You are on page 1of 4

Alzheimer dan mekanisme kerja obat alzheimer

MEKANISME KERJA OBAT ALZHEIMER


A. MEKANISME KERJA OBAT
Pada umumnya, obat bekerja dengan berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel atau
enzim (yang mengatur laju reaksi kimia) dalam sel. Reseptor dan molekul enzim memiliki
struktur tiga-dimensi khusus yang memungkinkan hanya zat yang cocok tepat untuk
melampirkan itu. Ini sering disebut sebagai kunci dan model tombol. Kebanyakan obat
bekerja karena dengan mengikat situs reseptor target, mereka dapat memblokir fungsi
fisiologis protein, atau meniru efek itu. Jika obat menyebabkan reseptor protein untuk
merespon dengan cara yang sama sebagai zat alami, maka obat ini disebut sebagai suatu
agonis. Contoh agonis adalah morfin, nikotin, fenilefrin, dan isoproterenol. Antagonis adalah
obat yang berinteraksi secara selektif dengan reseptor tetapi tidak menyebabkan efek yang
diamati. Sebaliknya mereka mengurangi aksi agonist sebuah di situs reseptor yang terlibat.
antagonis reseptor dapat diklasifikasikan sebagai reversibel atau ireversibel. Reversible
antagonis mudah memisahkan dari reseptor mereka. antagonis ireversibel membentuk ikatan
kimia yang stabil dengan reseptor mereka (misalnya, dalam alkilasi). Contoh obat antagonis
adalah: beta-blocker, seperti propranolol. Alih-alih reseptor, obat beberapa enzim target, yang
mengatur laju reaksi kimia. Obat yang enzim target diklasifikasikan sebagai inhibitor atau
aktivator (induser). Contoh obat yang enzim target: aspirin, cox-2 inhibitor dan inhibitor
protease HIV (lihat di bawah).

