You are on page 1of 15

PENDIDIKAN DAN BAHASA

JANUARI / 2017

HBEC2403

CHILDHOOD LITERATURE 1: INTERNATIONAL FOLKTALES

NO. MATRIKULASI : 850225045244001

NO. KAD PENGNEALAN : 850225-04-5244

NO. TELEFON : 012-3473729

E-MEL : selvarani85@oum.edu.my

PUSAT PEMBELAJARAN : OUM MELAKA

0
1.0. Pengenalan

Buku adalah jendela dunia, dan kegiatan membaca buku merupakan suatu cara untuk
membuka jendela tersebut agar kita biasa mengetahui lebih tentang dunia yang belum kita
tahu sebelumnya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, anak-anak, remaja,
dewasa, maupun orang-orang yang telah berusia lanjut. Buku merupakan sumber berbagai
informasi yang dapat membuka wawasan kita tentang berbagai hal seperti ilmu pengetahuan,
ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun aspek-aspek kehidupan lainnya. Selain itu, dengan
membaca, dapat membantu mengubah masa depan, serta dapat menambah kecerdasan akal
dan pikiran kita.Tanpa kita sadari, manfaat membaca buku dapat memberikan banyak
inspirasi bagi kita. Buku memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Buku merupakan salah satu sumber bahan ajar. Ilmu pengetahuan, informasi, dan
hiburan dapat diperoleh dari buku, oleh kerana itu, buku merupakan komponen wajib yang
harus ada di lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan formal atau nonformal. Buku
merupakan sumber belajar yang praktis mengingat penggunaannya yang fleksibel,
pemeliharaan yang murah serta ketersediannya yang mudah. Penggunaan buku tidak dibatasi
waktu, tempat, maupun usia pengguna namun tetap ada ketentuan dalam penyusunan dan
juga penggunaannya. Hal tersebut menjadikan buku dapat digunakan sebagai sumber belajar
yang tidak hanya digunakan di sekolah saja. Membaca merupakan tahap penting dalam
proses perkembangan anak karena membaca merupakan gerbang pertama untuk menuju
proses pembejaran yang lebih kompleks. Manfaat membaca sangat banyak sekali,selain untuk
menambah wawasan, membaca juga dapat menambah pengalaman, menambah kosa kata atau
struktur kalimat, serta dapat menambah informasi tentang bahan karya ilmiah.

Tambahan pula, ada beberapa jenis buku yang dapat dipersiapkan dalam pengajaran.
Buku cerita dapat membantu perkembangan anak dalam berfikir dan berkreasi. Buku cerita
adalah sebuah literatur tertulis yang ditunjang dengan beberapa ilustrasi untuk menghibur
atau mendidik anak-anak. Jenis-jenis buku cerita mencakup jenis pekerjaan yang luas,
termasuk pengetahuan klasik tentang literatur dunia, buku bergambar, dan cerita-cerita yang
mudah dibaca yang dibuat secara eksklusif untuk anak-anak, sedangkan cerita dongeng,
musikal, fabel, lagu rakyat, dan sejenisnya dianggap sebagai material primer tambahan.

1
2.0. Biblioterapi Dan Kebaikannya

Biblioterapi berasal dari kata ‘biblion’ dan ‘therapeia’. ‘Biblion’ bererti buku atau bahan
bacaan, sementara ‘therapeia’ artinya penyembuhan. Biblioterapi telah dikenal sejak zaman
Yunani Kuno. Jadi, biblioterapi dapat diertikan sebagai upaya penyembuhan melalui buku.
Biblioterapi merupakan teknik komunikasi yang kreatif dengan anak. Bahan bacaan berfungsi
untuk mengalihkan orientasi dan memberikan pelbagai pandangan yang positif sehingga
menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya (Suparyo, 2010). Istilah
biblioterapi mula‐mula muncul pada awal abad 20, tepatnya ketika Crothes tahun 1916
mengenalkan istilah ini. Penggunaan buku untuk tujuan intervensi juga dilakukan pada masa
perang dunia 1 dan perang dunia 2 untuk para tentara dalam rangka mengatasi gejala‐gejala
ataupun gangguan traumatik. Pada perkembangan selanjutnya biblioterapi digunakan oleh
kaunselor sekolah, pekerja sosial, pekerja atau perawat dalam bidang kesihatan mental, guru,
dan pustakawan (Shechtman, 2009).

