Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata aves berasal dari kata latin dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis dari kata
Yunani dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung (Jasin, 1984:
74). Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya
terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang
disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang
memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya,
sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian
ke tempat yang lebih rendah.
Aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki
bulu dan sayap. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari
reptilia. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis
burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang
lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh
dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara
ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves (Jasin, 1984: 75).
Aves juga merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik
dengan memiliki berbagai macam tipe kaki. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan,
bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital). Karakteristik tengkorak meilputi tulang-
tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi. Mata besar. Kondil
oksipetal tunggal (Djarubito, 1989: 218). Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong
hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur
modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi
sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik
(Jasin, 1984: 75).
Pisces, Amphibia, dan Reptilia yang dibahas pada bab sebelumnya, tergantung
lingkungan eksternalnya sebagai sumber panas tubuh. Burung adalah endodermis (berdarah
1
panas) yang menghasilkan panas tubuhnya sendiri. Burung disebut juga hewan
homoiotermiskarena burung dapat mencapai dan hidup pada ketinggian tertentu sementara suhu
tubuh konstan. Hal ini bukan berarti suhu tubuh burung tidak mengalami fluktuasi, contohnya
burung Phalaeonoptilus nuttallii yang sedang hibernasi suhu tubuhnya dapat turun hingga -40C
(Sukiya, 2001:64) Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai ciri-ciri, anatomi dan
sistem fisiologi dari kelas Aves.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik dari anggota kelas Aves?
2. Bagaiamana anatomi dan fisiologi dari anggota kelas Aves?
3. Bagaimana sebaran habitat anggota kelas Aves?
4. Bagaimana klasifikasi anggota kelas Aves?
5. Apa saja peranan dari anggota kelas Aves?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami karakteristik dari kelas Aves.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari kelas Aves.
3. Mengetahui dan memahami habitat kelas Aves.
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi kelas Aves.
5. Mengetahui dan memahami peranan dari kelas Aves.
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Ada beberapa struktur jenis bulu burung. Kontur bulu, setelah bulu dicabuti bulunya, maka
akan ditemukan struktur bulu kecil-kecil mirip rambut yang tersebar diseluruh tubuh, disebut
filoplumae dan bila diperiksa dengan seksama akan Nampak terdiri dari shaft yang ramping dan
beberapa barbula di puncak. Seseorang yang sedang mencabuti bulu itik akan mendapati
filoplumae. Bulu burung saat menetas disebut neossoptile, sedangkan teleoptile untuk bulu
burung dewasa (Sukiya, 2001:79). Berbagai tipe bulu dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Ada jenis bulu khusus yang ditemukan pada dada burung heron disebut bulu
bubuk/powder. Secara struktural bulu bubuk hampir sama dengan umumnya bulu tetapi
barbulae-nya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu bubuk belum jelas, hanya
saja ketika burung melumasi dengan cara menjilati bulu maka bulu bubuk dapat membantu
mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur selama pelumasan (Sukiya,
2001:80).
Semiplumae adalah bulu-bulu yang tidak memiliki kumpulan barbula, letaknya
tersembunyi dari bulu-bulu luar. Bristle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang
melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung caprimulgids dan burung penangkap serangga
dan bristle yang menutupi lubang hidung burung pelatuk. Ada spekulasi luas tentang fungsi
bristle. Bristle pada burung pelatuk memiliki fungsi sebagai penutup lubang hidung nampaknya
sebagai adaptasi agar partikel-partikel kayu tetap di luar saluran pernapasan. Berkurangnya bulu
pada kepala burung hering hingga seperti bentuk bristle, menguntungkan bagi spesies pemakan
bangkai ini. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids diyakini membantu dalam mendeteksi
posisi sarang, tempat bertengger dan juga benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh
adanya getaran dan tekanan reseptor dekat folikel bulu (kantung rambut) (Sukiya, 2001:80).
Berbagai macam bentuk bulu ekor burung pada saat burung tidak terbang, antara lain bentuk
bersegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah
panjang, bundar, bentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan ada ekor burung yang berujung
meruncing (Sukiya, 2001:79). Berbagai bentuk ekor dapat dilihat pada Gambar 2.3.
3. Aransemen bulu
Meskipun dari luar seekor burung nampak memiliki bulu yang tersebar rata di seluruh
tubuh, ternyata setelah dicabuti nampak bahwa bulu dirancang pada bidang-bidang terbatas yang
disebut pterilae. Di antara pterilae ada bidang kecil pada kulit yang kosong disebut apterilae.
