You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata aves berasal dari kata latin dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis dari kata
Yunani dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung (Jasin, 1984:
74). Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya
terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang
disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang
memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya,
sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian
ke tempat yang lebih rendah.
Aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki
bulu dan sayap. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari
reptilia. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis
burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang
lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh
dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara
ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves (Jasin, 1984: 75).
Aves juga merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik
dengan memiliki berbagai macam tipe kaki. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan,
bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital). Karakteristik tengkorak meilputi tulang-
tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi. Mata besar. Kondil
oksipetal tunggal (Djarubito, 1989: 218). Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong
hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur
modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi
sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik
(Jasin, 1984: 75).
Pisces, Amphibia, dan Reptilia yang dibahas pada bab sebelumnya, tergantung
lingkungan eksternalnya sebagai sumber panas tubuh. Burung adalah endodermis (berdarah

1
panas) yang menghasilkan panas tubuhnya sendiri. Burung disebut juga hewan
homoiotermiskarena burung dapat mencapai dan hidup pada ketinggian tertentu sementara suhu
tubuh konstan. Hal ini bukan berarti suhu tubuh burung tidak mengalami fluktuasi, contohnya
burung Phalaeonoptilus nuttallii yang sedang hibernasi suhu tubuhnya dapat turun hingga -40C
(Sukiya, 2001:64) Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai ciri-ciri, anatomi dan
sistem fisiologi dari kelas Aves.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik dari anggota kelas Aves?
2. Bagaiamana anatomi dan fisiologi dari anggota kelas Aves?
3. Bagaimana sebaran habitat anggota kelas Aves?
4. Bagaimana klasifikasi anggota kelas Aves?
5. Apa saja peranan dari anggota kelas Aves?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami karakteristik dari kelas Aves.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari kelas Aves.
3. Mengetahui dan memahami habitat kelas Aves.
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi kelas Aves.
5. Mengetahui dan memahami peranan dari kelas Aves.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Anggota Kelas Aves


1. Struktur bulu
Bulu merupakan struktur khusus kelas Aves. Secara filogenetik, bulu diduga berasal dari
epidermal. Secara embriologis bulu bermula dari papilla dermal. Poros utama bulu disebut shaft
(tangkai), bagian dekat shaft disebut calamus merupakan sebuah lingkaran dan tidak memiliki
jaringan. Sisa shaft disebut rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan. Baris-baris barbule
yang berlekatan saling bersambungan. Ujung dan sisi bawah tiap barbule memiliki filamen kecil
yang disebut barbicels berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan. Ada
beberapa burung bulunya baru lengkap setelah pertumbuhan bulu kedua, yang muncul pada
bagian dorsal shaft dan persimpangan rachis-calamus. Bulu tambahan ini disebut aftershaft,
tetapi kebanyakan burung tidak memiliki (Sukiya, 2001:79). Bagian-bagian dari bulu burung
dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Bulu Burung


(Sumber: Strorer et al., 1983 dalam Sukiya, 2001)
Keterangan: Bulu burung memiliki rachis sebagai sumbu utama, barbula yang saling berlekatan,
dan terdapat kait pada barbula

3
Ada beberapa struktur jenis bulu burung. Kontur bulu, setelah bulu dicabuti bulunya, maka
akan ditemukan struktur bulu kecil-kecil mirip rambut yang tersebar diseluruh tubuh, disebut
filoplumae dan bila diperiksa dengan seksama akan Nampak terdiri dari shaft yang ramping dan
beberapa barbula di puncak. Seseorang yang sedang mencabuti bulu itik akan mendapati
filoplumae. Bulu burung saat menetas disebut neossoptile, sedangkan teleoptile untuk bulu
burung dewasa (Sukiya, 2001:79). Berbagai tipe bulu dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tipe Bulu Pada Burung


(Sumber: Strorer, et al., 1983 dalam Sukiya, 2001)
Keterangan: tipe bulu pada burung diantaranya bulu kontur, plumule, filoplumule, chick down,
dan bristle

Ada jenis bulu khusus yang ditemukan pada dada burung heron disebut bulu
bubuk/powder. Secara struktural bulu bubuk hampir sama dengan umumnya bulu tetapi
barbulae-nya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu bubuk belum jelas, hanya
saja ketika burung melumasi dengan cara menjilati bulu maka bulu bubuk dapat membantu
mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur selama pelumasan (Sukiya,
2001:80).
Semiplumae adalah bulu-bulu yang tidak memiliki kumpulan barbula, letaknya
tersembunyi dari bulu-bulu luar. Bristle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang
melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung caprimulgids dan burung penangkap serangga
dan bristle yang menutupi lubang hidung burung pelatuk. Ada spekulasi luas tentang fungsi
bristle. Bristle pada burung pelatuk memiliki fungsi sebagai penutup lubang hidung nampaknya
sebagai adaptasi agar partikel-partikel kayu tetap di luar saluran pernapasan. Berkurangnya bulu
pada kepala burung hering hingga seperti bentuk bristle, menguntungkan bagi spesies pemakan
bangkai ini. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids diyakini membantu dalam mendeteksi
posisi sarang, tempat bertengger dan juga benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh
adanya getaran dan tekanan reseptor dekat folikel bulu (kantung rambut) (Sukiya, 2001:80).
Berbagai macam bentuk bulu ekor burung pada saat burung tidak terbang, antara lain bentuk
bersegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah
panjang, bundar, bentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan ada ekor burung yang berujung
meruncing (Sukiya, 2001:79). Berbagai bentuk ekor dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bentuk Ekor Burung


(Sumber: Sukiya, 2001)
Keterangan: 1. Bersegi. 2. Bertakik, 3. Bercabang, 4. Bulu
sebelah luar memanjang, 5. Bulu ekor dengan raket, 6. Bulu tengah
panjang, 7. Bundar, 8. Bentuk cakram, 9. Bentuk tingkatan, 10. Berujung meruncing
2. Warna bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir-butir pigmen, dengan defraksi dan refleksi cahaya oleh
struktur bulu atau oleh pigmen.pigmen pokok adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering
disebut lipokrom, tidak larut dalam air tetapi dapat larut dengan pelarut lemak seperti methanol,
eter atau karbon disulfida. Ada 2 jenis karotenoid yaitu golongan zooeritin atau animal red dan
zoosantin atau animal yellow. Pigmen melanin hanya terlarut dalam asam. Butir-butir eumelanin
beraneka rupa dari hitam hingga coklat gelap, dan faeomelanin hampir tanpa warna hingga
coklat kemerahan (Sukiya, 2001:81).
Butiran pigmen dapat ditemukan pada shaft dan barbula, dan umumnya warna bulu
merupakan produk karotin dan melanin. Adanya butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu
luar akan memberikan efek yang dikenal dengan sebagai ring Newton dan menyebabkan
perubahan warna-warni bulu. Warna biru, violet, dan hijau tidak dihasilkan dari pigmen tetapi
tergantung sepenuhnya pada struktur bulu. Misalnya warna bulu pada bburng Bluebird bahwa
bulu-bulu biru ternyata tidak mengandung pigmen biru, tetapi pigmen kuning yang menyerap
semua spektrum sinar selain sinar biru, kemudian dipantulkan. Warna hijau juga dihasilkan
dengan cara menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis
pemakan pisang (plantain-eater) memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu
menghasilkan warna hijau, sedangkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin. Salah satu
spesies ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang. Analisis
kimia menunjukkan bahwa pigmen-pigen yang menghasilkan warna kuning telur yang tidak
biasa ini adalah karotenoid dan sekitar 60% terdiri dari pigmen merah yang dikenal sebagai
astasantin (Sukiya, 2001:81).
Meskipun warna burung adalah genetik, namun dapat berubah oleh faktor internal atau
eksternal. Menurut ahli aviculturist, banyak spesies burung memiliki warna bulu merahtetap
warna merah ini cenderung berganti kuning setelah beberapa tahun di dalam kurungan. Bahkan
jarang ditemukan kutilang rumahan (Carpodacus mexicanus) dengan bulu-bulu kekuningan atau
oranye di kepala selain merah. Burung yang di kurung, perubahan ini dianggap berasal dari
makanan. Hormone juga berperan penting dalam pengendali warna bulu. Spesies burung juga
terdapat dimorfisme warna dalam seksual, pengaturan hormone esterogen banyak berperan pada
burung jantan yaitu sebelum hinga awal pergantian bulu, sementara itu burung betina mungkin
diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosterone (Sukiya, 2001:81).
Oksidasi dan abrasi/gesekan merupakan faktor eksternal yang berpengaruh pada perubahan
warna bulu burung. Terutama karotin, merupakan subyek pokok pemudaran sinar matahari, dan
bulu-bulu yang diiliki selama satu tahun mungkin berbeda-beda warnanya (Sukiya, 2001:81).

