You are on page 1of 6

A.

Awal Penyebaran Islam : Dialog Kebudayaan


Menurut pendapat banyak penelitian masyarakat di Indonesia seperti J.Benda
dan Clifford Geertz, bahwa sebelum kedatangan Islam, Indonesia telah diwarnai
budaya India dan budaya lokal. Masuknya budaya india yang bersifat mistik
kewilayahan Nusantara melalui agama Hindu dan Budha. Sedangkan budaya lokal
yang menonjol pada saat itu adalah budaya agraris. Intregasi budaya tersebut pada
gilirannya membentuk corak budaya baru yang sinkretis, perpaduan antara unsur
agama Hindu Budha dan ajaran-ajaran nenek moyang. Bentuk akhir yang
berkembang hingga masa modern adalah aspek mistik agraris, sebagaimana
diisyaratkan Fahry Ali dalam bukunya Merambah Baru Islam. Perilaku-perilaku
budaya mistik cukup mewarnai aspek spiritualitas masyarakat, hampir tidak dapat
dibedakan antara ajaran-ajaran agama dengan budaya mistik tersebut. Budaya mistik
lahir dari hasil kontemplasi serta hakikat manusia serta alam yang banyak dipengaruhi
oleh pemikiran animisme dan dinamisme.
Sedangkan budaya agraris muncul dalam tata hidup sehari-hari yang juga
berpengaruh terhadap sikap keberagaman masyarakat. Hal itu tercermin dalam
masyarakat Hindu-Budha. Berkembangnya kerajaan-kerajaan besar Hindu Budha di
Nusantara sebelum kedatangan islam, adalah cukup besar pengaruhnya terhadap
spiritual masyarakat. Khususnya perkembangan itumengambil wilayah yang lebih
stragis, yakni di daerah-daerah pedalaman yang subur dan mudah transportasinya
melalui sungai-sungai besar. Islam datang di tanah air lebih banyak dengan
menawarkan bentuk-bentuk budaya, dalam arti menggunakan strategi akulturasi
dengan budaya-budaya setempat. Misalnya para tokoh penyebar islam pertama tidak
menyingkirkan sama sekali budaya lokal yang bertentangan dengan ajaran islam
dengan kekuasaan. Misalnya, budaya kendurian yang jelas tidak berakar pada Islam di
Arab, sengaja dipergunakan sebagai media penyebaran ajaran-ajaran Islam dengan
memodifikasi tata caranya. Acara-acara kendurian yang dilakukan di kuburan-
kuburan dialihkan ke dalam masjid dan diwarnai dengan norma-norma serta Islam.
Mengapa strategi “dialog kebudayaan”itu dilakukan oleh penyebar Islam pada
awal perkembangannya tanah air, dan mengalami keberhasilan. Hal itu tidak lepas
dari beberapa faktor sebagai berikut.
Pertama, sebagaimana digambarkan diatas, kondisi sosio-budaya Nusantara
adalah sarat dengan budaya Hindu-Budha serta budaya asli. Dengan kata lain warisan-
warisan budaya “mistis agraris” sangat kental dengan masyarakat.
Kedua, para penyebar Islam pertama kali yang kebanyakan dari Persia dan
Hindia adalah dari para ulama dan pedagang. Bukankah para orang Arab pada
dasarnya juga memiliki potensi berdagang yang kemudian berkembang diberbagai
kawasan. Prinsip kemasyarakatan dan kemanusiaan sangat diperhatikan dan dijunjung
tinggi. Mereka mengembangkan strategi dakwah mula-mula dengan berdagang di
daerah-daerah sekitar pantai utara untuk di Jawa sekitar abad-15 dan beberapa
wilayah Nusantara bahkan sejak abad ke-7 hingga ke-13.
Ketiga, Islam adalah agama Universal dan Komprehensif. Karenanya, ketika
bertemu dengan kondisi sosio-kultural Nusantara seperti digambarkan diatas, maka
dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam ada segi-segi penonjolan dalam beberapa
aspek tertentu, disamping pendekatan yang adaptif. Misalnya, ajaran-ajaran islam
yang banyak ditonjolkan dalam penyebarannya adalah ajaran mistik dan akhlak.
Seperti diketahui, Islam mengajarkan prinsip keadilan persamaan dan kemanusiaan.