Ada kekecualian pada Penguin dan Kiwi, di mana bulu ditemukan hampir pada sebagian besar
tubuhnya (Sukiya, 2001:82). Aransemen bulu pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.4.
4. Pergantian bulu
bulu burung terbentuk sepenuhnya dari struktur tak hidup maka mudah kusut akibat
oksidasi dan pergesekan. Bulu-bulu lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu
baru. Pelepasan dan pergantian bulu disebut molting. Proses pergantian bulu mengikuti urutan
yang pasti. Ada juga bulu pada bagian tertentu dari tubuh burung yang mengalami pergantian
awal sebelum bulu lain, bahkan pterilae terlepas walaupun hanya satu akan segera diganti.
Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam masa setahun dan umumnya ini diselesaikan
dalam satu periode (beberapa minggu).
Umumnya burung dewasa mengalami pergantian bulu sekali setahun, terkecuali burung
kolibri betina mempertahankan bulunya selama 2 tahun. Pergantian bulu tahunan biasanya
setelah musim perkembangbiakan, tetapi ada juga yang mendahului musim perkembangbiakan.
Di luar masa pergantian, umum hanya pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Fakta
menunjukkan oleh karena warna bulu burung, sering membuat orang menempuh perjalanan jauh
sampai ribuan kilometer dan mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya.
Natal plumage (bulu saat menetas), ada beberapa burung yang sama sekali telanjang saat
menetas. Sebagian besar spesies burng memiliki jumlah bulu yang bervariasi, hanya beberapa
deret bulu pada spesies altricial (missal pada burung merpati) atau tubuh tertutup bulu
sepenuhnya pada burung pecocial muda (missal pada ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan
akan diganti bulu baru, sebagai berikut:
a. Juvenal plumage (bulu anak burung). Burung merupakan karakteristik dari sebagian burung
muda. Bulu lebih substansial dari natal plumage. Pada sebagian besar burung passerine
hanya bertahan beberapa minggu kemudian sebagian atau seluruhnya akan rontok oleh
pergantian bulu dan diganti dengan first winter plumage.
b. First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun). Bulu ini diperoleh pada akhir musim
panas atau musim gugur dan bertahan hingga musim semi berikutnya atau selama 12 bulan,
tergantung pada spesies. Sebgaian besar spesies burung, bulu akan digantikan walau hanya
sebagian. Bulu pengganti sebelum kawin pertama ialah diganti dengan first nuptial plumage.
c. First nuptial plumage (bulu kawin pertama). Bulu perkembangbiakan pertama, yang bisa
saja mirip atau berbeda dengan bulu dewasa. Bulu ini pada beberapa spesies hanya
merupakan bulu tahun pertama, ada juga bulu nuptial diperoleh dengan pergantian bulu
lengkap yang meliputi semua bulu. Bulu ini biasanya rontok sebagai akibat pergantian bulu
setelah masa kawin pertama, kemudian digantikan dengan second winter plumage.
d. Second winter plumage (bulu tahun kedua). Bulu ini dapat dibedakan dengan bulu dewasa
musim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau
yang memeroleh bulu dewasa lebih dari dua tahun. Bulu inni akan digantikan pada musim
semi berikutnya dengan bulu musim kawin kedua.
Bulu burung muda pada beberapa spesies dapat dibedakan dengan mudah dari bulu burung
dewasa. Beberapa burung pantai seperti knot dan dowitcher, dari bulu berwarna abu-abu
kemerahan dan putih digantikan warna-warna cemerlang. Bulu putih kontras di musim dingin
pada burung ptarmigan diganti dengan bulu warna cerah pada musim kawin. Meskipun warna
burung jantan dan betina identik sama, namun warna bulu burng jantan lebih cerah disbanding
dengan warna bulu burung betina.
Pergantian bulu yang agak aneh ditemuka pada pejantan itik tertentu. Setelah musim
bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, burung jantan berwarna pudar abu-abu
kemerahan dan bulu pada sayappun dilepas begitu cepat sehingga untuk sementara burun ini
tidak tidak dapat terbang. Oleh karena warna bulu penjantan menjadi pudar, menyebabkan
burung jantan tidak menarik (Sukiya, 2001:8-85).
