peralatan Manual.
a) Trolley / kereta dorong :
(1) untuk linen kotor bahan dari fiber atau terpal ( ada di ruangan
masing-masing unit )
(2) untuk linen bersih bahan dari stainless di ruang linen 1 buah
b) Bucket / Ember :
(1) ember untuk cucian ruangan
(2) ember untuk linen yang infeksius
(3) ember untuk linen yang non infeksius
(4) ember untuk linen kantor / tempat lain
c) Folding : meja untuk melipat linen
d) Lemari linen bersih / Valet rack : setiap kotak pada valet rack
diberikan kode yang disesuaikan dengan kode-kode cucian. Pada
setiap kotak ditempatkan daftar cucian dari masing- masing
ruangan.Fungsiny aagar tidak sampai tertukar.
e) Vallet trolley : trolley yang digunakan untuk mengirim laundry ke
ruangan-ruangan.
f) Wash tub ( bak cuci )
g) Hanger
h) Bottle sprayer
i) Handbrush / sikat tangan
2) Peralatan Mesin
Di Rumah Sakit Hati Mulia memiliki fasilitas mesin sebagai beikut:
a) Mesin cuci. Kapasitas mesin cuci ada 2 unit yaitu : kapasitas

12
besar : 22 kg
b) Mesin pengering ada 2 unit . Kapasitas 20 kg 1 unit dan 15 kg 1
unit
c) Flat / roll ironers mesin ada 1 unit ( mesin untuk menyetrika )
3) Perlengkapan Petugas Laundry
Di Rumah Sakit Hati Mulia untuk petugas laundry memakai
perlengkapan pelindung diri dalam pelaksaaan proses pencucian. Hal
ini dilaksanakan untuk menghindari terjadinya Infeksi Nosokomial
terhadap petugas. Perlengkapan untuk petugas laundry yang dipakai
di Rumah Sakit Hati Mulia yaitu :
a) Sarung tangan Rumah Tangga / handscoen
b) Tutup Muka / masker
c) Tutup kepala / Shower cap/ Topi
d) Appron plastik
e) Sepatu boot
f) Goggle / kaca mata
4) Alat-alat Pendukung di Linen Room ( ruangan )
Untuk melaksanakan tugasnya, seksi linen membutuhkan peralatan
sebagai berikut :
a) Linen counter : adalah meja pemisah antara petugas yang
mengirim linen kotor dengan linen seksi yang menyiapkan linen
bersih.
b) Meja : meja digunakan untuk meletakkan dan melipat linen bersih
yang baru datang dari laundry, misalkan : sprei, handuk, sarung
bantal.
c) Rak : rak bisa terbuat dari kayu / alumunium yang digunakan
untuk menyimpan persediaan linen yang bersih.
d) Meja tulis : meja tulis untuk digunakan linen seksi saat menulis
untuk keperluan mencatat dan merecord hasil dari daftar cucian.
e) Trolley : alat pengangkut / kereta dorong untuk linen kotor dan
bersih.
f) Mesin jahit : mesin jahit digunakan untuk memperbaiki linen yang
rusak.
g) Fire Extinguisher : alat pemadam kebakaran yang diletakkan di
linen room.
Untuk menunjang opereasional linen atau laundry di Rumah Sakit
Hati Mulia maka ruangan untuk linen memiliki fasilitas syarat
sebagai berikut :
1) Ruang linen dekat dengan laundry dan cukup luas.
2) Lantai terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan.
3) Adanya counter pemisah antara linen seksi dan tempat linen bertugas
yang akan mengirim maupun mengambil linen yang bersih.
4) Tersedianya meja untuk melipat linen dan meja tulis.
5) Tersedianya rak untuk menyimpan macam-macam linen dalam jumlah
yang cukup.
6) Ventilasi memadai untuk ventilasi udara / Fan / Exhasut Fan.

13
7) Fire hidrant maupun fireextinguisher untuk menghindari kebakaran.
8) Tersedianya trolley untuk menbawa linen kotor ke laundry / linen
bersih ke laundry.
9) Tersedianya mesin jahit untuk memperbaiki linen yang rusak.
10) Tersediannya telpon untuk komunikasi dengan unit lain.
b. Bahan Kimia Cucian
Proses kimiawai akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor di atas
bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan
membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila kekurangan. Jenis-
jenis yang dipergunakan dalam proses pencucian di masing- masing
rumah sakit pada prinsipnya sama, hanya saja dari tiap-tiap jenis chemical
ini merk / namannya berbeda-beda.
Klasifikasi chemical berdasarkan tingkatannya:
1) ALKALI : fungsinya melepaskan kotoran yang berat, bereaksi pada
suhu ± 50° C.
Contoh alkali: Booster
Wujud alkali: batangan, powder, liquid (cair)
2) DETERGENT : fungsinya melepas kotoran yang medium soiled,
bereaksi pada suhu ± 50°C.Contoh detergent: Eco Brite
3) EMULSIFER : fungsinya untuk mengemulsikan kotoran-kotoran yang
berupa minyak, lemak, gemuk. Dengan memberikan chemical jenis
emulsifer pada artikel yang kotorannya berupa minyak, lemak,
gemuk. Contoh: F.g.o
4) BLEACH : fungsinya memutihkan kotoran yang berwarna putih atau
tetap menjadi bersih, menghilangkan warna akibat kelenturan warna
lain. Macam-macam bleach:
a) oksigen bleach suhu 60° C - 90° C.
b) chlorine bleach suhu 50° C - 60° C.
contoh : Super B dan Hidrigen Peroxida atau H2O, Oxsigen
beach.
Catatan penggunaan bleach dalam proses pencucian:
a) Bleach hanya digunakan untuk artikel yang berwarna putih.
b) Setiap bahan cucian polyester yang berwarna putih dapat di
bleach.
c) Tidak setiap catatan warna putih dapat diberi bleach.
5) SOUR : fungsi mempercepat proses penetralan pH air cucian,
menurunkan kadar alkali menghilangkan busa deterjen, mempercepat
proses pembilasan. Contoh : sour
Contoh penggunaan sour: pada saat main wash, pH air adalah 11-12
atau air cucian dalam keadaan basa. Untuk menetralkan pH air,
menjadi 7 (pH=7) maka dalam pembilasan terakhir cucian diberikan
sour yang sifatnya asam. Penggunaan sour harus tepat atau tidak
berlebihan. Bila kelebihan sour artikel juga menjadi rusak, sebab air
cucian masih tetap basa atau menjadi asam kareana penggunaan sour
yang berlebihan, maka artikel akan menjadi kekuning-kuningan bagi
yang putih dan warna cerah menjadi kusam.

14
6) SOFTENER : adalah chemical yang dipakai dalam proses pencucian
untuk melembutkan bahan cucian. Penggunaan softener dilakukan
pada pembilasan terakhir , bersamaan dengan penggunaan sour,
dengan suhu air yang dingin. Softener tidak boleh digunakan untuk
jenis linen yang dikanji seperti : taplak meja, topi cook, lap meja.
Softener digunakan untuk cucian seperti : sprei, sarung bantal. Contoh
softener : Molto
6. Chemical Yang Dipakai Di RUMAH SAKIT RS Hati Mulia
ECO BRITE / detergen :
a. Mengandung zat aktif warna dan anti redeposisi.
b. Mengandung zat anti korosif.
c. Berfungsi untuk linen berwarna dan putih.
d. 5 – 15 grams per kg cucian kering.
BOOSTER / alkali :
Untuk kotoran berat seperti darah, minyak dll.
SUPER-B / bleach :
a. Mengandung chorine organik untuk kotoran berat.
b. Untuk membersihkan kain cotton dan polycotton putih.
c. Mengandung disenfektan untuk membunuh kuman pada linen.
d. 2-5 grams per kg cucian kering.
OXIGEN BLEACH :
Untuk menghilangkan noda darah dan kotoran berat.
MOLTO :
a. Mengandung kationik wax.
b. Mengandung Germicide
c. Mengharumkan dan melembutkan cucian.
d. Mengandung desinfectant.
e. 5 grams untuk 1 kilogram cucian.
f. pH 7
g. Bau product floral
F.G.O :
a. Melepaskan kotoran lemak, minyak, dan oli dengan emulsifikasi.
b. 3-5 ml per kilograms cucian.
STAIN BLESTER/ANTI KARAT :
Menghilangkan noda karat pada linen.
B-29 / detergen multipurpose:
Untuk mencuci bayi dan linen kantor.
LYSOL & PRECEPT :
a. Untuk membunuh kuman.
b. Dipakai pada proses perendaman linen infeksius.
7. Pemeliharaan Ringan Peralatan
Alat pencucian pada mesin cuci dijalankan oleh operator / staff laundry,
dengan demikian para petugas laundry harus memeilara peralatannya.
Berbagai kelainan atau kerusakan pada saat pengoperasiannya, misalnya
kelainanya bunyi pada alat dapat segera dikenali oleh para operator :
a. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian. Dilakukan setiap

15
hari dengan lap basah dicampur dengan bahan kimia MPC ( Multi Purpose
Cleaner ) dan keringkan dengan lap kering. Untuk bagian tombol / kontrol
digunakan lap kering dan jangan terlalu ditekan, dikarenakan pada bagian
ini biasanya tertulis prosedur dengan semacam stiker yang terhapus.
b. Pembersihan filter pengering. Dilakukan setelah pemakaian mesin
pengering dengan cara mengambil serat-serat kain atau debu yang
menempel pada bagian filter. Hal ini untuk memperlancar dan mengontrol
pergerakan mesin pengering, agar selalu terawat dan terjaga kondisnya.

