You are on page 1of 3

Awal mula sejarah tragedi Chernobyl

Penyebab kecelakaan
Reaktor chernobyl jenis rbmk didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara
ukraina, sekitar 80 mil sebelah utara kiev. Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada
1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota
kecil, pripyat, dibangun dekat pltn chernobyl untuk tempat tinggal pekerja
pembangkit itu dan keluarganya.
Tipe PLTN chernobyl dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna
pembuatan senjata nuklir serta listrik. Tipe pltn berfungsi ganda seperti ini tidak
ada di negara-negara barat, seperti, as dan prancis, yang merupakan negara
pioner pltn di samping uni soviet (pada waktu itu) sebagai pioner pertama.

Secara garis besar, bencana chernobyl dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
25 april 1986 reaktor unit 4 direncanakan dipadamkan untuk perawatan rutin.
Selama pemadaman berlangsung, teknisi akan melakukan tes untuk menentukan
apakah pada kasus reaktor kehilangan daya turbin dapat menghasilkan energi
yang cukup untuk membuat sistem pendingin tetap bekerja sampai generator
kembali beroperasi.

Proses pemadaman dan tes dimulai pukul 01.00 pada 25 april. Untuk
mendapatkan hasil akurat, operator memilih mematikan beberapa sistem
keselamatan, yang kemudian pilihan ini yang membawa malapetaka. Pada
pertengahan tes, pemadaman harus ditunda selama sembilan jam akibat
peningkatan permintaan daya di kiev. Proses pemadaman dan tes dilanjutkan
kembali pada pukul 23.10 25 april. Pada pukul 01.00, 26 april, daya reaktor
menurun tajam, menyebabkan reaktor berada pada situasi yang membahayakan
operator.

berusaha mengompensasi rendahnya daya, tetapi reaktor menjadi tak terkendali.


Jika sistem keselamatan tetap aktif, operator dapat menangani masalah, namun
mereka tidak dapat melakukannya dan akhirnya reaktor meledak pada pukul
01.30.

Kecelakaan PLTN chernobyl masuk level ke-7 (level paling atas) yang disebut
major accident, sesuai dengan kriteria yang ditentukan ines (the international
nuclear event scale). Di samping kesalahan operator yang mengoperasikannya
di luar sop (standard operation procedure), pltn chernobyl juga tidak memenuhi
standar desain sebagaimana yang ditentukan oleh iaea (international atomic
energy agency). Pltn chernobyl tidak mempunyai kungkungan reaktor sebagai
salah satu persyaratan untuk menjamin keselamatan jika terjadi kebocoran
radiasi dari reaktor. Apabila pltn chernobyl memiliki kungkungan maka walaupun
terjadi ledakan kemungkinan radiasi tidak akan keluar ke mana-mana, tetapi
terlindung oleh kungkungan. Atau bila terjadi kebocoran tidak separah
dibandingkan dengan tidak memiliki kungkungan.

Secara perinci, kecelakaan itu disebabkan:


- pertama, desain reaktor, yakni tidak stabil pada daya rendah – daya reaktor
bisa naik cepat tanpa dapat dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan reaktor
(containment). Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke
udara.
- Kedua, pelanggaran prosedur. Ketika pekerjaan tes dilakukan hanya delapan
batang kendali reaktor yang dipakai, yang semestinya minimal 30, agar reaktor
tetap terkontrol. Sistem pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes dilakukan tanpa
memberitahukan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap operasi
reaktor.
- Ketiga, budaya keselamatan. Pengusaha instalasi tidak memiliki budaya
keselamatan, tidak mampu memperbaiki kelemahan desain yang sudah diketahui
sebelum kecelakaan terjadi.

Penilaian atas berbagai kelemahan pltn chernobyl menghasilkan evaluasi


internasional bahwa jenis kecelakaan seperti ini tidak akan mungkin terjadi pada
jenis reaktor komersial lainnya. Evaluasi ini ditetapkan demikian karena mungkin
berdasarkan analisis jenis reaktor lain yang memenuhi persyaratan keselamatan
yang tinggi, termasuk budaya keselamatan yang dimiliki para operator sangat
tinggi.

