You are on page 1of 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vertebrata pada superclass tetrapoda terbagi menjadi empat kelas,
salah satunya adalah Aves. Aves adalah hewan yang paling dikenal orang,
karena dapat dilihat dimana-dimana, aktif pada siang hari dan unik dalam
hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu itu tubuh dapat
mengatur suhu dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu, Aves
mendiami semua habitat. Warna dan suara bebrapa Aves merupakan daya
tarik mata dan telinga manusia.
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan
di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu
bervariasi, mulai dari subclass Archaeornithes yang hidup pada masa
lampau sampai yang ada sekarang ini, subclass Neornithes. Berbagai jenis
burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu,
yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di
badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan
dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh
terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu
ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Burung berevolusi selama radiasi
reptil besar dari era Mesozoikum. Tapi burung terlihat cukup berbeda dari
kadal dan reptil modern lainnya karena sayap berbulu dan lainnya.
Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena
berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat daripada
hewan lain. Namun, ada beberapa pula jenis spesies yang telah punah atau
bersifat primitif sehingga sudah tidak dijumpai lagi dilingkungan manusia.
Oleh sebab itu melalui makalah ini disajikan subkelas yang sudah tidak
dijumpai lagi, agar mahasiswa mampu mengenal subkelas tertua atau
pertama tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang muncul diatas, rumusan masalah
pada makalah ini sebagai berikut :
1. Apa ciri-ciri umum dari kelas Aves?
2. Apa karakteristik dari Subclass Archaeornithes?
3. Apa saja spesies dari subkelas Archaeornithes?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai pada pembahasan kelas Aves adalah
mahasiswa mampu memahami ciri-ciri umum kelas Aves, serta
karakteristik dari subkelas Archaeornithes dan spesies unik dari subkelas
tersebut.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu,
meningkatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri umum kelas Aves,
karakteristik dari subkelas Archaeornithes dan spesies unik dari subkelas
Archaeornithes.

2
BAB I
PEMBAHASAN

A. Aves (Unggas)
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal
epidermal), sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah
vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan
modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-
elemen tubuh tengah dan distal. (Pada fosil Pterodactyla=reptilia dan
Chiroptera = mamalia terbang, sayap berasal dari elemen-elemen tubuh
distal). Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger, atau
berenang (dengan selaput interdigital).
Karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang
berfusi kuat, paruh berzat tanduk. Berikut karakteristik aves :
1. Otak mempunyai serebrum dan lokus optikus yang berkembang
dengan baik. Mempunyai 12 pasang saraf kranial
2. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah
kantung-kantung udara sebagai alat pernapasan tambahan
3. Jantung terbagi menjadi 2 aurikel dan 2 ventrikel. Ventrikel terpisah
sempurna, sehingga sirkulasi pulmoner terpisah dari sirkulasi sistemik.
Lengkung aorta hanya satu buah dan terletak disisi kanan. Temperatur
tubuh tinggi dan dipertahankan tetap (homoioterm) dengan bantuan
bulu
4. Saluran pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan
lambung muskular (gizzard, empedal), dua buah sekum (caecum), usus
besar dan kloaka.
5. Ginjal tipe metanefros. Vena portal ginjal tidak terbagi- bagi kedalam
kapiler-kapiler ginjal. Tidak mempunyai kandung kemih. Eksresinya
semi-solid.
6. Sistem sirkulasi/peredaran darah tipikal pada burung, yaitu seperti
pada mamalia, bedanya hanya lengkung arteri tunggal yang terletak
pada sebelah kanan, sedangkan pada mamalia terletak sebelah kiri.

