You are on page 1of 17

ACARA V

PENGENALAN BUDIDAYA KOPI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan wawancara mengenai perkebunan kopi
merapi. Nasarumber dari wawancara kali ini adalah Bapak Jupri selaku pemilik salah
satu perkebunan kopi di dusun gading, cangkringan. Bapak Jupri selaku kepala
kelompok tani dusun gading telah mengelola perkebunan sejak tahun 1982 hingga kini.
Menurut sejarah, tanaman kopi berasal dari Abyssinia,nama daerah lawas di Afrika
yang saat ini mencakup wilayah negara Etiopia dan Eritrea. Tidak banyak diketahui
bagaimana orang-orang Abyssinia memanfaatkan tanaman kopi. Berbagai rujukan
sejarah mengatakan bahwa kopi dipopulerkan oleh bangsa Arab sebagai minuman
penyegar. Biji kopi menjadi komoditas komersial setelah dibawa oleh para pedagang
Arab ke Yaman. Sedangkan di Indonesia, tanaman kopidiperkirakan masuk pada abad
ke-13 tepatnyapada tahun 1696 saat zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji
tanaman kopi. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, bila dibiarkan tumbuh tinggi
tanaman kopi dapat mencapai 12 m, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing.
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di
pasaran dunia. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan
genus Coffea. Secara umum di Indonesia terdapat dua spesies tanaman kopi
yaitu Coffea arabica dan Coffea robusta yang masing - masing memiliki keunggulan
tersendiri. Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat sedangkan kopi
Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik.
Bagi petani, kopi tidak hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat, tetapi
juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun yang lalu kopi
telah menjadi sumber nafkah bagi banyak petani. Budidaya kopi dengan teknik
penanaman yang benar akanmendapatkan hasil lebih maksimal. Agar dapat
berkembang dengan baik, tanaman Kopi harus ditanam dengan menghendaki
kesesuaian lingkungan yang khusus. Makalah ini dibuat untuk memberi pengetahuan
tentang bagaimana cara menanam kopi dan apa saja faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman kopi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini dibuat yaitu :
1. Mengetahui tahapan budidaya tanaman kopi
2. Mengetahui kendala dalam budidaya tanaman di lapangan serta cara
mengatasinya
II. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, yaitu wawancara dengan Bapak Jupri di
perkebunan kopi dusun gading, cangkringan. Bapak Jupri selaku kepala kelompok tani
dusun gading mengelola tanah sendiri seluas 0,5 hektar. Kopi yang dibudidayakan
hanyalah kopi jenis Robusta, sedangkan kopi Arabika tidak ditanam karena tidak sesuai
dengan syarat tumbuhnya pada daerah tersebut.
Kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu jenis kopi yang banyak
dibudidayakan oleh penduduk karena kopi Robusta lebih mudah dibudidayakan jika
dibandingkan dengan tanaman kopi Arabika. Syarat tumbuh kopi Robusta antara lain
dapat ditanam pada ketinggian 0-1000 m dpl, tetapi ketinggian optimal adalah 400-800
m dpl. Temperatur rata-rata antara 21oC – 24oC. Kopi Robusta memerlukan masa
kering kurang lebih 3 bulan, masa kering tersebut sangat diperlukan karena kopi
Robusta melakukan penyerbukan silang. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman
kopi adalah daerah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm
per tahun (Mulyana, 1982).
Sedangkan pada kopi Arabika mempunyai syarat tumbuh di ketinggian 1250-
1850 m dari permukaan laut. Di Indonesia kopi Arabika ini bisa produktif pada
ketinggian 1.000-1.750 m dari permukaan laut dengan suhu sekitar 16-20oC. Arabika
dapat hidup juga di dataran rendah sampai di dataran lebih tinggi lagi. Tetapi tanaman
akan kurang produktif karena saat ditanam di bawah 1.000 m akan mudah terserang
penyakit Hemileia vaststrix. Sebaliknya jika kopi jenis ini ditanam lebih dari 1850 m,
udara akan terlalu dingin sehingga akan banyak tumbuh vegetatif saja (AKK, 2005).
Curah hujan minimal satu tahun 1000 - 2000 mm, optimal 1750 - 2500 mm. Di
