You are on page 1of 22

LP ALZHEIMER

Oleh: Ester Yunita Puspitasari (1214314201011)


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, terutama menyerang orang yang berusia 65 tahun ke atas.
(Ariani, 2012)
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu penyakit demensia yang
paling sering ditemukan pada orang tua berusia 65 tahun ke atas.
(Kusuma,2013)
1.2 Epidemiologi
Perkiraan terakhir menyatakanbahwa sekitar 10% orang dalam
kelompok usia 65 tahun ke atas menderita Alzheimer. Penyakit ini cepat
meluas ke kalangan populasi lanjut usia, dan diperkirakan bahwa pada tahun
2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. (Ariani, 2012)
1.3 Etiologi
Sampai sekarang belum ada satupun penyebab penyakit ini diketahui,
tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebab – penyebabnya:
1. Virus Lambat
Akhir – akhir ini teori terbaru adalah yang berkaitan dengan virus
lambat. Virs – virus ini memiliki masa inkubasi 2 – 30 tahun sehingga
transmisinya sulit dibuktikan. Beberapa jenis tertentu dari ensefalopati
viral ( pada jenis khusus, yaitu bovine spongiform ensefalopati dapat
menyebabkan penyakit Creutzfeldt – Jacob varian baru) ditandai oleh
perubahan patologis yang menyerupai plak senilis pada penyakit
Alzheimer.
2. Proses Autoimun
Teori Autoimun bedasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi –
antibodi reaktif terhadap otak pada penderita Alzheimer. Ada dua tipe
Amigdaloid (suatu kompleks protein dengan ciri seperti pati yang
diproduksi dan dideposit pada keadaan – keadaan patologis tertentu), yang
satu terdiri atas rantai – rantai IgG dan yang satu lagi komposisinya tidak
diketahui. Teori ini menyatakan bahwa kompleks antigen – antibodi
dikatabolisasi oleh fagosit dan fragmen – fragmen immunoglobulin
dihancurkan di dalam lisosom sehingga terbentuk deposit amigdaloid
ekstraselular.
3. Keracunan Aluminium
Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium
bersifat neurotoksik sehingga dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar
pada otak. Deposit aluminium
1.4 Patofisiologi
Secara patologis, pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami
kehilangan banyak neuron – neuron hipokampus dan korteks tanpa disertai
kehilangan parenkim otak. Selain itu juga terdapat kekusutan neurofibrilar
yang difus dan plak senilis (makin banyak plak senilis makin berat gejala –
gejalanya). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri
khas dari penyakit Alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita
ensefalopati timah dan sindrom Down. Hasil penemuan terakhir menunjukkan
adanya kaitan dengan kelainan neurotransmitter dan enzim – enzim yang
berkaitan dengan metabolisme neurotransmitter tersebut. Tampaknya ada
penurunan dari kolin asetiltransferase (enzim yang menyintesis asetilkolin).
Otopsi otak penderita penyakit Alzheimer menunjukkan pengurangan
neurotransmitter asetilkolin yang bermakna; beberapa otak bahkan hanya
mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung
dengan penurunan asetiklkolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas
pada korteks serebri, hipokampus, dan amigdaia. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmiter peptida karena
somatostatin menurun pada otak penderita penyakit Alzheimer. Faktor
tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotosisitas dari
aluminium. Crapper dkk.(1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam
system transport membrane pada pasien – pasien penyakit Alzheimer, yang
memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromatin yang menyebabkan
perubahan patologis dalam sintesis protein dan perubahan neurofibrilar.

