You are on page 1of 6

ACARA IV

KULTUR EMBRIO

A. Tujuan
1. Mengetahui cara penanaman embrio secara in vitro pada medium buatan
2. Mengetahui pengaruh jenis media alami terhadap pertumbuhan embrio

B. Dasar Teori
Kultur embrio berguna dalam menolong embrio hasil persilangan
seksual antara spesies atau genera yang berkerabat jauh yang sering kali gagal
karena embrio hibridanya mengalami keguguran. Kultur embrio telah
digunakan untuk menghasilkan hibrida untuk beberapa spesies tanaman.
Media kultur embrio mencakup garam-garam anorganik, sukrosa, vitamin,
asam amino, hormon, dan substansi yang secara nutrisi tidak terjelaskan
seperti santan kelapa. Embrio yang lebih muda membutuhkan media yang
lebih kompleks dibandingkan dengan embrio yang lebih tua. Perpindahan
embrio dari lingkungan normal dalam biji akan mengatasi hambatan yang
ditimbulkan oleh kulit biji yang sulit ditembus (Nasir, 2002).
Kultur embrio belum matang yang diambil dari biji memiliki 2 macam
aplikasi. Dalam beberapa hal, incompatibilitas antar spesies atau kultivar
yang timbul setelah pembentukan embrio akan menyebabkan aborsi embrio.
Embrio seperti ini dapat diselamatkan dengan cara mengkulturkan embrio
yang belum matang dan menumbuhkannya pada media kultur yang sesuai.
Aplikasi lain kultur embrio adalah untuk menyelamatkan embrio yang sudah
matang agar tidak mati akibat serangan hama dan penyakit (Anonim, 2010).
Proses perkecambahan pada kultur embrio dimulai dari benih menyerap
air melalui testa, Embrio mengalami imbibisi, membengkak, pembelahan sel
dimulai, dan embrio menembus kulit biji, Protocorm terbentuk dari massa
embrio, Diferensiasi organ dimulai dengan pembentukan meristem tunas &
rhizoid, Jika ada cahaya, daun terbentuk, diikuti oleh akar sejati. Rhizoid &
protocorm tidak berfungsi lagi dan terdegenerasi (Slater et.al., 2003).

Faktor yang mempengaruhi kesuksesan kultur embrio adalah :

1. Genotipe : Pada suatu spesies, embrio mudah diisolasi dan tumbuh,


sementara tanaman lain susah
2. Tahap (stage) embrio diisolasi The bigger the better
3. Kondisi tumbuh tanaman Inang : Sebaiknya ditumbuhkan di rumah kaca/
kondisi terkontrol. Embrio mesti cukup besar dan berkualitas tinggi
(Zulkarnain, 2009).

Kondisi media kultur embrio harus diperhatikan, seperti hara makro dan
mikro, Ph 5.0 – 6.0, Sukrosa sebagai sumber energi. Embrio belum matang
perlu 8% – 12%, matang perlu 3%, auksin dan sitokinin tidak diperlukan. GA
untuk memecahkan dormansi, Vitamin (optional), Senyawa organik (opt), air
kelapa, casein hydrolisate, glutamin (penting) (Luri, 2009).
Embrio yang dikulturkan harus berada dalam kondisi menunjukkan
masa dormansi yang panjang, embrio hibrida hasil penyilangan interspesifik
yang tidak kompatibel dengan endospermnya, embrio dengan endosperm
yang rusak seperti kelapa kopyor, embrio tanpa endosperm seperti pada
anggrek. Terdapat 2 macam kultur embrio: Kultur embrio yang belum
matang, uuntuk mencegah keguguran : embryo rescue, Kultur embrio matang,
utk merangsang perkecambahan : embryo culture. Isolasi secara steril embrio
matang ataupun belum matang, dengan tujuan memperoleh tanaman yang
viabel (Wetter dan Constabel, 1991).
Kondisi Lingkungan kultur embrio yaitu memerlukan Oksigen (perlu
oksigen tinggi), Cahaya : kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap
selama 14 hari, kemudian ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesa
klorofil, Suhu : kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 4oC) untuk
memecah dormansi (Sugito dan Nugroho, 2004).

C. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Laminair Air Flow Cabinet/Entkas
b. Pinset
c. Pisau blade
d. Petridish
e. Lampu spiritus
f. Alumunium foil steril
2. Bahan:
a. Media
b. Biji jagung
c. Klorok
d. Alkohol 70%
e. Aquades steril

D. Langkah Kerja
1. Memisahkan tongkol jagung yang masih muda dari biji-bijinya.
2. Memasukkan ke dalam beker glass, mengisi dengan air agar berada dalam
kondisi lembab.
3. Memasukkan dalam LAF mensterilisasi dengan klorok 10% selama 1
menit.
4. Membilas dengan aquades steril 3X.
5. Mengambil embrionya kemudian menanam dalam media kultur.
E. Hasil dan Analisis
Tabel 4.1 Kultur embrio
Presentase
Saat tumbuh tunas Saat tumbuh akar
Per- tanaman hidup
lakuan Rata Rata
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
-rata -rata
0
A1 - - - - - - - - - - - - - - × 100%
6
= 0%
2
A2 - - - - 14 14 14 - - - - 4 6 5 × 100%
6
= 33,3%
4
A3 5 4 5 4 - - 4 3 3 5 6 - - 3 × 100%
6
= 66,6%

Tinggi tanaman Jumlah daun Panjang akar


Per-
Rata- Rata Rata
lakuan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
rata -rata -rata
A1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
A2 - - - - 1,5 1 1,25 - - - - 1 - 1 - - - - - - -
A3 1 1,8 0,2 0,5 - - 0,875 - - - - - - - - 0,6 - 0,2 - - 0,4

F. Pembahasan
Dari hasil pengamatan di atas pada kultur embrio dengan menggunakan
embrio pada jagung didapatkan bahwa saat tumbuh tunas dan akar paling
cepat terjadi pada media ubi ungu yakni tumbuh tunas pada hari ke-4 dan
tumbuh akar pada hari ke-5, lalu pada media ubi orange tumbuh tunas pada
hari ke-14 dan tumbuh akar pada hari ke-5, dan pada media ubi madu tidak
ada yang berhasil. Kecepatan pertumbuhan tunas, akar dan persentase hidup
dipengaruhi oleh media. Pada media ubi ungu persentasenya lebih besar
karena ubi ungu mengandung unsur yang dapat memenuhi kebutuhan eksplan
untuh tumbuh.
Pada parameter tinggi tanaman pada media ubi madu semuanya mati,
pada media ubi orange 1,25 cm, dan pada media ubi ungu 0,875 cm, pada
parameter jumlah daun hanya ada satu tanaman yang muncul daunnya, dan
pada parameter panjang akar hanya media ubi ungu yang tumbuh yakni 0,4
cm. Rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar diakibatkan
karena kualitas jagung yang sudah tidak baik, sehingga eksplan tidak dapat
tumbuh dengan baik. Selain itu kurangnya keterampilan dari praktikan dalam
praktikum kultur embrio juga menjadi salah satu faktor rendahnya
keberhasilan dalam praktikum.
G. Kesimpulan
Cara penanaman embrio secara in vitro pada medium buatan salah
satunya adalah pada embrio jagung dengan memisahkan tongkol jagung yang
masih muda dari biji-bijinya, memasukkan ke dalam beker glass, mengisi
dengan air agar berada dalam kondisi lembab, memasukkan dalam LAF
mensterilisasi dengan klorok 10% selama 1 menit, membilas dengan aquades
steril 3X, mengambil embrionya kemudian menanam dalam media kultur.
Jenis media alami yang digunakan pada kultur embrio adalah ubi madu,
ubi orange, dan ubi ungu, dengan hasil terbaik adalahubi ungu.
Daftar pustaka

Anonim, http://www.fp.unud.ac.id. 2010. ZPT. Diakses pada tanggal 7 Maret


2011.

Luri, S. 2009. Diakses dari http://kultur-jaringan.blogspot.com tanggal 7


Maret 2011.

Nasir, M. 2002. Bioteknologi Molekuler. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Slater, A., N. Scott. & M. Fowler. 2003. Plant Biotechnology. Oxford


university Press, inc, New York

Sugito, H dan A. Nugroho, 2004. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya,


Yogyakarta.

Wetter, L. R. dan F. Constabel, 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB


Press.Bandung

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

You might also like