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pengelolaan Linen Dan Laundry


Di Rumah Sakit Hati Mulia telah ditetapkan bahwa untuk pengelolaan laundry
dan linen sebagai beikut :
1. Pengelolaan Linen
Pengertian Pengelolaan linen adalah suatu kegiatan yang di mulai dari
pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan mulai dari
pengangkutan, pencucian, penyetrikaan, pemilihan jenis linen, kepemilikan,
penyimpanan dan penggunaan kembali linen bersih
Pengertian pencucian Proses pencucian adalah proses pembersihan suatu
benda ( kain/pakaian ) dengan menghilangkan kotoran ( dirty ) dari noda
(stain) serta kuman-kuman dengan menggunakan bahan-bahan pembersih
secara efektif dan efisien sehingga pakaian tetap asli, bersih cemerlang, dan
tak cepat rusak.
a. Standar Linen Rumah Sakit Hati Mulia.
1) Standar bahan dari cotton dan Polyster untuk linen yang ada di
ruangan.
2) Standar warna putih untuk linen pasien dan penunggu pasien
3) Standar ukuran sesuai dengan linen yang ada di Rumah Sakit Hati
Mulia.
4) Standar jumlah sesuai dengan kebutuhan yang dipakai di ruangan.
Standar ini mengacu pada standar linen yang ditetapkan oleh Rumah Sakit
Hati Mulia. Sedangkan untuk standar lain juga sangat penting adalah
standar kualitas meliputi:
1) bahan tidak panas
2) bahan tidak mengandung nylon
3) bahan lembut dan tidak menimbulkan iritasi
4) Standar bahan linen di Rumah Sakit Hati Mulia di ruangan IRJ,
IGD, Laborat, Radiologi, Bidang Umum dan Administrasi
menggunakan bahan dari cotton.
5) Untuk standar bahan dari IBS menggunakan linen Taipan drill.
6) Untuk standar baju dokter memakai bahan Oxsford/Cotton.
b. Dampak pengelolaan linen.
Dampak pengelolan linen yang tidak benar dan penyimpanan fungsi linen
akan menimbulkan kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Hati
Mulia.
c. Karakteristik dan Sumber paparan Infeksi.
Di Rumah Sakit Hati Mulia linen dibedakan atas sifatnya linen kotor
infeksius dan non infeksius.Sumber linen kotor di bagi menjadi :
1) Linen kotor infeksius : linen kotor yang digunakan di ruang
perawatan, rawat jalan, kamar operasi, perlengkapan medik,
radiologi, laboratorium.
2) Linen kotor non infeksius : semua linen yang digunakan di ruang
administrasi, juga ruang dapur

17
2. Tujuan Proses Pencucian
Dari pengertian diatas, maka dapat dikemukakan tujuan proses pencucian
adalah sebagai berikut:
a. menghilangkan noda-noda/ kotoran.
b. menjaga agar linen pakaian bebas dari kuman
c. menjaga agar sifat asli dari pakaian atau linen tetap bertahan, misalnya
kehalusan seratnya.
d. Mencegah agar pakaian linen tidak cepat rusak misalnya oleh bahan
kimia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil pencucian adalah :
a. Jenis Kotoran.
Pengotoran yang melekat pada linen/pakaian dapat berasal dari berbagai
kotoran sehingga kemampuan/ daya letaknya pada linen dan pakaian
berbeda-beda. Perbedaan daya dari pengotoran pada pakaian dibedakan
menjadi 2 yaitu ikatan fisik dan ikatan kimia.
1) Kotoran adalah pengotor yang lebih banyak berikatan fisik dari pada
ikatan kimia sehingga relatif lebih banyak gaya mekanis yang
diperlukan untuk menghilangkannya.
Beberapa jenis pengotor yang termasuk dalam kotoran adalah sebagai
berikut:
a) kotoran yang larut dalam air : gula, garam, kopi
b) kotoran yang dihilangkan dengan disabunkan: jenis kotoran
yang dapat mudah terlepas dengan reaksi kimia penyabunan adalah
kotoran berupa minyak/ lemak hewan dan nabati. Proses penyabun
jenis kotoran ini akan lebih cepat apabila didukung oleh:
temperatur air yang tinggi, adanya gaya mekanis, adanya bahan
kimia alkali
c) kotoran yang di hilangkan dengan tenaga mekanis yang dibantu
detergen. Jenis kotoran yang dapat dihilangkan dengan
menggunakan tenaga mekanis adalah debu, abu, kotoran.
d) Kotoran yang di hilangkan dengan di emulasikan jenis kotoran
yang dapat di hilangkan atau dilepaskan dari minyak bumi dan
gemuk.Bahan kimia yang dipakai untuk mengemulasikan adalah
deterjen yang mengandung minyak.
2) Noda adalah pengotor yang lebih banyak berikatan kimia dari pada
berikatan fisik, sehingga relatif banyak bereaksi kimia yang diperlukan
untuk menghilangkannya.
Pakaian/linen yang terkena noda disebut Spot. Dalam usaha
menghilangkan noda ang
melekat pada pakaian akan lebih mudah apabila dapat :
a) mengetahui penyebab noda
b) menentukan & menggunakan spoting egent ( obat penghilang noda
) yang tepat.
c) mengusahakan agar secepatnya noda tersebut dihilangkan sebelum
menyatu dengan serat-serat pakaian/linen.Untuk pakaian yang akan
dicuci pada mesin dry cleaning maka bahan cucian yang

18
dimasukkan ke dalamnya tidak boleh mengandung air. Jika bahan
cuciannnya spot, maka noda itu dihilangkan dengan solvent.
Solvent akan mudah menguap apabila kena hawa/udara panas.
d) Dalam kenyataannya, jarang dilakukan pemisahan pakaian/linen
kotor berdasarkan jenis kotoran. Di samping sulit menentukan jenis
kotoran apa yang melekat pada pakaian juga pemisahan pakaian
kotor berdasarkan jenis kotoran yang memerlukan waktu yang
lama. Karena itu klasifikasi linen kotor dilakukan berdasarkan :
tingkat pengotor, jenis bahan dasar cucian, putih dan warna.
Tingkat pengotor yang melekat pada linen di bagi atas 3 jenis
yaitu :
a) Tingkat pengotor ringan
b) Tingkat pengotor sedang
c) Tingkat pengotor berat
Prinsip-prinsip penangan linen yang bernoda.
Noda darah :
a) Linen yang terkena noda darah di spoting/disikat terlebih dahulu
b) kemudian linen direndam dengan Lysol selama kurang lebih 30
menit.
c) Setelah direndam linen disikat dengan sabun batanagan dan
Oxigen Bleach.
d) Setelah proses perendaman dan penyikatan baru dimasukkan ke
mesin cuci dengan chemical Ionic, Booster, ovigen bleach.
Noda Tinta :
Untuk noda tinta di Rumah Sakit Hati Mulia belum memiliki chemical
khusus membersihkan tinta, jadi penanganannya sangat sulit.
Noda B.A.B dan muntah :
a) Linen yang terkena B.A.B dan muntah dispoting / disikat terlebih
dahulu.
b) Kemudian direndam dengan Precept / Lysol / clorine selama 30
menit.
c) Setelah direndam linen disikat kembali dengan sabun batangan dan
Oxigen Bleach.
d) Setelah hilang dari noda baru dimasukkan ke mesin cuci dengan
chemical Ionic, dan booster.
b. Jenis Bahan Dasar Cucian.
1) Cucian yang bahan dasarnya dari hewan :
a) Wool : bahan cucian yang bahandasarnya dari wool dan sutera asli
dalam pencuciannya harus di dry cleaning agar kehalusan serat-
serat linen tetap dapat dipertahankan. Wool yang asli apabila dicuci
dengan air dapat menyebabkan mengkerut dan bulu-bulunya tidak
halus lagi tetapi terpilih-pilih/bergumpal-gumpal, sedangkan sutera
hanya mengkerut saja.
b) Sutera : untuk bahan dari suter sama dengan wool pencuciannya
dengan di dry cleaning agar tidak mengkerut.
2) Cucian yang bahan dasarnya dari katun

19
Bahan sintestis :
a) cucian yang bahan dasarnya rayon :Serat rayon lebih mudah
menyerap air dari pada cotton, banyak berkurang pada keadaan
basah. Oleh sebab itu perlu penanganan yang hati-hati pada serat
cuci.Ada pula jenis rayon yang menjadi lunak apabila terkena
panas.
b) cucian yang bahan dasarnya polyester :Sebaiknya jangan di cuci
pada mesin cuci sebab pada saat kena air akan mengeras dan
mudah robek. Jadi harus di dry cleaning.
c) cucian yang bahan dasarnya dari acrylic :Bahan dasar dari acrylic
juga sukar menyerap air, jadi sebaiknya bisa dengan dry cleaning.
c. Jenis Bahan Pencuci.
1) Air
Pada proses pencucian biasa, air merupakan media dalam pelepasan
kotoran dan pakaian. Sifat dan jenis air sangat berpengaruh terhadap
hasil pencucian. Sifat air itu sendiri sangat di pengaruhi oleh beberapa
sumber :
a) air hujan, air sungai, air sumur, air dari mata air. Untuk
mendapatkan air yang berkualitas baik, maka sebelum pemakaian
di proses melalui berbagai tahapan air :
b) Pengendapan partikel yang kasar
c) Penyaringan dan penambahan kimia untuk pengendapan partikel
yang halus
d) Tahap akhir ditambahkan zat pelunak air yang disebut water
softener.
Untuk mengetahui kualitas air biasanya di lakukan beberapa
analisa berikut ini:
kesadahan, yaitu banyaknya zat kapur yang terkandung di dalam
air.
(1) pH, jumlah ion-ion hidrogen yang menyatakan kondisi air yang
bersangkutan yaitu : jika pH > 7 : air basa, jika pH = 7 : air
netral, jika pH < 7 : air asam
(2) Alkalimitas : jumlah senyawa natrium dan kalium yang
terdapat di dalam air yang di nyatakan dalam bentuk Na 2
dalam tiap 1 liter air.
(3) analisa kadar besi, jumlah ion-ion yang terdapat dalam air.
(4) analisa kadar chlorida, jumlah ion-ion chlorida yang
terkandung dalam air
Air yang soft/ lembut akan memudahkan bahan pembersih untuk
bereaksi.
Di Rumah Sakit Hati Mulia air yang digunakan adalah dari
PDAM
2) Deterjen.
Untuk melepas ikatan pengotor diperlukan bahan kimia yang disebut
detergent. Untuk dapat mengetahui bagaimana proses pelepasan
kotoran tersebut harus di ketahui dahulu prinsip dasar dari