3. Aransemen bulu
Meskipun dari luar seekor burung nampak memiliki bulu yang tersebar rata di seluruh
tubuh, ternyata setelah dicabuti nampak bahwa bulu dirancang pada bidang-bidang terbatas yang
disebut pterilae. Di antara pterilae ada bidang kecil pada kulit yang kosong disebut apterilae.
Ada kekecualian pada Penguin dan Kiwi, di mana bulu ditemukan hampir pada sebagian besar
tubuhnya (Sukiya, 2001:82). Aransemen bulu pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Aransemen Bulu Pada Aves


(Sumber: Sukiya, 2001)
Keterangan: Bulu pada Aves dirancang tumbuh pada bidang terbatas dinamakan bidang pterilae.
Di antara pterilae ada bidang kecil pada kulit yang kosong disebut apterilae.
Pterilosis atau studi tentang bulu dan aransemennya, telah ditetapkan nama-nama bulu di
berbagai tempat pada tubuh burung. Oleh karena luas dan bentuknya bervariasi maka perlu
diklasifikasi.bidang utama dijelaskan sebagai berikut:
Capital tract menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke pterilae
berikutnya. Spinal tract memanjang dari atas leher ke punggung kemudian ke dasar ekor dan
bisa berlanjut atau mungkin terpisah di tengah. Kadang-kadang spinal tract terbagi menjadi
bagian-bagian di tengah punggung yang menutup apterilae eliptik dan kadang bagian pangkalnya
bercabang dua hingga dasar ekor.
Ventral tract berawal di antara cabang dari rahang bawah dan memanjang turun ke sisi
ventral leher, yang biasanya bercabang menjadi dua bisang lateral yang melewati sepanjang sisi
tubuh dan berakhir di sekitar anus. Bagian apterilae pada dada bawah dan perut dari beberapa
burung, menjadi kaya pembuluh darah selama masa bersarang dan merupkan brood patch
(daerah mengeram). Ketika terbentuk brood patch, kulit menjadi lebih tipis dan bulu-bulu pada
area itu rontok. Ini diyakini untuk membantu pengeraman, karena kulit yang berhubungan
dengan telur menerima lebih banyak darah daripada kulit di bagian tubuh lainnya.
Humeral tract adalah sepasang pterilae yang sejajar satu sama lain seperti pita sempit yang
meluas ke belakang pada sisik puundak. Bulu pada bidang tersebut disebut scapular (bulu tulang
belikat). Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang, kuat dan ringan.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Remiges adalah bulu ringan
dan kuat yang tumbuh dari batas ujung sayap, terbagi menjadi 3 golongan yaitu yang terletak
antara pergelangan dan ujung disebut primer, antara pergelangan dan siku disebut sekunder,
sedangkan remiges paling dalam yang nampak sebagai kelanjutan sekunder pada daerah siku
disebut tertier. Thumb (ibu jari) pada sayap burung diyakini merupakan sisa jari kedua, ada tiga
bulu seperti remiges yang disebut alula. Bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap
disebut covert (bulu penutup), yang meliputi covert sayap bagian atas (bulu covert primer yang
paling besar, covert sekunder), alula covert melengkapi covert lain, dan sebagian kecil bulu
permukaan atas yang menutup batas pangkal sayap disebut marginal covert. Covert pada sisi
bawah sayap terpisah antara covert primer dan covert sekunder. Selain remiges, alula dan covert,
ada sekelompok bulu dan aksilla sayap yang dikenal sebagai aksilaria.
Femoral tract meluas sepanjang permukaan luar paha dari dekat sendi lutut ke tubuh.
Crural tract menyusun sisa bidang bulu lainnya pada kaki. Tuling kering umumnya tidak berbulu
(Sukiya, 2001:83).

4. Pergantian bulu
bulu burung terbentuk sepenuhnya dari struktur tak hidup maka mudah kusut akibat
oksidasi dan pergesekan. Bulu-bulu lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu
baru. Pelepasan dan pergantian bulu disebut molting. Proses pergantian bulu mengikuti urutan
yang pasti. Ada juga bulu pada bagian tertentu dari tubuh burung yang mengalami pergantian
awal sebelum bulu lain, bahkan pterilae terlepas walaupun hanya satu akan segera diganti.
Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam masa setahun dan umumnya ini diselesaikan
dalam satu periode (beberapa minggu).
Umumnya burung dewasa mengalami pergantian bulu sekali setahun, terkecuali burung
kolibri betina mempertahankan bulunya selama 2 tahun. Pergantian bulu tahunan biasanya
setelah musim perkembangbiakan, tetapi ada juga yang mendahului musim perkembangbiakan.
Di luar masa pergantian, umum hanya pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Fakta
menunjukkan oleh karena warna bulu burung, sering membuat orang menempuh perjalanan jauh
sampai ribuan kilometer dan mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya.
Natal plumage (bulu saat menetas), ada beberapa burung yang sama sekali telanjang saat
menetas. Sebagian besar spesies burng memiliki jumlah bulu yang bervariasi, hanya beberapa
deret bulu pada spesies altricial (missal pada burung merpati) atau tubuh tertutup bulu
sepenuhnya pada burung pecocial muda (missal pada ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan
akan diganti bulu baru, sebagai berikut:
a. Juvenal plumage (bulu anak burung). Burung merupakan karakteristik dari sebagian burung
muda. Bulu lebih substansial dari natal plumage. Pada sebagian besar burung passerine
hanya bertahan beberapa minggu kemudian sebagian atau seluruhnya akan rontok oleh
pergantian bulu dan diganti dengan first winter plumage.
b. First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun). Bulu ini diperoleh pada akhir musim
panas atau musim gugur dan bertahan hingga musim semi berikutnya atau selama 12 bulan,
tergantung pada spesies. Sebgaian besar spesies burung, bulu akan digantikan walau hanya
sebagian. Bulu pengganti sebelum kawin pertama ialah diganti dengan first nuptial plumage.
c. First nuptial plumage (bulu kawin pertama). Bulu perkembangbiakan pertama, yang bisa
saja mirip atau berbeda dengan bulu dewasa. Bulu ini pada beberapa spesies hanya
merupakan bulu tahun pertama, ada juga bulu nuptial diperoleh dengan pergantian bulu
lengkap yang meliputi semua bulu. Bulu ini biasanya rontok sebagai akibat pergantian bulu
setelah masa kawin pertama, kemudian digantikan dengan second winter plumage.
d. Second winter plumage (bulu tahun kedua). Bulu ini dapat dibedakan dengan bulu dewasa
musim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau
yang memeroleh bulu dewasa lebih dari dua tahun. Bulu inni akan digantikan pada musim
semi berikutnya dengan bulu musim kawin kedua.
Bulu burung muda pada beberapa spesies dapat dibedakan dengan mudah dari bulu burung
dewasa. Beberapa burung pantai seperti knot dan dowitcher, dari bulu berwarna abu-abu
kemerahan dan putih digantikan warna-warna cemerlang. Bulu putih kontras di musim dingin
pada burung ptarmigan diganti dengan bulu warna cerah pada musim kawin. Meskipun warna
burung jantan dan betina identik sama, namun warna bulu burng jantan lebih cerah disbanding
dengan warna bulu burung betina.
Pergantian bulu yang agak aneh ditemuka pada pejantan itik tertentu. Setelah musim
bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, burung jantan berwarna pudar abu-abu
kemerahan dan bulu pada sayappun dilepas begitu cepat sehingga untuk sementara burun ini
tidak tidak dapat terbang. Oleh karena warna bulu penjantan menjadi pudar, menyebabkan
burung jantan tidak menarik (Sukiya, 2001:8-85).
5. Fungsi bulu
Bulu merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh kelas Aves, terdapat beberapa fungsi bulu
pada Aves diantaranya sebagai penghangat, perlindungan, membantu untuk meningkatkan
kemampuan apung, dan untuk terbang. Berbagai fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut.
Penghangat. Salah satu fungsi pokok bulu adalah penghemat panas tubuh sebab burung
adalah hewan endoderm. Lapisan udara yang ditahan di dalam struktur bulu menjadi isolator
hilangnya panas tubuh dan penetrasi dingin dari luar. Kedalaman lapisan ini dapat dikendalikan
dengan menegakkan atau merebahkan bulu. Pada saat cuaca dingin, burung yang sedang istirahat
bulunya akan ditegakkan untuk meningkatkan lapisan isolator seperti halnya ketika kita
mengenakan pakaian lebih tebal untuk tujuan yang sama. Bila cuaca panas, maka bulu akan
direbahkan ditekan kuat ke tubuh untuk memperkecil lapisan isolator.
Perlindungan. Bulu member berbagai macam perlindungan terhadap tubuh burung.
Burung yang tidak mampu terbang atau hanya berkemampuan terbang terbatas, tergantung pada
kemampuan lari akan terlepas dari bahaya. Bulu juga member perlindungan langsung terhadap
luka. Kulit burung relative lebih tipis disbanding dengan kulit vertebrata lainnya dan akan segera
luka karena gesekan ranting jika tidak ditutupi oleh bulu. Itik dan angsa hampir tidak tertembus
air karena rapatnya bulu-bulu tubuh. Warna bulu berperan penting terhadap banyak spesies
burung. Warna tersamar dengan tanah dari pola warna burung Caprimulgid, misalnya elang
malam tidur di tanah terbuka pada siang hari dengan tenang. Jadi pola warna bulu dapat menjadi
alat kamuflase dari pemangsanya. Berbagai pola hitam putih di punggung burung pelatuk
membuat sulit terlihat pada latar belakang pohon-pohon kayu. Warna semacam ini dianggap
sebagai pewarnaan distruktif. Sebagaian besar warna permukaan bawah tubuh lebih cerah bagian
atas, karena secara teoritik bahwa permukaan perut yang cerah menetralkan efek bayangan
sehingga sketsa burung tidak di luar relief.
Warna berbagai burung disesuaikan dengan habitat. Burung yang mendiami rerumputan
cenderung berbelang, yang hidup di bawah semak akan bercorak coklat, sementara yang mencari
makan di antara daun-daun dan cabang-cabang (misalnya burung pengicau) coraknya hijau atau
kuning. Warna populasi burung di daerah kering lebih pucat disbanding spesies yang hidup di
daerah lembab dan curah hujan yang tinggi dengan vegetasi yang subur.
Kemampuan apung. Fungsi penting lain dari bulu, khususnya pada burung air adalah
meningkatkan kemampuan apung. Permukaan bawah tubuh burung perenang tertutup rapat oleh
bulu-bulu, di dalam bulu tersebut terdapat kantung udara. Burung tersebut dapat beristirahat
layaknya di atas rakit sendiri.
Terbang. Apabila tidak ada bulu, maka burung tidak akan dapat terbang. Tubuh burung
berbentuk garis lurus dan secara proporsional ringan karena struktur rangka dan berbagai ruang
udara di bagian tubuh. Otot dada yang memberikan daya dorong sayap berkembang sangat kuat.
Efisiensi sistem pernapasan sangat tinggi karena proses pertukaran gas berlangsung sangat baik
dan cepat. Efek lain dari efisiensi pertukaran gas ini adalah sistem pendinginan tubuh
berlangsung sangat baik.
Mekanika terbang burung merupakan obyek studi yang menarik berkaitan dengan
aerodinamika. Prinsip mengangkat, menarik, ujung pemutar, penyebaran tekanan dan aspek rasio
yang digunakan dalam penerbangan adalah berdasar pada terbang burung. Sayap seekor burung
dan sebuah pesawat dalam hal tertentu dapat disamakan. Keduanya bergaris lurus untuk
mengurangi resistensi udara, permukaan dada cembung sehingga tekanan dari bawah melebihi
tekanan dari atas. Setengah bagian dalam dari sayap burung berkaitan dengan daya
menganngkat, setengah bagaian luar dari pergelangan sayap hingga ujung sayap berperan
sebagai daya pendorong. Bagian distal sayap dalam posisi setengah lingkaran digunakan untuk
melayang. Sayap bagian luar, bukan saja mampu menghasilkan dorongan ke depan tetapi juga
sebaliknya. Untuk mengangkat tubuh secara vertical atau untuk meluncur dilakukan oleh sayap
bagian dalam.
Gerakan sayap turun ke depan adalah saat bergerak turun dan ketika bergerak naik maka
sayap mengarah ke belakang dan diangkat. Saat gerakan naik, sebagian sayap dilipat sehingga
mengurangi resistensi udara. Burung pada saat akan hinggap, memanfaatkan kepakan sayap yang
sebelumnya diawali dengan memperbesar sudut sayap secara drastic sehingga bagian punggung
langsung kea rah bawah. Akibat gerakan yang demikian itu akan memperbesar pengagkatan
sementara pada saat kecepatan berkurang dan berhenti ketika kaki menyentuh landasan.
Burung pada saat terbang ada yang hampir selalu terbang sendiri, dan ada yang selalu
berkelompok. Ada kelompok burung yang terbang tanpa pola, ada yang terbang terkoordinasi
dalam ruang, dalam kecepatan, dalam arah dan waktu berangkat serta mendarat. Sekawanan
burung yang sedang terbang mungkin dalam formasi baris dari berbagai bentuk baik sederhana
atau campuran misalnya pada burung pelican, burung laut, itik, dan angsa. Formasi terbang
dalam bentuk gerombolan misalnya pada burung pipit, burung jalak, merpati, dan murai.
Sekawanan burung yang terbang berasama, mungkin merupakan suatu adaptasi perlindungan
terhadap predatornya karena deteksi visual menjadi lebih. Sekawanan burung ini mungkin juga
sebagai adaptasi untuk mengusir musuh secara bersamaan (Sukiya, 2001:85-89).

