You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

ACARA VII. UJI VIGOR BENIH

Oleh :

NAMA : Nur Inayah

NIM : C1M015147

KELOMPOK : 27

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017
ACARA VII. UJI VIGOR BENIH

A. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui kriteria benih yang normal kuat,
normal tidak kuat, abnormal,dan mati.

B. Pelaksanaan praktikum
1. Waktu Praktikum : Hari senin, November 2017. Pukul 12.30 – 13.45 WITA.
2. Tempat Praktikum : Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih,
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

C. Tinjauan pustaka

Bagod (2006) mengatakan, Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan
antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur
genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yangsama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi
tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan
warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Informasi tentang daya
kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum.
Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang
optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan
dapatmenambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih
harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi
lapangan yang beraneka ragamakan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi
tinggi dengan kualitas baik.

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing – masing
“kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi
mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau bibitnya, yang
selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahannya
terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh
dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut
untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam
pola tanam multipa. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan
tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2011).

Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir
masa pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak tumbuh, benih keras, yang
gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh
menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih
tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari
perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh
normal. Benih keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih
tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan
jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal
ini disebabkan karena kulit benih yang impermeable terhadap gas dan air. Benih mati
adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak
berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna
benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang
menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilapangan tanaman yang
menjadi induk telah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut
berpotensi membawa penyakit dari induknya (Ryoo and Cho, 2002).
Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan
tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam
kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum.
Selanjutnya Perry (2002) mendefinisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang
ditentukan oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih
memproduksi bibit yang tumbuh cepat di tanah serta memiliki toleransi terhadap
berbagai kondisi lingkungan yang luas. Sementara itu, viabilitas benih merupakan daya
hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala
metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial
adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan benih
menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang
optitum (Harringto, 1972).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat dan
mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat
potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya
kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang menunjukan bagaimana benih tumbuh
pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor adalah gabungan antara umur benih,
ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologinya,
yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA 2007).

D. Bahan dan Alat praktikum


1. Bahan Praktikum : Pasir, kertas merang, Benih jagung, dan benih kacang ijo.
2. Alat Praktikum : plastick, pinset, alat pengecambah, timbangan analitis, handuk
atau kain, dan alat tulis.

E. Cara Kerja
Adapun prosedur kerja praktikum ini adalah :
1. Disiapkan substrat kertas merang berukuran 20 cm x 30 cm sebanyak 3 sampai 4
setebal ± 1mm. kemudian direndam dalam air sampai lembab : ditekan dengan
tangan sehingga kelebihan air terbuang.
2. Dilipat bagian tengahdari lebar kertas, ditanam benih sdalam satu deretan pada 1/3
dari separuh lebar kertas kearah bawah.
3. Ditutup substrat yang telah ditanami dengan separuh substrat yang lain, kemudian
digulung dengan arah gulungan dari kiri ke kanan.
4. Diamati dan dicatat hasil pengamatan.

F. Hasil pengamatan
TABEL. I. Pengamatan Vigor Jagung
Jagung Jumlah Panjang Batang Panjang Jumlah
Daun (cm) akar (cm) Total
kriteria
benih

Normal Kuat 3 13 14
4 9,5 15
3 9 21
3 8,5 16 7 benih
4 10 15
3 8 10
4 8 15,5
Rata-rata 9,42 cm 15,21 cm -

Normal 2 9 10
Lemah 2 13,5 9
2 14 8,5
3 9 13 8 Benih
3 9 8
3 9 8
2 10 4
1 5 12
Rata-rata 74,12 62 -

Abnormal - 9 -
- 11 -
- 9,5 -
- 12 - 7 Benih
- 5 -
- 17 -
- 12 -
- 10,7 -

Mati - - - 3 Benih
TABEL II. PengamatanVigor Kacang Ijo

Jagung Jumlah Panjang Batang Panjang Jumlah


Daun (cm) (cm) akar (cm)

Normal Kuat - - - -

Normal - - - -
Lemah

Abnormal - - 5
2
3,5 4 Benih
1
Mati - - - 21 Benih

Perhitungan Persentase Tumbuh:


∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
DB =∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 X 100%

∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
1.Jagung = DB =∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 X 100%
22
= 25 X 100%

= 88%
∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
2.Kacang hijau = DB =∑ X 100%
𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
4
= 25 X 100%

= 16%
TABEL III. BERAT BASAH DAN BERAT KERING

BENIH BERAT

Basah (g) Kering (g)


Jagung 32,24 2,88
Kacang Ijo 0,81 0,8

G. Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai pengujian uji vigor benih
yang mana nantinya diharapkan berbagai kemungkinan untuk mendapatkan hasil
pengujian benih yang bagus dengan asumsi benih itu benar-benar bermutu dan
berkualitas tinggi, sehingga nantinya bisa digunakan oleh khalayak masyarakat.
Berbagai hal yang ada pada saat ini yaitu, adanya benih - benih yang illegal (Non-
Bersertifikat), Dalam pengujian vigor ini banyak hal yang bisa ketahui apakah benih
yang mau kita semaikan dilapangan itu bagus atau tidak dalam perkecambahannya yang
nantinya dalam hal ini jika banyak yang berkecambah maka benih itu bagus untuk
digunakan, begitu pula sebaliknya jika benih dalam perkecambahannya hanya sedikit
maka benih tidak layak untuk digunakan.