Indonesia curah hujan mencapai 2500 - 3500 mm. Tanaman kopi memerlukan musim
kering maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sesudah berbunga lebat tidak
melebihi 2 minggu. Tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang
terutama musim kemarau angin mempertinggi penguapan, mematahkan pohon
pelindung dan tanaman kopi, sehingga perlu ditanam tanaman pematah angin (AAK,
2005).
Pada pengolahan lahan kebun milik Pak Jupri, pada awalnya dilakukan
pembukaan lahan dengan mengganti tanaman pangan seperti ubi-ubian menjadi
tanaman kopi. Sebelum lahan ditanami tanaman kopi, dilakukan pengolahan lahan
terlebih dahulu dengan pembuatan lubang pada lahan kemudian di beri pupuk dan
ditutup kembali dengan tanah. Setelah pengolahan lahan selesai kemudian baru dapat
ditanami. Adapun jarak tanam antar tanaman kopi di dusun tersebut. Terdapat dua
macam jarak tanam yang dilakukan oleh Bapak Jupri yaitu yang pertama jarak tanam
dengan ukuran 2x3 meter dan 2 ½ x 2 ½ meter. Namun pada jarak 2x3 meter tersebut
masih terdapat sisa ruang antar jarak tanaman sehingga biasanya ditanami dengan ubi-
ubi an.
Selanjutnya dilakukan persiapan bahan tanam yang dimulai dari asal bahan
tanam, kriteria bahan tanam, media tanam pembibitan, hingga pemeliharaan.
Penanaman dilakukan sejak tahun 1982 dengan bibit awal kopi yang berasal dari
Jember, Jawa Timur dengan jenis kopi Robusta. Penanam awal dimulai dari 200 bibit
kopi Robusta dan sekarang sudah mencapai 600-700 bibit kopi Robusta. Untuk
penanamannya dilakukan pada musim penghujan atau lebih tepatnya pada bulan
Desember-Januari. Sebelum dilakukan penanaman pada lahan bibit harus disemaikan
terlebih dahulu. Waktu untuk pembibitan biasanya dibutuhkan waktu selama 4 bulan,
kemudian baru bisa dipindah tanam pada lahan tanam, media yang digunakan untuk
persemaian yaitu tanah. Karena lamanya tanaman kopi untuk dapat berbuah maka
untuk mempercepat masa tanaman berbuah, Bapak Jupri ini menggunakan cara stek
akar untuk meminimalkan waktu yang ada. Karena jika dibandingkan dengan
menggunakan bibit butuh waktu selama 4-5 tahun hingga dapat berbuah terlebih
dahulu dan dan dapat dipanen. Sedangkan untuk tanaman kopi yang diambil dari
tempat yang berbeda dapat dipanen setelah 3 tahun karena menggunakan perbanyakan
vegetatif. Biasanya tanama kopi kalau sudah bisa berbuah satu kali maka akan bisa
panen tiap satu tahun sekali.
Setelah melakukan penanaman, dilakukan pemeliharaan. Pemeliharan
dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama yaitu ketika tanaman kopi berumur 1
tahun dilakukan pembersihan gulma di sekitar tanaman kopi. Kedua, setelah tanaman
kopi berumur lebih dari satu tahun dilakukan pemotongan atau pemangkasan pada
beberapa ranting setiap 2 minggu sekali. Hal ini dilakukan ntuk meminimalkan tinggi
tanaman kopi serta agar saat berbuah, buah yang dihasilkan akan maksimal. Ketiga
melakukan perawatan dengan cara menyiangi setiap 1 tahun 2 kali, dan diatur tinggi
tanaman untuk menyelaraskan tinggi tanaman yang satu dengan yang lain. Selain
perawatan pada tanaman dilakukan pemupukan secara berkala menggunakan pupuk
organik atau pupuk kandang dengan dua cara pemupukan, yang petama yaitu dengan
pembuatan lubang kemudian diberi pupuk dan ditutup kembali dengan tanah dan yang
kedua dengan hanya dibuat lubang saja tanpa ada penutupan kembali. Pemupukan
dilakukan 2 kali dalam setahun dengan menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran
sapi milik Bapak Jupri sendiri. Untuk pengairan biasanya hanya mengandalkan air dari
hujan saja.
Pada perawatan, dilakukan juga pembersihan hama yang biasa menyerang pada
tanaman kopi. Menurut Bapak Jupri, hama yang menyerang tanaman kopi di daerah
cangkringan yaitu penggerek buah, kutu, dan penggerek batang. Namun, hama yang
paling banyak menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah. Cara penanganan
untuk hama penggerek buah yaitu menggunakan pestisida nabati (beauveria).
Penyemprotan dilakukan setiap akan panen. Sedangkan untuk penggerek batang tidak
dilakukan pengendalian khusus, hanya ditunggu hingga batang mengering lalu dahan
