You are on page 1of 8

39

ACARA V
BUDIDAYA TEBU MENGGUNAKAN BERBAGAI MACAM BIBIT

A. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 17 Maret 2016
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,Yogyakarta

B. Tujuan Praktikum
Mempelajari pemilihan bibit yang baik untuk budidaya tanaman tebu.

C. Latar Belakang
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula. Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau
atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan
bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai
campuran pembuat kertas. Daun tebu yang kering adalah biomassa yang
mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Di pedesaan sering daun tebu dipakai
sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang
makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik
gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar
boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik .
Tanaman tebu hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman
tebu termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman tebu sejak ditanam
sampai bisa dipanen mencapai umur sekitar 1 tahun. Di Indonesia tebu
banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Dalam budidaya tanaman
tebu bibit merupakan salah satu modal (investasi) yang menentukan jumlah
batang dan pertumbuhan selanjutnya hingga menjadi tebu giling beserta
potansi hasil gulanya. Oleh karena itu penggunaan bibit unggul bermutu
40

merupakan faktor produksi yang mutlak harus dipenuhi. Sehingga Pemerintah


merasa perlu mengatur pengawasan peredaran bibit melalui sertifikasi yang
merupakan satu proses pemberian sertifikat bibit setelah melalui pemeriksaan,
pengujian dan pengawasan untuk persyaratan dapat disalurkan dan diedarkan.
Budidaya tebu merupakan upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan
tanaman tebu, berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga
yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhannya,
sehingga menghasilkan produksi (gula) seperti yang diharapkan.

D. Dasar Teori
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah,
namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas
permukaan laut. Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan
sedang (daerah tropic dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat
luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi
pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu,
dan kelembaban udara, tinggi tempat: dataran rendah sampai tinggi >1200 m
DPL pertumbuhan lambat (Darmojo, 1988).
Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan
vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya
masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat
berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase
pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200
mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah
hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan
kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan
tahunan 1.500 – 3.000 mm, penyebaran hujan sesuai dengan pertumbuhan
dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai bagi pengembangan
tanaman tebu (Sunanto, 2002).
41

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu


giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang
baik dan sehat pula. Bibit bisa didapatkan dari bibit pucuk, bibit ini berasal
dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih tebu yang baik dan
sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. Daun
kering yang membungkus bibit tidak dikletek/dilepas, karena dapat
melindungi mata dari kerusakan dan bibit mentah/krecekan, bibit ini berasal
dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong tanpa mengkletek
daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak serta bibit seblangan,
bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman. Bibit akan diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau
yang telah bermata tunas dua. Kemudian ada dari bibit siwilan, jika tanaman
sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-tunas yang
disebut siwilan. Siwilan ini biasanya digunkan untuk penyulaman
(anonim,2011).
Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.(Tarigan dan Sinulingga, 2006).
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai
3—5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih
dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda.
Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk
daun. Pada ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata
tunas”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan
salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu (Wijayanti, 2008).
Tebu memilki daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari helai daun
dan pelepah daun saja. Daun berkedudukan pada pangkal buku. Panjang
42

helaian daun antara 1—2 meter, sedangakan lebar 4—7 cm, dan ujung
daunnya meruncing (Supriyadi, 1992). Pelepah tumbuh memanjang menutupi
ruas. Pelepah juga melekat pada batang dengan posisi duduk berselang seling
pada buku dan melindungi mata tunas (Miller dan Gilbert, 2006).
Pada tanah yang cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5—
1,0 meter. Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung akar-akar
muda terdapat akar rambut yang berperan mengabsorpsi unsur-unsur hara
(Wijayanti, 2008). Tanaman tebu memiliki akar setek yang disebut juga akar
bibit, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi pada saat tanaman masih
muda. Akar ini berasal dari cincin akar dari setek batang, disebut akar primer
(Miller dan Gilbert, 2006). Kemudian pada tanaman tebu muda akan tumbuh
akar tunas. Akar ini merupakan pengganti akar bibit, berasal dari tunas,
berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman tebu tumbuh (James, 2004).

