You are on page 1of 9

ACARA II

PINDAH TANAM (TRANSPLANTING) PADI PADA BERBAGAI UMUR


SEMAI DAN JUMLAH BIBIT PERLUBANG TANAM

A. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 17 Maret 2016
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman Yogyakarta.

B. Tujuan
Mengukur tingkat keberhasilan transplanting dan pertumbuhan bibit.

C. Latar Belakang
Padi sawah umumnya ditanam dengan cara pindah tanam melalui
pesemaian atau dengan cara ditaburkan secara langsung. Bibit padi sawah siap
untuk pindah tanam apabila sudah memiliki organ tanaman yang lengkap.
Umur bibit merupakan komponen yang paling penting dalam pertumbuhan dan
produksi yang tinggi dan dapat mempengaruhi jumlah anakan padi. Kenyataan
bagi kebanyakan petani bahwa sistem pesemaian yang diterapkan kurang
memperhatikan kapan umur bibit yang tepat untuk siap pindah tanam (Vergara,
1985).
Umur bibit optimum untuk dipindah tanam sangatlah penting dalam
hubungannya dengan perkembangan tanaman dan hasil. Terdapat beberapa
pendapat dalam hal umur bibit padi dalam hubungannya dengan hasil dan
pertumbuhan tanaman yaitu yang pertama bibit dapat dipindah tanam setelah
berumur 30 hari dan yang kedua bibit dapat dicabut dan dipindah tanam setelah
bibit sudah berdaun 5 helai pada umur sekitar 20-23 hari (Anonymous, 1972).
Pembibitan merupakan langkah awal dari penanaman padi. Pembibitan
dimulai dari persiapan benih, Untuk memilih biji-biji yang bernas dan
tidaknya, biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang bernas akan tenggelam
sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji yang
terapung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas,
biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian
biji diambil dari rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan
karung. Pemeraman dibiarkan selama 8 jam. Apabila biji sudah berkecambah
dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat pesemaian (Anonymous,
1972).
Penyebaran biji pada saat menaburkan di tempat semai diusahakan secara
merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya
terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah,
tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih
tidak merata, dan usaha mendapatkan bibit yang baik termasuk bibit tanaman
padi dapat dilakukan melalui kegiatan pembibitan yang memenuhi standar
baku teknis.
Terdapat dua model pembibitan padi yang umum dikembangkan oleh
masyarakat yaitu pembibitan basah dan pembibitan kering. Secara garis besar
prinsip kedua pembibitan tersebut sama, hanya kondisi air dalam media tanam
selama berlangsungnya pembibitan yang membedakan, pada daerah yang
banyak air menggunakan sistem basah, dan daerah yang airnya terbatas
menggunakan sistem kering yang mana akan dilakukan dilahan maupun pada
nampan-nampan pembibitan.
Bibit padi yang dianggap baik antara lain mempunyai ciri-ciri
pertumbuhan bibit seragam, bibit bebas dari gangguan OPT (Organisme
Penganggu Tanaman), perakaran bibit banyak dan seragam, dan bibit tidak
mengalami stagnasi setelah dilakukan pindah tanam. Tahapan kegiatan yang
umum dilakukan pada pembibitan tanaman padi antara lain menetapkan waktu
pembibitan, mempersiapkan benih yang akan digunakan, pembuatan media
semai yang akan digunakan untuk pesemaian, penaburan atau penyebaran
benih, pemeliharaan bibit yang sudah tumbuh, pencabutan bibit dan
pengangkutan ataupun penyiapan bibit untuk ditanam.
D. Dasar Teori
Sistem budidaya yang tepat tidak hanya menyangkut masalah
penggunaan varietas unggul, tetapi juga pemilihan sistem tanam yang tepat.
Penggunaan sistem tanam dalam budidaya padi akan mempengaruhi hasil
produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan petani. Pada
umumnya, petani padi sawah di Indonesia menggunakan sistem tanam pindah
(tapin) pada kegiatan usahataninya (Aruan dan Rita, 2010).