Hal ini bukan berarti lantas kehadiran Islam hanya sekedar adaptif dan
memberikan justifikasi (pengesahan) terhadap budaya yang ada. Bahkan, beberapa
masalah prinsipil, Islam tidak dapat mentolerir. Statemen ini bisa dikembangkan
menjadi sebuah pemikiran bahwa perkembangan pertama Islam di Nusantara tidak
terlepas dari manajemen dakwah integratif anatara pengembangan ekonomi dan
penawaran nilai-nilai dasar Islam sebagai konsekuensidari konsep-konsep “habl min
al-Allah wa habl min al-Nas”. Fenomena tersebut juga menunjukan adanya warisan
budaya Muslim di Arabia pada awal perkembangan Islam yang pernah disitir al-
Qur’an tentang kegemaran berdagang dan bermigrasi baik di musim panas dan musim
dingin.
Walhasil pendekatan dialog kebudayaan yang dipergunakan para penyebar
Islam pertama di Nusantara disebabkan oleh latar belakang budaya masyarakat
nusantara saat itu yang menharuskan pendekatan yang demikian.
B. Kerajaan Islam : Pelembagaan Politik
Sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, telah berdiri
kerajaan-kerajaan Hindu Budha mulai dari kerajaan Kutai (Kalimantan Timur),
Tarumanegara, Sriwijaya, dan Singasari. Termasuk juga kerajaan-kerajaan di Sunda
dan lain-lain sampai dengan majapahit.
Runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1400 M. Disusul dengan lahirnya
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Kerajaan yang pertama berdiri adalah kerajaan
Demak. Bahkan ada yang mengatakan bahwa hancurnya Majapahit di tangan Demak
yang dipimpin Raden Patah anak Prabu Brawijaya V. Lahir berikutnya kerajaan
Pajang Islam dengan rajanya yang terkenal Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya) berakhir
pada 1586 M.
Munculnya para wali penyebar Islam di Indonesia didalam pemerintahan
kerajaan adalah gejala baru perkembangan dakwah Islam dimasa ini. Kalau pada masa
awal penyebaran Islam lebih banyak menekankan aspek akulturasi ajaran islam
dengan budaya setempat, maka hal itu masih tetap berlangsung pada masa
pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi dakwah Islam pada masa ini
berkembang masuk kewilayah politik pemerintahan. Para wali berusaha keras serta
mendukung berdirinya kerajaan Islam tersebut. Pertama, mereka mendukung
berdirinya kerajaan Demak Islam yang raja pertamanya adalah murid Raden Rahmad
(Sunan Ampel) di Surabaya. Jadi akhir-akhir perode dakwah para wali di sisi lain
berhasil menimbulkan saluran dakwah dalam bidang politik dengan munculnya
kerajaan Islam.
Masuknya dakwah islam melalui pintu pemerintahan berarti memperkokoh
dakwah Islam, sebab dia menjangkau media yang sangat strategis yang dapat
melindungi upaya-upaya dakwah model pertama yang bersifat kultural. Boleh
dikatakan bahwa penyampaian ajaran-ajaran Islam pada saat itu tetap menggunakan
pendekatan kultural, sedang jalur yang dilewati untuk menyebarkannya adalah
dikembangkan pada jalur politik. Pendekatan politik dilakukan oleh para wali saat itu
dengan para raja. Bahkan mereka mengawini putri raja atau kalangan bangsawan.
Berdirinyakerajaan Demak Islam dengan raja yang pertama Raden Fattah atas
prakarsa dan dorongan para wali, khususnya Raden Rahmad yang terkenal dengan
Sunan Ampel di Surabaya, guru Raden Fattah. Sebelum menjabat menjadi Raja
Raden Fattah sempat mendirikan sebuah pesantren di desa Glagah Arum(Jawa
Tengah) atas peruintah Sang Guru, baru kemudian dia menjabat menjadi Bupati.
Setelah Raden Fattah menjabat sebagai Raja pertama, ajaran-ajaran Islam disebarkan
dengan cara mendirikan “Bhayangkari Islam”, semacam Lembaga Pendidikan Islam.
