Professional Documents
Culture Documents
ACARA 2
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
Dosen Pengampu:
Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si
Disusun Oleh:
S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA II
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan teknik pengambilan
sampel air permukaan
2. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengukuran sementara
sampel air permukaan
3. Mahasiswa mampu mengukur dan menganilis debit aliran pada
lokasi pengambilan sampel
II. Dasar Teori
Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang
sangat penting, karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang
ada. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposif
sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
(Singarimbun et al, 1989). Proses pengambilan sampel jika tidak
dilakukan secara benar, maka secanggih apapun peralatan yang
dipergunakan tidak akan menghasilkan data yang dapat
menggambarkan kondisi sesungguhnya (Raini, M, et al. 2004).
Mengingat pentingnya data hasil pengujian parameter kualitas
lingkungan tersebut, maka proses pengambilan contoh yang merupakan
langkah awal dalam menghasilkan data kualitas lingkungan, harus
mempertimbangkan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan peraturan
undang-undang yang berlaku (Niniek L. Triana. 2003).
Menurut Anwar Hadi (2005), dalam praktik pengumpulan limbah
dilakukan dalam wadah dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Wadah plastic yang merupakan korosif
2. Volume wadah harus di sesuaikan dengan kategori limbah
3. Wadah harus menjamin keselamatan
4. Pemberian label harus sesuai dengan kategori limbah.
5. Instruksi untuk menyimpan atau untuk masing-masing kategori
limbah harus disertakan contohnya ”simpan pada pH kurang dari 7“
dll.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan
pengambilan sampel (Niniek, 2003) adalah:
1. Menentukan tujuan pengambilan sampel
2. Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai
3. Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan
standar atau peraturan tertentu
4. Menentukan metode analisis
5. Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling
dilakukan secara random atau acak
6. Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel
7. Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel
8. Menentukan frekuensi sampling
9. Menyiapkan pengendalian mutu
10. Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan
sampel, formulir rekaman dat pengambilan sampel, laporan
pengambilan sampel).
11. Pengamanan sampel
Secara umum,penyimpanan sampel lingkungan dapatdilakukan
dengan (Hadi,2005):
1. Pendinginan untuk menekan aktifitas bakteri.
2. Penambahan bahan pembentuk kompleks yang dapat menghasilkan
kompleks anion untuk mereduksi hilangnya analit melalui adsorpsi
atau evaporasi.
3. Filtrasi untuk mencegah reaksi partikel dengan komponen yang
dapat melarutkan.
III. Alat dan Bahan
1. Botol Sampel 6. Stopwatch
2. Pita Ukur 7. Thermometer
3. Yallon 8. Alat tulis
4. GPS 9. Lakban
5. Pelampung 10. Tabel Pengamatan
IV. Langkah Kerja
1. Pengambilan sampel air
Melepaskan pelampung
paada titik awal lintasan Mengulangi pengukuran
bersamaan dengan waktu tempuh sebanyak 5
menekan stopwatch sampai kali. Lalu menghitung
pada titik akhir. Hitung kecepatan aliran
waktu yang diperlukan.
V. Hasil
1. Tabel pengamatan pengambilan sampel air (Terlampir)
2. Sketsa Sungai (Terlampir)
3. Perhitungan Debit Sungai (Terlampir)
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai pengambilan sampel air
pada perairan terbuka yang tercemar. Lokasi pengambilan sampel
berada di belakang gedung A2 Universitas Negeri Malang, perairan
terbuka tersebut berupa selokan. Lokasi tersebut berada pada titik
koordinat 678283 mT 9119265 mU. Pengambilan sampel tersebut
dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Namun, sebernarnya
pengambilan sampel paling tepat dilaksanakan pada waktu pagi. Hal ini
dikarenakan pada pagi hari air tersebut masih belum terkontaminasi oleh
aktivitas manusia.
Temperatur air pada selokan tersebut sebesar 19°C. Pengambilan
sampel air tersebut dilakukan pada musim penghujan. Kondisi tubuh air
pada selokan tersebut memiliki dasar perairan yang berbatu, selokan
tersebut termasuk dalam perairan buatan. Selokan tersebut memiliki
aliran air yang tenang. Kecepatan aliran air pada selokan tersebut
sebesar 0,25 m/s. Kedalaman rata – rata selokan tersebut pada sisi kanan
selokan sedalam 10,4 cm, pada sisi kiri selokan sedalam 6,8 cm dan pada
bagian tengah selokan memiliki kedalam 13 cm.