5. Fungsi bulu
Bulu merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh kelas Aves, terdapat beberapa fungsi bulu
pada Aves diantaranya sebagai penghangat, perlindungan, membantu untuk meningkatkan
kemampuan apung, dan untuk terbang. Berbagai fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut.
Penghangat. Salah satu fungsi pokok bulu adalah penghemat panas tubuh sebab burung
adalah hewan endoderm. Lapisan udara yang ditahan di dalam struktur bulu menjadi isolator
hilangnya panas tubuh dan penetrasi dingin dari luar. Kedalaman lapisan ini dapat dikendalikan
dengan menegakkan atau merebahkan bulu. Pada saat cuaca dingin, burung yang sedang istirahat
bulunya akan ditegakkan untuk meningkatkan lapisan isolator seperti halnya ketika kita
mengenakan pakaian lebih tebal untuk tujuan yang sama. Bila cuaca panas, maka bulu akan
direbahkan ditekan kuat ke tubuh untuk memperkecil lapisan isolator.
Perlindungan. Bulu member berbagai macam perlindungan terhadap tubuh burung.
Burung yang tidak mampu terbang atau hanya berkemampuan terbang terbatas, tergantung pada
kemampuan lari akan terlepas dari bahaya. Bulu juga member perlindungan langsung terhadap
luka. Kulit burung relative lebih tipis disbanding dengan kulit vertebrata lainnya dan akan segera
luka karena gesekan ranting jika tidak ditutupi oleh bulu. Itik dan angsa hampir tidak tertembus
air karena rapatnya bulu-bulu tubuh. Warna bulu berperan penting terhadap banyak spesies
burung. Warna tersamar dengan tanah dari pola warna burung Caprimulgid, misalnya elang
malam tidur di tanah terbuka pada siang hari dengan tenang. Jadi pola warna bulu dapat menjadi
alat kamuflase dari pemangsanya. Berbagai pola hitam putih di punggung burung pelatuk
membuat sulit terlihat pada latar belakang pohon-pohon kayu. Warna semacam ini dianggap
sebagai pewarnaan distruktif. Sebagaian besar warna permukaan bawah tubuh lebih cerah bagian
atas, karena secara teoritik bahwa permukaan perut yang cerah menetralkan efek bayangan
sehingga sketsa burung tidak di luar relief.
Warna berbagai burung disesuaikan dengan habitat. Burung yang mendiami rerumputan
cenderung berbelang, yang hidup di bawah semak akan bercorak coklat, sementara yang mencari
makan di antara daun-daun dan cabang-cabang (misalnya burung pengicau) coraknya hijau atau
kuning. Warna populasi burung di daerah kering lebih pucat disbanding spesies yang hidup di
daerah lembab dan curah hujan yang tinggi dengan vegetasi yang subur.
Kemampuan apung. Fungsi penting lain dari bulu, khususnya pada burung air adalah
meningkatkan kemampuan apung. Permukaan bawah tubuh burung perenang tertutup rapat oleh
bulu-bulu, di dalam bulu tersebut terdapat kantung udara. Burung tersebut dapat beristirahat
layaknya di atas rakit sendiri.
Terbang. Apabila tidak ada bulu, maka burung tidak akan dapat terbang. Tubuh burung
berbentuk garis lurus dan secara proporsional ringan karena struktur rangka dan berbagai ruang
udara di bagian tubuh. Otot dada yang memberikan daya dorong sayap berkembang sangat kuat.
Efisiensi sistem pernapasan sangat tinggi karena proses pertukaran gas berlangsung sangat baik
dan cepat. Efek lain dari efisiensi pertukaran gas ini adalah sistem pendinginan tubuh
berlangsung sangat baik.
Mekanika terbang burung merupakan obyek studi yang menarik berkaitan dengan
aerodinamika. Prinsip mengangkat, menarik, ujung pemutar, penyebaran tekanan dan aspek rasio
yang digunakan dalam penerbangan adalah berdasar pada terbang burung. Sayap seekor burung
dan sebuah pesawat dalam hal tertentu dapat disamakan. Keduanya bergaris lurus untuk
mengurangi resistensi udara, permukaan dada cembung sehingga tekanan dari bawah melebihi
tekanan dari atas. Setengah bagian dalam dari sayap burung berkaitan dengan daya
menganngkat, setengah bagaian luar dari pergelangan sayap hingga ujung sayap berperan
sebagai daya pendorong. Bagian distal sayap dalam posisi setengah lingkaran digunakan untuk
melayang. Sayap bagian luar, bukan saja mampu menghasilkan dorongan ke depan tetapi juga
sebaliknya. Untuk mengangkat tubuh secara vertical atau untuk meluncur dilakukan oleh sayap
bagian dalam.