6. Paruh
Paruh burung merupakan modifikasi rahang atas dan rahang bawah. Paruh member banyak
manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat sarang dan menjjilati bulu.
Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan hidupnya. Kerangka bertulang paruh atas dan
bawah adalah lapisan bertanduk disebut ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang
berasal dari beberapa plat terpisah kemudian bersambung.
Bagian dorsal rahang atas yang memanjag dari dasar ke ujung paruh disebut klumen.
Rahang bawah disebut tomia mandibula sedangkan rahang atas disebut tomia maksila. Tomia
bisa halus seperti pada burung pipit dan mungkin bertakik seperti halnya pada burung betet.
Tomia pada itik, angsa, soang, dan flamingo ada sejumlah plat tipis dari lamella digunakan untuk
menyaring makanan. Kadang bagian basal dari rahang atas lembut dan berdaging seperti pada
elang dan nuri, disebut sere. Ada beberapa spesies burung yang lubang hidungnya tertutup oleh
daging atau lapisan tanduk yang dikenal sebagai poperkulum. Sekat lubang hidung internal ada
yang terpisah (perforate) dan ada yang tidak terpisah (imperforate). Daerah di tengah yang
terbentuk oleh sambungan rahang sebelum tersambung dengan rahang bawah disebut gony.
Bentuk paruh burung dapat dijadikan penduga terhadap kebiasaan spesies. Paruh spesies
pemakan biji, biasanya berbentuk kerucut, kokoh, dan meruncing tajam, sehingga mudah untuk
mengumpulkan dan menguliti biji, contohnya pada burung kutilang. Paruh burung kutilang,
ujung-ujung rahang saling menyilang sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji
dari contong. Paruh burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek
makannanya menjadi potongan-potongan kecil untuk ditelan. Burung bangau dan kuntul yang
menagkap ikan, paruhnya berbentuk tombak panjang. Burung pelatuk memiliki paruh kuat
seperti pahat mampu memotong kayu dan melubagi pohon untuk menagkap serangga. Paruh itik
jelas bermanfaat dalam menahan makanan dari air. Bagian dalam paruh burung kolibri memiliki
paruh berbentuk lonjong, mampu menampung madu. Burung berkicau yang memunguti serangga
dari dedaunan mempunyai paruh berbentuk ramping dan meruncing seperti sepasang gunting
tang. Kelompok lain seperti burng layang-layang memiliki paruh depress dorsoventral.
Anggota Pelecaniformes misalnya pelikan dan sebangsanya, memiliki kantung atau
akntung gular di bawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan sementara dan
membantu dalam memproses penelanan. Kantung ini juga berperan dalam pemberian makan
burung muda dengan cara memuntahkan makanan dari tembolok ke dalam kantung. Anggota
kelompok burung lain, kantung gular tampak lebih signifikan untuk menunjukkan jenis kelamin.
Selama musim brcumbu, burung jantan membusungkan kantung ini sehingga akan nampak
seperti balon (Sukiya, 2001:89-90). Tipe paruh pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Tipe Paruh Pada Burung


(Sumber: Marshall, 2006)
Keterangan: berbagai tipe paruh pada Aves disesuaikan dengan habitat, kebiasaan, dan makanan