Biblioterapi merupakan terapi memberikan buku atau cerita bertema tertentu


berkaiant dengan permasalahan peribadi dan sosial untuk membantu individu atau kelompok
agar memperoleh insight mengenai masalah peribadinya dan belajar cara‐cara yang lebih
sihat dalam menghadapi kesulitan (Health dkk, 2005; Cook dkk, 2006). Secara medis,
pemikiran Plato diteruskan oleh Rush dan Galt pada 1815-1853. Lewat percubaan-percubaan
medis, keduanya berkesimpulan bahan bacaan dapat dipadukan dengan proses kaunseling,
terutama untuk menciptakan hubungan yang hangat, mengeksplorasi gaya hidup, dan
menyarankan wawasan mendalam (insight). Para doktor di Inggeris membangun kerjasama
dengan para pustakawan untuk pengembangan model terapi ini. Pemanfaatan buku sebagai
media terapi disebut biblioterapi. Jachna mengatakan biblioterapi adalah dukungan
psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang yang mengalami permasalahan
personal. Metode terapi ini sangat dianjurkan, terutama bagi para penderita yang sulit
mengungkapkan permasalahannya secara verbal. Buku merupakan media yang tepat untuk
mendapatkan wawasan, pengetahuan, informasi, dan hiburan. Selain itu, buku dapat menjadi
media terapi atau penyembuhan bagi penderita gangguan mental, seperti gangguan
kecemasan, trauma, dan stress.

2
Biblioterapi dibahagikan kepada dua iaitu biblioterapi kognitif dan biblioterapi
afektif. Biblioterapi kognitif ini ditujukan untuk membimbing seseorang untuk meningkatkan
kemampuan mereka secara mental dan menyelesaikan masalahnya. Biasanya diberikan dalam
bentuk terapi mandiri (self‐help therapy), dengan tanpa keterlibatan terapis atau dengan
kontak terapis namun minimal. Biblioterapi kognitif ini meyakini bahawa proses belajar
merupakan mekanisme utama dari sebuah perubahan dan buku‐buku non fiksi dipilih untuk
mengajarkan seseorang sebagai bentuk intervensi. Asumsi dasarnya adalah kognitif, yakni
semua perilaku adalah hasil belajar, dan karenanya segala sesuatu dapat dipelajari di bawah
bimbingan yang tepat. Singkatnya, karakteristik utama biblioterapi kognitif iaitu merupakan
intervensi mandiri (self‐help intervention) yang dapat berupa intervensi tanpa kontak,
intervensi dengan kontak minimal seperti kontak melalui telefon, pertemuan di ruang
praktek/klinik, dengan pemahaman bahwa sebagian. besar terapi berlangsung dilakukan oleh
partisipan atas diri mereka. Biblioterapi bentuk ini biasa diberikan pada individu dewasa dan
sebahagian besar diterapkan untuk kasus depresi.

Biblioterapi afektif berakar pada teori psikodinamik yang berpandangan bahwa


penggunaan bacaan untuk membuka fikiran‐fikiran, perasaan‐perasaan dan pengalaman
seseorang. Asumsi dasarnya adalah bahawa seseorang menggunakan mekanisme pertahanan
diri seperti represi untuk melindungi diri mereka dari sesuatu yang menyakitkan. Ketika
menggunakan mekanisme pertahanan diri, individu menjadi tidak terhubung dengan
emosinya, tidak sedar perasaan yang sesungguhnya, sehingga tidak dapat menyelesaikan
permasalahan secara konstruktif. Cerita akan membantu dengan memberi kesempatan
individu untuk mendapatkan ketenangan minda. Melalui bacaan ketika tokoh dalam buku
dapat mengatasi masalahnya maka pembaca secara emosi terlibat dalam perjuangan dan
terutama sekali mendapatkan insight yang sesuai dengan situasi pembaca itu sendiri. Asumsi
lain dari biblioterapi afektif adalah proses identifikasi, eksplorasi, dan refleksi emosi
merupakan komponen penting dari proses terapeutik. Melalui identifikasi karakter dalam
buku seseorang dapat merasakan berbagai macam emosi yang dapat dikaitkan dengan
emosinya sendiri. Melalui biblioterapi afektif pembaca diyakini akan melalui tiga tahapan
yakni, identifikasi dengan tokoh dan kejadian‐kejadian dalam cerita, katarsis iaitu ketika
pembaca mulai terlibat secara emosional dengan isi cerita dan mampu mengeluarkan
perasaan‐perasaannya yang terpendam dalam situasi yang aman, dan insight yang merupakan
hasil dari pengalaman katarsis yang mana pembaca menjadi lebih menyadari