20
detergency. Deterjen merupakan bahan campuran dari berbagai bahan
kimia seperti : surfactant, alkali, pelunak air, dan lain-lain.
d. Jenis Proses Pencucian.
Dengan kemajuan teknologi proses pencucian yang ada pada mulanya di
lakukan dengan
tangan, selanjutnya diganti dengan mesin cuci. Pengoperasian mesin cuci
ada yang secara
manual dengan tangan, dan ada pula yang otomatis dengan car washing,
card program. Dari
setiap jenis proses pencucian yang digunakan, kualitas hasil proses
pencucian akan
dipengaruh oleh 4 faktor :
1) AKSI KIMIA ( Chemical action )
Reaksi kimia yang terjadi pada suatu proses pencucian ditentukan oleh
jenis dan jumlah bahan pencuci ( detergen ) yang digunakan. Reaksi
kimia dari suatu bahan pencuci juga dipengaruhi oleh temperatur air
dari proses pencucian. Jadi temperatur air proses pencucian juga
menentukan sampai sejauh mana reaksi kimia tersebut berlangsung.
2) AKSI MEKANIS ( Mechanical Action )
Besarnya gaya mekanis yang diterima oleh pakaian/linen ditentukan
oleh :
Jenis mesin cuci yang meliputi : jumlah putaran/bantingan tromol
mesin cuci, besarnya motor penggerak, besarnya volume tromol mesin
cuci.
Tinggi air dalam tromol
Kapasitas / berat bahan cucinya yang dimasukan ke mesin cuci
Jarak jatuhnya [bantingan] linen di dalam mesin cuci
3) TEMPERATUR
Tinggi temperatur air menentukan jumlah panas yang diberikan pada
waktu pencucian. Jumlah panas yang diberikan di batasi oleh bahan
dasar pakaian dan kadar kotor pakaian.
4) WAKTU
Waktu yang diperlukan dalam proses pencucian mulai dari washing
hingga extracting berkisar antara 30-35 menit.

B. Proses Pengelolaan Laundry


Untuk kegiatan pengolahan laundry di Rumah Sakit Hati Mulia, masih dilakukan
pencucian secara manual tetapi juga memakai mesin cuci.
1. Pencucian secara manual adalah proses pencucian yang sepenuhnya
dikerjakan dengan tangan/tenaga manusia, yang dalam hal ini juga serin
disebut handwash/mesin cuci tangan.
Tahapan / langkah langkah mencuci manual.
a. Pembasahan :
1) Pemberian air pada awal pencucian sehingga pencucian menjadi
basah dan lembut.
2) Langkah ini dimaksudkan disamping untuk melembutkan artikel

21
3) ( bahan cucian ) juga untuk melarutkan jenis kotoran yang dapat
dilarutkan dengan air, memudahkan proses pencucian selanjutnya dan
penghematan penggunaan detergen.
b) Penyikatan :
Dengan didahului proses penyabunan untuk mendapatkan hasil cucian
yang bersih perlu tindakan penyikatan [brushing] atau linen/pakaian
dikucek-kucek sehingga kotoran akan mudah dilepas.
c) Pembilasan :
Membilas dengan memberikan air pada cucian sehingga sisa-sisa busa
detergen sampai 3/4 kali. Sebab apabila sisa-sisa busa detergen masih
tersisa pada cucian dapat menyebabkan artikel yang berwarna tidak cerah
lagi dan artikel putih menjadi kekuning-kuningan.
d) Pemerasan :
Pemerasan cucian yang telah selesai di bilas agar artikel menjadi lembab,
extracting yang dilakukan dengan baik akan mempercepat proses
pengeringan.
e) Pengeringan :
Merupakan langkah terakhir dai proses pencucian, dengan
menggantungkan artikel pada jemuran/hanger sehingga mendapatkan sinar
matahari yang cukup.
2. Pencucian secara mechanical adalah proses pencucian yang dilakukan
dengan menggunakan mesin cuci. Dilihat dari bahan pembersih yang
digunakan sebagai media pelepas kotoran, ada 2 mesin yaitu : Washing
machine dan Dry cleaning machine.
a. Pengoperasian mesin cuci ( washing machine ) proses pencucian dengan
menggunakan mesin cuci dimana dengan menekan tombol-tombol mesin.
b. Pengoperasian mesin cuci secara computer adalah pengoperasian washing
machine dengan memasukkan washing card program ke mesin, maka akan
berlangsung pelaksanaaan proses pencucian secara otomatis mulai dari
tahap Flush sampai Extract ( pemerasan ) dengan waktu yang konstan
sesuai dengan yang telah terprogram pada washing card program.
Prosedur Proses Pencucian Pada Mesin Cuci
Tahap persiapan proses pencucian secara komputer atau manual adalah sama.
Adapun tahap persiapan yang dimaksud meliputi : Tahap pengumpulan, Tahap
pemisahan, Tahap penimbangan, Tahap bahan pencucian kotromol mesin
( loading ), Tahap menyiapkan bahan chemical
a. Mengumpulkan bahan cucian
Bahan cucian yang dikumpulkan di laundry meliputi : linen-linen yang
ada di ruangan, linen yang ada dikantor, linen yang ada di dapur.
Beberapa hal yang dilakukan oleh petugas ruangan : mengumpulkan
bahan cucian, menghitung jumlah masing-masing jenis bahan cucian,
mengisi daftar cucian sesuai dengan jumlah dan jenis bahan cucian yang
telah terhitung, serta menandatangani daftar cucian.
b. Memisah-misahkan bahan cucian
Untuk menghindari “komplain” dari pasien maka pencucian linen antara
ruangan-ruangan dengan ruang dapur, dan ruang kantor tidak dapat

22
digabungkan sebab untuk linen-linen ruangan membutuhkan penanganan
yang lebih cermat. Untuk linen ruangan sebaiknya dipisahkan
berdsarkan :warna, jenis bahan, jenis/tingkat kotoran. Klarifikasi
berdasarkan warna dibagi atas : bahan cucian warna putih, bahan cucian
warna cerah, seperti hijau muda, merah muda, kuning muda, bahan cucian
warna tua/gelap seperti hitam, coklat tua, biru tua.
Jenis bahan dasar cucian : Setelah dikelompokkan berdasarkan warna,
selanjutnya masing-masing kelompok disortir berdasarkan jenis bahan
dasarnya :
1) bahan cucian yang dapat di cuci pada washing machine yang
menggunakan air sebagai media pelepas kotoran.
2) bahan cucian yang harus dicuci pada dry cleaning machine yang
menggunakan solvent sebagai media pelepas kotoran. Bahan yang di
dry cleaning : wool, sutera, rayon, acrylic, polyester terryline.
Jenis dan tingkat kotoran bahan cucian : jenis pengotor pada bahan
cucian apakah noda, maka harus dibersihkan dengan bahan pembersih
noda.
c. Menimbang bahan cucian.
Langkah menimbang bahan cucian atau artikel yang akan di cuci
merupakan langkah yang penting, sebab dengan mengetahui berat bahan
cucian yang akan di cuci maka akan dapat ditentukan dengan tepat
ukurannnya/takaran chemical yang dibutuhkan dalam proses pencucian.
Memasukkan bahan cucian
Bahan cucian dimasukkan dalam tromol mesin cuci maksimal 80% dari
kapasitas mesin. Bila kelebihan berat bahan cucian maka menyebabkan
over loading ( kelebihan muatan ). Over loading menyebabkan :
kerusakan mesin, hasil pembilasan tidak baik, hasil cucian setelah kering
akan nampak tidak cerah/tidak bersih dan yang warna putih menjadi
kekuning-kuningan. Memasukkan semua chemical Eco Brite 1 s/d 2 gr
untuk tiap 1 kg bahan cucian, Booster 1 s/d 3 gr untuk tiap 1 kg bahan
cucian, Molto 5 s/d 10 ml untuk tiap 1 kg bahan cucian.
Tahap Pelaksanaan Proses Pencucian
Tahapan kerja di laundry :
1. Penerimaan linen kotor denganprosedur pencatatan dan serah terima
2. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
3. Pencucian
4. Pemerasan
5. Pengeringan
6. Penyetrikaan
7. Pelipatan
8. Penyimpanan
9. Distribusi
10. Penjahitan linen yang rusak
Setelah melakukakan tahap persiapan untuk suatu proses pencucian yang
meliputi pengumpulan linen, menyortir, menimbang, memasukkan ke mesin
dan menyiapkan chemical yang akan dipergunakan, maka selanjutnya

23
dilakukan tahap pelaksanaan proses pencucian, yaitu:
a. Flush.
1) Pembilasan awal bahan cucian, dengan tujuan:
2) Membasahi linen yang tebal.
3) Membantu melepaskan kotoran.
4) Memudahkan pencucian selanjutnya.
5) Melembutkan cucian.
6) Penghematan deterjen.
Spesifikasi:
1)Dilakukan pada proses awal.
2)Mempermudah proses break.
3)Temperatur 30-50° C.
4)Level air tinggi.
5)Waktu proses 3-5 menit.
6)Tanpa deterjen.
b. Break.
Proses pencucian awal, tujuannya menghilangkan kotoran, mempermudah
proses suds.
Spesifikasi:
1) Digunakan untuk proses pencucian yang sangat kotor
( berminyak ).
2) Didahului dengan proses flush.
3) Temperatur 50-80° C.
4) Level air rendah.
5) Waktu proses 10-15 menit.
6) Deterjen: Eco brite
c. Suds / wash.
Proses pencucian utama dengan menuangkan Ionic ke mesin cuci dengan
ukuran yang disesuaikan dengan berat bahan cucian/banyaknya cucian.
Tujuan: melepaskan kotoran, noda, minyak pada linen.
Spesifikasi:
1) Proses setelah flush/ break.
2) Temperatur 50-80° C.
3) Waktu proses 8-15 menit.
4) Deterjen : Eco brite , FGO.
d. Bleaching.
Proses pemutihan, bleach tidak dilakukan pada semua proses pencucian.
Jadi apabila artikel yang dicuci tidak berwarna putih maka tahap
penggunaan bleach ini tidak dilakukan. Tujuan: memutihkan linen,
menghilangkan spot yang ringan.
Spesifikasi:
1) Proses setelah suds/ wash untuk chlorin bleach.
2) Proses bersama dengan suds untuk Oxigen bleach.
3) Temperatur 60-80° C.
4) Level air rendah
5) Waktu proses 5-10 menit.

