Professional Documents
Culture Documents
ACARA 3
PENENTUAN KEBASAHAN, pH, DHL, KEKERUHAN, SUSPENSI
Dosen Pengampu:
Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si
Disusun Oleh:
S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA III
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami teknik penentuan besarnya
kebasahan, pH, DHL, kekeruhan dan suspensi air
2. Mahasiswa mampu menganalisis kualitas air berdasarkan
kebasahan, pH, DHL, kekeruhan dan suspensi air
II. Dasar Teori
Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak
memiliki rasa/ tawar dan suhu untuk air minum idealnya ±30C. Padatan
terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter <10-6 dan koloid
(diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan
lain. Parameter-parameter fisika yang biasa digunakan untuk
menentukan kualitas air meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan
kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total, padatan terlarut,
padatan tersuspensi, dan salinitas (Effendi, 2003).
Konduktivitas suatu zat didefinisikan sebagai kemampuan atau
kekuatan untuk melakukan atau mengirimkan panas, listrik, atau suara.
Dalam air dan bahan ionik atau cairan, gerakan ion dapat terjadi.
Fenomena ini menghasilkan konduksi ionik arus listrik. Air murni
adalah bukan konduktor listrik yang baik. Air suling biasa dalam
keseimbangan dengan karbon dioksida dari udara memiliki
konduktivitas sekitar 10 x 10-6 Wm-1-1 * (20 dS/m). Karena arus listrik
diangkut oleh ion dalam larutan, konduktivitas meningkat sejalan
dengan meningkatnya konsentrasi ion (Wagiman, 2014).
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan
organik yang berupa plankton dan mikro organism lain. Bahan yang
menyebabkan air menjadi keruh antara lain tanah liat, endapan (lumpur),
zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus,
campuran warna organik yang bisa dilarutkan, plankton, dan jasad renik
(Rohmah, 2010).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitasion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Larutan dengan pH kurang dari 7
disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari 7 disebut bersifat
basa atau alkali (Wagiman, 2014).
Kebasaan dalam sampel air dapat ditentukan dengan cara titrasi
menggunakan larutan standart asam kuat H2SO4. Titik akhir ekivalen
asam terletak pada titik perubahan titrasi menggunakan Na2CO3 dan
H2SO4. Selain mengadung unsur – unsur kimiawi, air dapat pula
mengandung material – material yang tersuspensi di dalamnya.
Pengukuran suspensi tersebut dapat dilakukan menggunakan cara
pengendapan danpemisahan (Masitoh, 2016).
III. Alat dan Bahan
Alat:
1. pH meter 6. Pipet
2. Konduktivity Checker 7. Statif
3. Cawan 8. Beker Glas 50 ml dan
4. Kertas Saring 250 ml
5. Buret 9. Gelas Ukur 50 ml
Bahan:
1. Sampel air
2. H2SO4
3. Methyl Orange
4. Phenophtalein
IV. Langkah Kerja
1. Penentuan Kebasahan Air
Melakukan titrasi
menggunakan H2SO4
sampai berubah warna
menjadi orange
V. Hasil
1. Pengukuran pH
pH air sebesar 7,8
2. Pengukuran DHL
Nilai DHL air sebesar 0,00
3. Pengukuran Kekeruhan
Air sampel yang digunakan sedikit keruh. Warna air sedikit keabu -
abuan
4. Pengukuran Suspensi
(𝑎−𝑏)𝑥 100
Zat padat total (Suspensi) = 𝑐
(1,7−1,6)𝑥 100
= = 0,5 mg/l
20 𝑚𝑙
5. Pengukuran Kebasahan
Ppm OH- = 𝑚𝑙 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 (𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑝𝐻 8,2) − (𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑝𝐻 4,5)𝑥 0,2788
1000
= (10 𝑚𝑙 𝑥 (11,2 𝑚𝑙)) − ((38,8)𝑥 0,2788)
1000
= 10 𝑚𝑙
𝑥 (38,8) 𝑥 (0,9835)𝑥 (1109,2𝑥 3,527)
1000
= 10 𝑚𝑙
𝑥 (38,8) − (11,2)𝑥 1,10
Melakukan titrasi
setelah pemberian
indikator MO