3
masalah‐masalahnya dan pelbagai penyelesaian yang mungkin bagi mereka. Keberadaan
terapis dalam proses biblioterapi afektif sangat penting. Peranan terapis adalah mendorong
proses identifikasi, meredakan emosi dan membantu pengekspresiannya, serta membantu
klien (pembaca) berdiskusi dan memahami emosi‐emosinya dalam cara yang tidak menilai.

Lebih lanjut biblioterapi kognitif membantu klien mengidentifikasi


pemikiran‐pemikiran terdistorsi dan belajar cara yang lebih realistik melalui membaca dan
melakukan latihan (Bilich dkk, 2008; Shechtman, 2009). Penelitian mengenai bibliotherapi
kognitif yang dilakukan pada subjek dewasa yang bertujuan untuk menurunkan tahap depresi
menunjukkan penurunan yang signifikan (Bilich dkk, 2008; Naylor, Antonuccio, Johnson,
Spogen, O’donohue, 2007). Selain itu juga dapat digunakan untuk individu yang mengalami
hipokondriasis, kesejahteraan psikologis. Manakala, biblioterapi afektif juga dapat digunakan
secara luas untuk pertumbuhan peribadi pada kasus‐kasus kelompok remaja yang mengalami
gangguan emosi dan perilaku, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Regan dan Page
(2008). Penelitian ini memfokuskan pada pemilihan buku‐buku cerita dan novel yang relevan
untuk anak‐anak dan remaja yang mengalami masalah emosi dan perilaku. Berdasarkan
penelitian ini ada nilai‐nilai yang relevan dan dapat dikembangkan dari biblioterapi untuk
anak‐anak dan remaja yang mengalami hambatan emosi atau perilaku.

Langkah awal layanan biblioterapi adalah menentukan apakah akan dilaksanakan


dengan pendekatan individual atau kelompok. Di dalam kelas, pendekatan kelompok lebih
menguntungkan kerana berbagai alasan iaitu tidak memakan waktu, lebih alami untuk para
anak murid, meningkatkan pemahaman anak dengan memungkinkan mereka untuk berbagi
pengalaman umum, mengurangi kecemasan yang dialami oleh anak-anak, semua anak
merasakan lebih nyaman dan aman, dan semua orang mampu mengembangkan perspektif
yang berbeda dan pemahaman baru dari sebuah masalah. Dalam tahapan ini perlu juga
difahami, bahawa beberapa anak mungkin tidak menikmati membaca atau mengalami
kesulitan membaca. Akibatnya anak dapat memproyeksikan motif mereka sendiri ke karakter,
dan hanya memperkuat situasi mereka untuk bertahan, sehingga menerima hasil negatif.
Beberapa peserta mungkin bersikap defensif dan tidak membicarakan masalah mereka kerana
mereka merasa tidak nyaman dengan situasi. Oleh kerana itu, kebutuhan dan keinginan anak
harus diperhatikan, dan anak tidak harus dipaksa untuk berbahagi perasaan jika mereka
merasa tidak nyaman.