7. Alat gerak (appendages)


Tarsometatarsus pada burung hantu berbulu, sedangkan pada burung elang tidak berbulu.
Pangkal kaki burung mayoritas tidak berbulu, tarsometatarsus tertutup sisik bertanduk, sisik
tersebut imbricate (saling menutupi satu satu sama lain secara teratur). Jenis tarsometatarsus ini
disebut scultellateu, dijumpai pada burung pipit dan kutilang. Burung kelompok lain, misalnya
murai, sisik penutup bertanduknya halus dan tampak tidak terpisah-pisah, disebut kaki
penendang. Burung-burung pantai memiliki sisik penutup tarsometatarsus terpecah menjadi
banyak sisik kecil tak teratur berbentuk poligonal, disebut tarsometatarsus reticulated.
Kaki burung juga menggambarkan kebiasaan spesies. Burung passerine dan perching
biasanya ada 3 jari kaki di depan dan hallux mengarah ke belakang. Jari kaki burung pelatuk jari
ke-4 terbalik ke depan sehingga ada dua jari kaki di depan dan du ajari ke belakang, kondisi ini
disebut zigodaktilus, namun hallux burung pelatuk mereduksi sehingga jarinya hanya 3 buah
mengarah ke depan. Beberapa burung layang-layang memiliki kaki palmprodaktilus yaitu
keempat jari kaki ke arah depan, untuk membantu saat hinggap pada permukaan vertikal.
Kelompok burung lain, seperti kingfisher, sebagian dari jari luar dan tengah bersatu, suatu
kondisi yang disebut sindaktilus.
Burung yang menggunakan kaki untuk berenang biasanya jari-jari bersatu, setidaknya
berupa perluasan jaringan sehingga jari bercuping, untuk memperluas permukaan kaki. Burung
pelikan, 4 jarinya disatukan oleh jaringan selaput hingga ujung jari, disebut kaki palmate. Kaki
pada burung heron memiliki 3 jari kaki yang disatukan dan hanya sebagian jaringan selaput ini
memanjang ke ujung-ujung jari disebut semipalatae. Jari kaki burung grebes memiliki cuping
jari datar dan lebar berfungsi seperti jaringan selaput ketika berenang, demikian juga pada itik
penyelam memiliki struktur yang sama. Anggota familia burung belibis sisi-sisi jari kakinya
memiliki lingkaran pinggir disebut kaki pectinated. Berbagai tipe kaki pada Aves dapat dilihat
pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Tipe Kaki Pada Aves


(Sumber: Marshall, 2006)
Keterangan: berbagai tipe kaki pada Aves disebabkan adanya adaptasi dengan habitat dan
kebiasaannya
Kuku kaki burung juga menunjukkan variasi. Umumnya kuku cenderung tertekan secara
lateral, melengkung dan runcing. Bentuk kuku melengkung pada burung layang-layang lebih
kentara dan mungkin untuk menempel pada permukaan vertikal. Kuku burung elang dan burung
hantu berukuran lebih panjang karena digunakan untuk menangkap dan menahan mangsa. Ada
juga bentuk kuku burung yang hampir lurus bahkan datar mirip pada manusia. Ada pula
kelompok burung yang pada sisi bagian dalam kuku jari tengah bergerigi tajam. Pectinasi atau
kuku sisir ini ditemukan pada heron, elang malam dan burung hantu gudang (Sukiya, 2001:90-
92).

B. Anatomi dan Fisiologi Anggota Kelas Aves


1. Sistem rangka
Sistem rangka tubuh burung memiliki bentuk unik. Secara umum tulangnya ringan, terutama
pada spesies yang dapat terbang. Tulang besar yang mengandung lubang berisi udara berkaitan
dengan system pernafasan. Tulang tengkorak, sebagian besar paling menyatu. Bagian tulang
tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama disebut kondilus oksipitalis. Rahang bagian
bawah dan atas memanjang sebagai penopang paruh. Gigi seluruhnya lenyapo ada burung
modern. Rahang bawah terdiri atas 5 tulang dan bersambung dengan tulang tengkorak dengan
alat quadrat yang akan bergerak. Orbita sangat besar dan terpisah satu sama lain oleh septum
interorbital tipis, sehingga otak tedorong kebelakang. Struktur palatum burung merupakan salah
satu karakter yang digunakan dalam diagnosis katagori taksonomi (Sukiya, 2001:65). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7 menjelaskan mengenai sistem rangka pada aves.
Kolumna verebralis burung mengalami banyak adaptasi. Vertebra servikalis lebih banyak
dari pada kelompok vertebrata lain, dan jumlahnya sangat bervariasi, fleksibel terutama karena
artikulasi permukaan persendian yang memungkinkan gerakan bebas. Persendian seperti ini
disebut herocoelous. Vertebra torakis anterior mampu bergerak. Bagian lumbar, sacrum dan
anterior kaudal, bersatu dengan pelvic membentuk sinsakrum. Beberapa vertebra kaudal bebas
dan bagian distal bersatu membentuk struktur tunggal yang disebut pigostile sebagai ekor
pendek. Tulang iga burung berbentuk rata dan semuanya (selain iga pertama dan terakhir)
membentuk processsus uncinatus yang saling terhubung dengan tulang iga berikutnya. Processus
uncinatus berfungsi untuk memperkuat torax dan perlekatan otot. Sternum atau tulang-tulang
dada sangat rata dan lebar sehingga member permukaan cukup untuk perlekatan otot-otot untuk
terbang (pektoralis mayor danpectoralis minor) (Sukiya, 2001:66-67).

Gambar 2.7 Sistem Rangka Aves


(Sumber: Heru, 2013)
Keterangan: pada gambar terlihat berbagai tulang penyusun sistem rangka Aves

Sebagian besar tulang belakang menyatu, tulang dada bersambung dengan pelantaraan
tulang iga dan ini memberikan kerangka sangat kuat meskipun tulang itu sendiri relative ringan.
Semua itu merupakan keuntungan bagi makhluk yang harus bergerak ke udara. Tulang scapula
panjang dan ramping, torakoid pendek dan kuat, klavikula menyatu membentuk furkula (Sukiya,
2001:67).
Modifikasi rangka yang paling menyolok terjadi pada anggota badan depan . Hanya dua
unsure karpal yang ditemukan yaitu radiale dan ulnare yang masing-masing bersambung dengan
radius dan ulna. Bagian distal pergelangan adalah susunan tulang yang disebut karpometakarpus
yang menunjukkan beberapa unsure pangkal tangan dari vertebrata lain dan metacarpal kedua,
ketiga dan keempat. Empat tulang-tulang kecil yang merupakan bekas dari tiga jari berdekatan
dengan karpometakarpus (Sukiya, 2001:67).
Meskipun anggota badan belakang tidak berubah seperti anggota badan depan , namun
menunjukkan beberapa kekhususan menarik. Tulang betis atau fibula secara proporsional kecil
dan sebagian bersatu dengan tulang kering (tibia). Beberapa tulang pergelangan kaki (tarsal)
seperti bersatu dengan ujung distal tibia disebut tibiotarsus. Sisa pergelangan kaki bersatu dengan
metatarsal kedua, ketiga dan keempat yang membentuk tulang yang disebut tarsometatarsus.
Berkas metatarsal pertama dihubungkan dengan tulang ini oleh ligamentum. Tidak lebih dari 4
jari kaki yang ditemukan pada burung dan jumlah ini kadang berkurang hanya tiga dan pada
burung unta (Ostrich) hanya dua (Sukiya, 2001:68).

2. Sistem otot
Sistem otot burung berbeda dalam banyak hal daripada kebanyakan vertebrata daratan
lain. Otot leher dan rahang menunjukkan banyak spesialisasi yang dikaitkan dengan kebiasaan
makan, fungsi paruh dan mobilitas gerakan leher. Vertebra dibagian tubuh burung banyak yang
menyatu sehingga menyebabkan adanya pengurangan otot dibagian dorsal. Otot perut pada
burung kurang berkembang, sedangakan otot sayap ekstrinsik terutama otot pektoralis mayor,
menunjukkan perkembangan sangat baik terutama pada burung-burung yang dapat terbang. Otot
pektoralis mayor merupakan otot depressor dan berkaitan dengan gerakan menurunkan sayap
saat terbang. Otot pektoralis mayor ini menyusun 1/5 total berat tubuh burung. Otot pectoralis
minor berperan dalam mengangkat sayap pada saat burung sedang terbang (Sukiya, 2001:68)..
Otot suprakorakoid, adalah otot yang berkaitan dengan gerakan sayap ke atas, dan juga
terletak pada sternum arah proksimal dari pektoralis mayor, dan masuk pada posisi atas
humerolus. Otot deltoid dan latissimus dorsi memiliki aksi yang sama dengan suprakorakoid.
Pada burung kolibri, yang memiliki gerak sayap cepat, otot latissimus dorsi secara proporsional
besar. Bagian yang agak erat kaitannya dengan otot deltoid adalah otot propatagialis, yang
mengirimkan tendo (urat daging) ke dalam patagium atau jaringan kulit yang memanjang dari
bagian pangkal sayap. Sistem otot pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Sistem Otot Aves
(Sumber: Sanun, 2014)
Keterangan: pada gambar terlihat bagian-bagian penyusun sistem otot Aves

Salah satu penagang (tensor) dikenal sebagai longus, memanjang dari pangkal humerus
sepanjang batas pangkal patagium hingga pergelangan. Tensor yang lain disebut brevis dan
memanjang dari humerus hingga bagian dekat lengan depan. Tensor ketiga dikenal sebagai
“biseps slips” atau penegang tambahan, memanjang dari oto bisep ke sisi pangkal patagium
(Sukiya, 2001:69).
Meskipun ada pengurangan jumlah unsur kerangka anggota badan bagian gelang bahu
pada burung, ada sejumlah otot intrinsik yang berkaitan dengan gerakan merunduk,
membentangkan dan rotasi sayap selama terbang. Otot-otot kedua sayap dan kaki secara umum
cenderung terpusat dekat tubuh dan masuk secara distal menurut panjangnya urat daging. Tulang
kering burung tersusun dari tendon-tendon disekitar tarsometarsus. Otot yang sangat penting
pada burung pemakan ikan adalah fleksor (peluntur) yang memungkinkan jari kaki menangkap
ikan-ikan kecil (Sukiya, 2001:69).

3. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi burung sudah lebih berkembang seperti halnya pada mamalia. Ada
pemisahan sempurna antara atrium dan ventrikel sehingga antara darah vena dan arteri terpisah,
karena jantung memiliki 4 ruang yaitu atrium siniter (serambi kiri) dan dexter (kanan) serta
ventrikel sinister (bilik kiri) dan dexter (kanan), dapat dilihat pada Gambar 2.9. Sistem aorta
meninggalkan bilik kiri dan dan membawa darah ke kepala dan selururh tubuh melalui arkus
aortikus kanan ke empat. Variasi jumlah terjadi pada arteri karotis, walaupun umumnya burung
mempunyai 2 arteria karotis. Ada spesies bururng yang 2 arteria karotisnya menyatu membentuk
saluran tunggal, sedangkan pada golongan lain mungkin ukurannya mengecil sebelum menyatu,
pada burung Passerine hanya arteria karotis bilik kiri saja (Sukiya, 2001:70).
Ada dua pembuluh prekava fungsional dan postkava lengkap. Prekava terbentuk oleh
penyatuan pembuluha darah dari kerongkongan dan bagian tulang selangka (subklavia) pada tiap
sisi. Postkava menerima darah dari anggota badan melalui saluran gerbang ginjal (portal renalis),
yang lewat melalui ginjal tetapi tidak terpecah menjadi kapiler-kapiler dan karenanya tidak dapat
disamakan dengan portal renalis dari vertebrata lebih rendah. Eritrosit burung lebih besar
daripada eritrosit mamalia (Sukiya, 2001:70).

Gambar 2.9 Sistem Sirkulasi Aves


(Sumber: Nurzakiyyah, 2014)
Keterangan: Anggota kelas Aves memiliki sistem peredaran darah tertutup dan jantung
dengan 4 ruang pada gambar dilihat dari ventral

4. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan burung menunjukkan banyak perubahan menarik, antara lain tidak
adanya gigi. Oleh karena bibir tidak ada, maka tidak ada kelenjar bibir (glandula labialis) dalam
mulut maupun kelenjar maksilaris, tetapi ada glanula labial sublingualis. Air liur unggas
mengandung enzim ptialin , meskipun berpperan sangat kecil dalam merubah pati menjadi gula.
Bagian akhir esofagus membesar pada burung granivora, menjadi kantong disebut tembolok
yang digunakan untk menyimpan makanan sementara . Tembolok secara esensial tidak banyak
mengandung kelenjar pencernaan, meskipun pada burung pigeon dan sejenisnya mempunyai dua
buah bangunan serupa kelenjar yang mampu menghasilkan materi makanan yang disebut susu
merpati yang dimuntahkan oleh induk pada waktu memberi makan anaknya. Aksi kelenjar
tersebut dirangsang oleh hormon prolaktin dari kelenjar pituitaria di pangkal inferior otak
(kelenjar ini berada pada kelenjar hipofisa), selama masa reproduksi (Sukiya, 2001:71). Anatomi
sistem pencernaan pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Sistem Pencernaan Aves


(Sumber: www.docs-engine.com)
Keterangan: Sistem pencernaan Aves terdiri atas mulut, esophagus, tembolok, lambung, empedal,
usus, dan anus

Lambung burung tersusun atas lambung kelenjar disebut proventrikulus yang mensekresi
getah lambung. Bagian posterior lambung adalah bagian yang berdinding tebal dan berotot
dikenal sebagai ventrikulus (empedal= gizzard ). Lapisan dalam ventrikulus memiliki lapisan
tanduk dan seringkali bergelombang. Disinilah pasir halus dan kerikil kecil yang dipatuk oleh
burung pemakan biji memainkan peran dalam penggilingan makanan. Usus kecil (usus halus)
bergulung dan memutar. Banyak burung memiliki satu atau dua caeca coli (usus buntu) pada
perbatasan usus kecil dan usus besar. Usus besar pendek dan lurus dan membuka ke dalam ruang
kloaka (Sukiya, 2001:71-72).

5. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan burung sangat efisien sehingga lebih rumit daripada sistem pernafasan
vertebrata yang lain. Celah suara pada burung seperti pada mamalia, terletak di dasar pangkal
faring dan membuka ke dalam laring atau memanjang di bagian dorsal trakea. Trakea burung
bukan merupakan organ penghasil suara, tetapi untuk memodulasi nada-nada yang dihasilkan
dalam sirink yang terletak di ujung bawah trakea. Laring membagi menjadi dua membentuk
cabang tenggorokan (bronkhus) kanan dan kiri, dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Sistem Respirasi Burung


(Sumber: Orr, 1976 dalam Sukiya, 2001)
Keterangan: sistem respirasi burung dengan organ paru-paru yang dilengkapi dengan kantung
udara
Ruang yang meluas pada sirink disebut timpanum dan biasanya dikelilingi oleh cincin-
cincin rawan trakea dan bronkhia. Bagian yang kelihatan tulangnya disebut pessulus merupakan
tempat dimana selaput suara (membrana semilunaris) terletak. Membran-membran tambahan ada
di ujung dorsal tiap bronkus yang berhubungan dengan trakea. Suara burung dihasilkan oleh
masuknya udara dari bronkus melalui celah yang berbentuk oleh membran-membran
timpaniformis kemudian menggetarkan membran semilunaris. Struktur tersebut pada burung-
burung penyanyi didukung otot-otot sirink, sehingga suara yang dihasilkan tergantung dari
getaran yang terjadi. Ada beberapa spesies yang memiliki sebanyak 9 pasang otot siringeal.
Beberapa jenis burung seperti burung unta dan burung hering, tidak memiliki sirink. Anggota
familia Anatidae (itik, angsa, dan soang), trakhea sebagai tabung resonansi suara yang dihasilkan
oleh sirink. Kelompok burung yang memiliki trakhea yang panjang umumnya mampu
meresonansi frekuensi suara yang lebih mudah daripada kelompok burung yang memiliki
trakhea yang lebih pendek. Angsa dan burung bangau trakheanya sangat ekstrim dan bisa lebih
panjang daripada panjang lehernya, sebab trakhea bagian distal berbelit memanjang ke bagian
lekukan sternum. Hal ini diduga sebagai adaptasi fungsional karena frekuensi suara rendah,
untuk komunikasi jarak jauh.
Paru-paru burung secara proposional kecil dan tidak mampu melakukan ekspansitidak seperti
pada karakteristik paru-paru mamalia. Paru-paru burung dihubungkan dengan 9 sakus udara yang
terletak di berbagai bagian tubuh. Antara lainsebuah kantung antar tulang selangka, sepasang
pada tengkuk, sepasang pada pangkal dada, sepasang pada posterior thoraks, dan sepasang
kantung perut. Kantung-kantung udara ini tidak berkaitan secara esensial dengan epitelium paru-
paru, akan tetapi lebih berperan sebagai penyimpan udara penafasan. Udara melewati sirkuit
bronkhial ke dalam kantung udara dan kemudian kembali ke saluran kapiler udara dalam paru-
paru. Banyak peneliti setuju bahwa pada inspirasi, udara dari luar secara esensial lewat sirkuit ke
dalam kantug udara bagian belakang terlebih dahulu baru kemudian kembali ke paru-paru. Ada
bukti bahwa hanya sedikit udara yang masuk ke kantung udara depan setelah melalui paru-paru
(Sukiya, 2001:72-73). Pernapasan pada Aves berupa Inhalasi dan ekshilasi dapat dilihat pada
Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Proses Inhalasi dan Ekshalasi pada Aves


(Sumber: Sridianti, 2016)
Keterangan: pada gambar terlihat mekanisme proses inhalasi dan ekshalasi pada Aves