Lembaga ini menekankan tiga pokok program. Pertama, untuk mempermudah
dakwah, Pulau Jawa dibagi menjadi beberapa wilayah dakwah. Kedua, para Da’i
Agama tidak sekedar dituntut mengerti ilmu-ilmu agama, akan tetapi hendaknya
mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik. Ketiga, menjadikan seni dan budaya
sebagai media dakwah yang efektif.
Sebagai murid para wali, Raden Patah memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda dengan mereka,
dia memberi kesempatan para wali dan seniman menyusun buku-buku dan mengembangkan kesenian-
kesenian. Misalnya, lahir buku Usul Enam Biss yang memuat tentang dasar-dasar agama yang terdiri
dari enam bab, masing-masing dimulai dengan kalimat “bismilahir-Rahmanir Rahim”. Para wali
menulis semacam buku-buku tawasuf yang diberi nama Suluk. Bisanya hanya kalangan tertentu saja
yang boleh mempelajari buku-buku itu. Bahkan menurut suatu sumber, buku Tafsir Jalalain, yang
ditulis oleh dua orang ahli tafsir, al-Suyuthi dan al-Mahlli, dipelajari disana.
Kehadiran kerajaan Pajang (sekitar Solo) cukup besar pengaruhnya terhadap perkembangan tokoh-
tokoh Islam hingga sekarang. Sultan Hadiwijaya, Yng berakhir masa pemerintahannya pada 1586 M,
melahirkan keturunan-keturunan sampai pada R.H. Hasyim Asy’ari tokoh pendiri NU, serta putra dan
cucunya yang cukup mewarnai pergerakan dakwah Islam ditanah air.
Di masa kerajaan Mataram (sekitar Yogyakarta), dapat dikatakan terjadi kejayaan politik Islam, dan
perkembangan kuantitatif Islam yang sangat cepat. Kerajaan ini didirikan oleh Sutoeijaya sekitar
tahun 1575. Atas usaha dan kegigihannya dalam memegang pemerintahan sekaligus memasukkan
ajaran Islam kedalam pemerinthannya, maka dia mendapat gelarPenembahan Senopati Ing Alogo
Sayyidin Pnoto Gomo. Dengan gelar itu dimaksudkan, ia mempunyai tiga jabatan fungsional; sebagai
panglima perang, pemimpin negara, dan sekaligus sebgai pemimpin agama. Pada masa kerajaan ini,
ajaran Islam mendapat dukungan yang sangat kuat dan terlembagakan ajaran-ajaran sosialnya.
Masa puncak kejayaan Mataram ketika dipimpin raja ketiga, Sultan Agung (1613-1645). Kebijakan-
kebijakan yang ditempuh merupakan bentuk-bentuk kebijakan pada masa Raden Patah, khsususnya
program Bhayangkari Islam-nya diantara program-program sosialisasi ajaran-ajaran Islam yang dia
lakukan seperti Grebek Puasa dan Grebek Mulud. Yaitu, suatu upacara keagaamaan yang dilakukan di
alun-alun dengan dihadiri oleh raja-raja. Upacara tersebut dilakukan bertepatan dengan momen-
momen penting seperti hari besar Islam. Sekaten, adalah sajian-sajian seni gamelan yang diadakan di
depan masjid besar untuk memanggil masyarakat, dimana didalamnya dinyanyikan gending-gending
keagamaan.
Dalam konsep pemerintahan Mataram, kota ditata dengan pola persegi. Pusat perkotaan ditandai
dengan sebuah alun-alun dengan pohon beringin kembar ditanam ditengah alun-alun. Sebelah barat
alun-alun teerdapat sebuah sebuah masjid besar dan kampung umat Islam yang disebut Kauman.
Sementara sebelah timur alun-alun dibangun balai Paseban (Kantor Pemerintah) dan penjara.
Termasuk pola itu, pasar diusahakan tidak terlalu jauh dengan pusat perkotaan. Dengan pola itu, maka
pengelolaan pusat-pusat aktivitas, khususnya kaitan dengan ibadah di masjid diharapkan terjadi
komunikasi yang integratif dan efektif.
Perkembangan agama yang semakin meningkat dan subur.dalam keadaan bagaimanapun, termasuk
dalam kondisi sulit, ajaran islam harus dilakukan demi masa depan hidupnya, dunia adalah
kesempatan yang paling baik untuk beramal sebagai bekal hidup yang hakiki.