4
Sebelum pembentukan kelompok, identifikasi kebutuhan siswa. Selanjutnya mencari
bahan yang tepat dengan kebutuhan siswa. Buku-buku yang dipilih harus memenuhi kriteria
seperti sesuai dengan kemampuan membaca anak, sesuai dengan tingkat kedewasaan anak,
tema dalam buku harus sesuai dengan kebutuhan anak, karakter tidak stereotip, alur harus
mencakup pemecahan masalah secara kreatif, dan anak harus mampu
mengidentifikasikannya. Penting bagi guru untuk mengetahui buku dan isinya sebelum
digunakan sebagai bahan untuk layanan ini. Awali kegiatan dengan memberikan motivasi
pada anak, dan membuat anak merasa nyaman dalam kelompok. Penciptaan suasana positif
dan mendapatkan perhatian minat anak akan menjadi faktor yang menentukan keberhasilan
dari pengalaman pembelajaran ini. Setelah siswa merasa nyaman, diskusikan tema buku
secara umum, mintalah siswa berbicara bagaimana jika ia berada dalam situasi tertentu dalam
buku tersebut, dan memprediksi apa yang akan dilakukan karakter dalam buku tersebut dalam
bereaksi terhadap masalah yang dialaminya. Agar kegiatan layanan biblioterapi ini berhasil,
guru harus masuk ke dunia anak dengan mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan
setiap siswa. Setelah siswa memiliki kesempatan untuk membahas cerita, saatnya untuk
mulai membaca. Selama membaca berhenti secara periodik untuk mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan harus diajukan kepada siswa untuk dapat mengidentifikasi karakter. Hal ini juga
memungkinkan siswa untuk merangkum apa yang telah terjadi, dan memberikan kesempatan
pada anak mendapatkan penyelesaian untuk masalah karakter utama. Setelah membaca cerita
dilanjutkan dengan membahas karakter utama dalam buku, perilaku mereka, bagaimana
mereka memecahkan masalah, dan solusi lain yang mungkin untuk masalah yang dialaminya.

Bahagian utama dari layanan biblioterapi adalah aplikasi buku pada masalah masing-
masing anak. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tindak lanjut kegiatan setelah membaca
dan berbagai buku. Ada pelbagai kegiatan yang bisa dilakukan dengan kelompok, tergantung
pada masalah dan bagaimana guru menginginkan anak untuk menyadari betapa masalah
mereka berkaitan dengan buku. Tingkat usia anak dan apa yang anak perlu mengambil
manfaat dari cerita akan menentukan kegiatan tindak lanjut. Buku cerita boleh membantu
proses biblioterapi untuk isu dalam tema realiti sosial. Anak harus mampu mengidentifikasi
masalah mereka dengan cerita, dan mengekspresikan identifikasi mereka melalui kegiatan
nyata. Biblioterapi dapat digunakan untuk berbagai alasan, di antaranya untuk membantu
anak-anak mengatasi masalah atau situasi yang mereka hadapi atau mungkin dihadapi.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengembangkan rasa yang lebih positif dari diri mereka

5
sendiri, belajar tentang dunia, mengatasi stres, memberikan wawasan terhadap suatu masalah,
menegaskan fikiran dan perasaan, merangsang diskusi tentang masalah, menciptakan
kesadaran orang lain yang memiliki masalah yang sama, memberikan solusi untuk masalah,
mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap baru, dan menemukan makna dalam kehidupan.
Tambahan pula, keuntungan tambahan menggunakan Biblioterapi pada anak-anak adalah,
selain untuk mendorong anak gemar membaca, ketika anak-anak membaca buku cerita,
mereka dapat mengaitkan masalah mereka dengan karakter yang ada di buku, dan belajar
bahwa mereka tidak sendirian atau orang pertama yang mengalami masalah itu. Buku
menyediakan model untuk bagaimana cara mengatasi masalah tertentu dan dapat memberikan
solusi yang mungkin anak dapat menerapkannya dalam hidupnya. Biblioterapi dapat
menolong orang menyelesaikan masalah. Konteks kanak-kanak kaunseling biblioterapi
adalah bahan bacaan penulisan yang terbimbing. Bertujuan untuk memperoleh pemahaman
atau menyelesaikan masalah sejajar dengan keperluan terapeutik kanak-kanak. Ia juga
dikenali sebagai ´bimbingan melalui bacaan’.

6
3.0. Tema Realiti Sosial- Isu Perpisahan Dalam Cerita The Invisible String’.