Pada praktikum ini bahan untuk pengujian vigor yang digunakan adalah benih
jagung dan kacang hijau. Dengan metode yang digunakan adalah metode Uji Kertas
Digulung Didirikan (UKDd). Metode ini menggunakan lapisan plastik diluarnya yang
berfungsi mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar. Substrat kertas yang dimaksud
adalah kertas merang. Kertas merang digunakan sebagai media tempat berkecambahnya
benih. viabilitas dan vigor benih diatas perkecambahan yang terjadi pada media kertas
merang memiliki potensi tertinggi hal ini dikarenakan substrat yang digunakan sangat
sesuai untuk perkecambahan, tertutup rapat dan memiliki kelembaban sesuai dengan
kebutuhan benih. Dengan kelembaban yang sesuai ini tentunya perkecambahan akan
berlangsung sempurna. Namun perkecambahan yang dilakukan pada substrat ini
memiliki kekurangan karena tidak adanya media tempat akar berpegang kuat karena
media yang digunakan hanya kertas yang bertujuan untuk mengeluarkan plumula dan
radikula pada benih tanaman. Untuk potensi benih abnormal pada media ini juga sangat
kecil karena benih yang berkecambahan menunjukan pertumbuhan yang hampir sama
untuk tiap benihnya.

Berdasarkan data pengamatan diketahui bahwa terdapat benih yang mati dan juga
abnormal hal ini dikarenakan terjadinya penurunan viabilitas dan vigor benih,
penurunan ini disebabkan karena kandungan secara fisiologis benih sudah mengalami
kemunduran sehingga pada saat benih berkecambah akan mengalami ketidak normalan
bahkan mati. Untuk benih yang mati kemungkinan benih yang digunakan embrio sudah
tidak mampu berkecambah bahkan embrio benih sudah mengalami kematian.

Untuk perkecambahan pada uji vigor ini, bisa dilihat bahwa persentase
perkecambahan jagung lebih besar daripada kacang ijo. Dimana persentse pertumbuhan
untuk jagung 88%. Sedangkan untuk benih kacang ijo hanya 16%. Ini berarti
perekambahan benih jagung lebih cepat daripada kacang ijo. Hasil pengamatan ini
berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa biji jagung akan berkecambah relatif
lebih lambat, karena proses penyerapan dan pencernaan tidak akan terjadi atau baru
dimulai sewaktu biji tersebut ditanamkan. Mungkin faktor lingkungan yang
berpengaruh besar terhadap daya kecambah benih jagung ini.
Vigor benih dapat dikategorikan dalam vigor benih kuat dan vigor benih lemah.
Ciri-ciri benih yang mempunyai vigor tinggi antara lain benih ini dapat disimpan lama
sehingga dapat mempermudah dalam penyimpanan benih dalam jumlah yang besar.
Vigor benih tinggi juga memiiki ciri benih berkecambah cepat dan merata, Bebas dari
penyakit benih, tahan terhadap gangguan mikroorganisme yang bersifat merugikan
tanaman yang menyebabkan baik kerusakan fisik maupun fisiologis tanaman, Laju
tumbuhnya tinggi dengan arti benih cepat tumbuh mulai dari perkembangan embrio,
perkecambahannya, dan petumuhannya menuju tanaman dewasa, dan juga vigor benih
yang tinggi ini memiliki produksi yang tinggi baik secara vegetative maupun generative
nantinya.
Sedangkan ciri-ciri vigor benih rendah merupakan kebalikan dari vigor benih tinggi
cirri-cirinya antara lain benih ini tidak dapat disimpan. Vigor benih rendah juga memiiki
ciri benih berkecambah tidak cepat dan merata, Tidak bebas dari penyakit benih, tidak
tahan terhadap gangguan mikroorganisme yang bersifat merugikan tanaman yang
menyebabkan baik kerusakan fisik maupun fisiologis tanaman, Laju tumbuhnya rendah
dengan arti benih lambat dalam pertumbuhannya tumbuh mulai dari perkembangan
embrio, perkecambahannya, dan petumuhannya menuju tanaman dewasa, dan juga
vigor rendah ini memiliki produksi yang rendah.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi
suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum.
2. Media kertas merang sangat baik dikarenakan substrat yang digunakan sangat
sesuai untuk perkecambahan, tertutup rapat dan memiliki kelembaban sesuai
dengan kebutuhan benih.
3. Perkecambahan benih jagung 88%. Sedangkan kacang hijau 16%.
DAFTAR PUSTAKA

Bagod 2006. Biologi: Sains Kehidupan. Surabaya: Penerbit Yudhistira.

ISTA 2007. International Rule for Seed Testing Edition 2007. Swizerland: International

Seed Testing Association.

Sutopo 2011. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Harringto. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed

Ryoo, M.I. and H.Q. Cho. 2002. Feeding and oviposition preference and demography of

rice weevil. Entomol 21:549-555

You might also like