24
6) Deterjen: Super B
e. Rinse.
Pembilasan I & II, pembilasan dengan menggunakan air yang sangat
panas/hangat. Tujuan untuk menetralkan air dengan tahap menjaga suhu
badan cucian. Dalam pembilasan I ini tidak boleh langsung menggunakan
air dingin. Sebab dapat menimbulkan kerusakan terhadap serat-serat
pakaian.Tujuan : menghilangkan sisa deterjen, membuang kotoran yang
terlarut di air, dan menurunkan temperatur secara bertahap.
Spesifikasi:
1) Dilakukan setelah proses suds/bleach sebanyak 2 atau 3 kali.
2) Temperatur penurunan bertahap 15 %.
3) Level air tinggi.
4) Waktu proses 2-5 menit.
f. Anti chlor.
Proses penetralan sisa chlorine bleach. Tujuan: menetralkan sisa chlorine
bleach, mencegah terjadinya warna kekuning-kuningan pada linen.
Spesifikasi:
1) Dilakukan setelah proses rinse I
2) Temperatur sama dengan rinse
3) Waktu proses 2-5 menit
4) Level air tinggi
g. Softening.
Proses pelembutan.Tujuan: melembutkan cucian ( handuk ), mempercepat
proses pengeringan, mensterilkan cucian ( di Rumah Sakit ) dengan
menggunakan chemical Molto pada pembilasan akhir ( 3-5 menit ).
h. Souring.
Proses penetralan sisa deterjen.
i. Starching.
Proses pengkanjian. Tujuan: memperlicin permukaan linen,
mempermudah linen di bentuk, mencegah kotoran menyerap ke linen.
Spesifikasi:
1) Dilakukan bersama proses souring.
2) Temperatur 25-35° C.
3) Level air rendah.
4) Waktu proses 3-5 menit.

Metode teknis mencuci linen di Rumah Sakit


Hati Mulia
No Operasional Bhn kimia Suhu Waktu Dosis Ph / air Level
C Menit
1 Cuci awal / pre Non Normal 3 s/d 5 100 gr 10 s/d 11 Tinggi
wash
2 Buang - - - - -
3 Cuci / Main Detergen 45 s/d 50 2 100 gr 12 s/d 13 Rndah
wash alkali 60 s/d 80 8 50 gr 11 s/d 12
4 Buang - - - - - -

25
5 Bleaching Chlorine 65 10 50 gr 8 s/d 9 Rndah
Oxygen 71 3 100 gr

6 Buang - - - - - -
7 Bilas I / Rinse Air Normal 3 s/d 5 - - -
8 Buang - - - - - -
9 Bilas II / Rinse Air Normal 3 s/d 5 - - Tinggi
10 Buang - - - - - -
11 Pelembut Molto - 5 200 ml - -
pewangi
12 Buang - - - - - -
13 Pemerasan / - - 5 s/d 8 - - -
exctraktor
Keterangan :
W = Linen warna : oxygen bleach = untuk linen bernoda
P = linen putih : chlorine bleach untuk linen putih
Operasional Bleaching : wajib dilakukan untuk linen kotor infekius
dimana fungsi chlorine / oxsigen bleach sebagai desinfeksi ( % sesuai
dengan persyaratan ) dan suhu serta waktu merupakan satu kesatuan
Operasional choliren juga sebagai pencermelang
Dosis disesuaikan dengan tingkat noda ( ringan, sedang, berat )
Tenaga Laundry / Staf Opertor
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan hepatitis
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit : luka-luka,
terbuka, kondisi eksfoliatif tidak boleh melakukan pencucian.

C. Prosedur Pelayanan Linen


Bahan cucian disortir berdasarkan :
1. Warna bahan cucian .Dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. warna putih
b. warna muda, kuning muda, merah muda
c. warna gelap/ tua, merah tua, coklat tua, biru tua, hitam
2. Bahan dasar cucian.
a. wool, sutera harus dicuci dengan dry cleaning machine
b. rayon, acrylic, polyester dengan dry cleaning machine
c. cotton dicuci dengan washing machine ( mesin cuci )
3. Tingkat kotoran dibedakan menjadi 3 :
a. kotoran ringan
b. kotoran sedang
c. kotoran berat
Bahan cucian yang tingkat ringan dan sedang dapat langsung di masukkan
ke dalam mesin cuci untuk dicuci. Sedangkan tingkat kotoran yang berat
sebelum dimasukkan ke mesin harus di cuci awal dulu untuk dibersihkan

26
kotorannya.
1. Penanganan Dan Pengelolaan Linen
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit.
Penanganan linen rutin waktu membersihkan tempat tidur, pengangkutan linen
sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah sakit dapat menebarkan mikroba
keseluruh bagian rumah sakit. Ditempat pencucian, penumpukan linen kotor
akan menimbulkan gangguan kesehatan kepada para pekerja dan dapat
mengotori linen bersih. Mengurangi terjadinya kontaminasi udara akibat linen
kotor selama penanganan dan pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai
cara. Pada prakteknya agak sulit untuk menurunkan kontaminasi sama sekali,
tetapi dengan penyediaan kantong plastik untuk mengumpulkan linen kotor
akan sangat menbantu dalam mengurangi penyebaran kuman. Pada Rumah
Sakit maju disarankan untuk menggunakan linen bukan tenun atau bahkan
menggunakan jenis disposable. Kantong plastik linen kotor lebih disarankan
di banding kantong kain/ kanvas.Alat pengangkut utama linen di Rumah Sakit
adalah kereta dorang. Kereta dorong untuk linen terpisah untuk linen bersih
dan kotor. Untuk membedakan biasanya kereta didesain berbeda, baik bentuk
dan warnanya sehingga tidak terjadi kekeliruan penggunaan. Dengan
penggunaan kereta dorong dari bahan kanvas yang sering dijumpai di rumah
sakit dimana relatif sulit dibersihkan, maka pemisahan ini semakin penting
artinya. Bila terpaksa harus menggunakan kereta yang sama, maka perlu
disediakan pelapis plastik yang kuat untuk menghindari kontaminasi dan
kereta harus di cuci secara secara berkala.Disarankan kereta tersebut terbuat
dari kerangka stainless steel yang dapat dan mudah di cuci dengan steam
setelah digunakan untuk linen kotor. Di Rumah Sakit Hati Mulia untuk trolley
kotor dengan trolley bersih sudah dibedakan sendiri-sendiri. Untuk trolley
bersih terbuat dari Stainless steel dan ditutup dengan kain. Untuk trolley kotor
terbuat dari besi dan ada penutup dari kain berwarna coklat.

2. Prosedur Penangan linen di Rumah Sakit Hati Mulia:


a. Lokasi untuk melakukan proses penangan linen merupakan tempat khusus
dan terpisah dari unit perawatan, tempat penyimpanan barang steril.
b. Memiliki fasilitas terpisah untuk penerimaaan linen kotor dan
pengambilan linen bersih
c. Membedakan kereta/trolley linen bersih dan linen kotor.
d. Penting diperhatikan penangan linen yang bersih dan kotor untuk
mengurangi terjadinya infeksi pada pekerja dan pasien.
e. Harus diperhatikan proses pengumpulan, pemisahan, pencucian, dan
penyimpanan linen sebagai prosedur yang cukup sederhana dan mudah
dikerjakan.
f. Fasilitas lain yang dimiliki adalah : penyediaaan linen bersih dalam
jumlah yang memadai, cara pengiriman linen bersih yang baik sehingga
terhindar dari kontaminasi kuman, serta cara penanganan linen kotor
sehingga tidak mengakibatkan kontaminasi kepada lingkungan.
3. Pengumpulan,Pencucian, Penyimpanan dan Transportasi
Linen :

27
a. Linen kotor harus dikumpulkan, dipisahkan serta ditempatkan pada tempat
khusus dimana kegiatan yang mengakibatkan linen menjadi kotor.
b. Meminimalkan kontaminasi pada petugas dan lingkungan dengan tidak
memanipulasi terlalu banyak kegiatan.
c. Linen yang terkontaminasi cairan tubuh, darah diperlakukan khusus
dengan cara menggulung dan melipat dan dimasukkan ke kantong
tersendiri serta diberi label berwarna merah.
d. Linen terkontaminasi / infeksius tempatkan pada plastik kuning dan diberi
tanda warna kuning
e. Letakkan linen yang paling kotor pada bagian yang paling dalam sehingga
resiko kontaminasi dan penularan menjadi minimal.
4. Pemilahan linen kotor :
a. Pemilahan linen kotor dilakukan ditempat pencucian jangan disekitar
ruang perawatan.
b. Petugas yang menangani linen harus menggunakan ( APD ) sarung tangan,
masker, tutp kepala, appron dan sepatu boot.
c. Penambahan air sesuai dengan petunjuk pabrik mengenai proses
pengenceran, pengocokkan serta pengeringan.
d. Kedua proses terbukti cukup efektif dan tidak memberikan perbedaaan
bermakna dalam menghilangkan maupun mengurangi jumlah kuman pada
linen.
e. Dari sisi penghematan dan efesiensi biaya maka cara yang terakhir lebih
baik dari cara suhu tinggi.
f. Rantai infeksi akibat linen juga harus diputuskan pada tahap terakhir yaitu
saat penangan linen bersih. Linen ini harus dipisahkan dan disimpan pada
tempat yang bersih serta tertutu[, pada saat pembagian linen ke ruangan
harus selalu tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi lingkungan.
5. Proses Pengolahan linen kotor dari ruang perawatan ke cucian.
a. Pengumpulan.
Linen kotor dimasukkan kedalam ember yang dilapisi kantong plastik
warna pada saat mengganti linen pasien dan ditempatkan pengumpulan
linen kotor dan diangkut ke ruang cucian dengan kereta dorong yang
sesuai standar. Syarat tempat pengumpulan linen kotor di ruangan :
1) pintu keluar tersendiri dan tertutup / dapat ditutup.
2) Jauh dari ruang perawatan pasien.
3) Lantai kedap air/ mudah dibersihkan
b. Pengangkutan
Pengangkutan linen kotor harus segera mungkin dapat diangkut / pagi hari
dengan menggunakan kereta dorong yang dilengkapi dengan warna biru
gelap. Setelah kereta dorong digunakan mengangkut linen kotor harus
dilakukan pencucian terhadap kereta dorong dengan cara :
1) kereta diguyur dengan air mengalir
2) disikat dengan sabun
3) dimiringkan dan di jemur dibawah matahari.
Jalur pengangkutan linen kotor dari ruangan laundry tidak boleh melewati
instalasi gizi atau dapur.