Obat yang diberikan kepada pasien akan banyak mengalami proses sebelum tiba pada tempat
aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga
tingkat atau fase, yaitu fase biofarmasetik, fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik.
Fase farmasetik meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui mulut hingga
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh. Fase farmakokinetik meliputi waktu selama
obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas dari bentuk sediaan. Sedangkan,
fase farmakodinamik adalah fase terjadinya interaksi obat dengan tempat aksinya dalam
sistem biologi. Dalam fase farmakodinamik potensi aksi struktur khusus obat berhubungan
dengan interaksi yang terjadi dengan struktur khusus letaknya. Oleh karena itu, struktur
tempat aksi dan kekuatan yang mengontrol interaksinya dengan obat perlu diketahui agar
dapat dipilih obat yang dapat berinteraksi dengan tempat aksinya dan disainnya sesuai dengan
kekuatan yang mengontrol interaksinya. Tujuan pokok dari fase farmakodinamik adalah
optimasi dari efek biologik. Untuk mencapai tujuan itu perlu pemahaman tentang fase
farmakodinamik dari obat itu sendiri. Hal itulah yang melatarbelakangi disusunnya makalah
ini.
B. AlZHEIMER
Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia. Demensia adalah gejala kerusakan otak
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, daya ingat, dan fungsi
berbahasa.Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan
apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan
mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri dan
neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51
tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali
ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota
gerak,koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus
dan simetri, dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque
dan degenerasi neurofibrillary.
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai
populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan
menimbulkan masalah serius dalam bidang sosial ekonomi dan kesehatan, sehingga aka
semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurolog karena orang tua tersebut yang
tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja atau
sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya penyakit degeneratif otak, tumor,
multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi, yang merupakan penyebab utama
demensia.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan gejala
menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi demensia menurut
Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration Medical Center (BVAMC) adalah
kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap, dengan adanya gangguan paling
sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial, emosi
dan kognisi. Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50- 60%) dan
kedua oleh cerebrovaskuler (20%). Diperkirakan penderita demensia terutama penderita
alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan
mungkin menjadi epidemi seperti di Amerika dengan insidensi demensia 187 populasi
/100.000/tahun dan penderita alzheimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat
atau kelima
Resiko untuk mengidap Alzheimer, meningkat seiring dengan pertambahan usia. Bermula
pada usia 65 tahun, seseorang mempunyai risiko lima persen mengidap penyakit ini dan akan
meningkat dua kali lipat setiap lima tahun, kata seorang dokter. Menurutnya, sekalipun
penyakit ini dikaitkan dengan orang tua, namun sejarah membuktikan bahawa pesakit
pertama yang dikenal pasti menghidap penyakit ini ialah wanita dalam usia awal 50-an.
Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke atas.
Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut
penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali
di tahun 2050. Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat
di negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
Pada tahap awal perkembangan Alzheimer, penurunan faktor-faktor risiko vaskular dapat
menyulitkan diagnosis sindrom ini, namun mengurangi kecepatan perkembangan demensia.
Adapun gejala-gejala penyakit ini adalah :
1. Gejala Penyakit Alzheimer yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:
Mengajukan pertanyaan yang sama pada satu saat berulang-ulang atau mengulangi cerita
yang sama, dengan kata-kata yang sama terus-menerus.
2. Lupa cara untuk melakukan kegiatan rutin. Misalnya lupa cara memasak, cara menelepon
dsb.
3. Gangguan berbahasa. Misalnya mengalami kesulitan untuk menemukan kata yang tepat.
Bila gejala tersebut berlanjut maka kemampuan untuk berbicara dan menulis juga terganggu.
4. Disorientasi. Misalnya lupa saat itu hari apa, bulan apa, saat itu ada di mana atau tidak tahu
arah. Hal tersebut menjadi sebab mengapa pasien lansia sering tersesat karena lupa jalan
pulang atau bahkan pergi dari rumah karena merasa ia berada di tempat yang asing.
5. Gangguan berpikir secara abstrak. Misalnya kesulitan untuk menghitung uang.
6. Gangguan kepribadian. Misalnya menjadi mudah tersinggung, mudah marah dan mudah
curiga. Dokter seringkali mendengar keluarga mengeluh bahwa pasien menuduh ada yang
mengambil barang miliknya atau bahkan menuduh pasangannya sudah tidak setia lagi
7. Gangguan untuk membuat keputusan sehingga menjadi tergantung pada pasangannya.
C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri,
trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar
kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai
pencetus faktor genetika.
D. PENGOBATAN DAN MEKANISME KERJA OBAT ALZHEIMER
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C,
dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Menyusul ditemukannya kinom pada
manusia, kinase protein telah menjadi prioritas terpenting kedua pada upaya penyembuhan,
oleh karena dapat dimodulasi oleh molekul ligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular
neuron terus dipelajari, namun beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein
kinase, CK1 dan CK2, ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada
patologi molekular dari beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit
Parkinson dan sklerosis lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang
spesifik bekerja pada kedua enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan
penyakit tersebut.
Adapun obat-obat yang digunakan untuk mengobati maupun untuk menghambat penyakit ini
adalah sebagai berikut :
1. Donepezil
Donepezil adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf
rendah hingga medium. Donepezil tersedia dalam bentuk tablet oral. Biasanya diminum satu
kali sehari sebelum tidur, sebelum atau sesudah makan. Resorpsinya dari usus lengkap
(hampir 100 %), PP-nya 94 %, t½ nya 70-100 jam. Di dalam hati donepezil dimetabolisir dan
dieksresi lewat uin.
Efek samping yang sering terjadi sewaktu minum Donepezil adalah sakit kepala, nyeri
seluruh badan, lesu, mengantuk, mual, muntah, diare, nafsu makan hilang, berat badan turun,
kram, nyeri sendi, insomnia, dan meningkatkan frekwensi buang air kecil.
2. Rivastigmine
Rivastigmine adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer
taraf rendah hingga medium. Setelah enam bulan pengobatan dengan Rivastigmine, 25-30%
penderita dinilai membaik pada tes memori, pengertian dan aktivitas harian dibandingkan
pada pasien yang diberikan plasebo hanya 10-20%. Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori danapraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual
pada orang normal dan penderita alzheimer. Rivastigmine biasanya diberikan dua kali sehari
setelah makan. Karena efek sampingnya pada saluran cerna pada awal pengobatan,
pengobatan dengan Rivastigmine umumnya dimulai dengan dosis rendah, biasanya 1,5 mg
dua kali sehari, dan secara bertahap ditingkatkan tidak lebih dari 2 minggu. Dosis maksimum
biasanya hingga 6 mg dua kali sehari. Jika pasien mengalami gangguan pencernaan yang
bertambah parah karena efek samping obat seperti mual dan muntah, sebaiknya minum obat
dihentikan untuk beberapa dosis lalu dilanjutkan dengan dosis yang sama atau lebih rendah.
Sekitar setengah pasien yang minum Rivastigmine menjadi mual dan sepertiganya
mengalami muntah minimal sekali, seringkali terjadi pada pengobatan di beberapa minggu
pertama pengobatan sewaktu dosis ditingkatkan. Antar seperlima hingga seperempat pasien
mengalami penurunan berat badan sewaktu pengobatan dengan Rivastigmine (sekitar 7
hingga 10 poun). Seperenam pasien mengalami penurunan nafsu makan. Satu dari lima puluh
pasien mengalami pusing. Secara keseluruhan, 15 % pasien (antara sepertujuh atau
seperenam) tidak melanjutkan pengobatan karena efek sampingnya.
3. Memantine
Memantin adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzhaimer taraf
Sedang hingga berat dengan mekanisme keja yang berbeda dan unik dengan memperbaiki
proses sinyal Glutamat. Obat ini diawali dengan dosis rendah 5 mg setiap minggu dilakukan
selama 3 minggu untuk mencapai dosis optimal 20 mg/hari
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin
pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal
ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida
dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna terhadap
fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
4. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi
dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita
alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
5. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2
reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil
yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
6. Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki
gejala tersebut. Bila penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti
depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
7. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokondria dengan bantuan
enzym ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan
aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral
selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat
progresifitas kerusakan fungsi kognitif.

DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/apotik_online/obat_saraf_otot/obat_pikun.htm
http://books.google.co.id/books?id=TN8QxBMHW6IC&pg=PA443&lpg=PA443&dq=meka
nisme+kerja+donepezil&source=bl&ots=9RKBggNJL3&sig=ZSl6cDU9JsQUuD75wOfuk2
Y7V5c&hl=id&ei=_GHYTdaUFtGyrAfjrqD7BQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnu
m=4&ved=0CC0Q6AEwAw#v=onepage&q&f=false
http://id.wikipedia.org/wiki/Alzheimer" Kategori: Penyakit saraf | Sindrom
Iskandar, J. 2002. Penyakit Alzheimer. “Artikel”. Universitas Sumatera Utara

You might also like