E. Alat dan Bahan


 Bibit tanaman tebu
 Pupuk kandang
 Pupuk NPK
 Fungisida
 Pestisida
 Cangkul
 Cethok
 Mal jarak tanam

F. Cara Kerja
1. Menyiapkan lahanyang akan ditanami tanaman tebu dengan cara dibajak
dan dicangkul.
2. Menyiapkan tanah dengan dua cara yaitu dibajak dan reynoso. Proses
pembajakan dilakukan pada tanah kering dengan tujuan untuk
menjadikannya gembur. Padda proses ini, dibuat alur-alur untuk menanam
bibit tebu sedalam 20 cm. Untuk proses reynoso, proses pengolahan tanah
dilakukan padda area yang akan ditanami pohontebu dengan kedalaman
sekitar 40 cm dan berbentuk seperti cekungan / kasuran. Proses ini
dilakukan pada tanah yang mengandung banyak air.
43

3. Menanam bibit tebu sesuai jenisnya


a. Bibit Bagal, tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah
digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman ± 5-10 cm. Bibit
dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke
samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
b. Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
 Jika bermata (tunas) satu : batang bibit terpendam dan tunasnya
menghadap ke samping dan sedikit miring ± 45°.
 Bibit rayungan bermata dua : batang bibit terpendam dan tunas
menghadap ke samping dengan kedalaman ± 1 cm.
4. Bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-
petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
5. Lakukan pemeliharaan meliputi :
a. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam, dosis 120 kg urea,
160 kg TSP dan 300 kg KCL/ha.
b. Pemupukan kedua, 30 hari seelah tanam, dosis 200 kg urea/ha.
c. Penyulaman, sulam sisipan, 5-7 HST, untuk tanaman rayungan
bermata satu, sulaman ke 1, umur # MST, berdaun 3-4 helai. Bibit dari
rayungan bermata dua atau pembibitan. Penyulaman yang berasal dari
ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur ± 1 bulan.
d. Pembumbunan, pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 MST.
Ke-2 umur 1,5 bulan (berdaun 3-4 helai) dan ke 3 umur 3 bulan.
e. Pengairan dan pengendalian OPT.

G. Hasil dan Pembahasan


Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Tebu yang
Menggunakan Atonik
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3
Kelompok
JT PT JD JT PT JD JT PT JD
A3-1 1 94 13 MATI MATI MATI 0 110 7
A3-2 2 96.5 12 1 73 6 MATI MATI MATI
A3-3 1 84 6 3 95 14 MATI MATI MATI
A3-4 MATI MATI MATI 2 54,75 11 1 108,5 7
A3-5 1 26 2 2 86 5 3 92,5 6

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Tebu Tanpa


Menggunakan Atonik
Kelompok Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3
44

JT PT JD JT PT JD JT PT JD
A3-1 MATI MATI MATI 0 97 8 MATI MATI MATI
A3-2 1 59 5 2 73,5 10 2 54 3
A3-3 1 79 6 3 96 15 1 36 4
A3-4 2 69 11 MATI MATI MATI MATI MATI MATI
A3-5 1 49 5 MATI MATI MATI MATI MATI MATI
Keterangan :
JT = Jumlah tunas
PT = Panjang tunas
JD = Jumlah daun