28
c. Pemisahan
Pemisahan linen harus dilakukan secara benar agar bisa dibedakan mana
linen yang terbuka / tidak bernoda dan yang menular / yang tidak menular.
Hal ini bertujuan agar tidak tercampur dalam pencucianya .Pemisahan linen
kotor yang bernoda :
1) noda darah
2) noda muntah
3) noda kotoran manusia
Linen yang infeksius dibersihkan dahulu kotorannya dan jika ada sudah
bisa dimasukkan
dalam bak tertutup di rendam dengan lysol.Untuk linen infeksius harus
dipisahkan dengan
linen lain dan dimasukkan dalam kresek berwarna merah. Noda darah
dihilangkan dengan
Booster, kemudian di rendam dengan lysol. Apabila masih sulit
dihilangkan, bisa
mengunakan Oxigen Bleach.
d. Pencucian linen kotor
adalah proses pencucian linen-linen yang kotor yang sudah disortir lebih
dahulu. Tujuannya agar linen-linen yang kotor menjadi bersih dan bebas
dari kuman-kuman.
6. Langkah-langkah proses pencucian meliputi:
a. Pembilasan pertama.
Guyurkan air dingin biasa, dipakai sebagai pembilasan pertama untuk
menghilangkan noda-noda terutama noda darah. Linen kotor infeksius
setiba diruang cucian segera dilakukan desinfeksi dengan chlorine 0,5 %
selama 15 s/d 30 menit.
Kemudian dilakukan pemilihan dan dicuci, sedangkan linen kotor non
infeksius setiba di laundry segera dilakukan pencucian biasa.
b. Tahap penyabunan dan
pencucian.
1) Pada proses pembilas I digunakan air biasa.
2) Proses penyabunan digunakan pemanasan dengan suhu 65-77° C,
dengan standart bahan pencuci mengandung desinfektan, selama 30
menit.
3) pH sekitar 8-10 tidak banyak menghasilkan busa.
4) Proses pembilasan II dilakukan 3 kali yaitu pertama dengan air panas
dan diberikan pelembut.
5) Proses pemerasan menggunakan ekstraktor.
c. Tahap pengeringan dan
penyetrikaan.
Dapat dilakukan dengan 2 proses:
1) Manual (dengan setrika tangan).
2) 2. sistem silinder berputar atau roll (dengan mesin rol).
d. Tahap penyimpanan dan
penataan linen.

29
Linen bersih disimpan di almari penyimpanan linen yang memenuhi
persyaratan tempat
penyimpanan linen, yaitu:
1) Ruang penyimpanan harus bersih dan kering.
2) Penerangan memenuhi syarat yaitu 200% lux.
3) Kelembaban memenuhi syarat yaitu 45% S/D 75 % alat pengukur
suhu.
4) Suhu ruang memenuhi syarat yaitu 22-27°C dan harus terpasang
pengukur suhu.
5) Linen harus terpasang rapi dan disusun dalam almari yang telah dibagi
sesuai kepemilikannya.
e. Pengembalian linen / distribusi linen.
Mengembalikan linen yang bersih dan rapi ke ruangan-ruangan. Sebelum
pengembalian linen dilakuakan, petugas linen menata linen tersebut dirak
sesuai dengan daftar cucian dan menurut ruangan-ruangan yang
disendirikan. Petugas ruangan dapat mengambil linen bersih sesuai dengan
daftar cucian dan menggunakan kereta dorong yang bersih dan dilengkapi
kantong plastik untuk penutup. Sebelum diambil, petugas perawat harus
mengecek kembali dan menandatangani daftar cucian. Jalur pengangkutan
yang digunakan untuk linen bersih tidak boleh melalui daerah laundry dan
lokasi penampungan sampah.
f. Evaluasi pengelolaan linen.
Evaluasi pada pengelolaan linen sangat diperlukan, antara lain dalam
bentuk:
1) Laporan rutin yang berisi input dan output / infeksius dan non
infeksisus (jumlah linen yang dicuci)
2) Pengamatan langsung secara uji petik dari proses pengelolaan linen.
3) Evaluasi kepatuhan pengiriman linen kotor
4) Evaluasi kelembaban dan suhu ruang linen
5) Evaluasi barang temuan / tertinggal di linen
6) Evaluasi pembersihan ruang laundry dan linen serta troley
linenDilakukan analisa cost output/input.

D. Penatalaksanaan Linen
Penatalaksana linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi
organisme berpindah :
1. Di ruangan – ruangan
2. Perjalanan transportasi linen kotor
3. Pencucian di laundry
4. Penyimpanan linen bersih
5. Distribusi lienen bersih
Linen kotor uang dapat dicuci di laundry dikategorikan :
1. Linen kotor infeksius : linen yang terkontaminasi dengan darah cairan
tubuh dan fases terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi
Salmonella dan Shigella, HBV dan HIV ( jika terdapat noda darah ) dan
infeksi lainnya yang spesifik ( SARS ) dimasukkan ke dalam kantung plastik

30
warna kuning dan diberi label warna kuning
2. Linen kotor tidak terinfeksi : lienen yang tidak terkontaminasi darah,
cairan tubuh, dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin sungguh
pun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien-pasien yang
berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai beikut:
1. Pengelolaan linen di ruangan
Prosedur untuk linen infeksius :
1. Biasakan mencuci tangan hygines dengan sabun dan air mengalir
paling tidak 40-60detik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : sarung tangan, masker, appron, tuutp kepala, sepatu
boot dan goggle ( bial diperlukan )
3. Persiapkan alat dan bahan : sikat, sprayer, ember dengan tulisan linen
infeksius, kantung plasrik kuning, dan label warna kuning.
4. Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukkan linen kotor
infeksius ke dalam ember tertutup dan bawa ke spool hock atau langsung
ke ruang laundry untuk dilakukan proses desinfeksi.
5. Lakukan desinfeksi linen infeksisus di ruang laundry dilaksankan oleh
petugas laundry sesuai dengan SPO yang ada.
2. Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan
organisme, jika linen kotor tidak tertutup dan bahan troley tidak mudah
dibersihkan. Persyaratan alat tranportasi linen :
1. Dipisahkan antara triley kotor dengan troley bersih, jika tidak maka
wadah penampung yang berbeda
2. Bahan troley terbuat dari Stainless steel
3. Jika menggunakan wadah dan warna yang berbeda
4. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci,
demikain juga troleynya.
5. Muatan / loading linen kotor atau bersih tidak berlebihan
6. Wadah memiliki tutup
3. Dokumen
Dokumen yang dibutuhkan pada penatalaksanaan linen mulai dari ruangan
hingga didistribusikan terdiri dari :
a. Formulir daftar cucian pengiriman linen kotor dari ruangan
b. Buku ekpedisi serah terima linen kotor infeksius dan non infeksisus
c. Pencatatan jumlah linen kotor infeksius dan non onfeksius
d. Formulir pencatatan linen yang tidak layak pakai
e. Surat permintaan barang untuk linen baru
f. Buku serah terima pengambilan linen bersih

E. Perencanaan Linen
1. Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu yang di mulai dari proses perencanaan,
pemantauan, dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus berputar. Sifat
linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu

31
kondisi yang selalu siap baik segi kualitas maupun kuantitas, maka diperlukan
sistim pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik. Untuk itu
diperlukan kesepakatan-kesepakatan baku dan merupakan satu kebijakan yang
turun dari pihak Top level Management yang kemudian diaplikasikan menjadi
suatu standar yang harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur tetap
( protap ) dan petunjuk teknis ( juknis ) yang selalu dievaluasi
2. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di
rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di
ruang operasi ( OK ), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja
biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen tetapi sebagai uniform.
Berhubung setiap bagain rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan,
jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, keterbatasan
persediaan, penggunaan yang majemuk dan image yang ingin di capai. Untuk
itu diperlukan standar linen antara lain :
a. Standar produk
Berhubungan sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap
rumah sakit mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi
massal dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas tinggi akan
memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai
waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih
optimun dibandingkan produk yang lebih murah.Standar kain linen di
Rumah Sakit Semen Gresik ada dua yaitu linen untuk IRNA dan
penunjang memakai stndar jenis kain Battam. Dan untuk linen IBS merk
Taipan Drill
b. Standar desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya dari pada
estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju pasien.
Sizing system dengan pembedaan warna, diaplikasikan pada baju-baju
tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan “
praktis “ beberapa rumah sakit menggunakan sprei / laken yang fitted
selain yang flat. Yang tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan pada
waktu pemeliharaan, penggunaan kancing dan sambungan-sambungan
baju lebih baik dihindari.
c. Standar material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan
penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang digunakan di rumah
sakit antara lain Cotton 1Cvc cotton 50 % dan Polyester 50 % dengan
anyaman plat atau twill / drill, dengan proses akhir yang lebih spesifik,
seperti :
watter repellent, soil release, PU coated, dan sebagainya yang mempunyai
sifat dan penggunaan-penggunaan tertentu. Dengan adanya berbagai
pilihan tersebut memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan hasil terbaik
untuk setiap produk.Warna pada kain / baju juga memberikan nuansa
tersendiri, sehingga secara psikologis mempunyai pengaruh terhadap

32
lingkungannya.