1.5 Manifestasi Klinis


Asosiasi Alzheimer memberikan 10 tanda – tanda untuk mendeteksi
penyakit Alzheimer secara dini:
1. Hilangnya ingatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
Hilangnya ingatan adalah salah satu tanda yang paling umum dari
Alzheimer. Hal ini terutama terjadi jika pria dan wanita melupakan hal-hal
yang terjadi baru-baru ini, yang dapat berdampak negatif terhadap
kehidupan sehari-hari mereka. Tanda-tanda lainnya termasuk melupakan
tanggal penting dan acara yang telah diagendakan, meminta informasi
yang sama berulang-ulang dan mengandalkan pembantu memori seperti
catatan pengingat atau bahkan anggota keluarga untuk hal-hal pribadi yang
bisa diingat sendiri.
2. Kesulitan mengikuti perencanaan agenda.
Beberapa orang mungkin mulai menunjukkan kesulitan mengikuti rencana
atau bekerja dengan angka, baik itu mengikuti resep atau membayar
tagihan bulanan. Konsentrasi seringkali sulit bagi mereka gejala
menunjukkan Alzheimer.
3. Kesulitan menyelesaikan rutinitas.
Tugas sehari-hari seperti mengemudi untuk bekerja atau mengingat aturan
permainan yang rutin dilakukan akan membuktikan seseorang terkena
penyakit Alzheimer.
4. Disorientasi berkaitan dengan waktu atau tempat.
Hampir semua orang memiliki penyimpangan sesaat di mana mereka lupa
apa waktu itu atau hari apa itu.Tapi penyimpangan tersebut tidak sesaat
bagi orang-orang dengan penyakit Alzheimer, yang bahkan mungkin
tersesat di jalan pulang ke rumah mereka sendiri dan tidak ingat
bagaimana untuk pulang.
5. Masalah pemahaman gambar dan hubungan spasial.
Beberapa orang dengan Alzheimer memiliki kesulitan membaca, menilai
jarak atau menentukan warna atau kontras. Sebagai contoh, seseorang
dengan penyakit Alzheimer mungkin berjalan melewati cermin dan tidak
menyadari dia adalah orang di cermin.
6. Masalah baru dengan kata-kata dalam berbicara atau menulis.
Orang dengan Alzheimer mungkin mengalami kesulitan memegang atau
mengikuti percakapan. Contohnya adalah berhenti di tengah-tengah
percakapan dan tidak memiliki ide bagaimana untuk melanjutkan. Mereka
juga mungkin berjuang dengan kosakata, sering kesulitan mencari kata
yang tepat untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan.
7. Lupa tempat menyimpan.
Orang dengan Alzheimer mungkin menempatkan hal-hal di tempat yang
tidak biasa dan kemudian mengalami kesulitan menapak langkah mereka
untuk menemukan barang-barang. Hal ini cenderung terjadi lebih sering
dari waktu ke waktu, dan mereka sering menuduh orang lain mencuri
barang mereka tidak dapat menemukan.
8. Penurunan kemampuan.
Kemampuan mengingat yang buruk sepelrti lupa tidak mengunjungi
dokter atau tidak bisa mengurus keuangan pribadi, adalah tanda peringatan
lain untuk Alzheimer.
9. Penarikan dari masyarakat.
Pria dan wanita dengan penyakit Alzheimer mungkin mulai menarik diri
dari masyarakat, mengundirkan diri dari kegiatan sosial, program di
tempat kerja atau menghentikan hobi.
10. Perubahan suasana hati dan kepribadian.
Orang dengan Alzheimer mungkin mengalami perubahan suasana hati
tanpa alasan yang jelas dan dapat menjadi cemas, bingung, depresi, takut
atau curiga. Bertindak keluar dari karakter mungkin juga menjadiindikasi
Alzheimer.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis penyakit Alzheimer rumit karena tidak adanya uji
definitive. Pemeriksaan rutin yang biasanya dilakukan meliputi pemeriksaan
hitung sel darah lengkap dan pemeriksaan elektrolit serum.
CT scan mungkin memperlihatkan pelebaran ventrikel dan atrofi
korteks serta memastikan tidak terdapat tumor, abses otak, atau hematoma
subdural kronik yang dapat diatasi. (Muttaqin,2012)
1.7 Penatalaksanaan Medis
Penanganan pasien dengan penyakit Alzheimer melibatkan baik
pasien maupun keluarga. Obat penenang dan antidepresan dapat berguna
dalam mengendalikan tingkah laku pasien. Pelayanan kesehatan rawat jalan
untuk kesehatan keluarga dibutuhkan oleh keluarga pasien sewaktu keadaan
pasien semakin memburuk dan memerlukan perawatan total.
Anggota keluarga harus tetap menjaga agar pasien tidak melukai
orang lain. Memburuknya keadaan dapat diperkirakan dan terjadi setelah 3 –
10 tahun. Pada tahap lanjut dari penyakit, pasien menjadi tidak dapat
mengatur buang air, tidak dapat mengurus kebutuhan dasar sehari – hari, atau
mengenali anggota keluarga. Kematian biasanya disebabkan oleh infeksi atau
malnutrisi.
BAB II
PATHWAY