Di samping itu, ‘The Invisible String’ adalah salah satu buku cerita yang ditulis oleh Patrice
Karst. Buku cerita ini memiliki tema realiti sosial iaitu perpisahan. ‘The Invisible String’ oleh
Patrice Karst menangani isu perpisahan dengan meyakinkan anak-anak bahawa walaupun
mereka tidak boleh sentiasa fizikal bersama orang yang tersayang, terdapat tali tidak
kelihatan sentiasa menghubungkan mereka kepada orang yang mereka suka, walaupun dari
jauh. ‘The Invisible String’ adalah buku cerita yang memainkan peranan sebagai alat yang
hebat untuk bermula perbualan mengenai kematian dan untuk kanak-kanak yang berhadapan
dengan kerugian. Dalam cerita mengharukan ini, Patrice Karst menyampaikan satu
pendekatan yang sangat mudah untuk mengatasi takut kesepian atau mengasingkan diri
daripada ibu bapa, yang ditulis dengan bakat imaginasi kanak-kanak boleh mengenal pasti
dengan mudah dengan dan ingat.

Khusus ditulis untuk menangani ketakutan kanak-kanak untuk menjadi selain


daripada orang-orang yang mereka suka, ‘The Invisible String’ menyampaikan mesej
terutama menarik dalam masa yang tidak menentu hari ini bahawa walaupun kita boleh
dipisahkan dari orang-orang kita menjaga, sama ada melalui kemarahan, atau jarak atau
kematian, cinta adalah sambungan berkesudahan yang mengikat kita semua, dan lanjutan
daripada itu, akhirnya mengikat setiap orang di planet ini kepada orang lain. Ibu bapa dan
kanak-kanak di mana-mana yang sedang mencari keyakinan dan penegasan kuasa transenden
cinta, untuk mengikat, menyambung dan menghibur kita melalui masa-masa yang tidak dapat
dielakkan apabila kehidupan mencabar kita. Justeru itu, buku cerita yang bernama ‘The
Invisible String’ ini dapat membantu proses biblioterapi. Melalui buku cerita ini dapat
membantu anak-anak mengatasi masalah atau situasi yang mereka hadapi atau mungkin
dihadapi.

7
4.0. Kepentingan Biblioterapi Dan Adaptasi Cerita ‘The Invisible String’ (2000) Oleh
Patrice Karst Dalam Mengatasi Rasa Bimbang Kanak-kanak.

Biblioterapi dan adaptasi cerita ‘The Invisible String’(2000) oleh Patrice Karst memainkan
peranan penting dalam mengatasi rasa bimbang kanak-kanak. Biblioterapi dapat digunakan
sebagai bentuk kaunseling remediasi yaitu kaunseling yang bertujuan untuk mengoreksi,
misalnya membantu individu yang memiliki harga diri renda, kecemasan tinggi dan juga
mengatasi rasa bimbang kanak-kanak. Dalam proses biblioterapi buku cerita yang
merangkumi penggunaan pembacaan bahan-bahan bertulis seperti ‘The Invisible String’
perlu digunakan untuk meningkatkan kesedaran kanak-kanak untuk untuk membantu dan
berkembang dari segi kesedaran kendiri. Thibault menekankan bahawa kunci biblioterapi
adalah menggunakan cerita sebagai cara untuk memulai diskusi tentang isu-isu dan harus
digunakan untuk menghadapi masalah. Ini membuktikan bahawa, biblioterapi dan adaptasi
buku cerita seperti ‘The Invisible String’ mesti dapat mengatasi rasa bimbang kanak-kanak.
Buku cerita ‘The Invisible String’ mengandungi gambar-gambar yang menceritakan cerita
buku tersebut.

Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak-
anak. ‘The Invisible String’ adalah sebuah buku cerita bergambar yang merupakan kesatuan
cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita
yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Tambahan pula, kanak-
kanak juga dapat menerima informasi dan deskripsi cerita yang disampaikan dalam buku
cerita ‘The Invisible String’ dengan mudah. Selain itu, ‘The Invisible String’ menyampaikan
mesej terutama menarik dalam masa yang tidak menentu hari ini bahawa walaupun kita boleh
dipisahkan dari orang-orang kita menjaga, sama ada melalui kemarahan, atau jarak atau
kematian, cinta adalah sambungan berkesudahan yang mengikat kita semua, dan lanjutan
daripada itu, akhirnya mengikat setiap orang di planet ini kepada orang lain. Melalui ini,
kanak-kanak dapat mengelakkan rasa-rasa bimbang dalam kehidupan.

