You are on page 1of 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

NAMA MAHASISWA / NIM


1. DWI AYU FITRIANA / 050117A
2. ELISABETH KAKA DAHA / 050117A032
3. ELMALIA ROSMALA SETIA PUTRI / 050117A033
4. ESTIYA ZALFA ULHAQ / 050117A034

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
I. PENENTUAN STABILITAS KIMIA SEDIAAN OBAT

II. Rabu, 14 Maret 2018

III. TUJUAN PRAKTIKUM :


Mengenal salah satu cara penetapan stabilitas sediaan obat berdasarkan kinetika
reaksi kimia.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini perting mengingat suatu sediaan
biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama untuk
sampai ke tangan pasien yang membutuhkan obat yang disimpan dalam jangka
waktu lama dapat mengalami penguraian dan memngakibatkan dosis yang
diterima pasien berkurang. Adanya Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang
harus diperhatikan dalam membuat hasil uraian zat tersebut bersifat toksik
sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih
pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga. (Tim penyusun,
2008:50)
Pada umumnya, penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara
kinetika kimia karena tidak memerlukan waktu lama. Menurut hukum aksi massa,
kecepatan reaksi adalah sebanding dengan hasil kali konsentrasi molar reaktannya
yang masing-masing dipangkatkan dengan jumlah molekulnya. ( Fitrah, 2012:13)
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu doperhatikan bagi setiap orang
yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai
kepasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat
atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama dimana obat tidak berubah menjadi zat yang tidak
berkhasiat atau racun. Ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial
obat yang dibuatnya. Dokter dan penderita, hamya diyakinkan bahwa obat yang
digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang
cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan. ( Swarbick, 2008 : 145)

V. ALAT DAN BAHAN


Alat :
a. Tabung reaksi 15 cm
b. Buret 50 ml
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Penangas air
e. Thermometer
f. Beker glass
g. Corong kaca
h. Gelas ukur
i. Pipet volume 1 ml dan 10 ml
j. Kaki tiga
k. Spiritus
l. Labu takar

Bahan :
a. Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 3 %
b. Asam sulfat 2N
c. Larutan KmnO4 0,1 N
d. Es batu
e. Air
VI. PROSEDUR KERJA
1. Pemanasan Larutan Hidrogen Peroksida
a. Disiapkan 4 tabung reaksi, masukkan 10 ml larutan hidrogen proksida
(H2O2) dalam tabung reaksi
b. Dimasukkan tabung kedalam wadah gelas piala yang berisi air
c. Dimasukkan kedalam pengangas air dipanaskan sampai mendidih
d. Dilarutkan H2O2 dalam tabung sehingga akan mencapai suhu larutan
sedikit lebih tinggi dari 90oC
e. Diambil sampel dan masukkan ke dalam es
f. Ditetapkan kadar
2. Penetapan kadar hidrogen peroksida (H2O2) 3 %
a. Setelah H2O2 3% dingin, maka ditimbang kurang lebih 1 ml dalam labu
takar yang sudah diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml
b. Pada 20,0 ml larutan ditambahkan 20 ml asam sulfat 2N
c. Dititrasi dengan larutan KmnO4 0,1 N sampai berbentuk warna pink
permanen
VII. DATA PRAKTIKUM
NOMOR WAKTU VOLUME BERAT H2O2
KmnO4 (ml) (mg)
0 0,3 ml 1,701 x 0,3 =
1 0,510 mg
20 0,5 ml 1,701 x 0,5 =
2 0,850 mg
40 0,4 ml 1,701 x 0,4 =
3 0,680 mg
60 0,4 ml 1,701 x 0,4=
4 0,680 mg

Harga K
1. Tabung 2
2,303 𝐶𝑜
K = 𝑥 log
𝑡 (𝐶𝑜−𝐶𝑥)

2,303 0,510
= x log
20 (0,510−0,850)

2,303 0,510
= 𝑥 𝑙𝑜𝑔
20 −0,34
=0,115 x log -1,5
=0,115 x -0,176
= -0,020/ menit
0,603
t1/2=
𝑘
0,603
=
−0,020
= -30,15/menit

0,105
t 90% =
𝐾
0,105
=
0,020
= -5,25/ menit

2. Tabung 3
2,303 𝐶𝑜
K= x log
𝑡 ( 𝐶𝑜−𝐶𝑥)
2,303 0,510
= xlog
40 ( 0,510−0,680)
2,303 0,510
= x log
40 −0,17
=0,058 x log -3
= 0,058 x -0,478
= - 0,028/ menit