Gerakan sayap turun ke depan adalah saat bergerak turun dan ketika bergerak naik maka
sayap mengarah ke belakang dan diangkat. Saat gerakan naik, sebagian sayap dilipat sehingga
mengurangi resistensi udara. Burung pada saat akan hinggap, memanfaatkan kepakan sayap yang
sebelumnya diawali dengan memperbesar sudut sayap secara drastic sehingga bagian punggung
langsung kea rah bawah. Akibat gerakan yang demikian itu akan memperbesar pengagkatan
sementara pada saat kecepatan berkurang dan berhenti ketika kaki menyentuh landasan.
Burung pada saat terbang ada yang hampir selalu terbang sendiri, dan ada yang selalu
berkelompok. Ada kelompok burung yang terbang tanpa pola, ada yang terbang terkoordinasi
dalam ruang, dalam kecepatan, dalam arah dan waktu berangkat serta mendarat. Sekawanan
burung yang sedang terbang mungkin dalam formasi baris dari berbagai bentuk baik sederhana
atau campuran misalnya pada burung pelican, burung laut, itik, dan angsa. Formasi terbang
dalam bentuk gerombolan misalnya pada burung pipit, burung jalak, merpati, dan murai.
Sekawanan burung yang terbang berasama, mungkin merupakan suatu adaptasi perlindungan
terhadap predatornya karena deteksi visual menjadi lebih. Sekawanan burung ini mungkin juga
sebagai adaptasi untuk mengusir musuh secara bersamaan (Sukiya, 2001:85-89).
6. Paruh
Paruh burung merupakan modifikasi rahang atas dan rahang bawah. Paruh member banyak
manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat sarang dan menjjilati bulu.
Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan hidupnya. Kerangka bertulang paruh atas dan
bawah adalah lapisan bertanduk disebut ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang
berasal dari beberapa plat terpisah kemudian bersambung.
Bagian dorsal rahang atas yang memanjag dari dasar ke ujung paruh disebut klumen.
Rahang bawah disebut tomia mandibula sedangkan rahang atas disebut tomia maksila. Tomia
bisa halus seperti pada burung pipit dan mungkin bertakik seperti halnya pada burung betet.
Tomia pada itik, angsa, soang, dan flamingo ada sejumlah plat tipis dari lamella digunakan untuk
menyaring makanan. Kadang bagian basal dari rahang atas lembut dan berdaging seperti pada
elang dan nuri, disebut sere. Ada beberapa spesies burung yang lubang hidungnya tertutup oleh
daging atau lapisan tanduk yang dikenal sebagai poperkulum. Sekat lubang hidung internal ada
yang terpisah (perforate) dan ada yang tidak terpisah (imperforate). Daerah di tengah yang
terbentuk oleh sambungan rahang sebelum tersambung dengan rahang bawah disebut gony.
Bentuk paruh burung dapat dijadikan penduga terhadap kebiasaan spesies. Paruh spesies
pemakan biji, biasanya berbentuk kerucut, kokoh, dan meruncing tajam, sehingga mudah untuk
mengumpulkan dan menguliti biji, contohnya pada burung kutilang. Paruh burung kutilang,
ujung-ujung rahang saling menyilang sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji
dari contong. Paruh burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek
makannanya menjadi potongan-potongan kecil untuk ditelan. Burung bangau dan kuntul yang
menagkap ikan, paruhnya berbentuk tombak panjang. Burung pelatuk memiliki paruh kuat
seperti pahat mampu memotong kayu dan melubagi pohon untuk menagkap serangga. Paruh itik
jelas bermanfaat dalam menahan makanan dari air. Bagian dalam paruh burung kolibri memiliki
paruh berbentuk lonjong, mampu menampung madu. Burung berkicau yang memunguti serangga
dari dedaunan mempunyai paruh berbentuk ramping dan meruncing seperti sepasang gunting
tang. Kelompok lain seperti burng layang-layang memiliki paruh depress dorsoventral.
Anggota Pelecaniformes misalnya pelikan dan sebangsanya, memiliki kantung atau
akntung gular di bawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan sementara dan
membantu dalam memproses penelanan. Kantung ini juga berperan dalam pemberian makan
burung muda dengan cara memuntahkan makanan dari tembolok ke dalam kantung. Anggota
kelompok burung lain, kantung gular tampak lebih signifikan untuk menunjukkan jenis kelamin.