Dengan sistem ini, padi harus disemaikan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penanaman di petak sawah. Sistem tanam pindah yang biasa disebut
sistem transplanting ini memiliki kelemahan antara lain cara pengolahan tanah
yang boros air, penggunaan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, serta
memerlukan waktu yang relatif lama dan kurang efisien (Aruan dan Rita,
2010).
Transplanting atau replanting dalam dunia pertanian dan perkebunan
adalah sebuah teknik memindahkan tanaman dari satu lokasi ke lokasi yang
lainnya. Hal yang paling sering dilakukan adalah menanam tanaman dari benih
di lokasi persemaian yang optimal, seperti dirumah kaca atau nursery bed,
setelah itu baru dipindah tanam (transplanting) ke tempat lainnya, biasanya di
lapangan. Tanaman yang akan ditransplanting harus dipindahkan secara hati-
hati sekali karena ada resiko signifikan tanaman menjadi mati. Biasanya,
tanaman yang baru dipindah tanamkan ke lapangan butuh periode yang disebut
aklimatisasi atau penyesuai antara tanaman dengan lingkungan baru. Dalam
memindahkan tanaman, kerusakan pada akar sebisa mungkin harus
diminimalkan (Anonim, 2012).
Transplanting adalah memindahkan bibit pre-nursery ke main-nursery,
dimana terjadinya etiolasi dan biaya konsolidasi yang dikeluarkan lebih banyak
untuk perawatan bibit. Kegiatan transplanting dilakukan secara hati-hati
supaya akar tanaman yang akan dipindah tidak terpotong atau meminimalkan
pemotongan akar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
tranplanting, antara lain harus ada kendaraan khusus untuk mengangkut top
soil, tenaga kerja yang digunakan harus optimal atau mencukupi, kondisi areal
lahan kondusif, iklim yang kondusif, serta kontrol pekerjaan yang optimal
(Simson, 2010).
Kegiatan transplanting sering menimbulkan pengurangan sistem
perakaran pada tanaman yang akan dipindahkan. Kerusakan anatomis semacam
ini terjadi pada area absortifakar dan area daun untuk transpirasi secara alami
yang dapat menimbulkan stres air dan dapat menimbulkan jangka panjang
berupa performance buruk tanaman atau kematian tanaman. Sejumlah variasi
perlakuan transplanting sudah dibuat sedemikian rupa untuk mengurangi
kehilangan akar tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyerapan
air bagi tanaman (Ranney et al, 2009).
Transplanting telah diketahui dapat menyebabkan penghambatan
pertumbuhan tanaman, pengurangan jumlah hasil panen, dan kelainan
fisiologis pada tanaman budidaya. Semua tanaman yang dipindah tanamkan
akan mati di bawah kondisi lingkungan yang ekstrim atau menyebabkan
variabilitas signifikan tanaman di lapangan. Meskipun demikian,
transplanting pada proses pembibitan pada stase vegetatif awal tanaman
dilaporkan dapat meminimalkan efek buruk transplanting pada hasil tanaman
budidaya (Agbaje dan Olofintoye, 2008).
Tanaman padi dapat dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan
benih maupun benih yang disemaikan menjadi bibit. Budidaya padi sawah
umumnya menggunakan bibit yang dipindah tanamkan dari persemaian. Benih
disemai selama 21 – 28 hari, kemudian dicabut dan ditanam di lahan yang telah
disiapkan. Sementara itu padi gogo menggunakan benih yang ditanam
langsung tanpa disemaikan (Purwono dan Purnawati, 2007).
Pada tanaman padi (Oryza sativa L.), tanam pindah seharusnya dilakukan
pada saat bibit masih berumur muda, dapat 10 hari setelah sebar (10 HSS), 15
HSS, atau 21 HSS agar pembentukan anakan menjadi lebih optimal. Indikator
bibit siap untuk ditanam adalah apabila daun tanaman sudah mencapai empat
helai. Pindah tanam yang terlalu lama (tanaman berumur lebih dari 21
HSS) menyebabkan tanaman menjadi tumbuh secara tidak optimal yang pada
akhirnya dapat menurunkan hasil tanaman (Meta, 2006).
D. Alat dan Bahan
- Cangkul
- Cethok
- Ember
- Semai padi
- Pupuk kandang
- Tanah subur
- Pupuk (urea, SP36, KCL)