3
7. Kelenjar endokrin. Berupa kelenjar pituitari (hipofisis) terletak didasar
otak. Kelenjar tiroid dibawah vena jugularis dekat permulaan arteri
subklavia dan karotis. Kelenjar adrenal sepasang, dengan panjang 8-
10cm.
8. Fertilisasi internal. Pada burung jantan jarang yang mempunyai organ
intromitten (seperti penis dan sebagainya). Semua burung ovipar. Telur
berkulit keras (cangkang). Yang betina biasanya hanya mempunyai
satu ovarium (kiri).
9. Suara burung berbeda-beda menurut jenisnya, ada burung yang
mampu menirukan suara. Burung bersuara atau bernyanyi untuk
mengundal berkumpul, untuk menyatakan daerah sarangnya dan
memanggil lawan jensnya, untuk panggilan antara yang muda dan
yang tua, dan untuk peringatan ada bahaya.
10. Ada jenis-jenis burung yang tinggal menetap, tetapi banyak pula yang
bermigrasi, umumnya migrasi Selatan-Utara (latitudinal) dan ada yang
naik turun (altitudinal). Daerah tujuan migrasi biasanya tetap.
B. Pembagian Kelas Aves
Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (ordo) yang
dikenal baik karakteristiknya. Berikut ini hanya dikemukakan karakteristik
pada tingkat subkelas.
1. Sub-kelas Archaeornithes (burung bengkarung)
Archaeopteryx, dikenal
sebagai Urvogel, sebuah
kata yang berarti “burung
yang asli” atau “burung
pertama”. Archaeornithes
adalah genus burung seperti
dinosaurus yang mengalami
transisi antara non-unggas
dinosaurus berbulu dan
modern burung atau merupakan spesies peralihan. Nama ini berasal
dari bahasa Yunani kuno (archaios) yang berarti "kuno", dan (pteryx),

4
yang berarti "bulu" atau "sayap". Antara akhir abad kesembilan belas
dan awal abad kedua puluh satu. Archaeopteryx telah diterima secara
umum oleh palaeontolog dan buku referensi populer sebagai burung
tertua (anggota kelompok avialae).
Archaeopteryx hidup pada akhir Jurassic sekitar 150 juta tahun
yang lalu, di tempat yang sekarang, selatan Jerman selama waktu
ketika Eropa merupakan kepulauan pulau di laut dangkal tropis yang
hangat, lebih dekat ke khatulistiwa daripada sekarang. Individu
terbesar mungkin mencapai ukuran gagak, spesies terbesar dari
Archaeopteryx bisa tumbuh sampai 0,5 m (1 ft 8 in) panjangnya.
Meskipun ukuran mereka kecil, sayap yang luas, dan kemampuan
disimpulkan untuk terbang atau meluncur, Archaeopteryx memiliki
lebih banyak kesamaan dengan Mesozoikum dinosaurus daripada
dengan burung modern. Secara khusus, mereka berbagi fitur berikut
dengan dromaeosaurids dan troodontids: rahang dengan tajam gigi,
tiga jari dengan cakar, tulang ekor yang panjang, hiperekstensibel jari
kaki kedua.

Berikut karakteristik subkelas Archaeornithes:


1) Merupakan burung bergigi dan terdapat cakar pada sayapnya,
memiliki tulang ekor yang panjang, telah punah dan hidup dalam
periode Jurassik.
2) Bulu memiliki panjang total 58 mm
3) Memiliki bulu seperti sayap burung modern, bulu penerbangan dari
Archaeopteryx agak asimetris dan bulu ekor yang agak luas. Ini
berarti bahwa sayap dan ekor yang digunakan untuk mengangkat

5
generasi, tetapi tidak jelas apakah Archaeopteryx mampu
mengepakkan penerbangan atau hanya glider.
4) Pada tahun 2004, para ilmuwan menganalisis rinci CT scan dari
tempurung otak dari London Archaeopteryx, dan menyimpulkan
bahwa otaknya secara signifikan lebih besar dari kebanyakan
dinosaurus
5) Memiliki pendengaran yang tajam
6) Memiliki tiga cakar disetiap sayapnya
7) ekornya masih bertulang,
 Klasifiksi Archaeornithes
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Archaeopterygiformes
Famili : Archaeopterygidae
Genus : Archaeopteryx
Spesies : Archaeopteryx lithographica

