You are on page 1of 7

BAB VII

BUDIDAYA TANAMAN CABAI KRITING

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tumbuh-tumbuhan
perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh
kandungan kapsaisin. Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran
yang banyak di butuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun
internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara.
Budidaya ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan,
bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk
memenuhi pasar ekspor.
Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis di bedakan
berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di
Indonesia jenis cabai yang banyak dibudidayakan antara lain cabai
keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika. Dalam budidaya
cabai salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produksi
adalah pemilihan jenis cabai. Cabai keriting mempunyai kelebihan tahan
terhadap kelembapan udara. Cabai keriting memiliki beberapa manfaat
selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabai keriting juga
bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos
cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu
instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil diekspor ke
Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.
Budidaya cabai keriting memberikan keuntungan yang menarik,
tetapi budidaya cabai keriting juga sering menemui kegagalan dan
kerugian besar. Untuk menghindari kegagalan tersebut, dilakukan aplikasi
teknologi yang tepat guna, yaitu Teknologi Enzymatis. Teknologi

51
52

Enzymatis merupakan teknologi baru yang sangat tepat untuk


menghadapi permasalahan yang ada pada budidaya cabai.
2. Tujuan Praktikum
Mengetahui budidaya cabai merah kriting
3. Waktu dan tempat praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 22 Maret 2017
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta

B. TINJAUAN PUSTAKA
Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang tumbuhnya tegak
dengan batang berkayu dan bercabang serta tergolong tumbuhan yang
menghasilkan biji dalam dunia tumbuhan Plantanum. Tanaman cabai dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (Berkeping dua)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Familia: Solanaceae
Famili: Solanaceae (Suku terung-terungan)
Genus: Capsicum
Spesies: Capsicum annuum L (Rahman, 2010).
Berdasarkan pertumbuhan akarnya, cabai keriting mempunyai akar
tunggang yang kuat dan membentuk percabangan ke samping yang disebut
akar serabut. Akar serabut dapat menembus tanah sampai kedalaman 50 cm
dan perkembangan ke samping selebar 45 cm (Setiadi, 2006).
53

Perakaran tanaman cabai rawit tergolong akar tunggang yang terdiri


atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral
mengeluarkan serabut‐serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer
berkisar 35‐50 cm dan akar lateral menyebar dengan panjang sekitar 35 ‐ 45
cm. Pertumbuhan batang utama cabai keriting yaitu tegak lurus dan kokoh
mencapai tinggi sekitar 30 ‐ 37,5 cm dengan diameter batang antara 1,5 ‐ 3
cm. Batang utama tanaman cabai keriting berkayu dan berwarna coklat
kehijauan serta pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai
umur 30 hari setelah tanam (hst). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas
baru yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam, namun tunas‐tunas ini
sebaiknya dihilangkan sampai batang utama menghasilkan bunga pertama
tepat diantara cabang primer. Cabang primer ini yang terus dipelihara dan
tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari batang utama ke cabang
primer berbentuk huruf Y dan cabang primer akan menghasilkan cabang
sekunder (Prajnanta, 2007).
Pertambahan panjang cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup
ketiak daun secara terus‐menerus dan pertumbuhan ini disebut pertumbuhan
simpodial. Dari cabang sekunder akan membentuk percabangan tersier dan
seterusnya. Pada akhirnya terdapat kira‐kira 7 ‐ 15 cabang per tanaman
(tergantung varietas). Tanaman masih sehat maka pembungaan pertama dapat
dilanjutkan ke tahap pembungaan kedua, sehingga jumlah cabang mencapai
21 – 23 (Prajnanta, 2007)
Daun cabai keriting berwarna hijau muda sampai hijau gelap
(tergantung varietasnya) dengan panjang 4 - 10 cm dan lebar 1,5 - 4 cm .
Daun ditopang oleh tangkai daun dan tulang daun berbentuk menyirip. Secara
keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan ujung daun yang
meruncing (Hadiyanto, 2005).
Posisi bunga cabai keriting biasanya menggantung dengan warna
mahkota bunga putih dan memiliki 5 – 6 kelopak bunga dengan panjang
bunga 1 – 1,5 cm, lebar 0,5 cm dan panjang tangkainya 1 - 2 cm. Tangkai
putik berwarna putih, panjangnya sekitar 0,5 cm. Warna kepala putik kuning
54

kehijauan, tangkai sari berwarna putih, tetapi yang dekat dengan warna
kepala sari ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari 0,5 cm dengan warna
kepala sari berwarna biru atau ungu (Hadiyanto, 2005).
Panjang buah cabai keriting dari tangkai hingga ujung buah
mencapai 3,7 – 5,3 cm, dan buahnya berukuran kecil. Biji cabai keriting yang
masih muda berwarna kuning, namun setelah tua berubah warna menjadi
coklat. Biji cabai keriting berbentuk pipih dengan diameter ± 4 mm serta
memiliki rasa buah yang pedas dan dapat mengeluarkan air mata bagi orang
yang menciumnya. Cabai keriting memiliki rasa yang pedas karena
mengandung capsicol (Setiadi, 2006).
Tanaman cabai keriting sangat cocok ditanam pada ketinggian 0 – 500
m dpl dengan suhu antara 190 – 300°C dan curah hujan 1.000 – 3.000 m
m/tahun. Tanaman cabai membutuhkan tanah yang gembur dan banyak
mengandung unsur hara serta dapat tumbuh optimal pada tanah regosol dan
andosol dengan pH tanah antara 6 - 7. Untuk menghindari genangan air pada
lahan, Untuk penanaman cabai keriting lebih baik pada lahan yang agak
miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 250. Lahan yang terlalu
miring dapat menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air
hujan (Rahman, 2010).