Oleh karena itu, pemilihan warna sangat penting. Alternatif dari kain
warna yang polos adalah kain dengan corak motif, trend ini memberikan
nuansa yang lebih santai dan modern.
d. Standar Ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dai sisi penggunaan,
tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul.
Makin luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan
pengoperasionalnya. Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standar ,
misalnya : 90 x 200 cm, maka ukuran linen bisa distandarkan menjadi :
1) Linen IBS :
a) DOEK BESAR : P. 235 X L. 193
b) DOEK KECIL : P. 116 X L. 104
c) SARUNG MAYO : P. 99 X L. 59 ( PLIPIT MASUK KE
DALAMNYA CM )
d) TAPLAK MEJA : P.142 X L. 110
2) Linen Irna / Penujang Medik :
a) SPREI : P. 240 X L. 180
b) STEEK LAKEN: P. 180 X L. 120
c) SARUNG BANTAL : P. 65 X L. 50
d) PERLAK BESAR: P.195 X L. 135
e) PERLAK KECIL : P.90 X.L.150
f) ALAS BANTAL : P.60 X L.45
e. Standar Jumlah
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas ) dengan posisi 3 par berputar
di ruangan : stok 1 par terpakai, stok 1 par di cuci, stok 1 par disimpan
bersih, dan 1 par steril dan 1 par di steril untuk linen OK. Untuk linen di
IRNA cukup 3 par stock dan % par stock untuk linen IBS
Untuk jumlah linen yang digunakan di ruang rawat inap dan operasi
perhitungan rincinya sebagai berikut :
Linen kamar
1) Penggantian linen kamar di rumah Sakit Semen Gresik tergantung dari
jenis linennya 1 x 2 hari. Untuk sprei dan 1 x 1 untuk steek laken
2) Linen Kamar
3) Persediaan linen OK yang ideal sangat krusial, mengingat standar
prosedur di ruang OK sangat ketat.
Apabila rumah sakit dengan 5 ruang OK maka frekuensi operasi 5
kali / hari, yang masing-masing di tangani oleh 7 operator, lama cuci
linen 1 hari dan par stock 5.
f. Standar penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standar kelaikan sebuah
linen, apakah dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci.
Untuk itu sebaiknya linen diberi identitas. Seperti : tanggal beredar, logo
rumahsakit, item dan ukuran,

33
no item, nama ruangan. Di Rumah Sakit Hati Mulia memakai tanggal dan
bulan beredar dan nama Rumah Sakit Hati Mulia
Contoh Kode linen di Rumah Sakit RS Hati Mulia:

KODE – JENIS LINEN – NO.ITEM – BULAN – TAHUN BEREDAR


RSU HATI MULIA – SPREI – 1 -1 - 13
RSU HATI MULIA – SP- 1-1-13 ( ditulis dibawah sudut linen )

34
BAB V
LOGISTIK

A. Bahan Pembersih / Chemical Di Laundry


Di Rumah Sakit Hati Mulia telah ditetapkan bahwa untuk bahan pembersih
proses pengadaannya melalui unit pengadaan dan untuk pemilihan produk atau
bahan pembersih sesuai dengan spesifikasi dari unit laundry melalui proses trial
sebelumnya<sesuai dengan standar Rumah Sakit untuk chemical yang dipakai.
Bahan pembersih atau chemical yang dipakai oleh Rumah Sakit Hati Mulia
adalah sebagai beikut :
1. Detergen : Eco brite
2. Alkali : Booster
3. Chlorine bleach : Super B
4. Elmusifier : FGO
5. Oxsigen bleach : H202 Hidrogen Peroxida
6. Pelembut / pewangi : Molto
7. Chlorine : precept ( desinfektan )
8. Lisol
9. B-29 ( detergen multi purpose )

B. Peralatan Pendukung
Di Rumah Sakit Hati Mulia untuk mendukung proses laundry diperlukan alat
untuk mencuci linen yang kotor. Untuk proses pengadaannya sama yaitu melalui
unit pengadaan dan untuk pemilihan produk atau bahan pembersih sesuai dengan
spesifikasi dari unit laundry.
Peralatan yang dipakai oleh Rumah Sakit Hati Mulia adalah sebagai beikut :
1. Sikat tangan
2. Timba / Ember
3. Hanger
4. Bak cuci
5. Bottle spayer
6. Gelas ukur
7. Kursi plastik duduk

C. Permintaan Linen Baru


Di Rumah Sakit Hati Mulia harus melalui pengadaan. Sistim permintaan linen
baru di Rumah Sakit Hati Mulia dibagi menjadi 2 Cara :
1. Untuk linen yang bisa dijahit oleh unit linen sendiri : seperti ( sprei, sarung
bantal, steek laken ) tetap membuat Surat permintaan ke bagian pengadaann
tetapi dari pengadaan membelikan kain berupa global dan akan dibiayakan ke
masing-masing unit melalui issut ssuai dengan jumlah / jenis linen yang
dihasilkan oleh unit laundry. Jadi unit linen membuat linen tersebut dan
membagikannya sesuai dengan permintaan ruangan. Kesimpulannya unit
linen yang menjahit dan membaginya setelah barang jadinya.

35
2. Untuk linen yang tidak bisa dijahit sendiri / pembelian melalui vendor : unit
membuat surat permintaan barang dan langsung disampaikan ke bagian
umum dan administrasi, kemudian bagian umum dan administrasi
menyampaikan ke bagian gudang, dari bagian gudang membuatkan OP
( order pembelian ) ke pangadaan, dari OP inilah bagian pengadaan
membelikan barang sesuai dengan permintaan ruangan / unit.

D. Sistim Pengadaan Logistik


Di Rumah Sakit Hati Mulia untuk sistim pengadaan baik bahan atau peralatan
untuk kebutuhan laundry dan linen harus melalui pengadaan dengan cara :
1. Pembuatan Surat Permintaan Barang ke gudang
2. Penyampaian anggaran ke bagian umum dan administrasi
3. Pengembalian SPB ke bagian gudang
4. Bagian Gudang membuatkan Order Pembelian dan Permintaan
Pembelian
5. Bagian Pengadaan membelikan permintaan yang diminta dengan
kordinasi lagi ke bagian laundry bila diperlukan informasi mengenai barang
yang baru / tidak jelas.

36
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


1. Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 2009 tentang kesehatan
khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan
kerja khususnya harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya di
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan lebig dari sepuluh. Pada hakekatnya
kesehatan kerja merupakan penyeresaian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja, bila bahaya di lingkungan kerja tidak diantisipasi
dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjanya. Khusus untuk
petugas Rumah Sakit di unit laundry menerima ancaman kerja potensial dari
lingkungan bila keselamatan kerja tidak diperhatikan dengan tepat.
2. Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja
Prinsip dasar usaha kesehatn kerja terdiri atas :
a. Ruang lingkup usaha kerja
b. Kapasitas kerja dan beban kerja
c. Lingkungan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan
3. Otensi Bahaya Pada Unit Laundry
a. Bahaya Mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, ricktesia,
parasit dan jamur. Petugas laundry yang menangani linen kotor senantiasa
kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen.
Penelitian bakteriologis pada unit laundry menunjukkan bahwa jumlah
otak bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian
mulai diproses.Mikroorganisme tersebut adalah :
1) Mycobacterium tubercolosis : menyerang paru-paru,penularan melalui
percikan dan dahak penderita.
Pencegahan :
a) Meningktakan pengertian dan kepedulian petugas laundry
terhadap penyakit TBC dan penularannya.
b) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam
ruangan laundry
c) Menggunakan APD sesuai dengan SOP
d) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi terhadap
bahan dan alat yang dipakai digunakan
e) Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan SOP
2) Virus Hepatitis B : selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan
segala komplikasinya, lebih penting dan berbahaya lagi adalah
manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap ( carrier ) kronik, yang
dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan. Penularan dapat
melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

37
Pencegahnnya :
a) Meningktakan pengetahuan dan kepedulian petugas laundry
terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya.
b) Memberikan vaksinasi pada petugas
c) Menggunakan APD sesuai dengan SOP
d) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi terhadap
bahan dan alat yang dipergunakan bila terkena bahan infeksi.
a) Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan SOP
3) Virus HIV : Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS. Virus HIV
menyerang terget sel dalam jangka waktu lama. HIV dapat hidup di
dalam darah, cairan vagina, sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta
tubuh. Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh
yang mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang
terluka. Pencegahannya :
a) Menggunakan APD sesuai dengan SOP
b) Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastik
keras yang berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap
air, dan berwarna khusus / kuning infeksius, serta diberi label HIV
AIDS selanjutnya dibakar.
b. Bahaya Bahan Kimia
Debu : pada unit linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri
Pengendalian :
1) Pencegahan terhadap sumber
2) Memakai APD sesuai dengan SOP
3) Ventilasi yang baik
4) Bahaya bahan kimia : Sebagian besar dari bahaya di unit laundry
diakibatkan oleh zat kimia seperti deterjen, desinfektan, zat pemutih, dll.
Tingkat resiko yang diakibatkan tergantung besar, luas danlama pejanan.
Sebagian informasi kimia tersebut dapat dibaca pada label kemasan dari
produk / MSDS. Penanganan zat kimia di unit laundry :
a) Alkali
Sifat : bila terkena panas akan terkontaminasi menjadi gas yang
mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
(1) Iritasi mata, iritasi kulit
(2) Bila terhirup menyebabkan edema paru
(3) Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lender
Pertolongan pertama :
(1) Mata : cuci dengan secepatnya dan sebanyaknya
(2) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
(3) Terhirup : pindahkan dari sumber
(4) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda

38
Tindakan pencegahan :
(1) Memakai APD
(2) Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat,
peralatan pernafasan sendiri
(3) Penyimpanan dan pengakutan : simpan ditempat
aslinya, wadah tertutup, dibawah kondisi kering, ventilasi yang
baik, jauhkan dari asam dan hindarkan dari suhu ekstrim.
b) Deterjen
Sifat : bila terkena panas akan terkontaminasi menjadi gas yang
mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
(1) Iritasi mata, iritasi kulit
(2) Bila terhirup menyebabkan edema paru
(3) Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir
Pertolongan pertama :
(1) Mata : cuci dengan secepatnya dan sebanyaknya
(2) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
(3) Terhirup : pindahkan dari sumber
(4) Tertelan : bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air
atau susu
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda
Tindakan pencegahan :
(1) Memakai APD
(2) Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan
pernafasan sendiri
(3) Penyimpanan dan pengakutan : simpan ditempat aslinya,
wadah tertutup, dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik,
jauhkan dari asam dan hindarkan dari suhu ekstrim
c) Elmulsifier
Sifat : rusak oleh sinar matahri, stabil dan tidak mudah terbakar
Bahaya kesehatan :
(1) Iritasi mata, iritasi kulit
(2) Bila terhirup menyebabkan iritasi
(3) Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
(1) Mata : aliri dengan air selama 15 menit
(2) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
(3) Terhirup : pindahkan dari sumber
(4) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air jangan
berusaha untuk muntah
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda

39
Tindakan pencegahan :
(1) Memakai APD
(2) Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust , peralatan
pernafasan sendiri
(3) Penyimpanan dan pengakutan : simpan ditempat yang
sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung, hindari
sumber panas.
d) Bleach
Sifat : bereaksi dengan bahan-bahan produksi, tidak mudah
terbakar.
Bahaya kesehatan :
(1) Iritasi berat pada mata, ras terbakar pada kulit
(2) Bila terhirup menyebabkan iritasi, oedema paru
(3) Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama :
(1) Mata : cuci secepatnya dengan air s
(2) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
(3) Terhirup : pindahkan dari sumber
(4) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas atau susu
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda
Tindakan pencegahan :
(1) Memakai APD
(2) Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust ,
peralatan pernafasan sendiri
(3) Penyimpanan dan pengakutan : simpan ditempat
yang sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung,
hindari sumber panas
e) Chlorine bleach
Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan keluarnya gas
klorin dengan cepat, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
(1) Iritasi berat pada mata, rasa terbakar pada kulit
(2) Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran napas, asma, edema
paru dan kanker paru
(3) Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama :
(1) Mata : cuci secepatnya dengan air
(2) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
(3) Terhirup : pindahkan dari sumber
(4) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas atau susu
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda

40
Tindakan pencegahan :
(1) Memakai APD
(2) Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat , peralatan
pernafasan sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan yang
lama
(3) Penyimpanan dan pengakutan : simpan ditempat yang
sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung, hindari
sumber panas.
f) Softener
Sifat : stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah
terbakar
Bahaya kesehatan :
(1) Iritasi berat mata, iritasi pada kulit
(2) Bila terhirup menyebabkan iritasi
(3) Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
(1) Mata : cuci secepatnya dengan air
(2) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
(3) Terhirup : pindahkan dari sumber
(4) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda
Tindakan pencegahan :
(1) Memakai APD
(2) Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust , peralatan
pernafasan sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan yang
lama
(3) Penyimpanan dan pengakutan : simpan ditempat
yang sejuk dan kering, hindari suhu yang ekstrim
c. Bahaya Fisika
1) Bising
Dalam kesehtan kerja, bising dapat disalah artikan sebagai suara yang
dapat menurunkan pendengaran secara kuantitatif ( peningkatan
ambang pendengaran ) maupun secara kualitatif ( penyempitan
spektrum pendengaran ), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,
durasi dan pola waktu.
Di rumah sakit, bising merupakan masalah yang salah satunya berasal
dari mesin cuci dam ducting exhaust fan. Pajanan bising yang terjadi
pada intesitas relatif rendah ( 85 dB atau lebih ), dalam waktu yang
lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan
gangguan pendengaran berupa Noise Induce Hearing Loss ( NIHL ).
Pengkuran :
Untuk mengetahui untensitas bising di lingkungan kerja, digunakan
sound level meter, sedangkan untuk lebih tepat digunakan moise dose
meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja

41
selama delapan jam ia bekerja. Nilai ambang batas ( NAB ) intensitas
bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimun delapan jam per hari.
Pengendalian
a) Sumber : mengurangi intesitas bising
(1) Desain akustik
(2) Menggunakan mesin / alat yang kurang bising
b) Media : mengurangi transmisi bising dengan cara :
(1) Menjahukan sumber darei pekerja
(2) Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik
pada dinding, lamgit-langit dan lantai.
(3) Menutup sumber bising dengan barrier
c) Pekerja : mengurangi penerimaan bising
(1) Menggunakan APD
Berupa sumber telinga ( ear plug ) yang dapat menurunkan
pajanan sebesar 6-30 dB atau penutup telinga ( ear muff ) yang
dapat menurunkan 20-40 dB
(2) Ruang isolasi untuk istirahat
(3) Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu
antara lingkungan kerja yang bising dengan yang tidak bising
(4) Pengendalian secara administrasi dengan
menggunakan jadwal kerja sesuai NAB
2) Cahaya
Pencahayaan di instalasi laundry perlu karena berhubungan langsung
dengan :
a) keselamtan petugas
b) peningkatan pencemaran
c) kesehatan yang lebih baik
d) suasana yang nyaman
Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh
kelelahan mata dan kelainan lain berupa :
a) iritasi ( konjungtivitis )
b) ketajaman penglihatan terganggu
c) akomodasi dan konvergensi terganggu
d) sakit kepala
Pencegahan : dengan pencahayaan yang cukup sesuai dengan standar
rumah sakit ( minumal 200 Lux )
3) Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh
karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada
umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshok
dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui sistim peralatan yang
tidak baik.
Efek kesehatan :
a) Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik
b) Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik

42
Pengendalian :
Enginering :
a) Pengukuran jaringan / instalasi listrik
b) NAB bocor arus 50 milliamper, 60 Hz ( sakit )
c) Pemasangan pengaman / alat pengamanan sesuai ketentuan
d) Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator
Administrasi :
a) Penempatan petugas sesuai dengan ketrampilan
b) Waktu kerja petugas digilir
4) Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28 C )
dengan kelembaban antara 60-70%. Pada unit laundry panas yang
terjadi adalah panas lembab.
Pengukuran : dengan mempergunakan Wet Bulb Globe Temperatur
( MBGT )
Efek Kesehatan :
a) Heat syncope ( pingsan karena panas )
b) Heat disorder ( kumpulan gejala yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan
tubuh) seperti :
(1) Heat stress / heat exhaustion, terasa panas dan tidak
nyaman, karena dehidrasi, tekanan darah turun
menyebabkan gejala pusing dan mual.
(2) Heat Cramps adalah spasme otor yang disebabkan cairan
dengan elektrolit yang rendah, masuk ke dalam otot, akibat
banyak cairan tubuh keluar melalui keringat, sedangkan
penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit
(3) Heat stroke disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam
mengatur pengeluaran keringat, suhu tubuh dapat mencapai
40,5 C
Pengendalian :
a) Terdapap lingkungan
b) Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
c) Menyempurnakan sistim ventilasi dengan :menarik udara panas
keluar ruangan, kipas angin untuk petugas, pemasangan pendingin
atau exhaust ducting fan.
Terhadap pekerja :
a) Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi
syarat dekat tempat kerja dan kalau perlu disediakan extra salt
b) Hindarkan petugas yang harus bekerja di lingkungan panas apabila
berbadan gemuk sekali dan berpenyakit kardiovaskular.
c) Pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu
ruangan
Secara administratif yaitu pengaturan waktu kerja dan istirahat
berkaitan dengan suhu ruangan.

43
5) Getaran
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek
dengan gerakan isolasi. Vibrasi dapat terjadi lokal atau seluruh tubuh.
Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas melalui
tranmisi / penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh
ataupun getaran setempat yang merambat melalui tangan atau lengan
operator.
Efek kesehatan :
a) Terhadap sistim peredaran darah : dapat berupa kesemutan jari
tangan waktu bekerja
b) Terhadap sistim tulang, sendi dan otot, berupa ganguan
osteoarticular ( gangguan pad sendi jari tangan )
c) Terhadap sistim saraf : parastesi, menurunnya sensitivitas,
gangguan kemampuan membedakan dan selanjutnya atrofi.
d) Pemajanan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekuensi 4-5
Hz dan 6-12 Hz dikaitkan dengan fenomena resonansi ( kenaikan
amplitudo getaran organ ), terutama berpengaruh buruk pada
susunan saraf pusat.
Pengukuran : alat yang digunakan adalah vibration meter ( alat untuk
mengukur frekuensi dan intesitas di are kerja )
Pengendalian :
a) Terhadap sumber, diusahakan menurunkan getaran dengan
bantalan anti vibrasi/ isolator dan pemeliharaan mesin yang baik
b) Pengendalian administarsi dilakukan dengan pengaturan jadwal
kerja sesuai TLV ( Treshold Limit Value )
c) Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan
menggunakan darung tangan untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan terhadap gangguan vaskular.
d. Ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan pekerja. Posisi tubuh
yang salah atau tidak alamiah, apalagi dalam sikap paksa dapat
menimbulkan kesulitandalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian,
mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efesien. Hal ini dalam jangka
panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologi.
1) Gejala : penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian,
jaringan otot, saraf atau pembuluh darah
2) Pengukuran : dinilai dari banyaknya keluhan yang ada
hubungannya pada saat melakukan pekerjaan
3) Pengendalian
Mengengkat barang berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan sendiri, kira-kira
50 kg bagi laki-laki, dan 40 kg bagi wanita.
e. Keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja, dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tak