E. Cara Kerja
1. Menyiram lahan semai sampai jenuh selama 15 menit agar memudahkan
dalam pencabutan bibit.
2. Membuat media tanam dari tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2 : 1.
3. Mencampur tanah dan pupuk, memasukan ke dalam ember yang telah
disiapkan.
4. Mencabut bibit dengan cara menyetok lahan semai yang akan diambil.
5. Mengatur dan memisahkan antara bibit dari lahan semai basah dengan
kering.
6. Menanam bibit pada tanah yang telah dipersiapkan.
7. Menanam bibit dengan 1 bibit per lubang tanam dan 2 bibit per lubang
tanam pada ember yang berbeda.
8. Membasahi tanah dengan air sampai jenuh.
9. Menaburi dengan pupuk urea, SP-36, dan KCl.
F. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2 Hasil Pengamatan Pindah Tanam (Transplanting) Tanaman Padi
Minggu Pesemaian Basah Pesemaian Kering
Kelompok Ke- 1 Bibit 2 Bibit 1 Bibit 2 Bibit
TT JD JA TT JD JA TT JD JA TT JD JA
A3-1 1 39 14 3 43 38 4 28,5 11 2 29 10 2
2 48 28 8 48 70 25 42 31 9 40 31 11
3 51 67 27 55 148 44 54 63 20 45 89 26
4 56 113 65 58 174 94 60 129 42 85 117 40
5 53 117 52 57 152 70 68 114 76 57 130 50
Rerata 49,4 52,2 50,5 51,2
A3-2 1 0 0 0 14 6 1 0 0 0 16 6 1
2 30 20 3 23 12 3 28 10 4 17 7 3
3 39 61 17 28,5 27 7 33 34 13 30 16 8
4 52 154 40 36 72 21 36 82 22 43 26 9
5 57,5 163 48 36 79 27 38 132 36 50 72 22
Rerata 35,7 27,5 27 31,2
A3-3 1 22,5 8 1 15 6 0 23 8 2 21,5 13 3
2 25 40 10 34 72 18 32 32 8 22 36 9
3 27 52 13 35 84 21 36 32 8 24 40 10
4 35 72 18 37 156 39 38 36 9 26 60 15
5 48 196 15 38 200 50 40 40 10 30 68 17
Rerata 31,5 31,8 33,8 24,7
A3-4 1 15 30 10 14 24 6 10 10 3 8 11 3
2 18 46 15 17 32 8 14 12 5 10 15 3
3 23 57 20 23 40 12 19 15 5 15 18 5
4 28 65 24 26 45 13 26 23 7 17 23 7
5 32 73 27 30 47 13 28 30 8 21 25 7
Rerata 23,2 22 19,4 14,2
A3-5 1 15,5 4 0 14 8 0 9,5 4 0 13 8 0
2 21 12 0 14,5 8 0 17,5 4 0 14,5 8 0
3 26 14 6 32 25 7 18 4 0 20,7 9 0
4 27 15 6 32 33 14 20,5 9 1 24 12 1
5 28 13 16 33,3 65 20 35 13 4 25 14 1
Rerata 23,5 25,16 20,1 19,4