Selama musim brcumbu, burung jantan membusungkan kantung ini sehingga akan nampak
seperti balon (Sukiya, 2001:89-90). Tipe paruh pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.5
Sebagian besar tulang belakang menyatu, tulang dada bersambung dengan pelantaraan
tulang iga dan ini memberikan kerangka sangat kuat meskipun tulang itu sendiri relative ringan.
Semua itu merupakan keuntungan bagi makhluk yang harus bergerak ke udara. Tulang scapula
panjang dan ramping, torakoid pendek dan kuat, klavikula menyatu membentuk furkula (Sukiya,
2001:67).
Modifikasi rangka yang paling menyolok terjadi pada anggota badan depan . Hanya dua
unsure karpal yang ditemukan yaitu radiale dan ulnare yang masing-masing bersambung dengan
radius dan ulna. Bagian distal pergelangan adalah susunan tulang yang disebut karpometakarpus
yang menunjukkan beberapa unsure pangkal tangan dari vertebrata lain dan metacarpal kedua,
ketiga dan keempat. Empat tulang-tulang kecil yang merupakan bekas dari tiga jari berdekatan
dengan karpometakarpus (Sukiya, 2001:67).
Meskipun anggota badan belakang tidak berubah seperti anggota badan depan , namun
menunjukkan beberapa kekhususan menarik. Tulang betis atau fibula secara proporsional kecil
dan sebagian bersatu dengan tulang kering (tibia). Beberapa tulang pergelangan kaki (tarsal)
seperti bersatu dengan ujung distal tibia disebut tibiotarsus. Sisa pergelangan kaki bersatu dengan
metatarsal kedua, ketiga dan keempat yang membentuk tulang yang disebut tarsometatarsus.
Berkas metatarsal pertama dihubungkan dengan tulang ini oleh ligamentum. Tidak lebih dari 4
jari kaki yang ditemukan pada burung dan jumlah ini kadang berkurang hanya tiga dan pada
burung unta (Ostrich) hanya dua (Sukiya, 2001:68).
2. Sistem otot
Sistem otot burung berbeda dalam banyak hal daripada kebanyakan vertebrata daratan
lain. Otot leher dan rahang menunjukkan banyak spesialisasi yang dikaitkan dengan kebiasaan
makan, fungsi paruh dan mobilitas gerakan leher. Vertebra dibagian tubuh burung banyak yang
menyatu sehingga menyebabkan adanya pengurangan otot dibagian dorsal. Otot perut pada
burung kurang berkembang, sedangakan otot sayap ekstrinsik terutama otot pektoralis mayor,
menunjukkan perkembangan sangat baik terutama pada burung-burung yang dapat terbang. Otot
pektoralis mayor merupakan otot depressor dan berkaitan dengan gerakan menurunkan sayap
saat terbang. Otot pektoralis mayor ini menyusun 1/5 total berat tubuh burung. Otot pectoralis
minor berperan dalam mengangkat sayap pada saat burung sedang terbang (Sukiya, 2001:68)..
Otot suprakorakoid, adalah otot yang berkaitan dengan gerakan sayap ke atas, dan juga
terletak pada sternum arah proksimal dari pektoralis mayor, dan masuk pada posisi atas
humerolus. Otot deltoid dan latissimus dorsi memiliki aksi yang sama dengan suprakorakoid.
Pada burung kolibri, yang memiliki gerak sayap cepat, otot latissimus dorsi secara proporsional
besar. Bagian yang agak erat kaitannya dengan otot deltoid adalah otot propatagialis, yang
mengirimkan tendo (urat daging) ke dalam patagium atau jaringan kulit yang memanjang dari
bagian pangkal sayap. Sistem otot pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Sistem Otot Aves
(Sumber: Sanun, 2014)
Keterangan: pada gambar terlihat bagian-bagian penyusun sistem otot Aves
Salah satu penagang (tensor) dikenal sebagai longus, memanjang dari pangkal humerus
sepanjang batas pangkal patagium hingga pergelangan. Tensor yang lain disebut brevis dan
memanjang dari humerus hingga bagian dekat lengan depan. Tensor ketiga dikenal sebagai
“biseps slips” atau penegang tambahan, memanjang dari oto bisep ke sisi pangkal patagium
(Sukiya, 2001:69).