2. Klasifikasi Subkelas Archaeornithes


Subkelas Archaeornithes hanya memiliki satu ordo, yaitu ordo
Archaeopterygiformes. Berdasarkan perkembangannya ordo ini dibagi
menjadi beberapa family diantaranya:
1. Family Archaeopterygidae
2. Family Troodontidae
3. Family Dromaeosauridae (Xu, 2011)

1. Family Archaeopterygidae
a. Karakteristik
Family ini merupakan family dalam ordo Archaeopterygiformes yang
pertama kali dicetuskan oleh Max Furbringer pada tahun 1888 hanya terdapat satu
Archaeopteryx dan juga hanya terdapat satu spesies yaitu Archaeopteryx
lithographica. Sebuah filogenetik resmi untuk family ini telah diteliti oleh Xu dan

6
rekan-rekannya pada tahun 2011, kelompok hewan yang paling dekat
kekerabatannya dengan family ini adalah burung gereja dan
Dromaeosaurus. Contoh spesies dalam family ini adalah
Archaeopteryx lithograpicha.
Archaeopteryx (dari Bahasa Yunani Kuno :
archaios yang berarti 'kuno' dan pteryx yang berarti 'bulu
unggas' atau 'sayap') adalah jenis burung paling awal dan
primitif yang diketahui. Binatang ini hidup
pada Periode Jurasic sekitar 155–150 juta tahun lalu yang
saat ini dikenal sebagai wilayahJerman bagian selatan.
Dalam Bahasa Jerman, Archaeopteryx dikenal
sebagai Urvogel, sebuah kata yang berarti "burung yang

asli" atau "burung pertama". Meskipun namanya yang asli


Gambar 2. Fosil Archaeopteryx
berasal dari Bahasa Jerman, Kata ini juga digunakan lithograpicha di jerman
dalam Bahasa Inggris (Xu dkk, 2011 dan Godefroit dkk,
2013) .
Burung modern adalah salah satu keturunan dari spesies ini, burung adalah
salah satu spesies dari klad dinosauria yang masih hidup sampai saat ini. Sejak
fosil Archaeopteryx ditemukan pertama kali di Jerman tahun 1861, spesies ini
sempat membuat bingung para ilmuwan. 1861 merupakan waktu dua tahun,
setelah Charles Darwin mempublikasikan temuan itu dalam jurnal On The Origin
of Species. Dengan cakar dan gigi yang mirip dengan dinosaurus, Archaeopteryx
juga memiliki bulu layaknya seekor burung. Ini membuktikan teori Darwin dalam
jurnal itu yang menyebutkan bahwa dinosaurus merupakan cikal bakal burung.
Archaeopteryx merupakan transisi dari dinosaurus menjadi burung. Darwin
menyebutnya sebagai Urvoger, dari bahasa Jerman yang berarti 'Burung Pertama'.
Meskipun bukti burung dinosaurus belum muncul hingga sekarang, banyak
ilmuwan yang percaya bahwa Archaeopteryx merupakan dinosaurus pertama yang
mampu terbang. Spesimen fosil yang berjumlah 11 itu dipublikasikan pertama
kali pada 2011 dan masih dalam keadaan baik. Spesimen tersebut, dilengkapi
dengan impresi bulu di seluruh tulang. Bulu-bulu tersebut, berukuran panjang dan
simetris di bagian atas kaki. Namun, sampai di bagian bawah, ukurannya semakin

7
pendek. Para peneliti menggambarkan 'celana' bulu ini sebagai penutup diri, alat
kamuflase, mengisolasi diri bahkan alat manuver saat berada di bawah
(Elzanowski, 2002).

b. Ukuran tubuh
Ukuran Archaeopteryx kira-kira seukuran burung gagak dengan sayap
yang lebar, sayap bisa mencapai 20 inci dengan massa diperkirakan 0,8 sampai 1
kilogram. Bulu Archaeopteryx meskipun kurang didokumentasikan, struktur dan
desainnya mirip bulu burung modern. Tidak seperti burung modern
Archaeopteryx memiliki gigi kecil serta tulang ekor yang panjang (Elzanowski,
2002).

