Professional Documents
Culture Documents
==
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki
tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan. Setiap jamur
tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe
spora, morfologi hifa, dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok tersebut ialah
Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Terkecuali untuk Deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang
spesifik (Kane, 1996).
Jamur secara morfologi dibagi menjadi dua jenis, yaitu jamur makroskopis dan
jamur mikroskopis. Jamur makroskopis adalah sekelompok jamur yang mempunyai
tubuh buah berukuran besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang, dapat
dipetik oleh tangan, berada diatas tanah (epigean) atau didalam tanah (hypogean),
tidak selalu berdaging, tidak selalu dapat dimakan (edible), dan tidak hanya
termasuk ke dalam Basidiomycetes tetapi ada juga yang Ascomycetes (Gunawan,
2005). Sedangkana jamur mikroskopis merupakan jamur yang tidak dapat dilihat
oleh mata telanjang sehingga membutuhkan bantuan mikroskop (Hendritomo,
2010).
Habitat jamur makroskopis secara umum terdapat di darat dan di tempat yang
lembab. Tubuhnya terdiri atas bagian yang tegak yang berfungsi sebagai penyangga
dan tudung. Tudung berbentuk mendatar atau membulat. Morfologi jamur bervariasi
didasarkan pada bentuk tudungnya. Jamur makroskopis digolongkan menjadi 4
kategori berdasarkan khasiatnya, yaitu jamur yang dapat dikonsumsi (edible
mushroom), jamur yang berkhasiat obat (medicinal mushroom), jamur beracun
(poisonous mushroom ) serta jamur yang belum diketahui khasiatnya (miscellaneous
mushroom). Contoh jamur yang termasuk edible mushroom seperti Hypsizygus
ulmarius (jamur tiram putih). Contoh dari jamur yang berkhasiat sebagai obat seperti
Ganoderma lucidum (jamur Ling-zhi) (Chang & Miles, 1989).
Hifa merupakan suatu struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai benang
panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat dan merupakan bagian
penting tubuh jamur. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang sehingga membentuk
jaring-jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Koloni jamur dapat terdiri dari hifa
yang menjalar dan hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak ini
menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa yang menjalar
berfungsi untuk menyerap nutrien dari substrat dan menyangga alat-alat reproduksi.
Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak disebut hifa fertil.
Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya
tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya berkisar 3-30 μm. Jenis
jamur yang berbeda memiliki diameter hifa yang berbeda pula dan ukuran diameter
itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Carlile & Watkinson, 1994).
Jamur berkembang biak dengan spora dan umumnya secara seksual ataupun
aseksual. Semula jamur dianggap sebagai tumbuhan. Klasifikasi yang memasuki
fungi kedalam dunia karena beralasan karena keasaman dalam hidupnya, habitat
hidupnya pada umumnya di tanah. Fungi yang mengahasilkan tubuh buah seperti
lumut (Subandi, 2010).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, cawan
petri, nampan, kamera, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kertas karbon
hitam, Pleurotus ostreatus, Trametes versicolor, Ganoderma lucidum,
Auricularia auricula, Hypsizygus tesselatus, Fusarium sp., Puccinia graminis,
Pyricularia sp., Aspergillus sp., dan Phytophtora infestans.
B. Metode
Dibungkus dan
diinkubasi 1x24
jam, lalu diamati
sporanya
Cawan petri disiapkan, Jamur Pleurotus ostreatus
lalu dialasi bagian diletakkan di dalam cawan
dalamnya menggunakan petri dengan posisi dorsal
kertas karbon menghadap ke atas
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya, pembuatan jejak spora dilakukan oleh praktikan agar praktikan
lebih memahami cara pembuatannya. Selain itu, jamur makroskopis dan
mikroskopis yang digunakan lebih bervariasi lagi.
DAFTAR REFERENSI
A’yunin, A.Q., Nawfa, R., & Purnomo, A.S., 2016. Pengaruh Tongkol Jagung
sebagai Media Pertumbuhan Alternatif Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
terhadap Aktivitas Antimikroba. Jurnal SAINS DAN SENI ITS, 5(1), pp.57-60.
Alexopoulos, C.J., Mims, C.W. & Blackwell M., 1996. Introductory Mycology 4th
Edition. New York: John Willey and Sons Inc.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.S., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,
P.V. & Jackson, R.B., 2008. Biologi: Edisi Ke-8 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Carlile, M.J. & Watkinson, C.S., 1994. The Fungi. USA: Academic Press Limited.
Chang, S.T. & Miles, P.H., 1989. Edible Mushroom and The Cultivation. Florida:
CRC Press Boca Ratoon.
Chittem, K., Mathew, F.M., Gregoire, M., Lamppa, R.S., Chang, Y.W., Markell,
S.G., Bradley, C.A., Barasubiye, T. & Goswami, R.S., 2015. Identification and
characterization of Fusarium spp. associated with root rots of field pea in North
Dakota. European Journal of Plant Pathology, 143(4), pp.641–649.
Deacon, T., 1997. The Symbolic Species. London: Penguin Press.
Espana-Gamboa, E, Vicent, T., Font, X., Dominguez-Maldonado, J., Canto-Canche,
B. & Alzate-Gaviria, L., 2017. Pretreatment of vinasse from the sugar refinery
industry under non-sterile conditions by Trametes versicolor in a fluidized bed
bioreactor and its effect when coupled to an UASB reactor. Journal Biological
Engineering, 11(6), pp.1-11.
Gad, M.A., Ibrahim, N.A. & Bora, T.C., 2013. Molecular Biodiversity in
Phytopathogenic Fungi, Pyricularia spp. J. Biol. Chem. Research, 30(1),
pp.216-226.
Gandjar, I., Wellyzar, S. & Ariyanti, O., 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jakarta.
Goss, E.M., Tabima, J.F., Cooke, D.E.L., William, S.R., Gregory, A.F.,Valerie, J.F.,
Martha, C. & Niklaus, J., 2014. The Irish Potato Famine Pathogen Phytophthora
Infestans Originated In Central Mexico Rather Than the Andes. PNAS, 111(24),
pp.8791 – 8796.
Suparti, K.A.A. & Ernawati, D., 2016. Pengaruh Penambahan Leri dan Enceng
Gondok, Klaras, Serta Kardus Terhadap Produktivitas Jamur Merang
(Volvariella volvacea) pada Media Baglog. Bioeksperimen, 2(2), pp.130-139.
Susanna, T.C. & Pratama, A., 2010. Dosis dan Frekuensi Kascing untuk
Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Tomat. Jurnal Floratek, 5, pp.152-
163.
Syamsuri, 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Syarief, R., Ega, L. & Nurwitri, C., 2003. Mikotoksin Bahan Pangan. Bogor: IPB
Press.
Tambaru, E., Abdullah, A. & Alam, N., 2016. Jenis-Jenis Jamur Basidiomycetes
Familia Polyporaceae di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin Bengo-
Bengo Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal Biologi Makassar, 1(1),
pp.31-38.