Saat ekskresi, udara didorong dari kantong udara melalui paru-paru. Burung tidak
memiliki otot diafragma sehingga pernafasan dipengaruhi sepenuhnya oleh gerakan tulang iga
dan sternum. Ketika burung sedang terbang, pernafasannya nampak selaras dengan aksi sayap.
Banyak burung memiliki ruang udara dalam ruang tertentu yang dihubungkan dengan kantug
udara. Tulang pneumatikus (yang berisi udara) yang penting adalah humerus, sternum dan tulang
belakangmeskipun dalam beberapa spesies tulang-tulang lain juga mungkin memiliki ruang
udara. Jika trakheanya macet atau tersumbat dan humerus patah, masih dapat bernafas
pembukaan melalui kantong udara. Tulang-tulang pneumatikus umumnya dimiliki oleh burung
besar yang dapat terbang, meskipun fungsi secara fisik masih belum diketahui (Sukiya, 2001:74).
Adanya berbagai dugaan mengenai fungsi lain dari kantung udara selain untuk bantuan
pernafasan. Beberapa fungsi itu adalah untuk menurunkan gravitasi tubuh spesifik, mengurangi
gesekan-gesekan antara bagian yang bergerak ketika terbang, membantu mengurangi penurunan
suhu terutama selama terbang , membantu proses spermatogenesis denagn menurunkan suhu
testis, meningkatkan daya apung pada burung-burung air, sebagai bantal pneumatikus untuk
menahan hentakan pada burung yang menyelam dalam air dari udara. Tidak semua fungsi yang
dinyatakan tersebut ditemukan pada satu spesies burung (Sukiya, 2001:74).

6. Sistem Urogenital
Sistem urogenital burung dalam banyak hal lebih mendekati reptil daripada mamalia,
kecuali pada mamalia monotremata. Ginjal burung, seperti halnya pada semua amniota, adalah
dari jenis metanefros dan pasangan. Ginjal burung secara proposional besar, lobus tidak teratur,
bentuknya menyesuaikan kedalam depresi sinsakrum. Setiap ginjal memiliki ureter (saluran
kencing) yang mebuka langsung kedalam kloaka, sehingga urune bercampur dengan kloaka
(Sukiya, 2001:75). Satu-satunya burung yang memiliki kandung kemih adalah burung unta.
Sistem urogenital burung jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Studi tentang kelenjar supraorbital pada burung tertentu, terutama speies burung laut,
seperti halnya pada beberapa reptile, menunjukkan bahwa kelenjar tersebut digunakan untuk
ekskresi garam dari darah secara cepat. Hal ini merupakan kemampuan adaptasi spesies burung
laut karena menelan air asin, agar tidak menyebabkan gangguan khusus pada ginjal. Burung
pantai, seperti burung camar laut, terlihat sering meneteskan cairan berupa larutan garam pekat
dari cuping hidungnya. Kelenjar fungsional semacam itu tidak hanya ditemukan pada spesies
burung laut tetapi ditemukan pada beberapa spesies burung air di area Amerika Utara, dimana
alkalinitas air di kolam dan danau cukup tinggi. Burung padang pasir seperti burung unta,
kelenjar garam memberikan alat pengawet atau cadangan air untuk tubuh, dengan cara
membuang garam dari sistem ekskresi sehingga menyerap air di dalam kloaka menjadi lebih
intensif. Sangat sedikit burung yang mampu hidup survive tanpa air minum, berarti harus mampu
menekan terbuangnya air melalui mekanisme penyerapan kembali di dalam kloaka. Hal ini
dilakukan oleh beberapa spesies burung yang hidup di padang pasir dan spesies burung rawa
asin dengan menaikkan jumlah lekuk-lekuk henle dalam ginjal. Lekuk ini berfungsi untuk
menyerap air kembali dan dengan demikian urin menjadi lebih pekat. Lekuk-lekuk henle di
lapisan medulla ginjal tersebut dapat mencapai dua atau tiga kali lipat pada spesies yang
menyimpan air cadangan daripada burung yang meminum air secara teratur (Sukiya, 2001:76).

Gambar 2.13 Sistem Urogenital Aves


(Sumber: Rachmatullah, 2012)
Keterangan: sistem urogenital burung jantan pada gambar sebelah kiri dan sistem urogenital
burung betina di sebelah kanan yang dilihat dari ventral

Testis sepanjang berada dibagian dorsal rongga perut. Sebgaian besar burung, saluran
pada testis ini pada setiap sisi membuka secara idependen kedalam kloaka. Beberapa burung,
seperti itik dan angsa terdapat struktur seperti penis, yang sama dengan struktur pada kura-kura
dan buaya, berasal dari dari dinding antreoventral kloaka (Sukiya, 2001:76).
Kebanyakan burung, ovarium kanan dan oviduk kanan mereduksi meskipun ada pada
masa perkembangan embrio, sehingga hanya sistem genital kiri yang berfungsi. Sepanjang
saluran oviduk ada beberapa kelenjar penhasil sekresi untuk mebran-membran telur berupa
lapisan albumen, membrane cangkang dan cangkang kapur (Sukiya, 2001:76).

7. Sistem saraf
Sistem saraf pusat burung menunjukkan perkembangan lebih maju daripada sistem saraf
reptile. Cerebrum ukurannya besar dan menutup diencefalon dan lobus optikus. Lobus optikus
pada burung secara proposional berukuran besar, halini merupakan pengecualian, nampaknya
berkaitan dengan ketajaman pandang yang dimiliki burung. Cerebellum pada burung lebih besar
daripada cerebellum reptile, berlekuk dalam meskipun tidak sebesar/sedalam pada mamalia,
menunjukkan permulaan terjadinya perkembangan pons (Sukiya, 2001:76-77).
Burung juga seperti amniota lain, ada 12 saraf kranialis. Otak aves dapat dilihat pada
Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Otak Aves


(Sumber: Qadariyah, 2013)
Keterangan: bagian dari otak aves yaitu pada Angsa, gambar sebelah kiri jika dilihat dari dorsal
dan gambar yang kanan jika dilihat dari ventral
8. Organ Indra
Ada tiga kelebihan perkembangan bagian-bagian yang berhubungan dengan hidung burung
daripada reptil. Sebagian besar burung mempunyai lubang eksternal atau lubang hidung yang
menuju ke dalam. Anggota Pelecaniformes tertentu lubang hidung ini memiliki penutup. Posisi
lubang hidung biasanya 2 buah terletak di lateral dan pasangannya saling berlekatan, tetapi pada
beberapa anggota Procellaformes mempunyai lubang hidung berbentuk tabung di posisi dorsal.
Kiwi Selandia Baru memiliki lubang hidung unik, berada hampir di ujung paruh. Umumnya
lubang hidung secara internal terpisah satu sama lain oleh sekat hidung (septum). Menurut
Brotowidjoyo (1994) hidung sebagai organ pembau dimulai dengan 2 lubang hidung yang
berupa celah pada dorsal paruh. Indera penciuman pada burung kurang baik. Lapisan epithelium
pada alat penciuman sebagian besar burung relatif terbatas dan hanya pada permukaan atas saja.
Hal ini berkaitan dengan ukuran pusat penciuman di otak sehingga menyebabkan indera pencium
relatif kurang peka untuk sebagian besar burung. Ujung perasa berkurang pada lidah sebagian
besar burung. Organ Jacobson belum sempurna (Sukiya, 2001:77).
Mata burung sangat berkembang dan proporsinya cukup besar dibading ukuran tubuhnya.
Akomodasi dilaksanakan dengan aksi otot-otot siliaris yang merubah bentuk lensa. Salah satu
bentuk yang tak biasa dari mata burung adalah adanya struktur berbentuk kipas disebut pecten
yang memanjang ke dalam ruang belakang di bagian saraf optik muncul dari retina. Pecten dapat
memberikan makanan untuk bagian-bagian avaskular mata, mungkin menjadi alat bantu
pandang. Pecten juga diduga merupakan alat orientasi yang memungkinkan burung dapat
menentukan arah gerakan jalannya berkaitan dengan posisi matahari atau pola-pola bintang.
Retina pada burung diurnal lebih didominasi sel konus, sedangkan retina mata burung nocturnal
lebih didominasi sel basilus (Sukiya, 2001:78).
Burung-burung yang sering keluar-masuk gua, maka dalam kegelapan burung
memancarkan serangkaian getaran suara untuk menentukan arah, seperti halnya pada banyak
jenis kelelawar dan mamalia laut. Spesies burung yang terbang di malam hari dan burung
layang-layang dari genus Collocallia yang menghuni gua, tergantung pada orientasi bunyi ketika
terbang dalam kegelapan (Sukiya, 2001:78).
Kebanyakan burung tidak memiliki telinga eksternal sehingga hanya merupakan bekas
akibat reduksi, tetapi pada burung hantu (Tyto alba) struktur ini berkembang baik. Columella di
bagian tengah telinga, berfungsi mengirimkan getaran dari membrane timpani ke bagian telinga
dalam, kohklea ada meskipun tidak berbentuk spiral sempurna (Sukiya, 2001:78).
Burung hantu gudang mampu mengenali tikus dalam kegelapan total. Hal ini menunjukkan
bahwa pendengarannya sangat kuat. Suara-suara akan terdengar dengan frekuensi berbeda untuk
masing-masing telinga, tetapi kepekaan terbesar adalah sepanjang garis visi. Ketika burung
menggerakkan kepalanya bermaksud untuk mendengar suara terkeras dari mangsa yang
bergerak, maka burung akan menghadap langsung kea rah mangsa potensialnya (Sukiya,
2001:78). Bagian-bagian dari sistem saraf beserta organ indra Aves dapat dilihat pada Gambar
2.15.