Faktor Predisposisi: virus lambat, proses


autoimun, keracunan aluminium dan genetik

Pe↓ Metabolisme dan aliran darah di korteks


parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Kekusutan neurofibrilar yang difus Hilangnya serat saraf kolinergik di


korteks serebrum

Terjadi plak senilis Kelainan


Pe↓ sel neuron kolinergik yang
neurotransmiter
berproyeksi ke hipokampus dan
amiglada
Asetikolin ↓ pada otak

Dimensia 

Perubahan kemampuan Kehilangan kemampuan Tingkah laku aneh dan kacau,


memenuhi KDM menyelesaikan masalah; dan cenderung mengembara.
perubahan mengawasi Mempunyai dorongan
melakukan kekerasan
keadaan yang kompleks dan
1. MK: Defisit perawatan berpikir abstrak; emosi labil,
diri pelupa, apatis 2. MK: Risiko tinggi
trauma

7. MK: Perubahan nutrisi, 3. MK: Perubahan proses pikir


kurang dari kebt. tubuh 4. MK: Kerusakan interaksi social
5. MK: Kerusakan komunikasi verbal
6. MK: Koping tidak efektif
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan
system persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial.
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut,
50% populasi berusia lebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnose medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan
kelumpuhan gerak ekstremitas.
RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang
baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering
mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri
tanpa meminta izin pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat
meresahkan anggota keluarga yang menjaga klien.
Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan
dasar sehari – hari, atau mengenali anggota keluarga.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, penggunaan obat – obatan anti – ansietas
(benzodiazepine), penggunaan obat – obat antikolinergik dalam jangka waktu
yang lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian
menderita penyakit Alzheimer pada usia empat puluhan.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyebab penyakit Alzheimer ditemukan memiliki hubungan genetic yang
jelas. Diperkirakan 10-30% klien Alzheimer menunjukkan tipe yang
diwariskan dandinyatakan sebagai penyakit Alzheimer familiar (FAD).
Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain
yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
Pengkajian Psiko – sosio – spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari – harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan
tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit
Alzheimer adalah penurunan kognitif dan penurunan memori ( ingatan).
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan – keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per system dan terarah
(B1- B6) dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan
dihubungkan dengan keluhan – keluhan dari klien
Keadaan umum
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran
sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya
perubahan pada tanda vital meliputi brakikardi, hipotensi, dan penurunan
frekuensi pernafasan.
B1 (BREATHING)
Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan jalan
nafas.
Inpeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu
nafas.
Palpasi, taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi pada
klien dengan peningkaan produksi secret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (BLOOD)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada penagaturan tekanan darah oleh system saraf otonom.
B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (Brain) merupakn pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada system lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah
laku.
Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan
status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori baik jangka pendek maupun memori jangka panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. biasanya pada klien dengan penyakit Alzheimer tidak ada kelainan
dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil tes ketajaman penlihatan mengalami perubahan sesuai tingkat
usia. Klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Pada beberapa kasus penyakit Alzheimer mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang
berhubungan dengan perubahan status kognitif.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
System Motorik
 Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan dan
penurunan pada fungsi motorik secara umum.
 Tonus otot didapatkan meningkat.
 Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena
adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan
metode pemeriksaan
Pemeriksaan Refleks
Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, sering didapatkan bahwa klien
kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan
berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan
seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan
(salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Alzheimer mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik
yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
B 4 (BLADDER)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya,
biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien
Alzheimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan
klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
B5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena
penurunan aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.
B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan
masalah pada pola akivitas dan pemenuhan aktivitas sehari – hari. Adanya
gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan
disebabkan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan akan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Defisit perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, hygiene) b/d
perubahan proses pikir.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat,
perubahan proses pikir.
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d perubahan proses pikir.
4. Koping individu tidak efektif b/d perubahan proses pikir dan disfungsi
karena perkembangan penyakit.
3.3 Rencana Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan TUJUAN INTERVENSI (NIC)
& KRITERIA HASIL (NOC)
1. Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Self Care assistane : ADLs
perubahan proses pikir. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan
DS: - selama …. Defisit perawatan diri teratas diri yang mandiri.
DO : dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
1. Ketidakmampuan 1. Klien terbebas dari bau badan bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
untuk mandi 2. Menyatakan kenyamanan terhadap berhias, toileting dan makan.
2. Ketidakmampuan kemampuan untuk melakukan ADLs 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
untuk berpakaian. 3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Ketidakmampuan 4. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas
untuk makan sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
4. Ketidakmampuan yang dimiliki.
untuk toileting 5. Ajarkan untuk melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
2. Ketidakseimbangan NOC: 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : food and Fluid Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Berhubungan dengan : c. Weight Control dibutuhkan pasien
intake tidak adekuat, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
perubahan proses pikir. selama….nutrisi kurang teratasi dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
DS: indikator: 4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Nyeri abdomen 1. Albumin serum makanan harian.
 Muntah 2. Pre albumin serum 5. Monitor adanya penurunan BB dan gula
 Kejang perut 3. Hematokrit darah
 Rasa penuh tiba- 4. Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama makan
tiba setelah makan 5. Total iron binding capacity 7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
6. Jumlah limfosit selama jam makan
DO: 8. Monitor turgor kulit
 Diare 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
 Rontok rambut protein, Hb dan kadar Ht
yang berlebih 10. Monitor mual dan muntah
 Kurang nafsu 11. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
makan jaringan konjungtiva
 Bising usus berlebih 12. Monitor intake nuntrisi
 Konjungtiva pucat 13. Informasikan pada klien dan keluarga
 Denyut nadi lemah tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
3. Kerusakan komunikasi TUPAN : 1. Mendengar Aktif (Active Listening)
verbal berhubungan Klien tidak mengalami kerusakan a. BHSP
dengan perubahan komunikasi vebal dan menunjukkan b. Buat tujuan interaksi yang jelas
proses pikir kemampuan melakukan komunkasi verbal c. Buat suasana tenang.
DS : - dengan orang lain dengan cara yang sesuai d. Hindari hal-hal yang negatif selama
DO : Saat dan dapat diterima. interaksi
berkomunikasi klien TUPEN : e. Dengarkan pembicaraan klien
tidak kontak mata, 1. Setelah berinteraksi selama 3x f. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi
klien menunduk, pertemuan, klien mampu bertahan pada g. Gunakan teknik mengatakan secara tidak
kadang berkata satu topik pembicaraan denan langsung
tanpa arti dan tidak indikator/kriteria hasil : h. Fokuskan pembicaraan pada satu topic.
berhubungan. Klien a. Kata-kata/kalimat-kalimat yang i. Anjurkan untuk berbicara pelan-pelan,
cenderung digunakan tepat/sesuai dengan topik tenang dan jelas
diam/autistik pembicaraan. j. Gunakan bahasa yang konsisten pada saat
b. Kontak mata baik, mau menatap berinteraksi
lawan bicara k. Anjurkan klien untuk mempertahankan
2. Setelah dilakukan interaksi selam 3x kontak mata
pertemuan, klien mampu menerima 2. Stimulasi Kognisi dan Restrukturisasi
pesan komunikasi dengan Kognisi
indikator/kriteria hasil : a. Kaji kemampuan klien menangkap dan
a. Klien dapat menginterpretasikan menerima isyarat non verbal dari orang
pembicaraan orang lain. atau lawan bicara.
b. Klien dapat menginterpretasikan b. Bantu klien mengidentifikasi informasi
bahasa non verbal yang diterima
3. Setelah berinteraksi dengan keluarga c. Bantu klien mengidentifikasi interpretasi
selama 1x pertemuan, klien mendapat yang salah terhadap pesan/informasi yang
dukungan dan dapat memanfaatkan diterima.
dukungan keluarga dalam perawatan d. Bantu klien memperbaiki interpretasi
dirinya dengan indikator/kriteria hasil: yang salah.
a. Klien mendapat dukungan e. Berikan informasi yang tepat, singkat dan
keluarganya selama dalam perawatan. berurutan dari yang sederhana sampai
b. Keluarga mengunjungi klien secara dengan yang kompleks.
periodik/teratur. f. Kuatkan dan ulangi informasi/pesan yang
c. Klien mampu mengungkapkan diberikan
perasaan dan pikirannya. g. Minta klien untuk mengulang
pesan/informasi yang diterimanya terebut.
h. Beri reinforcement kepada klien.
i. Libatkan klien dalam TAK
3. Tingkatan keterlibatan keluarga (Family
Involvement Promotion)
a. Kaji perepsi keluarga terhadap kejadian
dan situasi yang menjadi factor pencetus.
b. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara
merawat klien
c. Berikan informasi tentang kondisi klien
kepada keluarganya.
d. Jelaskan pentingnya keterlibatan keluarga
dalam perawatan klien.
e. Jelaskan strategi/cara merawat dan
berkomunikasi
f. Dorong klien untuk mengungkapkan
keinginan dan harapannya dari dukungan
keluarga
g. Fasilitasi pertemuan klien dan keluarga
secara periodik/teratur.
h. Libatkan klien dalam TAKS.