Meskipun ada pengurangan jumlah unsur kerangka anggota badan bagian gelang bahu
pada burung, ada sejumlah otot intrinsik yang berkaitan dengan gerakan merunduk,
membentangkan dan rotasi sayap selama terbang. Otot-otot kedua sayap dan kaki secara umum
cenderung terpusat dekat tubuh dan masuk secara distal menurut panjangnya urat daging. Tulang
kering burung tersusun dari tendon-tendon disekitar tarsometarsus. Otot yang sangat penting
pada burung pemakan ikan adalah fleksor (peluntur) yang memungkinkan jari kaki menangkap
ikan-ikan kecil (Sukiya, 2001:69).
3. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi burung sudah lebih berkembang seperti halnya pada mamalia. Ada
pemisahan sempurna antara atrium dan ventrikel sehingga antara darah vena dan arteri terpisah,
karena jantung memiliki 4 ruang yaitu atrium siniter (serambi kiri) dan dexter (kanan) serta
ventrikel sinister (bilik kiri) dan dexter (kanan), dapat dilihat pada Gambar 2.9. Sistem aorta
meninggalkan bilik kiri dan dan membawa darah ke kepala dan selururh tubuh melalui arkus
aortikus kanan ke empat. Variasi jumlah terjadi pada arteri karotis, walaupun umumnya burung
mempunyai 2 arteria karotis. Ada spesies bururng yang 2 arteria karotisnya menyatu membentuk
saluran tunggal, sedangkan pada golongan lain mungkin ukurannya mengecil sebelum menyatu,
pada burung Passerine hanya arteria karotis bilik kiri saja (Sukiya, 2001:70).
Ada dua pembuluh prekava fungsional dan postkava lengkap. Prekava terbentuk oleh
penyatuan pembuluha darah dari kerongkongan dan bagian tulang selangka (subklavia) pada tiap
sisi. Postkava menerima darah dari anggota badan melalui saluran gerbang ginjal (portal renalis),
yang lewat melalui ginjal tetapi tidak terpecah menjadi kapiler-kapiler dan karenanya tidak dapat
disamakan dengan portal renalis dari vertebrata lebih rendah. Eritrosit burung lebih besar
daripada eritrosit mamalia (Sukiya, 2001:70).
4. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan burung menunjukkan banyak perubahan menarik, antara lain tidak
adanya gigi. Oleh karena bibir tidak ada, maka tidak ada kelenjar bibir (glandula labialis) dalam
mulut maupun kelenjar maksilaris, tetapi ada glanula labial sublingualis. Air liur unggas
mengandung enzim ptialin , meskipun berpperan sangat kecil dalam merubah pati menjadi gula.
Bagian akhir esofagus membesar pada burung granivora, menjadi kantong disebut tembolok
yang digunakan untk menyimpan makanan sementara . Tembolok secara esensial tidak banyak
mengandung kelenjar pencernaan, meskipun pada burung pigeon dan sejenisnya mempunyai dua
buah bangunan serupa kelenjar yang mampu menghasilkan materi makanan yang disebut susu
merpati yang dimuntahkan oleh induk pada waktu memberi makan anaknya. Aksi kelenjar
tersebut dirangsang oleh hormon prolaktin dari kelenjar pituitaria di pangkal inferior otak
(kelenjar ini berada pada kelenjar hipofisa), selama masa reproduksi (Sukiya, 2001:71). Anatomi
sistem pencernaan pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Lambung burung tersusun atas lambung kelenjar disebut proventrikulus yang mensekresi
getah lambung. Bagian posterior lambung adalah bagian yang berdinding tebal dan berotot
dikenal sebagai ventrikulus (empedal= gizzard ). Lapisan dalam ventrikulus memiliki lapisan
tanduk dan seringkali bergelombang. Disinilah pasir halus dan kerikil kecil yang dipatuk oleh
burung pemakan biji memainkan peran dalam penggilingan makanan. Usus kecil (usus halus)
bergulung dan memutar. Banyak burung memiliki satu atau dua caeca coli (usus buntu) pada
perbatasan usus kecil dan usus besar. Usus besar pendek dan lurus dan membuka ke dalam ruang
kloaka (Sukiya, 2001:71-72).
5. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan burung sangat efisien sehingga lebih rumit daripada sistem pernafasan
vertebrata yang lain. Celah suara pada burung seperti pada mamalia, terletak di dasar pangkal
faring dan membuka ke dalam laring atau memanjang di bagian dorsal trakea. Trakea burung
bukan merupakan organ penghasil suara, tetapi untuk memodulasi nada-nada yang dihasilkan
dalam sirink yang terletak di ujung bawah trakea. Laring membagi menjadi dua membentuk
cabang tenggorokan (bronkhus) kanan dan kiri, dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Saat ekskresi, udara didorong dari kantong udara melalui paru-paru. Burung tidak
memiliki otot diafragma sehingga pernafasan dipengaruhi sepenuhnya oleh gerakan tulang iga
dan sternum. Ketika burung sedang terbang, pernafasannya nampak selaras dengan aksi sayap.
Banyak burung memiliki ruang udara dalam ruang tertentu yang dihubungkan dengan kantug
udara. Tulang pneumatikus (yang berisi udara) yang penting adalah humerus, sternum dan tulang
belakangmeskipun dalam beberapa spesies tulang-tulang lain juga mungkin memiliki ruang
udara. Jika trakheanya macet atau tersumbat dan humerus patah, masih dapat bernafas
pembukaan melalui kantong udara. Tulang-tulang pneumatikus umumnya dimiliki oleh burung
besar yang dapat terbang, meskipun fungsi secara fisik masih belum diketahui (Sukiya, 2001:74).
Adanya berbagai dugaan mengenai fungsi lain dari kantung udara selain untuk bantuan
pernafasan. Beberapa fungsi itu adalah untuk menurunkan gravitasi tubuh spesifik, mengurangi
gesekan-gesekan antara bagian yang bergerak ketika terbang, membantu mengurangi penurunan
suhu terutama selama terbang , membantu proses spermatogenesis denagn menurunkan suhu
testis, meningkatkan daya apung pada burung-burung air, sebagai bantal pneumatikus untuk
menahan hentakan pada burung yang menyelam dalam air dari udara. Tidak semua fungsi yang
dinyatakan tersebut ditemukan pada satu spesies burung (Sukiya, 2001:74).
6. Sistem Urogenital
Sistem urogenital burung dalam banyak hal lebih mendekati reptil daripada mamalia,
kecuali pada mamalia monotremata. Ginjal burung, seperti halnya pada semua amniota, adalah
dari jenis metanefros dan pasangan. Ginjal burung secara proposional besar, lobus tidak teratur,
bentuknya menyesuaikan kedalam depresi sinsakrum. Setiap ginjal memiliki ureter (saluran
kencing) yang mebuka langsung kedalam kloaka, sehingga urune bercampur dengan kloaka
(Sukiya, 2001:75). Satu-satunya burung yang memiliki kandung kemih adalah burung unta.
Sistem urogenital burung jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Studi tentang kelenjar supraorbital pada burung tertentu, terutama speies burung laut,
seperti halnya pada beberapa reptile, menunjukkan bahwa kelenjar tersebut digunakan untuk
ekskresi garam dari darah secara cepat. Hal ini merupakan kemampuan adaptasi spesies burung
laut karena menelan air asin, agar tidak menyebabkan gangguan khusus pada ginjal. Burung
pantai, seperti burung camar laut, terlihat sering meneteskan cairan berupa larutan garam pekat
dari cuping hidungnya. Kelenjar fungsional semacam itu tidak hanya ditemukan pada spesies
burung laut tetapi ditemukan pada beberapa spesies burung air di area Amerika Utara, dimana
alkalinitas air di kolam dan danau cukup tinggi. Burung padang pasir seperti burung unta,
kelenjar garam memberikan alat pengawet atau cadangan air untuk tubuh, dengan cara
membuang garam dari sistem ekskresi sehingga menyerap air di dalam kloaka menjadi lebih
intensif. Sangat sedikit burung yang mampu hidup survive tanpa air minum, berarti harus mampu
menekan terbuangnya air melalui mekanisme penyerapan kembali di dalam kloaka. Hal ini
dilakukan oleh beberapa spesies burung yang hidup di padang pasir dan spesies burung rawa
asin dengan menaikkan jumlah lekuk-lekuk henle dalam ginjal. Lekuk ini berfungsi untuk
menyerap air kembali dan dengan demikian urin menjadi lebih pekat. Lekuk-lekuk henle di
lapisan medulla ginjal tersebut dapat mencapai dua atau tiga kali lipat pada spesies yang
menyimpan air cadangan daripada burung yang meminum air secara teratur (Sukiya, 2001:76).