Gambar 3. Perbandingan tubuh


Archaeopterix dan manusia

c. Karakteristik dan Warna Bulu

Karena Archaeopteryx memiliki ciri yang sama pada burung dan


dinosaurus, Archaeopteryx dianggap sebagai spesies penghubung antara
dinosaurus dan burung. Archaeopteryx memiliki bulu seperti burung modern,
perbedaan terdapat pada ekor. Tipe ekor Archaeopteryx cenderung menyerupai
palem sementara ekor pada burung modern seperti kipas (Elzanowski, 2002).

8
Gambar 4. Ilustrasi anatomi membandingkan "daun palem ekor"
dari Archaeopteryx dengan "fan-ekor" dari burung modern

Tidak ada indikasi bulu di bagian atas dan kepala. karena beberapa fosil
tidak menunjukkan adanya bulu. Akan tetapi beberapa peneliti berpendapat bulu
kemungkinan membusuk atau hanyut ketika fosil terkubur. Hal ini menunjukan
kemungkinan bulu di daerah kepal Archaeopteryx sedikit lunak dan longgar
sehingga gampang copot (Elzanowski, 2002).
Pada tahun 2011, mahasiswa pasca sarjana Ryan Carney dan rekannya
melakukan studi warna pertama pada specimen Archaeopteryx menggunakan
teknologi scanning electron microscopy dan analisis x-ray dispersif. mereka
mampu mendeteksi struktur melanosom dalam specimen bulu. struktur yang
dibandingkan kemudia dibandingkan dengan 87 jenis burung modern, dan
ditentukan dengan presentase yang tinggi dari kemungkinan menjadi bulu
berwarna hitam (Ghose, 2013)

Gambar 5. Ilustrasi Archaeopteryx


berdasarkan penelitian Carney

d. Cara Hidup
Bulu Archaeopteryx tidak simetris dan bulu ekor agak luas. Masih menjadi
perdebatan apakah Archaeopteryx mampu mengepakkan sayapnya untuk terbang
atau hanya sebagai glider (peluncur). Kurangnya tulang dada dibandingkan

9
dengan burung modern menunjukkan Archaeopteryx bukan merupakan
penerbang yang kuat, tapi otot terbang mungkin ada hal ini ditunjukkan dengan
adanya wishbone berbentuk boomerang di sayap. Menurut studi yang dilakukan
Philip Senter pada tahun 2006, Archaeopteryx memang tidak dapat menggunakan
sayapnya seperti pada burung modern kebanyakan, tapi lebih condong
menggunakan teknik meluncur. Bulu Archaeopteryx tidak simetris yang menjadi
salah satu fakta Archaeopteryx tidak bisa terbang, karena burung modern yang
bisa terbang umumnya memiliki bulu yang simetris

Gambar 6. Bulu Archaeopteryx

Perbandingan antara cincin scleral dari Archaeopteryx dan burung modern dan
reptil menunjukkan bahwa mungkin merupakan hewan diurnal, mirip dengan
kebanyakan burung modern (Elzanowski, 2002).

e. Habitat
Fosil Achaeopteryx banyak ditemukan di batu gamping Solnhofen di daerah
jerman. Iklim di daerah tersebut merupakan iklim kering hal ini ditunjukkan
dengan ditemukannya tanaman yang diadaptasi untuk kondisi kering.
Karakteristik tempat solnhofen dataran rendah, semi-kering, dan
sub tropis dengan panjang musim kemarau dan sedikit hujan. Ada beberapa
pendapat mengenai gaya bergerak Archaeopterix jika disesuaikan dengan kondisi
Solnhofen, beberapa peneliti berpendapat gaya hidupnya merupakan hewan
teresterial, beberapa pendapat lain berpendapat merupakan hewan arboreal pada
pohon atau semak-semak (Paul, 2002).