0,603
t½=
−0,028
= -21,536/ menit
0,105
t 90% =
−0,028
= - 3,75/ menit
3. Tabung 4
2,303 𝐶𝑜
K= x log
𝑡 ( 𝐶𝑜−𝐶𝑥)
2,303 0,510
= xlog
60 ( 0,510−0,680)
2,303 0,510
= x log
60 −0,17
=0,039 x log -3
= 0,039 x 0,478
=0,019/menit
0,603
t½=
−0,019
=31,737/menit
0,105
t 90% =
−0,019
=5,527/menit
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalag dilakukan percobaan tentang
penentuan stabilitas kimia sediaan obat berdasarkan kinetika reaksi kimia.
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristinya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian
dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.
Stabilitas sediaana farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan
kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipiendan siistem kemasan yang
digunakan untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu,
kelembapan, dan cahaya.
Suatu sediaan farmasidalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui
kestabilan, disebabkan karena biasa obat diproduksi dalam jumlah yang sangat
banyak dan memerlukan waktu yang lama sampai ketangan pasien atau ke
masyarakat. Sehingga dikhewatirkan dalam jangka waktu lama tersebut, obat ini
akan mengalami penguraian yang mana zat terurai tersebut dapat bersifat toksik
sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obatdapat dilakukan
dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu sehingga praktis
yang digunakan dalam bidang farmasi.
Faktor yang mempengaruhi kestabilitas sediaan farmasi tergantung
pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan,
kestabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembapan,
oksigen, dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi
kestabilitas suatu obat adalah ukurn partikel, ph, kelarutan, dan bahan tambahan
kimia.
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu
dimana suatu produk tetap memenuhi spesifiknya jika disimpan dalam wadahnya
yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk ilangnya
konsentrasi setengahnya. Adapun tujuan pada berbagai suhu dimaksudkan untuk
mengetahui pada suhu beberapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu
beberapa obat akan terurai dengan cepat.
Pada percobaan kali ini kita menggunakan 4 tabung, setiap tabung
masukkan 5 ml larutan hidrogen proksidan H2O2 dalam tabung reaksi tersebut.
Setelah tabung tersebut dimasukkan reaksi tersebut masukkan tabung ke dalam
wadah glass piala yang berisi air. Setelah selesai masukkan kedalam pengangas air
yang dipanaskan dengan suhu 100oC. Larutkan H2O2 dalam tabung sehingga
akan mencapai suhu larutan sedikit lebih tinggi dari 90oC. Diamkan larutan dalam
tabung reaksi dengan tabung pertama 0 menit, tabung kedua 20 menit, tabung
ketiga 40 menit, tabung keempat 60 menit. Ambil sampel dalam tabung reaksi dan
lakukan titrasi. Tabung kedua menghasilkan tetapan kecepatan -0,020/menit,
dengan waktu paro yang dihasilkan -30,15/menit, dan waktu dimana sisa bahan
aktif tinggal 90 % adalah -5,25/menit.
T 90% adalah waktu yang tertera menunjukkan batas waktu yang
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan dapat memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni
kestabilan suatu zat merupakan faktor penting mengingat suatu sediaan biasanya
harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi.
Beberapa faktor kesalahan pada percobaan ini adalah suhu yang tidak
konstan dan stabil, waktu pemipetan yang kurang tepat, dan kesalahan pada
penimbangan.
IX. KESIMPULAN
X. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalag dilakukan percobaan tentang
penentuan stabilitas kimia sediaan obat berdasarkan kinetika reaksi kimia.
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristinya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian
dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.
Stabilitas sediaana farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan
kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipiendan siistem kemasan yang
digunakan untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu,
kelembapan, dan cahaya.
Suatu sediaan farmasidalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui
kestabilan, disebabkan karena biasa obat diproduksi dalam jumlah yang sangat
banyak dan memerlukan waktu yang lama sampai ketangan pasien atau ke
masyarakat. Sehingga dikhewatirkan dalam jangka waktu lama tersebut, obat ini
akan mengalami penguraian yang mana zat terurai tersebut dapat bersifat toksik
sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obatdapat dilakukan
dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu sehingga praktis
yang digunakan dalam bidang farmasi.
Faktor yang mempengaruhi kestabilitas sediaan farmasi tergantung
pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan,
kestabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembapan,
oksigen, dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi
kestabilitas suatu obat adalah ukurn partikel, ph, kelarutan, dan bahan tambahan
kimia.
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu
dimana suatu produk tetap memenuhi spesifiknya jika disimpan dalam wadahnya
yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk ilangnya
konsentrasi setengahnya. Adapun tujuan pada berbagai suhu dimaksudkan untuk
mengetahui pada suhu beberapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu
beberapa obat akan terurai dengan cepat.
Pada percobaan kali ini kita menggunakan 4 tabung, setiap tabung
masukkan 5 ml larutan hidrogen proksidan H2O2 dalam tabung reaksi tersebut.
Setelah tabung tersebut dimasukkan reaksi tersebut masukkan tabung ke dalam
wadah glass piala yang berisi air. Setelah selesai masukkan kedalam pengangas air
yang dipanaskan dengan suhu 100oC. Larutkan H2O2 dalam tabung sehingga
akan mencapai suhu larutan sedikit lebih tinggi dari 90oC. Diamkan larutan dalam
tabung reaksi dengan tabung pertama 0 menit, tabung kedua 20 menit, tabung
ketiga 40 menit, tabung keempat 60 menit. Ambil sampel dalam tabung reaksi dan
lakukan titrasi. Tabung kedua menghasilkan tetapan kecepatan -0,020/menit,
dengan waktu paro yang dihasilkan -30,15/menit, dan waktu dimana sisa bahan
aktif tinggal 90 % adalah -5,25/menit.
T 90% adalah waktu yang tertera menunjukkan batas waktu yang
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan dapat memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni
kestabilan suatu zat merupakan faktor penting mengingat suatu sediaan biasanya
harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi.
Beberapa faktor kesalahan pada percobaan ini adalah suhu yang tidak
konstan dan stabil, waktu pemipetan yang kurang tepat, dan kesalahan pada
penimbangan.

You might also like