Testis sepanjang berada dibagian dorsal rongga perut. Sebgaian besar burung, saluran
pada testis ini pada setiap sisi membuka secara idependen kedalam kloaka. Beberapa burung,
seperti itik dan angsa terdapat struktur seperti penis, yang sama dengan struktur pada kura-kura
dan buaya, berasal dari dari dinding antreoventral kloaka (Sukiya, 2001:76).
Kebanyakan burung, ovarium kanan dan oviduk kanan mereduksi meskipun ada pada
masa perkembangan embrio, sehingga hanya sistem genital kiri yang berfungsi. Sepanjang
saluran oviduk ada beberapa kelenjar penhasil sekresi untuk mebran-membran telur berupa
lapisan albumen, membrane cangkang dan cangkang kapur (Sukiya, 2001:76).
7. Sistem saraf
Sistem saraf pusat burung menunjukkan perkembangan lebih maju daripada sistem saraf
reptile. Cerebrum ukurannya besar dan menutup diencefalon dan lobus optikus. Lobus optikus
pada burung secara proposional berukuran besar, halini merupakan pengecualian, nampaknya
berkaitan dengan ketajaman pandang yang dimiliki burung. Cerebellum pada burung lebih besar
daripada cerebellum reptile, berlekuk dalam meskipun tidak sebesar/sedalam pada mamalia,
menunjukkan permulaan terjadinya perkembangan pons (Sukiya, 2001:76-77).
Burung juga seperti amniota lain, ada 12 saraf kranialis. Otak aves dapat dilihat pada
Gambar 2.14.
Kelas Aves
Sub Kelas Archacoraithes
Burung-burung bergigi, telah punah, hidup pada periode Jurassik, metacarpal terpisah, tidak ada
pigostil, vertebra kaudal masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan.
Ordo Archaeopterygiformes
Familia Archaeopterygidae
Genus Archaeopteryx
Archaeomis
A. Simpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Karakteristik pada Aves meliputi struktur bulu, warna bulu, aransemen bulu, pergantian
bulu, paruh, dan alat gerak.
2. Anatomi dan sistem fisiologi pada anggota Aves meliputi sistem rangka, sistem otot, sistem
sirkulasi, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem urogenital, sistem saraf, organ indra.
3. Sebaran habitat kelas aves hidup di darat, sebagian spesies mendiami pohon-pohon. Ada
juga yang hidup di di daratan kutub utara namun mencari makanan dengan berenang di laut.
Habitat dari burung dapat dibedakan atas habitat hutan, habitat persawahan, habitat kebun
dan habitat perkarangan.
4. Klasifikasi pada kelas Aves dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu Archacoraithes (memiliki 1
ordo, sudah punah) dan Neornithes (memiliki 21 ordo, ada yang telah punah dan masih
hidup hingga sekarang).
5. Peranan kelas Aves bagi kehidupan manusia adalah sebagai bahan industri, misalnya bulu
angsa dan entok yang digunakan untuk membuat kok (Shuttlecock) dan pengisi bantal,
sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik, spesies Aves juga
menjadi predator alamiah, memangsa ulat dan serangga, burung hantu sebagai predator
tikus, sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung yang dapat
dilatih dalam permainan sirkus, dapat sebagai sumber protein, misalnya telur dan dagingnya
dapat dikonsumsi, dapat menjadi sumber lapangan kerjaan dengan membuka perternakan
ayam, dibidang sains digunakan sebgai bahan praktikum para siswa dan mahasiswa.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan ialah sebagai mahasiswa, kita seharusnya mengetahui, menggali
info lebih lanjut mengenai kelas Aves. Karena dari segi ilmu pengetahuan, banyak hal yang dapat
diperoleh. Hal ini akan bermanfaat kalau kita mempelajari hewan-hewan lain yang mempunyai
38
derajat lebih tinggi, selain itu demi keseimbangan bumi kita ini, mulai dari sekarang marilah kita
menjaga bumi dengan melestarikan fauna. Jangan biarkan keanekaragaman hayati fauna ini
menjadi sedikit atau bahkan punah.
DAFTAR RUJUKAN
Hariyanti, Rosana. 2007. Atlas Binatang Aves dan Invertebrata. Solo: Tiga Serangkai.
Nurzakiyyah. 2014. Struktur Anatomi Sistem Peredaran Darah pada Hewan Vertebrata,
(Online), https://nurzakiyyah.wordpress.com/2013/03/28/struktur-anatomi-sistem-
peredaran-darah-pada-hewan-vertebrata-2/, diakses pada 10 April 2016.