2. Family Trodontidae
Troodontidae adalah sekelompok Dinosaurus burung seperti Theropoda. Selama
sebagian besar abad ke-20, fosiltroodontid lengkap ditemukan (termasuk

10
spesimen yang masih mempertahankan bulu, telur dan embrio), penemuan ini
telah membantu ilmuan untuk meningkatkan pemahaman tentang kelompok ini.
Studi anatomi, khususnya studi tentang troodontid paling primitif,
seperti Sinovenator, menunjukkan kesamaan anatomi mencolok dengan
Archaeopteryx, dan menunjukkan bahwa mereka adalah kerabat dekat (Lu dkk,
2010).
Semua troodontids memiliki banyak fitur unik di tengkoraknya. Troodontids
memiliki cakar berbentuk sabit di tangan ganasnya. Troodontid terbesar
adalah Troodon, dan yang terkecil adalah Anchiornis, yang juga merupakan
dinosaurus non-unggas terkecil. Troodontid memiliki kaki yang sangat panjang,
besar, dan dengan cakar melengkung pada jari-jarinya. Ciri khas yang
membedakan bulu Trodontidae dan Arcaheopteridae adalah bulu pada
Trodontidae tidak selebat dan sepanjang Trodontidae (Lu dkk, 2010).

a b

Gambar 7. Trodon formosus (a); Mei long (b) memiliki ciri bulu tidak terlalu
banyak dan memiliki cakar melengkung di kakinya

Troodontids memiliki otak yang luar biasa besar di antara dinosaurus purba,
sebanding dengan otak burung saat ini. Mata mereka juga besar, dan menjorok ke
depan, menunjukkan bahwa mereka memiliki penglihatan binokular yang baik.
Telinga troodontids menunjukkan kemampuan pendengaran yang hebat. Telinga

11
troodontid juga asimetris, dengan satu telinga ditempatkan lebih tinggi pada
tengkorak dari telinga lain, fitur yang sama hanya ada pada beberapa jenis burung
hantu. Spesialisasi telinga mungkin menunjukkan bahwa troodontids berburu
dengan cara yang mirip dengan burung hantu, menggunakan pendengaran mereka
untuk mencari mangsa kecil (Lu dkk, 2010).

Gambar 8. Fosil dari Trodon sp.

Meskipun sebagian besar ahli paleontologi percaya bahwa Troodontid adalah


predator karnivora. Namun, banyaknya gigi kecil yang bergerigi kasar, dan rahang
berbentuk U dari beberapa spesies menunjukkan bahwa beberapa spesies
troodontid mungkin adalah omnivora atau herbivora. Sebaliknya, beberapa
spesies, seperti Byronosaurus, memiliki sejumlah besar gigi seperti jarum, yang
tampaknya paling cocok untuk berburu mangsa kecil, seperti burung, kadal dan
mamalia kecil. Famili ini masih menjadi perdebatan sistem klasifikasinya apakah
termasuk ke dalam kelas Reptil atau Aves. Beberapa peneliti menyebutkan kelas
ini lebih condong ke arah aves (Lu dkk, 2010).

3. Family Dromaeosaurida
Merupakan salah satu famili yang paling mendekati burung modern saat ini,
dengan ditemukan bulu di tubuhnya. Fosilnya ditemukan kosmopolit di beberapa
daerah baik di Amerika Utara, Afrika, Asia (terutama di China, Mongol) (Acorn,

12
2007), sampai di Antartika. Hidup pada periode pertengahan jaman Jurasic. Pada
monograp John Ostrom dikemukakan morfologi dari family ini memiliki tungkai
yang fleksibel sehingga memungkinkan dia untuk berlari dengan cepat
dibandingkan menggunakan sayapnya (Metcalf dkk, 1992).

