You are on page 1of 2

LATAR BELAKANG

Dikalangan anak muda berkata kasar dan jorok adalah hal yang biasa .Jancok, Dancok , atau
disingkat menjadi Cok (juga ditulis Jancuk atau Cuk, Ancok atau Ancuk, dan Coeg) adalah
sebuah kata yang menjadi ciri khas komunitas masyarakat di Jawa Timur , terutama Surabaya
dan sekitarnya. Selain itu, kata ini juga digunakan oleh masyarakat Malang dan Lamongan.
Meskipun memiliki konotasi buruk, kata jancok menjadi kebanggaan serta dijadikan simbol
identitas bagi komunitas penggunanya, bahkan digunakan sebagai kata sapaan untuk
memanggil di antara teman, untuk meningkatkan rasa kebersamaan

Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada , istilah “jancuk, jancok, diancuk, diancok,
cuk, atau cok" memiliki makna “sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan
umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk
mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa)

Kata ini memiliki sejarah yang masih rancu. Kemunculannya banyak ditafsirkan karena
adanya pelesetan oleh orang-orang terdahulu yang salah tangkap dalam pemaknaan, dan
versi-versi ini muncul dari beberapa negara tetangga yang orang-orangnya mengucapkan kata
yang memiliki intonasi berbeda namun dengan bunyi hampir sama. Hal ini karena orang-
orang dari beberapa negara tetangga tersebut mengucapkan kata yang hampir mirip kata
jancok dengan ekspresi marah, geram, atau sejenisnya. Orang Jawa dahulu mengartikan kata
jancok (menurut lidah orang Jawa) adalah kata makian.

Setidaknya terdapat lima versi asal-mula kata Jancok Sujiwo Tedjo mengatakan

“Jancuk” itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari user-nya dan suasana
psikologis si user. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau
digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada keluarganya, bisa jadi alat memasak. Kalau
dipegang oleh orang yang sedang dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang nyawa manusia.
Kalau dipegang orang yang dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa dipakai menjadi
perkakas untuk menghasilkan penghilang lapar manusia.

Begitupun “jancuk”, bila diucapkan dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam
maka akan dapat menyakiti. Tetapi bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak
untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi orang
yang sedang memasak. “Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar
perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan. (Sujiwo Tedjo, 2012, halaman x)

Jancuk merupakan simbol keakraban. Simbol kehangatan. Simbol kesantaian. Lebih-lebih di


tengah khalayak ramai yang kian munafik, keakraban dan kehangatan serta santainya
“jancuk” kian diperlukan untuk menggeledah sekaligus membongkar kemunafikan itu.
(Sujiwo Tejo, 2012 : 397)

RUMUSAN MASALAH

Pengaruh kata jancok dikalangan remaja

Budaya kata jancok sebagai imbuhan kalimat


TUJUAN KEPENULISAN

Disisni tujuan kepenulisan kelompok kami adalah untuk mengetahui kata-kata kotor “jancok”
yang sudah mewabah di kalangan remaja

You might also like