Gambar 2.15 Sistem Sensori Aves


(Sumber: Brotowidjoyo, 1994)
Keterangan: Sistem sensori pada burung merpati, 1. Serebrum, 2. Lotus optikus, 3. Mata, 4.
Pekten, 5. Celah hidung, 6. Koklea, 7. Saluran simisirkular

C. Sebaran Habitat Kelas Aves


Aves merupakan hewan paling dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana dan aktif
pada siang hari maupun malam hari. Aves hidup di darat, sebagian spesies mendiami pohon-
pohon. Jenis tertentu seperti penguin, hidup di daratan kutub utara namun mencari makanan
dengan berenang di laut. Jenis lainnya juga mencari makanan di danau dan perairan tawar lain,
contohnya bebek. Habitat dari burung dapat dibedakan atas habitat hutan, habitat persawahan,
habitat kebun dan habitat perkarangan. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan
tropis, mereka menghuni hutan dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung
juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu,
perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan
beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Anggota aves yang hidup di alam bebas contohnya merak yang hidup di dalam hutan dan
tanah pertanian di Sri Lanka dan India. Kalkun dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Di
alam bebas, kalkun hidup di daerah berhutan Amerika Aerikat dan Meksiko. Ayam peliharaan
terdapat di seluruh dunia, kecuali di Antartika dan beberapa kepulauan pasifik. Burung unta
hidup di daerah gersang, semi gurun di Afrika. Angsa bintik hitam berasal dari Eropa dan Asia
Tengah. Namun, ia telah merambah berbagai wilayah lain. Kita dapat menemukannya di
Amerika Utara, bagian selatan Afrika, dan di Oceania. Ia hidup di daerah berair. Angsa
peliharaan hidup di taman. Bangau abu-abu hidup di Eropa, Asia, dan Afrika. Ia dapat ditemukan
di semua tempat yang berair dalam, tempatnya dapat menangkap ikan. Flamingo hidup di
Amerika Tengah dan Amerika Selatan (bagian utara), Antilles, barat daya Eropa, Afrika dan Asia
(terutama di Timur Tengah dan India), dan ia hidup di danau (Hariyanti, 2007).

D. Klasifikasi Kelas Aves


Berdasarkan Orr dalam Sukiya kelas Aves memiliki 2 subkelas yaitu Archacoraithes dan
Neornithes. Subkelas Archacoraithes memiliki 1 ordo dan subkelas Neornithes memiliki 31 ordo.
Pengklasifikasian kelas Aves diuraikan sebagai berikut.

Kelas Aves
Sub Kelas Archacoraithes
Burung-burung bergigi, telah punah, hidup pada periode Jurassik, metacarpal terpisah, tidak ada
pigostil, vertebra kaudal masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan.
Ordo Archaeopterygiformes
Familia Archaeopterygidae
Genus Archaeopteryx
Archaeomis

Sub Kelas Neornithes


Ada yang telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern. Bergigi atau tidak bergigi.
Metacarpal bersatu. Vertebrata kaudal tidak ada yang mempunyai bulu berpasangan. Kebanyakan
mempunyai pigostil. Sternum ada yang berlunas, ada pula yang rata.
Ordo Hesperornithiformes (telah punah, bergigi, ditemukan di Amerika
Serikat, contoh: western birds)
Ordo Ichthyornithiformes (telah punah, bergigi, ditemukan di Amerika Serikat,
contoh: fish birds)
Ordo Sphenisciformes (Tubuh berat, tidak dapat terbang, sayap digunakan
untuk berenang, metatarsus bersatu tetapi tidak sempurna, empat buah
jari mengarah ke muka, jari-jari dengan selaput kulit, bulu-bulu kecil
menutupi seluruh tubuh, di bawah kulit terdapat lapisan lemak tebal,
berdiri tegak pada metatarsus, dapat dengan cepat menyelam, ada 1
familia, 17 spesies, contoh: penguin)
Ordo Struthioniformes (berukuran besar, tidak dapat terbang, sayap penuh
dengan bulu halus, tinggi 2,5 m, berat 150 kg, hidup bergerombol,
omnivore, berasal dari Afrika dan Arabia, 1 familia 1 spesies: Struthio
camelus. Contoh: burung unta)
Ordo Rheiformes (tidak dapat terbang, tidak berlunas, tinggi 1,2 m, berasal dari
Amerika Latin, ada 1 familia, 2 genus, 2 spesies. Contoh burung rea)
Ordo Casuariiformes (tidak dapat terbang, tidak berlunas, sayap kecil, tinggi
1,7 m, kepala dan leher tidak berbulu, banyak terdapat di Australia dan
Irian, ada 2 familia, 2 genus, 5 spesies. Contoh: urung Kasuari)
Ordo Aepyornithiformes (telah punah, burung gajah, tulang sternum lebar dan
pendek, tinggi 3 m lebih, telur 21-30 cm, terdapat di Malagasi, ada 1
familia 11 spesies. Contoh: Aepyornis sp. )
Ordo Dinornithiformmes (tidak berlunas, telah punah, tulang korakoid,
scapula, sayap tereduksi atau hilang, tinggi hampir 3 m, telur 14-18 cm,
terdapat di Selandia Baru, ada 2 familia, 22 spesies. Contoh burung moa)
Ordo Apterygiformes (paruh panjang, lubang hidung di ujung paruh, sayap
berdegenerasi (humerus vestigial, hanya ada satu jari, tidak memiliki
bulu plumae), tidak berlunas, bulu filoplumae seperti rambut, omnivore,
telur 7-12 cm, terdapat di Selandia Baru, ada 1 familia, 1 genus, 3
spesies. Contoh: burung kiwi)
Ordo Tinamiformes (sayap bisa digunakan untuk terbang, berlunas, pigostil
tereduksi, berlarinya sedikit terbang, terdapat di Amerika Latin, ada 1
familia 45 spesies. Contoh: burung tinamu)
Ordo Gaviiformes (kaki pendek pada ujung tubuh, jari-jari penuh dengan
membrane kulit, patella kecil-kecil, terbang cepat melayamg-layang dan
menukik, memakan ikan, ada 1 familia, 1 genus, 4 spesies. Contoh:
burung lun)
Ordo Podicipediformes (ekor berbulu kapas, kaki jauh di bagian belakang
tubuh, dapat menyelam dengan cepat, hidup di air tawar atau pantai laut,
omnivora, ada1 familia, 4 genus, 18 spesies. Contoh: burning grebe)
Ordo Procellariiformes (lubang hidung tubular, paruh berlapis beberapa papan,
di dalam hidung terdapat kelenjar, jari kaki vestigial, bulu filoplum,
hidup di lautan, bertelur di pulau-pulau, sayap 3 m, ada 4 familia, 25
genus, 92 spesies. Contoh: burung albatross)
Ordo Pelecaniformes (keempat jari dalam satu membrane kulit, lubang hidung
vestigial, paruh besar untuk menyerok ikan di laut, ada 6 familia. Contoh:
burung pelikan dan burung gannet)
Ordo Ciconiiformes (hidup di sawah, leher panjang, kaki panjang, bulu
dekoratif, kadang-kadang kepala gundul, paruh bengkok di tengah-tengah
pada flamingo, tidak ada membran kulit di sela jari kecuali flamingo,
makanannya ikan dan hewan air lainnya, hidup berkoloni, ada 7 familia.
Contoh: burung blekok dan flamingo)
Ordo Anseriformes (paruh lebar tertutup dengan lapisan yang banyak
engandung organ sensori, kaki pendek, jari dengan membran kulit, ekor
pendek, hewan muda berbulu kapas, ada 2 familia. Contoh: angsa, bebek,
mentok)
Ordo Falconiformes (paruh kuat sekali dan ada kait di ujungnya, kaki
digunakan untuk menerkam mangsanya, memiliki kuku tajam, predator
aktif di siang hari, sayap kuat, terbang cepat, ada 4 familia. Contoh:
burung ruak-ruak bangkai, elang, rajawali, dan garuda)
Ordo Galliformes (paruh pendek, kaki untuk berlari dan mengais, makan padi-
padian, ada 7 familia. Contoh: ayam, kalkun, merak, burung kuau)
Ordo Gruiformes (hidup di rawa-rawa, ekor panjang, kaki panjang, warna abu-
abu, ada 12 familia. Contoh: burung bangau)
Ordo Charadriiformes (jari kaki dengan membran kulit, bulu filopulm padat,
kaki panjang, sayap kuat, telur bertotol-totol, banyak terdapat di pantai,
ada 16 familia. Contoh: burung camar, plover)
Ordo Columbiformes (paruh pendek raping, ada sera atau kulit lunak pada
pangkal paruhnya, tarsus lebih pendek dari jari, tembolok besar dan
berlapis-lapis sel yang mudah mengelupas dan membentuk susu merpati
(susu merpati akan dimuntahkan untuk memberi makan anak-anaknya),
ada 3 familia. Contoh: merpati dan perkutut)
Ordo Psittaciformes (paruh pendek kuat pinggiran tajam dan berkait ujungnya,
mandibula dapat bergerak bebas dari tulang kepala, bulu filopulm
berwarna hijau, biru, kuning, atau merah, bersuara keras, hidup di hutan,
makan buah-buahan, ada 1 familia, 315 spesies. Contoh: kakak tua, betet)
Ordo Cuculiformes (burung pelari, cakar digunakan untuk menangkap mangsa,
burung betina suka bertelur pada sarang burung lain dan merebut
makanan burung lain, ada 2 familia. Contoh: burung cukoo)
Ordo Strigiformes (kepala besar, mata besar, lubang telinga besar kadang-
kadang mempunyai lembaran penutup, paruh pendek, aktif malam hari,
makanan burung kecil dan arthropoda, ada 2 familia. Contoh: burung
hantu)
Ordo Caprimulgiformes (paruh kecil, mulut lebar, kaki dan tarsus lembek dan
kecil, aktif pada waktu malam, makanan insekta alam, ada 5 familia.
Contoh: burunh elang malam)
Ordo Apodiformes (tubuh kecil, kaki kecil, jari kecil, paruh kecil, lembek, atau
panjang, lidah berbentuk tabung, sarang dibuat dari secret ludah, ada 3
familia. Contoh: burung kolibri, dan burung dengung)
Ordo Coliiformes (seperti burung gereja, kecil, ekor panjang, ada 1 familia, 1
genus, 6 spesies. Contoh: Colius sp.)
Ordo Trogoniformes (paruh pendek dan kuat dengan bulu pada pangkalnya,
kaki kecil lemah, bulu berwarna hijau lemas, terasuk burung dengan bulu
indah, ada 1 familia dan 3 familia. Contoh: Trogom elegan)
Ordo Coraciiformes (burung raja pencari ikan. Jari ke 3 dan ke 4 bersatu pada
dasarnya, paruh kuat, pemakan kupu-kupu kecil, lebah, kumbang, banyak
terdapat di daerah tropis, memakan katak dan ikan sambil menyelam
dalam air, ada 9 familia. Contoh: Megaceryle alcyon)
Ordo Piciformes (bulu ekor kaku, paruh kuat, lidah kasar, hidup di hutan,
membuat lubang pada pohon berkayu untuk mencari insekta dan larva, 6
familia. Contoh: burung pelatuk dan burung tukan)
Ordo Passeriformes (ada 5.100 spesies, banyak yang pandai bernyanyi karena
memiliki pita suara, sebagian besar hidup di darat dalam semua macam
habitat, ada yang membuat sarang pada pohon, telur berwarna-warni,
ketika menetas anak burung ini buta, burung kecil makan insekta dan
biji-bijian. Contoh: burung gagak, robin, burung gereja, burung raja
hutan)
Subordo Eurylaimi (boardbills), ada 1 familia, 14 spesies
Subordo Tyranni (ovenbirds, tyrant flycatcher), 1 familia
Subordo Passeres (songbirds), ada 48 familia