C. ALAT, BAHAN, CARA KERJA


1. Alat
a. Tugal
b. Cangkul
c. Mal
d. Garu
2. Bahan
a. Bibit Cabai merah
b. Pupuk kandang ayam
c. Furadan
d. Pupuk phonska
55

3. Cara Kerja
a. Mengolah lahan yang berukuran 2 m x 2 m menggunakan cangkul
agar tanah gembur.
b. Menambahkan satu karung pupuk kandang ayam dan pupuk ponska
pada lahan kemudian mencampur hingga rata.
c. Setelah dicangkul, mengukur jarak tanam dengan jarak tanam 50 cm
x 50 cm menggunakan mal dan tugal untuk melubangi.
d. Memasukan furadan kedalam lubang tanam kemudian ditutup tanah
sedikit, lalu menanam bibit pada lubang tanah tersebut yang telah
diberi furadan tadi.
e. Melakukan perawatan meliputi penyiraman minimal 1 kali sehari
pagi atau sore dan mencabut gulma.
f. Memupuk susulan cabai merah kriting setelah tanaman berumur 1
minggu dengan cara dikocor menggunakan pupuk organik cair.
Pemupukan rutin dilakukan seminggu sekali.
g. Memanen cabai merah kriting berumur 3,5 bulan sejak tanam.

D. Hasil Pengamatan
Tabel 7. Pengamatan Cabai Merah Keriting
Pengama- Sampel Rata-
Parameter
tan ke I II III IV V rata
Tinggi tanaman (cm) 26 22 24 20 23 23
Jumlah daun 17 12 12 11 13 13
1
Panjang daun (cm) 0 0 0 0 0 0
Lebar daun (cm) 0 0 0 0 0 0
Tinggi tanaman (cm) 29,5 23 26 22 25,5 25,2
Jumlah daun 32 4 20 21 21 20
2
Panjang daun (cm) 6 1 4 1 6 3,6
Lebar daun (cm) 2 0,5 1,5 0,5 2 1,3
Tinggi tanaman (cm) 41 23 27 22 30 28,6
Jumlah daun 40 0 15 0 9 13
3
Panjang daun (cm) 6 0 2 0 6 2,8
Lebar daun (cm) 2 0 1 0 2 1
56

E. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilaksanakan adalah budidaya cabai keriting
diatas lahan yang berukuran 2 m x 2 m, pada budidaya cabai keriting hal
yang pertama dilakukan adalah pengolahan lahan dengan menggunakan
cangkul serta meratakannya dan diberikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang
ayam, setelah itu dibuat jarak tanam 50 x 50 cm, diberi furadan lalu menanam
bibit pada lubang tanah tersebut yang telah diberi furadan, kemudian
memupuk ZA dengan cara didekat tanaman, memupuk susulan cabai merah
kriting setelah tanaman berumur 1 minggu. Pemupukan rutin dilakukan
seminggu sekali.
Pada praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan rerata tinggi
tanaman pada pengamatan pertama 23 cm, kedua 25,2 cm, ketiga 28,6 cm.
Jumlah daun pada pengamatan pertama 13 helai, kedua 20 helai, ketiga 13
helai. Pada panjang daun pertama 0 cm, kedua 2,8 cm, ketiga 3,6 cm.
Sedangkan pada lebar daun pertama 0, kedua 1,3 cm, dan ketiga 1 cm. Pada
pengamatan terakhir hasilnya menurun karena tanaman cabai pada sampel
kedua dan keempat mengalami kematian. Kematian tanaman cabai
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu perawatan tanaman cabai
yang kurang optimal, tanaman cabai yang kelebihan air menyebabkan juga
kematian cabai dan derasnya hujan serta angin yang kencang.

F. Kesimpulan
Budidaya tanaman cabai kriting mengunakan media pupuk kandang dan
pupuk phonska yang dicampur merata dengan tanah pada lahan 2 m x 2 m.
Pada pertumbuhan tanaman cabai mengalami penurunan karena tanaman
cabai ada yang mengalami kematian yang dikarenakan beberapa faktor.
57

Daftar Pustaka

Hadiyanto, I. 2005. Bertanam cabai. PT Musi perkasa utama: Jakarta.

Prajnanta. F, 2008. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya : Jakarta.


Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan
Polybag. Lily Publisher : Yogyakarta.

Rukmana, R, 2002. Usaha Tani Cabai Keriting. Kanisius : Yogyakarta.

Setiadi, 2006. Jenis dan Budidaya Cabai Keriting. Penebar Swadaya : Jakarta.

You might also like