8
5.0. Aktiviti Mengenai Cara Mengadaptasi Cerita ‘The Invisible String’(2000) oleh
Patrice Karst.

Pelbagai aktiviti mengenai cara mengadaptasi ‘The Invisible String’ perlu disediakan untuk
pelajar. Saya telah menyediakan satu aktiviti mengenai cara mengadaptasi ‘The Invisible
String’. Saya telah menyediakan satu buku 3D (pop-up) untuk mengajar tema realiti sosial
yang terdapat dalam cerita ‘The Invisible String’ iaitu tema isu perpisahan dan cara ini juga
untuk mengadaptasi ‘The Invisible String’ kepada para pelajar. Saya telah melaksanakan
aktiviti ini dalam rancangan pengajaran saya. Buku 3D (pop-up) adalah sebuah buku yang
berbentuk 3 dimensi yang memiliki potensi untuk gerak dan interaktif. Buku 3D (pop-up)
sendiri menggunakan mekanisme dalam penggerakannnya yaitu lipatan, gulungan, tab, dan
lain sebagainya. Aktiviti ini berkaitan dengan proses bibloterapi. Melalui aktiviti ini dapat
mengajar tema realiti sosial yang terdapat dalam cerita ‘The Invisible String’ iaitu tema isu
perpisahan kepada pelajar.

9
6.0. Rancangan Pengajaran Tentang Aktiviti Mengenai Cara Mengadaptasi Cerita ‘The
Invisible String’(2000) oleh Patrice Karst.

RANCANGAN PENGAJARAN SLOT

TAJUK AKTIVITI BUKU 3D (POP-UP)

BILANGAN MURID 8

TAHUN 6 TAHUN

TEMA PERPISAHAN

MASA 30 MINIT

Langkah/Masa Isi Pelajaran Aktiviti Guru Aktiviti Murid Bahan

Set Induksi Pengenalan 1.Guru akan mennunjukkan 1.Murid memberi LCD


tajuk. gambar-gambar buku 3D perhatian dan meneka
(3 minit)
dalam LCD dan bertanya jawapan pada soalan
Konsep buku
soalan tentang buku 3D tersebut.
bentuk tiga
(pop-up) dengan
dimensi.
mempamerkannya kepada
pelajar.

Langkah 1 Pengenalan 1.Guru akan mempamerkan 1.Murid akan BUKU 3D


BUKU buku 3D ‘The Invisible mendengar cerita (POP-UP)
(10 minit)
3D(POP-UP) String’ kepada pelajar. melalui jalan cerita ‘The
‘The Invisible dan gambar-gambar Invisible
2.Guru akan menceritakan
String’ 3D yang terdapat String’
jalan cerita ‘The Invisible
dalam buku 3D
String’ melalui BUKU 3D
tersebut.
(POP-UP).

10
Langkah 2 Pengenalan 1.Guru akan menjelaskan 1.Murid akan BUKU
tema. tema perpisahan melalui memahami jalan cerita 3D(POP-
(15 minit)
gambar-gambar 3D yang dan pengertian UP) ‘The
Tema
disediakan dalam BUKU perpisahan(kasih Invisible
perpisahan
3D (POP-UP) ‘The Invisible sayang, berdikari) String’
String’. melalui gambar-
gambar 3D yang
disediakan dalam
BUKU 3D (POP-UP)
‘The Invisible String’.

Penutup Perbincangan 1.Guru akan menghabiskan 1.Murid akan


tentang tema pengajarannya dengan menceritakan jalan
(2 minit)
dan nilai-nilai menghuraikan tentang tema cerita ‘The Invisible
murni yang perpisahan iaitu kasih String’ dengan
terdapat ‘The sayang, berdikari). mempamerkan
Invisible String’ gambar-gambar 3D
yang disediakan
dalam BUKU 3D
(POP-UP) ‘The
Invisible String’.