4. Koping individu tidak Koping Indicator : Peningkatan koping


efektif b/d perubahan 1. Menunjukan fleksibilitas peran 1. hargai pemahaman pasien tentang proses
proses pikir dan keluarga: menunjukan fleksibilitas penyakit dan konsep diri
disfungsi karena peran para anggotanya 2. hargai dan diskusikan alternative respon
perkembangan penyakit. 2. pertentangan masalah :nilai keluarga terhadap situasi
DS: dapat mengatur masalah-masalah 3. hargai sikap klien terhadap perubahan
1. Perubahan dalam 3. memanage masalah: melibatkan anggota peran dan hubungan
pola komunikasi keluarga dalam membuat keputusan 4. dukung penggunaan sumber spiritual jika
yang biasanya. 4. mengekspresikan perasaan dan diminta
2. Kelelahan kebebasan emosional: 5. gunakan pendekatan yang tenang dan
3. Mengungkapkan - menunjukan strategi untuk memanage berikan jaminan
ketidakmampuan masalah 6. sediakan informasi actual tentang
untuk mengatasi atau - menggunakan strategi penurunan stress diagnosis, penangan dan prognosis
meminta bantuan - peduli terhadap kebutuhan anggota 7. sediakan pilihan yang realistis tentang
secara verbal keluarga aspek perawatan saat ini
DO: 5. menentukan prioritas 8. dukung penggunaan mekanisme defensive
1. Perilaku merusak diri - menentukan jadwal untuk rutinitas danm yang tepat
sendiri dan orang lain aktivitas keluarga 9. dukung keterlibatan keluarga dengan cara
2. Ketidakmampuan - menjadwalkan untuk respite care yang tepat
untuk memenuhi - mempunyai perencanaan pada kondisi 10. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kebutuhan dasar kegawatan strategi positif untuk mengatasi
3. Ketidakaadekuatan - memelihara kestabilan financial keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan
menyelesaikan 6. mencari bantuan ketika dibutuhkan : perubahan peran
masalah menggunakan support social 11. Bentu klien mengidentifikasi kemungkinan
4. Menggunakan bentuk yang dapt terjadi
koping yang keterangan penilaian NOC 12. Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi
menghambat perilaku 1= tidak dilakukan sama sekali perubahan klien
adaptif 2= jarang dilakukan
3= kadang dilakukan
4= sering dilakukan
5= selalu dilakukan
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan terjadi terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan
neuron – neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim
otak, juga terdapat kekusutan neuro fibrilar Penyebab pasti penyakit ini belum
diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti proses infeksi
virus lambat, autoimun, genetik dan trauma.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Alzheimer
dilakukan dengan tujuan membantu mengembalikan fungsi kognitif, motorik
dan fungsi - fungsi bagian tubuh lain yang mengalami gangguan akibat
kelainan neurotransmiternya. Selain itu perhatian terhadap kebutuhan nutrisi
juga tetap dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit lain akibat
intake nutrisi yang tidak adekuat.
4.2. Saran
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi pada penderita Alzheimer ini, karena setiap perubahan
baik itu dari segi kognitif dan motorik mempengaruhi aktivitas sehari - hari
pasien. Karenanya dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Alzheimer ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
 Kusuma, Rose. 2013. Berdamai dengan Alzheimer: Strategi menjadi
caregiver bagi penderita Penyakit Alzheimer. Jogjakarta: Katahati
 Ariani, Tutu April. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba
Medika
 Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC – Ed.9.-. Jakarta
EGC
 Herdman, T. Heater. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta EGC

You might also like