dipatahkan. Menurut Muliasari (2016) penangan penggerek buah harus dilakukan
secara terpadu agar berhasil meurunkan atau mengendalikan populasi hama PBKo di
kebun. Strategi pengendalian difokuskan pada kultur teknis, pengendalian secara
biologi dan fisik. Selain itu penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan hama
PBKo juga telah banyak dilakukan di beberapa kebun kopi. Tephrosia sp. Telah
digunakan di Tanzania untuk mengendalikan PBKo. Konsentrasi yang digunakan
adalah 50-100 g daun/liter air dan ditambah air sabun
Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang
telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah matang
ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah
masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka
buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh
terlampaui (over ripe) (Starfarm, 2010). Pada kebun kopi Robusta milik Bapak Jupri
dilakukan pemanenan sekitar 4-5 bulan dengan pemetikan yang dilakukan secara
bertahap agar kualitas kopi dan rasanya terjaga. Pemetikan dilakukan secara manual
dan dipilih buah yang sudah berwarna merah saja dengan meninggalkan buah yang
masih berwarna hijau. Buah yang masih berwarna hijau tersebut dibiarkan hingga
berubah berwarna merah kemudian dilaukan pemetikan kembali. Proses pemetikan
yang dilakukan oleh Bapak Jupri ini sudah sama seperti syarat pemanenan kopi yang
baik. Banyak hasil panen dari buah kopi diperngaruhi oleh cuaca. Jika cuaca sedang
hujan, maka pemanenan yang dilakukan kurang maksimal hasilnya karena banyak biji
yang rontok terkena hujan dan angi. Sedangkan saat cuaca baik, sekali panen dapat
menghasilkan 700 kilo untuk 0,5 hektar lahan.
Setelah proses pemanenan, Bapak Jupri tidak melakukan pengolahan terlebih
dahulu terhadap buah kopi yang ada, akan tetapi langsung disetorkan ke Pakem dalam
bentuk biji merah untuk diolah disana. Pengelolahan dimulai dari di pulping atau
pengupasan kulit buah, kemudian dimasukan ke alat demucilager tanpa menggunakan
air untuk menghilangkan lendir dari biji kopi, setelah itu dilakukan penjemuran selama
minggu sampai kering dengan kadar air 12,5%, kemudian kulit ari dipisahkan dengan
biji dan di sortir. Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran,
cacat biji dan benda asing. Sortasi ukuran dapat dilakukan dengan ayakan mekanis
maupun dengan manual. Cara sortasi biji adalah dengan memisahkan biji-biji kopi
cacat agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan ketentuan SNI 01-
2907-2008 (Natawidjaya, 2012).
Gambar 1. Tahapan proses kopi secara semi-basah (Semi-Washed)
(Natawidjaya, 2012).
Langkah terakhir yaitu proses pengemasan dan penggudangan bertujuan untuk
memperpanjang daya simpan hasil. Pengemasan biji kopi harus menggunakan karung
yang bersih dan baik, serta diberi label sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-2008
kemudian simpan tumpukan kopi dalam gudang yang bersih, bebas dari bau asing dan
kontaminan lainnya. Hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan dan
penggudangan adalah :
a. Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen. Di catat
untuk label menggunakan pelarut non minyak.
b. Karung yang digunakan bersih dan jauh dari bau asing.
c. Tumpukan karung kopi diatur di atas landasan kayu dan diberi batas dengan dinding
atau jarak dengan dinding sekitar 50 cm, supaya memudahkan inspeksi terhadap
hama gudang. Tinggi tumpukan karung kopi maksimal 150 cm dari atap gudang
penyimpanan.
d. Kondisi biji dimonitor selama disimpan terhadap kadar airnya, keamanan terhadap
organisme pengganggu (tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-faktor lain yang
dapat merusak biji kopi.
e. Kondisi gudang dimonitor kebersihannya dan kelembaban sekitar 70 % Untuk
menjaga kelembaban gudang tersebut perlu dilengkapi ventilasi yang memadai.
Standar Nasional Indonesia Biji kopi yang telah dikeluarkan oleh Badan
Standardisasi Nasional adalah SNI No 01-2907-2008. Persyaratan umum mutu biji
kopi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Syarat mutu umum