Dengan demikian, maka lahirnya kerajaan kerajaan islam sekitar abad ke 13 M. Di sumatera,
dan sekitar abad ke 16 M. dan seterusnya dijawa cukup besar pengaruhnya terhadap pengembangan
islam di Indonesia . secara kuantitatif menambah pesatnya umat islam dan meluasnya wilayah islam
dengan tersosialisasikanya ajaran ajaran islam dalam berbagai bentuk seni dan seni dan budaya
ditopang oleh kekuatan politik islam. Ajaran islam juga semakin melembaga secara legal, dan sarana
sarana politik mulai terlibat dalam dakwah islam.

Sekarang bagaimana pola pemikiran islam yang berkembang pada masa kerajaan islam
tersebut?

Adapun gejala-gejala pemikiran islam pada zaman kerajaan islam baru dapat
diinventarisasikan antara lain sebagai berikut

1. Upaya para wali dan raja islam mengadakan pengkaderan bibit dai dengan mendirikan
pondok pesantren.
2. Usaha para wali dan raja mensosialisasikan dalam bidang budaya dan politik dan dilakukan
usaha usaha legilisasi.
3. Usaha pembuatan buku dan pengemmbangan sastra melalui tembang yang diciptakan para
wali.
4. Corak pemikiran dan ajaran yang berkembang adalah mengikuti mazhab syafi’i.

C. PRA KEMERDEKAAN: ISLAM DAN PERJUANGAN TANAH AIR

Untuk melihat bagaimana usaha sosialisasi ajaran islam pada nasa menjelang kemerdekaan
Indonesia dan bagaimana islam dipahami pada saat itu dalam kaitanya dengan negara, terlebih
dahulu akan disinggung masalah penjajahan ditanah air dan peran serta umat islam dalam rangka
kemerdekaan.

Menurut para sejarawan, penjajah portugis datang diwilayah nusantara pada 1511 M.
dengan bukti masuknya kemalaka. Kemudian secar resmi diketahui pada tahun 1512M. portugis
mendarat kemaluku. Baru kemudian datanglah belanda dengan dua buah kapal dibanten pada tahun
1596. Pada tahun inilah dinyatakan bahwa awal pendudukan penjajahan ditanah air kita, yaitu abad
ke-16M.

Kedatangan belanda di Indonesia pada mulanya mengaku sebagai pedagang , khususnya


pedagang rempah-rempah yang sangat dibutuhkan negar diasalnya. Salah satu motifnya adalah ,
mereka sudah tidak dapat mengambil rempah- rempah dan barang lain dari daratan timur tengah .
padahal kebutuhan akan bahan itu sangat tinggi, oleh karena disana lahir revolusi industry pada saat
itu, baru pada 1602M. berdiri sebuah kongsi dagang belanda, yang disebut VOC. Namun, pada
tanggal 13 desember 1799M. VOC terpaksa harus gulung tikar, akhirnya ppada tanggal 1 januari
1800M. berubah menjadi pemerintah hindia belanda , aksi penjajahanpun tampak jelas.

You might also like