Sumber: Orr (1976) dalam Sukiya (2001:65)

E. Peranan Kelas Aves


Aves memiliki peranan dengan banyak keuntungan yang bermanfaat dalam kehidupan
manusia. Peranan Aves adalah sebagai berikut (Sridianti, 2016).
a. Sebagai bahan industri, misalnya bulu angsa dan entok yang digunakan untuk membuat kok
(Shuttlecock) dan pengisi bantal. Bulu ayam untuk membuat kemoceng.
b. Sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik.
c. Predator alamiah, memangsa ulat dan serangga, burung hantu sebagai predator tikus. Dalam
hal ini aves membantu manusia dalam membasmi hama dan pengendalian hayati ilmiah.
d. Sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung yang dapat dilatih
dalam permainan sirkus.
e. Telur dan dagingnya dapat dikonsumsi dan kaya akan protein. Sarang walet dapat dibuat
sop sarang burung.
f. Membuka lapangan kerja. Spesies aves contohnya ayam petelur, itik, angsa, merpati dan
walet dapat diternakkan.
g. Dibidang sains digunakan sebgai bahan praktikum para siswa dan mahasiswa.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Karakteristik pada Aves meliputi struktur bulu, warna bulu, aransemen bulu, pergantian
bulu, paruh, dan alat gerak.
2. Anatomi dan sistem fisiologi pada anggota Aves meliputi sistem rangka, sistem otot, sistem
sirkulasi, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem urogenital, sistem saraf, organ indra.
3. Sebaran habitat kelas aves hidup di darat, sebagian spesies mendiami pohon-pohon. Ada
juga yang hidup di di daratan kutub utara namun mencari makanan dengan berenang di laut.
Habitat dari burung dapat dibedakan atas habitat hutan, habitat persawahan, habitat kebun
dan habitat perkarangan.
4. Klasifikasi pada kelas Aves dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu Archacoraithes (memiliki 1
ordo, sudah punah) dan Neornithes (memiliki 21 ordo, ada yang telah punah dan masih
hidup hingga sekarang).
5. Peranan kelas Aves bagi kehidupan manusia adalah sebagai bahan industri, misalnya bulu
angsa dan entok yang digunakan untuk membuat kok (Shuttlecock) dan pengisi bantal,
sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik, spesies Aves juga
menjadi predator alamiah, memangsa ulat dan serangga, burung hantu sebagai predator
tikus, sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung yang dapat
dilatih dalam permainan sirkus, dapat sebagai sumber protein, misalnya telur dan dagingnya
dapat dikonsumsi, dapat menjadi sumber lapangan kerjaan dengan membuka perternakan
ayam, dibidang sains digunakan sebgai bahan praktikum para siswa dan mahasiswa.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan ialah sebagai mahasiswa, kita seharusnya mengetahui, menggali
info lebih lanjut mengenai kelas Aves. Karena dari segi ilmu pengetahuan, banyak hal yang dapat
diperoleh. Hal ini akan bermanfaat kalau kita mempelajari hewan-hewan lain yang mempunyai

38
derajat lebih tinggi, selain itu demi keseimbangan bumi kita ini, mulai dari sekarang marilah kita
menjaga bumi dengan melestarikan fauna. Jangan biarkan keanekaragaman hayati fauna ini
menjadi sedikit atau bahkan punah.
DAFTAR RUJUKAN

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hariyanti, Rosana. 2007. Atlas Binatang Aves dan Invertebrata. Solo: Tiga Serangkai.

Heru, Robertus. 2013. Angsa, (Online), http://roberutus-swan.blogspot.co.id/2013/05/v-


behaviorurldefaultvmlo.html, diakses pada 10 April 2016.

Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya utama.

Marshall, J. 2006. All About Birds, (Online),


http://www.janetemarshall.co.nz/kids/contact.html, diakses pada 10 April 2016.

Nurzakiyyah. 2014. Struktur Anatomi Sistem Peredaran Darah pada Hewan Vertebrata,
(Online), https://nurzakiyyah.wordpress.com/2013/03/28/struktur-anatomi-sistem-
peredaran-darah-pada-hewan-vertebrata-2/, diakses pada 10 April 2016.

Qadariyah, Nosi. 2013. Sistem saraf, (Online),


http://nosiqadariahburkan.blogspot.co.id/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html,
diakses pada 10 April 2016.

Rachmatullah, Arif. 2012. Reproduksi Aves, (Online),


http://embriologyofbirds.blogspot.co.id/2013/03/reproduksi-burung-aves.html, dikases
pada 10 April 2016.

Sanun, Siti Hasanah. 2014. Sistem Otot Pada Vertebrata, (Online),


http://sanunblog.blogspot.co.id/2014/05/sistem-otot-pada-hewan-vertebrata.html,
diakses pada 10 April 2016.

Sridianti. 2016. Peranan Vertebra Bagi Kehidupan Manusia, (Online),


http://www.sridianti.com/peranan-vertebrata-bagi-kehidupan-manusia.html, diakses
pada 10 April 2016.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

You might also like