No. Jenis Uji Satu Persyaratan
an
1 Kadar air, (b/b) % Maks 12,5
2 Kadar kotoran berupa ranting, batu, % Maks 0,5
tanah dan benda-benda asing lainnya
3 Serangga hidup - Tidak ada
4 Biji berbau busuk dan berbau kapang - Tidak ada
Catatan : b/b adalah berat/ berat dalam kondisi basah
Sedangkan untuk persyaratan khusus mutu biji kopi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Syarat mutu khusus kopi robusta dengan cara kering
Ukuran Kriteria Satuan Persyaratan
Besar Tidak lolos ayakan % Fraksi massa Maks lolos 5
berdiameter 6.5 mm (Sieve
No.16)
Kecil Lolos ayakan diameter 6.5 % Fraksi massa Maks lolos 5
mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 3.5 mm (Sieve
No.9)

Tabel 3. Syarat mutu khusus kopi robusta dengan cara basah.


Ukuran Kriteria Satuan Persyaratan
Besar Tidak lolos ayakan % Fraksi massa Maks lolos 5
berdiameter 7.5 mm
(Sieve No.19)
sedang Lolos ayakan % Fraksi massa Maks lolos 5
diameter 7.5 mm,
tidak lolos ayakan
berdiameter 6.5 mm
(Sieve No.16)
Kecil Lolos ayakan % Fraksi massa Maks lolos 5
diameter 6.5 mm,
tidak lolos ayakan
berdiameter 5.5 mm
(Sieve No.14)
Tabel 5. Syarat penggolongan mutu kopi
Mutu Syarat Mutu
Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum11
Mutu 2 Jumlah niali cacat 12 sampai dengan 25
Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Mutu 4-a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
Mutu 4-b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
III. PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang ada dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam pembudidayaan tanaman kopi diperlukan adanya syarat tumbuh yang
berupa ketinggian, temperatur dan intensitas curah hujan. Kemudian tahapan
berikutnya dalam pembudidayaan kopi adalah pembukaan lahan, persiapan
bahan tanam, pemeliharaan, dan pemanenan. Persiapan bahan tanam mencakup
tentang kriteria bahan tanam dan media tanam pembibitan, sedangkan pada
pemeliharaan mencakup tentang pemupukan, penyiangan, dan penanggulangan
hama dan penyakit.
2. Adapun beberapa kendala yang dialami seperti curah hujan yang tak menentu,
serangan hama dan penyakit, jalur transportasi yang kurang memadai, dan
minimnya mesin untuk mengolah biji kopi di tempat petani.
2. Saran
Setelah mengetahui beberapa kendala yang dialami oleh para petani, kami
menyarankan kepada petani untuk tidak langsung menjual semua biji kopi setelah
pasca panen namun juga mengolah biji kopi sendiri untuk menaikkan harga jual dan
pendapatan petani di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 2005. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta.
Muliasari, A. Astri, Suwarto, Nurfaaqna S. 2016. Pengendalian hama penggerek buah
kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) pada tanaman kopi arabika (Coffea arabica
L.) di kebun Rante Karua, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 150-155
Mulyana, Wahyu. 1982. Segi Praktis Cocok Tanam Kopi. CV. Aneka. Semarang.
Halaman 52.
Natawidjaya dan Herdradjaya. 2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Kopi.
Direktorat Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Starfarm. 2010. Pengolahan Pasca Panen Kopi.
(http://www.starfarmagris.co.cc/2009/06/pengolahanpasca-panen-kopi.html).
LAMPIRAN

(Gambar 1. Tanaman Kopi)

(Gambar 2. Biji Kopi)


(Gambar 3. Batang Tanaman Kopi)

(Gambar 4. Daun Kopi)

You might also like