Keterangan : TT : Tinggi Tanaman


JD : Jumlah Daun
JA : Jumlah Anakan
Pada praktikum pindah tanam (transplanting) padi pada berbagai umur
semai dan jumlah bibit perlubang tanam yang dilakukan dengan menggunakan
pesemaian lahan basah yaitu lahan pesemaian yang tergenang air dan
pesemaian lahan kering yang sedikit air. Berdasarkan hasil pengamatan
kelompok A3-5 didapatkan hasil bahwa pada pesemaian basah dengan
menggunakan 1 bibit padi, tinggi rata-rata tanaman padi sebesar 23,5 cm,
jumlah daunnya sebanyak 13 helai dan jumlah anakannya sebanyak 16 buah,
sedangkan pada sampel tanaman yang menggunakan 2 bibit padi, rata-rata
tinggi tanamannya sebesar 25,16 cm, jumlah daunnya sebanyak 65 helai dan
jumlah anakan sebanyak 20 buah. Pada pesemaian lahan kering yang
menggunakan 1 bibit padi rata-rata tinggi tanaman setinggi 20,1 cm, jumlah
daunnya sebanyak 13 helai, dan jumlah anakannya sebanyak 4 buah. Pada
pesemaian kering yang menggunakan 2 bibit padi tinggi tanamannya setinggi
19,4 cm, jumlah daunnya sebanyak 14 helai, dan jumlah anakannya sebanyak 1
buah.
Pada pesemaian basah maupun pesemaian kering hasil yang didapatkan
seharusnya penggunaan 1 bibit per lubang tanam lebih baik dibandingkan
dengan 2 bibit per lubang tanam, namun dari hasil pengamatan penggunaan 1
bibit per lubang tanam pertumbuhannya lebih baik dibandingkan dengan 2 bibit
per lubang tanam, hal tersebut dapat terjadi karena pada penggunaan 2 bibit per
lubang tanam ada persaingan dalam memperoleh kebutuhan unsur hara, cahaya
dan air, sehingga tanaman tumbuh kurang optimal. Ruang tumbuh yang luas
juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, yang dapat
dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan yang maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa kelompok yaitu kelompok
A3-1, A3-2, A3-3, A3-4, dan A3-5 dapat diketahui bahwa pada pesemaian
basah dengan menggunakan sampel 1 bibit padi, rata-rata tinggi tanaman yang
tertinggi terdapat pada kelompok A3-1 setinggi 49,4 cm, dan terendah terdapat
pada kelompok A3-4 setinggi 23,2 cm, sedangkan pada pesemaian lahan basah
menggunakan 2 bibit padi, rata-rata tinggi tanamannya tertinggi terdapat pada
kelompok A3-1 setinggi 52,2 cm dan terendah terdapat pada kelompok A3-4
setinggi 22 cm. Pada pesemaian kering degan menggunakan 1 bibit padi, rata-
rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kelompok A3-1 setinggi 50,5 cm,
terendah terdapat pada kelomppok A3-4 setinggi 19,4 cm, sedangkan pada
pesemaian lahan kering menggunakan 2 bibit padi, rata-rata tinggi tanamannya
tertinggi terdapat pada kelompok A3-1 setinggi 51,2 cm dan terendah terdapat
pada kelompok A3-4 setinggi 14,2 cm.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa hasil kelompok A3-1
memiliki hasil yang lebih baik dibanding dengan kelompok A3-4 dan
kelompok lain. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu ketersedian
unsur hara, cahaya matahari dan air. Serta, pemeliharaan tanamannya.
Kelompok A3-1 mendapatkan hasil yang lebih baik karena kebutuhan unsur
hara, cahaya, dan airnya terpenuhi dengan optimal. Selain itu, perawatan yang
dilakukan lebih baik dalam hal pemupukan dan pemberian air pada media
tanam sehingga pertumbuhannya maksimal.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
transplanting padi dapat dilihat dari pertumbuhannnya setelah pindah tanam
yaitu pertumbuhan anakan, daun serta tinggi tanaman. Kemudian, penggunaan
jumlah bibit yang baik, yaitu satu bibit perlubang tanam karena ruang tumbuh,
unsur hara, air, dan cahaya dapat terpenuhi dengan optimal. Sehingga,
pertumbuhannya maksimal.
Daftar Pustaka

Anonymous. 1972. Padi Sawah. Penerbit Nusa Indah Lembaga Penelitian dan
Pembangunan Sosial NTT. LPPS/NTT, Maumere/ Nita, Flores. Diakses
pada tanggal 10 April 2016 Pukul 21.00 WIB.

Agbaje, G.O. dan J.A. Olafintoye. 2008. Effects of transplanting on yield and
growth of grain sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Journal
of Tropicultura 20 : 217 – 220. Diakses pada tanggal 10 April 2016
Pukul 21.00 WIB.

Anonim. 2012. Transplanting. http://en.wikipedia.org/wiki/Transplanting.


Diakses pada tanggal 10 April 2016 Pukul 21.00 WIB.

Aruan, Y.L. dan Rita M. 2010. Perbandingan pendapatan usahatani padi (Oryza
sativa L.) sawah sistem tanam pindah dan tanam benih langsung di desa
Sidomulyo kecamatan Anggana kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EP
P 7 : 30-36. Diakses pada tanggal 10 April 2016 Pukul 21.00 WIB.

Meta, K.P. dan Kurniasari B. 2006. Teknologi Pembudidayaan Tanaman Padi.


Kartika Pustaka Jaya, Bandung. Diakses pada tanggal 10 April 2016
Pukul 21.00 WIB.

Purwono dan Purnamawati, Heni. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan


Unggulan. Depok: Penebar Swadaya. Diakses pada tanggal 9 April
2016 Pukul 21.00 WIB.

Ranney, T.G., N.L. Bassuk, dan T.H. Whitlow. 2009. Effect of transplanting
practices on growth and water relation of ‘colt’ cherry trees during
reestablishment. Journal of Environmental Horticulture 7 : 41 – 45.
Diakses pada tanggal 10 April 2016 Pukul 21.00 WIB.

Simson, S. 2010. Basic Sciences of Horticulture. Oxford Book Company, London.


Diakses pada tanggal 10 April 2016 Pukul 21.00 WIB.

Vergara, B.S. 1985. Komponen Hasil Unsur–unsur yang Mempengaruhi Hasil


Padi. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Diakses pada tanggal 10
April 2016 Pukul 21.00 WIB.

You might also like