You are on page 1of 1

PENDAHULUAN

Berbicara mengenai pers di Indonesia, kita tentunya sudah sangat familiar dengan kata ‘pers’.
Beberapa orang mengartikan bahwa pers berhubungan dengan media komunikasi masyarakat, seperti
koran, majalah, televisi, dan lainnya yang berhubungan dengan jurnalistik. Pers adalah salah satu media
yang berkembang pesat di negara kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran pers sangat besar dalam setiap
peristiwa yang terjadi Indonesia. Begitu pun dengan pengaruh pers yang besar sehingga banyak
dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi hingga politik. Menulis di media massa
adalah juga salah satu cara mengemukakan pendapat yang baik.

Perkembangan pers di Indonesia telah dimulai pada abad ke-18. Sejak masa kependudukan VOC,
ketika dokumen Perjanjian Bongaya berhasil dicetak oleh VOC. Beberapa surat kabar berbahasa Belanda,
salah satunya De Bataviase yang terbit pada tahun 1744, muncul di Indonesia. Kemudian pers
berkembang pesat pada awal abad ke-19 karena pengaruh majunya infranstruktur yang memperluas
jangkauan transportasi dan komunikasi. Setelah itu pers dikuasai pemerintah kolonial Belanda sampai
akhir abad ke-20, dan mulai terbit surat kabar yang diprakarsai oleh kaum peranakan Tionghoa.

Pada masa kekuasaan Jepang di Indonesia. Jepang sempat melarang keberadaan media massa
di Indonesia, akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin untuk terbit, diantaranya Asia
Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi eksistensi jurnalisme di Indonesia. Pemerintah


Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang
penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah
Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar yang berwarna hitam putih.

Ketika Indonesia dipimpin oleh presiden Soeharto, banyak terjadi pemredaran media massa.
Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor
kekuasaan ini. Kontrol selalu dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Independen yang
mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke
penjara.

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat B.J. Habibie menggantikan Soeharto menduduki
jabatan sebagai presiden Republik Indonesia. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak
lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang
Penyiaran dan Kode Etik yang dikeluarkan Dewan Pers.

You might also like