a b

Gambar 9. Model kaki Dromaeosaurida (a); Perbandingan ukuran tubuh


Dromaeosaurida

Struktur kaki dari Dromaeosaurida hampir sama dengan Trodontidae memiliki


cakar yang melengkung di kakinya. Cakar ini digunakan untuk menangkap
mangsa atau untuk memanjat pohon, sementara sayapnya digunakan untuk
meluncur dari pohon, karena cakarnya tidak dimodif untuk memanjat turun (Naish
dan Martill, 2001).
Family ini memiliki ekor yang sangat panjang yang membedakan dari
Archaeopteridae dan Trodontidae. Bulu pada sayap juga lebih lebat dari pada
Trodontidae sehingga yang membedakan ciri mereka adalah ukuran panjang ekor
dan bulu pada sayapnya (Naish dan Martill, 2001).
Ukuran tubuh mereka cukup bervariasi, dari yang berukuran 0,7 meter (pada
genus Mahakala) sampai yang berukuran lebih dari 6 meter (genus Utahraptor,
Dakoraptor), bahkan ada satu spesies dari Utahraptor di Bringham Young
University memiliki panjang sekitar 11 meter (Naish dan Martill, 2001).

a b
Gambar 10. Mahakala omnnogovae (a); Utahraptor ostrommaysorum (b)
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aves merupakan kelas yang mudah dijumpai dilingkungan
manusia dan banyak spesies dari tiap ordonya. Namun, pada subkelas
Archaeornithes (burung bengkarung) spesiesnya hanya ada beberapa saja.
Karena merupakan subkelas primitif atau sudah punah. Walaupun telah
punah, para ilmuwan berusaha mengungkap mengenai karakteristik
subkelas tersebut, sehingga dapat teridentifikasi dengan baik.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan pemahaman pada
subkelas Archaeornithes karena spesies ini merupakan hewan peralihan
atau transisi antara reptil ke burung, sehingga cukup menyulitkan dalam
menganalisisnya. Serta lebih aktif dalam mencari literatur subkelas
tersebut agar lebih menambah pengetahuan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Acorn, J. 2007. Deep Alberta: Fossil Facts and Dinosaur Digs. University of
Alberta Press

Elżanowski A. 2002. Archaeopterygidae (Upper Jurassic of Germany). In


Chiappe, L. M.; Witmer, L. M. Mesozoic Birds: Above the Heads of
Dinosaurs. Berkeley: University of California Press. pp. 129–159.

Ghose, Tia .2013. Pigments suggest famed dino-bird sported black and white
feathers. NBC News. Archived from the original on 18 June 2013.

Godefroit, Pascal; Cau, Andrea; Hu, Dong-Yu; Escuillié, François; Wu, Wenhao;
Dyke, Gareth 2013. A Jurassic avialan dinosaur from China resolves
the early phylogenetic history of birds. Nature 498 (7454): 359–362.

Lü,J., Li Xu, Yongqing Liu, Xingliao Zhang, Songhai Jia, and Qiang Ji (2010). A
new troodontid (Theropoda: Troodontidae) from the Late Cretaceous
of central China, and the radiation of Asian troodontids. Acta
Palaeontologica Polonica 55 (3): 381–388

Metcalf, S.J., Vaughan, R.F., Benton, M.J., Cole, J., Simms, M.J. and Dartnall,
D.L. 1992. A new Bathonian (Middle Jurassic) microvertebrate site,
within the Chipping Norton Limestone Formation at Hornsleaslow
Quarry, Gloucestershire. Proceedings of the Geologists' Association
103 (4): 321–342.

Naish, D. Hutt, and Martill, D.M. (2001). Saurischian dinosaurs: theropods. in


Martill, D.M. and Naish, D. (eds). Dinosaurs of the Isle of Wight. The
Palaeontological Association, Field Guides to Fossils. 10, 242–309.

Paul, Gregory S. (2002). Dinosaurs of the Air: the Evolution and Loss of Flight in
Dinosaurs and Birds. Baltimore: Johns Hopkins University Press.

Wikipedia, the free encyclopedia.


https://tesarphone.wordpress.com/2010/01/23/archaeopteryx/.
Diakses tanggal 30 Oktober 2015.

Xing Xu, Hailu You, Kai Du and Fenglu Han .2011. AnArchaeopteryx-like
theropod from China and the origin of Avialae. Nature 475(7357):
465-470

15

You might also like