Berdasarkan hasil pengamatan pada peraktikum budidaya tanaman tebu


dengan berbagai macam bibit, tanaman tebu yang diperlakukan berbeda ada
yang direndam atonik terlebih dahulu sebelum ditanam dan ada yang tidak
direndam atonik. Pada kelompok A3-5, tebu yang direndam atonik memiliki
rata-rata jumlah tunas sebanyak 2 tunas dengan rata-rata tinggi tunas 68,2 cm,
dan jumlah daun rata-rata 4 helai. Tanaman tebu yang direndam atonik pada
kelompok A3-4 memiliki rata-rata jumlah tunas terendah sebanyak 1 tunas,
rata-rata tinggi tunas 54,4 cm, dan jumlah daun rata-rata 6 helai. Hal ini
dikarenakan tanaman tebu saat penanaman terlalu dalam dan peletakan mata
tunas yang kurang tepat membuat tunas tidak tumbuh juga dikarenakan
penumpukan tanah pada gundukan tanaman tebu yang membuat tunas susah
tumbuh karena curah hujan yang terlampau tinggi sehingga membuat tanah
menutupi tanaman tebunya. Sedaangkan tanaman yang tidak direndam atonik
yang memiliki rata-rata tinggi pada kelompok A3-3 dengan rata-rata jumlah
tunasnya sebanyak 2 tunas, rata-rata tinggi tunas 70,3 cm, dan rata-rata
jumlah daunya sebanyak 8 helai. Sedangkan tanaman tebu yang direndam
atonik yang memiliki rata-rata terendah pada kleompok A3.5 dengan rata-rata
jumlah tunas sebanyak 1 tunas, untuk rata-rata tinggi tunas 11 cm, dan jumlah
rata-rata daunya 2 helai. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada saat penanaman
atau penutupan dengan tanah batang tebu terlalu dalam yang membuat mata
tunas susah untuk menembus tanah, juga dikarenakan tempat menanam
tanaman tebu yang berada di sekitar pepohonan yang besar yang menutupi
45

sinar matahari membuat tanaman tidak optimal menerima sinar matahari


sehingga proses fotosintesis lambat membuat daun pendek dan sedikit.
Dari hasil pngematan kelompok A3 tanaman tebu yang direndam atonik
memiliki rata-rata jumlah tunas 2 tunas, rata-rata panjang tunas 61 cm, dan
jumlah rata-rata daunya 6 helai. Sedangkan pada tanaman tebu yang tidak
direndam atonik memiliki rata-rata jumlah tunas sebanyak 1 tunas, rata-rata
panjang tunas yaitu 42 cm, dan jumlah rata-rata daun yaitu 5 helai. Dari
rata-rata yang di dapat tanaman tebu yang direndam atonik lebih baik
pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman tebu yang tidak direndam
atonik. Hal ini dikarenakan sifat atonik itu yaitu sebagai zat pengatur tumbuh
yang membuat tanaman yang ditambah zat ini lebih cepat tumbuh tunas.
Selain itu, atonik pada tanaman tebu tersebut merupakan enzim yang mampu
memicu pertumbuhan tanaman tebu. Atonik juga bermanfaat untuk
meningkatkan jumlah bobot buah dan dapat menghambat dan menekan
berkembangnya beberapa penyakit tanaman. Sehingga, perbedaan tanaman
tebu yang diberi dan tidak diberi larutan atonik terlihat sangat jelas, dimana
tebu yang diberi atonik pertumbuhan dan perkembanganya lebih baik
dibandingkan tebu yang tidak diberi atonik. Faktor lingkunggan juga
mempengaruhi pertumbuhan tunas seperti tanah yang digunakan tanah yang
telah diolah sehingga tanah gembur, disekeliling tanaman tebu sedikit
tanaman yang tertutupi tanaman lain sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
optimal, ketersediaan air yang cukup sehingga membuat tanaman tumbuh
dengan baik dan sehat, dan varietas dari tanaman itu sendiri jika varietas
tanaman itu baik maka pertumbuhannya pun akan baik.

H. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum ini dapat disimpulkan
tanaman tebu yang direndam terlebih dahulu kedalam larutan atonik sebelum
ditanam, memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding tebu yang tidak
direndam atonik. Ini dikarenakan atonik merupakan zat pengatur tumbuh.
46

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Budidaya Tanaman Tebu. http://www.budidarma.com. Diakses


pada tanggal 31 mei 2015.

Darmojo, S. 1988. Budidaya Tanaman Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta

James, G. 2004. Sugarcane.Blackwell Publishing Company. Oxford OX4 2Dq,


UK. 216 hlm.

Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh
Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu. Skripsi IPB.
Bogor. Hal 14 – 20.

Sunanto, Hatta. 2002. Tebu, Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya.
Kanisius. Yogyakarta.

Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga, 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di


Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wijayanti, W.A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di


Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus
Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu.
Skripsi IPB. Bogor. Hal 14 – 20.

You might also like