44
terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.Beberapa bahaya
potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di unit laundry :
1) Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama. Unsur unsur
tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Penanggulangan :
a) Sistim penyimpanan yang baik terhadap bahan yang mudah
terbakar
b) Pengawasan : pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya
kebakaran dilakukan secara terus menerus
c) Jalan untuk menyelamatkan diri.Secara ideal semua bangunan
harus memiliki sekurang kurangnya 2 jalan penyelamat diri pada 2
arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang terjadi,
sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk
menyelamatkan diri.
d) Perelengkapan pemadam apar dan penanggulangan kebakaran
Alat Pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis :
a) Terpasang ditetap ditempat
b) Dapat bergerak atau dibawah
Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat-tempat
yang rawan terjadi kebakaran, mudah terlihat dan mudah diambil
2) Terpeleset / terjatuh
a) Terpeleset atau jatuh pada lantai yang sama adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada unit laundry
b) Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan
cedera yang berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar
otak.
c) Penanggulangan :
(1) Jangan memakai sepatu hak tinggi, sol yang rusak atau
memakai tali sepatu yang longgar
(2) Kontruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin
(3) Pemeliharaan lantai :
(a) Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran
seperti pasir, debu, minyak yang memudahkan
terpeleset
(b) Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau
permukaannya miring harus segera diperbaiki.
f. Bahaya Psikososial
Faktor psikososial juga memerlukan perhatian antara lain :
Stress yaitu ancaman fissik dan psikologis dari faktor lingkungan terhadap
kesejahteraan individu. Stres dapat disebabkan oleh :
1) Tuntutan pekerjaan.
Beban kerj yang berlebihan maupun yang kurang, tekanan waktu,
tanggung jawab yang berlebihan maupun yang kurang

45
2) Dukungan dan kendala
Hubungan yang tidak baik dengan atasan, teman sekerja, adanya berita
yang tidak dikehendaki / gosip, adanya kesulitan uang, dll
Manifesti klinik : depresi, ansietas, sakit kepala, kelelahan dan
kejenuhan, gangguan pencernaan dan gangguan fungsi organ lainnya.
Pengendalian :
1) Menjaga kebugaran jasmani dan dari pekerja
2) Kegiatan-kegiatan yang menumbulkan rasa menyenangkan dalam
bekerja, misalnya adanya makan siang bersam, adanya kegiatan piknik
bersama.

46
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Linen dan laundry adalah juga bagian yang berperan dalam kegiatan
operasional Rumah Sakit khususnya dalam hal per linenan,maka tiap tahun pimpinan
melakukan evaluasi baik atas kegiatan yang telah berlangsung setahun yang lalu, juga
terkait sistem dan proses serta pengendalian mutu pelayanan. Dalam Program
Menjaga Mutu Terpadu di Rumah Sakit Hati Mulia, maka unit linen dan laundry dan
Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit terlibat langsung dalam program
menjaga mutu yang bertujuan untuk menerapkan manajemen linen yang sesuai stndar
dan prosedur pelayanan di Rumah Sakit.
Unit linen dan laundry harus mempunyai rencana dan proses yang sistematis
untuk memantau dan mengevaluasi mutu dan kelayakan semua unsur pelayanan
kebersihan di Rumah Sakit. Pimpinan diharapkan melaksanakan pengembangan
strategi dengan mengembangkan indikator kinerja instalasi agar dapat dijadikan
pedoman dalam mengembangkan rencana kegiatan, rencana pemasaran dan
sebagainya.

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati
pelayanan dan cakupan program pelayanana seawal mungkin, untuk dapat
menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
Tujuan monitoring adalah :
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari sistem
pelayanan ( bila perlu )
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang
dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaiakan
dalam pemberian pelayanan di rumah sakit.
Aspek-aspek yang dimonitoring mencakup :
1. Sarana, prasarana, dan peralatan
2. Standar / pedoman pelayanan laundry dan linen, SOP, kebijakan-kebijakan
direktur rumah sakit.
3. Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam, pudar,
tidak cerah / putih, atau menggambarkan usia pakai. Atau linen yang sudah
tipis terlihat transfaran.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan atau pelapukan.
5. Apabila ada penandaan tahun pengadaan / penggunaan, tinggal menghitung
umur lamanya, sehingga bisa dihitung frekuensi pencuciannya. Standar untuk
linen IRNA adalah 200-250 kali cuci, sedangkan untuk linen IBS 100-150
kali cuci hatus dihapus ( tidak layak pakai ) itupun tergantung kwalitas bahan
linen / kain yang dipakai.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti
pada tahap pencucian, pengeringan, dan sebagainya, juga evaluasi secara

47
keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit .
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen rumah sakit
2. Sebagai acuan /masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia
pembersihan sarana dan prasarana kamar cuci
3. Sebagai acuan dalam perencanaansistim pemeliharaan mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
SDM
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan
menyebarkan kuesioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap
semester atau minimal setahun sekali
1. Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas linen
Kuantitas /jumlah linen yang beredar di ruangan sangat menentukan
kualitas pelayanan, demikian pula linen yang berputar di ruangan yang
diam akan mengakibatkan linen yang satu cepat rusak dan linen yang
lainnya terlihat belum digunakan.Hal ini dapat menggangu pada saat
penggantian linen berikutnya maupun jika linen tersebut hendak
diturunkan kelasnya.
Untuk itu perlu ada monitoring ke ruangan dengan frekuensi minimal 3
bulan sekali atau setiap kali ada pencatatan di buku administrasi yang
baik tidak mengindahkan prisip FIFO ( first in first Out )
b. Kualitas linen
Kualitas linen yang diutamakan dari linen adalh bersih ( fisik linen ),
awet (tidak rapuh) dan sehat ( bebas dari mikroorganisme patogen )
Frekuensi :
1) Untuk memonitoring bersih dapat dilakukan dengan
memanfaatkan panca secara indera fisik mualai dari bau ( harum
dan bebas dari bau yang tidak sedap ), rasa ( lembut dikulit )
dan skala noda. Dilakukan pada tahap sortir di dalam
perputaran pencucian. Jika terdapat kekurangan dari tiga aspek
tersebut, maka perlu adap encucian ulang sesuai dengan
permasalah masing-masing.
2) Awet ( tidak rapuh ) dapat dilakukan dengan
mengendalikan penggunaanformulasi bahan kimia yang serendah
mungkin tanpa mengabaikan hasil.
3) Subtitusi penggunaan bahan kimia yang mempunyai
sifat melapukan.
4) Sehat ( bebas mikroorganisme patogen ) dilakukan
dengan pemeriksaan linen bersih melalui pemeriksaan angka
kuman di laboratorium untuk mengetahui adanya mikroorganisme
patogen ataupun mikroorganisme non - patogen dalam jumlah
yang banyak ( rekontaminasi )
2. Bahan kimia
a. Fisik dan karakteristik bahan kimia
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta

48
bau yang khas dari bahan kimia. Penjelasan spesifikasi bahan kimia
pada awal pembelian menjadi penting serta melihat pembanding bahan
kimia dari produk bahan kimia lainnya akan sangat membantu dalam
memonitor kualitas bahan kimia yang dikirim pihak rekanan. Untuk
menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring setiap bahan kimia akan
digunakan.
b. PH ( Power Hidrogen ) dan presentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti
yang dipersyaratkan dalam LDP ( Lembar Data Pengaman ) MSDS.
Informasi pH penting dalam mengetahui kualitas bahan kimiayang
akan digunakan apakah mengalami perubahan pada saat penyimpanan
dan penggunaan Frekuensi pemeriksaaan dilakukan pada awal
penggunaan, pertengahan dan akhir.
3. Baku mutu air bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standar air bersih Depkes
( Permenkes 416 ) yaitu dilakukan monitoring sedikitnya 6 bulan
sekali.
b. Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Jika standar yang diinginkan tidak perpenuhi, maka harus dilakukan
usulan utnuk menurunkan tingkat polutan di air yang akan digunakan.
Sebaiknya sama dilakukan setiap 6 bulan sekali.
4. Baku mutu limbah cair
Berdasarkan PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3
:
Kode limbah : D 239
Jenis kegiatan : Laundry
Sumber pencemaran : Proses cleaning yang memakai pelarut organik kuat
dan pelarut kostik
Asal/uraian limbah : Pelarut bekas, larutan kostik bekas,proses cleaning
Pencemaran utama : Pelarut organik, hidrokarbon terhalogenasi, lemak dan
gemuk/minyak
Dengan demikian limbah laundry harus dikelola sesuai dengan standar
Baku Mutu sesuai dengan tingkat pencemar yang dimaksud, namun
Permen LH No 58 tahun 1995 tidak boleh/belum mengakomodir untuk
limbah cair laundry rumah sakit.
Polutan yang mencemari : phospat, senyawa aktif biru metilen dan sulfida
Frekuensi pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali
Hasil evaluasi diberikan kepada penanggungjawab dan pengelola linen di
rumah sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan
dan pertimbangan dalam pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.

49
BAB VIII
PENUTUP

Buku Pedoman Manajemen laundry dan linen Rumah Sakit Hati Mulia terdiri
dari 8 bab, yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi staf
dan seluruh unit pelayanan yang terkait dengan laundry dan linen.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih atas terselesainya buku pedoman
laundry dan linen. Atas kerjasama tim laundry dan linen serta pengendalian infeksi
nosokomial Rumah Sakit Hati Mulia diharapkan mampu memberikan pelayanan yang
sesuai dengan pedoman pelayanan Rumah Sakit.
Buku pedoman ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan
partisipasi dari berbagai pihak untuk memberikan sumbang saran, kritik demi
perbaikan dan penyempurnaannya.

Direktur,

dr. Hj. Suhartini, SP.OG

50

You might also like