Aktiviti buku 3D (pop-up) ini dapat mengadaptasi ‘The Invisible String’. Aktiviti
Pop-up ini dapat untuk menyampaikan cerita atau mesej yang berkesan dan efektif. Sewaktu
persembahan pop-up, pendengar boleh terlibat secara tidak langsung dengan menyahut dialog
pemain pop-up. Ini telah memberi pendedahkan kemahiran berkomunikasi, melahirkan idea
kreatif dalam mencipta dan merangsang daya imaginasi murid. Secara tidak langsung ianya
memberi peluang kepada murid-murid pengalaman belajar bekerjasama dalam kumpulan.
Tambahan pula, para murid dapat memahami sesuatu melalui visualisasi. Ini dapat menarik
minat kanak-kanak dan meningkatkan kreativiti mereka serta memanfaatkan diri mereka.
Tambahan pula, aktiviti ini bersesuaian dengan umur para murid prasekolah iaitu 6 tahun.

11
Di samping itu, melalui aktiviti ini para murid dapat seronok memahami pergertian
kasih saying dan berdikari. Aktiviti ini juga mendidik para pelajar tentang satu pendekatan
yang sangat mudah untuk mengatasi takut kesepian atau mengasingkan diri daripada ibu
bapa, yang ditulis dengan bakat imaginasi kanak-kanak boleh mengenal pasti dengan mudah
dengan dan ingat. Ini akan membantu individu yang memiliki harga diri renda, kecemasan
tinggi dan juga mengatasi rasa bimbang kanak-kanak.

12
7.0. Penutup

Kesimpulannya, bibliotherapi sering disebut juga terapi membaca, yang di dalam prosesnya
seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang bersifat membantu
dirinya dan memotivasi agar mempercepat penyembuhan. Amalan membaca merupakan
salah satu tabiat yang amat bermanfaat. Membaca mengenai kesulitan orang lain yang sama
dengan mereka, dapat memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap masalah yang
dihadapinya. Membaca dapat mematangkan fikiran kita juga. Dengan membaca, kita dapat
mengetahui tentang kebaikan dan keburukan sesuatu perkara. Oleh itu, kita didorong untuk
berfikir secara lebih baik dalam membuat penilaian terhadap sesuatu perkara itu. Masa
adalah emas dan perlu digunakan dengan bijak. Membaca buku-buku seperti ini amat
bermanfaat.Kita haruslah tanamkan sikap suka membaca buku. Jadikanlah amalan membaca
buku amalan harian. Dalam hal ini, buku cerita memainkan peranan penting. Oleh itu, kita
haruslah mengamalkan amalan membaca buku dalam kehidupan kita.

(2985 patah perkataan)

13
8.0. Rujukan

BUKU

Apriliawati, A. (2011). Pengaruh Biblioterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia


Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta. Tesis FIK UI.

Bilich, L. L., Deane, F. P., Phipps, A. B., Barisic, M., & Gould, G. (2008). Effectiveness of
bibliotherapy self‐ help for depression with varying levels of telephone helpline
support. Clinical Psychology and Psychoterapy.

Cook, K. E., Earless‐Vollrath, T., & Ganz, J. B. (2006). Bibliotherapy. Intervention in School
and Clinic.

Darmawan, W., Rohanda., dan Kusnandar. (2012). Penerapan Biblioterapi di Rumah Sakit.
eJournal Mahasiswa Universitas Padjadjaran.

Herlina.Bibliotherapy : Mengatasi masalah anak dan remaja melalui buku. Pustaka.

Patrice Karst.( 2000). The Invisible String. Marina Del Rey, CA, United States.

Shechtman, Z. (2009) Treating Child and Adolescent Aggression Through Bibliotherapy.


New York: Springer.

INTERNET

Pengertian Biblioterapi Dimuat turun pada 9 Mac 2017 daripada:

 http://emensuhadi.blogspot.my/2016/08/biblioterapi.html.
 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280209-T%20Anita%20Apriliawati.pdf

14

You might also like