Dampak Kecelakaan
pada 2003, IAEA membentuk “forum chernobyl” bekerja sama dengan organisasi
pbb lainnya, seperti WHO, UNDP, ENEP, UN-OCHA, UN-SCEAR, bank dunia
dan ketiga pemerintahan Belarusia, Ukraina, dan Rusia. Forum ini bekerja untuk
menjawab pertanyaan, “sejauh mana dampak kecelakaan ini terhadap
kesehatan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi kawasan beserta
penduduknya.” laporan ini diberi nama “cherno- byl legacy".

Diperkirakan semula dampak fisik akan begitu dahsyat. Artinya, akan


menimbulkan korban jiwa yang luar biasa banyaknya. Namun, ternyata data
sampai dengan 2006, jumlah korban yang meninggal 56 orang, di mana 28
orang (para likuidator terdiri dari staf pltn, tenaga konstruksi, dan pemadam
kebakaran) meninggal pada 3 bulan pertama setelah kecelakaan, 19 orang
meninggal 8 tahun kemudian, dan 9 anak lainnya meninggal karena kanker
kelenjar gondok.

Sebanyak 350.000 likuidator yang terlibat dalam proses pembersihan daerah pltn
yang kena bencana, serta 5 juta orang yang saat itu tinggal di belarusia, ukraina,
dan rusia, yang terkena kontaminasi zat radioaktif dan 100.000 di antaranya
tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai daerah strict control, ternyata
mendapat radiasi seluruh badan sebanding dengan tingkat radiasi alam, serta
tidak ditemukan dampak terhadap kesuburan atau bentuk-bentuk anomali.

Di sisi lain, hasil studi dan penelitian terhadap likuidator menunjukkan bahwa
“tidak ada korelasi langsung antara kenaikan jumlah penderita kanker dan jumlah
kematian per satuan waktu dengan paparan radiasi chernobyl.

Kemudian pada 1992-2002 tercatat 4.000 kasus kanker kelenjar gondok yang
terobservasi di belarusia, ukraina, dan rusia pada anak-anak dan remaja 0-18
tahun ketika terjadi kecelakaan, termasuk 3.000 orang yang berusia 0-14 tahun.
Selama perawatan mereka yang kena kanker, di belarusia meninggal delapan
anak dan di rusia seorang anak. Yang lainnya selamat.

Berdasarkan laporan “chernobyl lecacy”, sebagian besar daerah pemukiman


yang semula mendapat kontaminasi zat radioaktif karena kecelakaan pltn
chernobyl telah kembali ke tingkat radiasi latar, seperti sebelum terjadi
kecelakaan. Dampak psikologis adalah yang paling dahsyat, terutama trauma
bagi mereka yang mengalaminya seperti stres, depresi, dan gejala lainnya yang
secara medis sulit dijelaskan.

Akibat kecelakaan itu, IAEA dan semua negara yang memiliki PLTN membangun
konsensus internasional untuk selalu menggalang dan memutakhirkan standar
keselamatan. Di sisi lain, pihak yang anti-pltn telah menggunakan isu kecelakaan
di chernobyl sebagai bahan kampanye untuk menolak kehadiran pltn, termasuk
di indonesia, dengan berbagai informasi yang keliru karena ketidaktahuan akan
kebenaran informasi sebab terjadinya kecelakaan chernobyl.

Belajar dari kecelakaan chernobyl, IAEA telah menetapkan standar tambahan


untuk memperkuat syarat keselamatan yang tinggi bagi pembangunan dan
pengoperasian pltn, antara lain, perbaikan desain sampai pada generasi ke-4,
aturan main dalam bentuk basic safety, dan berbagai konvensi keselamatan.

Reruntuhan reaktor 4 Chernobyl

Hanya beberapa bulan sejak kecelakaan tersebut, reaktor ditutup dengan


selubung beton yang dirancang untuk menyerap radiasi dan menyimpan sisa
bahan bakar. Namun, sarkofagus hanya dimaksudkan sebagai solusi sementara
dan dirancang untuk bertahan 20-30 tahun.

Chernobyl Sarkofagus
Pada saat ini, dua dekade sejak kecelakaan yang menewaskan 31 orang dan
membuat 135 ribu lainnya mengungsi itu sudah lewat. Benteng beton itu mulai
rapuh akibat pembangunan tergesa-gesa dalam tempo singkat. Kebocoran telah
terjadi selama lebih dari 10 tahun terakhir. Jika sarkofagus itu roboh,
dikhawatirkan puluhan ton debu radioaktif akan terlepas.

You might also like