Pengambilan sampel pada selokan tersebut dilakukan pada 0,5
kali kedalaman dari permukaan air. Hal ini dikarenakan pada selokan
tersebut memiliki debit yang kurang dari 5 m3/detik. Pengambilan
sampel pada 0,5 kali kedalaman dari permukaan air dilakukan agar
memperoleh sampel air dari permukaan sampai ke dasar secara merata.
Pada saat pengambilan sampel air, botol sampel dicelupkan sepenuhnya
ke dalam air dengan keadaan sedikit miring dan mulut botol menghadap
ke atas. Kemudian penutupan botol harus dilakukan penuh di dalam air.
Hal ini dimaksudkan agar tidak ada ruang udara yang tersisa di dalam
botol.
Pengambilan sampel air tersebut menggunakan botol air mineral
biasa. Seharusnya dalam pengambilan sampel air diperlukan botol
sampel khusus yang terbuat dari bahan polythelen, borosilikat dan
plastik berwarna putih keruh. Hal ini dikarenakan sampel air yang
tersimpan dapat terlindungi dari cahaya matahari secara langsung dan
temperature, sehingga tidak ada unsur – unsur tambahan yang masuk ke
dalam sampel air tersebut. Namun, untuk mengantisipasi masuknya
cahaya matahari dan unsur – unsur lain, maka botol sampel tersebut
ditutupi menggunakan lakban hitam dan dibungkus menggunakan
plastik hitam.
Pengawetan ataupun penyimpanan sampel air harus segera
dilakukan setelah melakukan pengambilan sampel. Fungsi pengawetan
adalah memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang tidak
terelakan. Penyimpanan sampel air yang terbaik yaitu dilakukan pada
suhu rendah (sekitar 4°C). Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menyimpan sampel air di dalam kulkas. Menyimpan sampel air pada
suhu yang rendah dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya
penguraian terhadap kandungan material yang terdapat dalam air
terseut. Selain itu dalam penyimpanan sampel air untuk pemeriksaan
fisika dan kimia air, memiliki batas waktu yaitu 72 jam untuk air bersih,
48 jam untuk air sedikit tercemar dan 12 jam untuk air limbah.
Selain melakukan pengambilan sampel, juga dilakukan
pengukuran debit aliran air yang terdapat pada selokan tersebut. Metode
yang digunakan untuk melakukan pengukuran debit sungai yaitu
Metode Float Area atau metode apung. Metode tersebut menggunakan
alat bantu sebuah pelampung untuk menentukan kecepatan aliran air.
Panjang lintasan yang digunakan dalam pengukuran keceatan aliran
yaitu sepanjang 5 meter dengan waktu rata – rata yang diperlukan
pelampung untuk mengalir yaitu sekitar 20 detik.
Berdasarkan pengukuran debit aliran yang telah dilakukan,
selokan tersebut memiliki debit air sebesar 0,03 m3/s. Hal ini
menunjukkan bahwa debit aliran yang dihasilkan setiap detiknya pada
selokan tersebut relatif kecil. Hal ini dapat dilihat dari kedalaman
selokan yang cukup dangkal dan lebar selokan relatif sempit yaitu
sekitar 1,6 meter. Sehingga debit yang dihasilkan relatif kecil. Selain itu
aliran air yang mengalir pada selokan tersebut merupakan air yang
bersumber dari aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa.
VII. Kesimpulan
1. Pengambilan sampel air dilakukan sesuai ketentuan teknik
pengambilan sampel pada perairan terbuka dengan memasukkan
botol kedalam air secara mring dan menutupnya di dalam air.
2. Kondisi tubuh air lokasi pengambilan sampel memiliki dasar
perairan berbatu dengan temperatur sebesar 19°C.
3. Debit aliran air yang dimiliki selokan tersebut sebesar 0,03 m3/s. Hal
ini menunjukkan bahwa debit aliran yang dihasilkan setiap detiknya
relatif kecil.
VIII. Daftar Pustaka
Hadi, A.2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sample Lingkungan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Niniek, L. Triana. 2003. Teknik Pengambilan Contoh & Analisis
Parameter Kualitas Air. Modul Bimbingan teknis Pemantauan
Kualitas Air, Sarpedal Kementerian Lingkungan Hidup.
Raini, M, et al. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta,
Bogor, Tangerang, Bekasi Tahun 1999 – 2001. Media Litbang
Kesehatan Volume XIV No.3 Tahun 2004.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian
Survey. Jakarta: LP3ES
LAMPIRAN
No Indikator Keterangan
9119265 mU
6 Temperatur 19°C