Professional Documents
Culture Documents
METODE PENELITIAN
b. Data kedalaman muka air tanah untuk mengetahui zone kedalaman muka
air tanah dan arah aliran air tanah. Data kedalaman muka air tanah tersebut
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran 16 (enam belas) sumur gali di wilayah
Kecamatan Cempaka pada saat pelaksanaan penelitian.
b. Data jenis batuan dan zone sesar aktif untuk mengetahui sebaran jenis
batuan dan zone sesar aktif di daerah penelitian. Data jenis batuan dan zone
sesar aktif tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Geologi Kota
Banjarbaru, Skala 1 : 50.000.
21 18
lahan diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Kota Banjarbaru, Skala 1 :
25.000, Tahun 2000.
d. Data aliran air permukaan untuk mengetahui sistem aliran air permukaan
di daerah penelitian yang kemudian digunakan untuk menentukan jarak
penempatan lokasi TPA Sampah terhadap badan air (sungai). Data aliran air
permukaan tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Rupa Bumi
Indonesia, Lembar 1712-24 Aranio, Skala 1 : 50.000, Tahun 1991.
e. Data kawasan lindung atau cagar alam Propinsi Kalimantan Selatan untuk
mengetahui sebaran kawasan lindung atau cagar alam Propinsi Kalimantan
Selatan. Data kawasan lindung atau cagar alam tersebut diperoleh berdasarkan
Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan No. 3 tahun 1993 tentang
Rencana Tata Ruang dan Wilyah Propinsi (RTRWP).
g. Data curah hujan bulanan Kota Banjarbaru tahun 1995 sampai dengan
tahun 2004 untuk menentukan estimasi jumlah resapan air yang akan
mempengaruhi tingkat resiko resapan lindi ke dalam tanah. Data curah hujan
tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Badan
Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru.
h. Data daerah banjir untuk mengetahui sebaran, tingkat dan periode ulangan
terjadinya banjir di daerah penelitian. Data daerah banjir tersebut diperoleh
berdasarkan laporan Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru dalam Rencana
Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota (BWK) Cempaka tahun 2002.
i. Data jumlah penduduk Kota Banjarbaru tahun 2000 sampai dengan tahun
2004 dan laju pertumbuhannya untuk menentukan estimasi jumlah timbulan
sampah serta luas lahan lokasi TPA Sampah yang dibutuhkan. Data jumlah
penduduk dan laju pertumbuhannya diperoleh berdasarkan hasil analisis
kependudukan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru.
21 19
j. Data timbulani sampah harian Kota Banjarbaru untuk mengetahui jumlah
sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Banjarbaru. Data timbulan sampah
harian Kota Banjarbaru tersebut diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Universitas Lambung Mangkurat tahun 2001.
l. Data rencana teknis pengolahan dan lama operasi TPA Sampah Kota
Banjarbaru untuk mengetahui cara pengolahan sampah dan umur operasional
TPA Sampah Kota Banjarbaru. Data tersebut diperoleh berdasarkan laporan
Dinas Tata Kota Pemerintah Kota Banjarbaru tahun 2004.
21 20
e. Peta Geologi Kota Banjarbaru, Skala 1 : 50.000 sebagai dasar pembuatan
Peta Geologi dan Peta Zone Sesar Aktif Kecamatan Cempaka.
c. Kompas geologi untuk mengukur arah, dip dan strike lapisan batuan.
e. Ring sampel tanah untuk pengambilan sampel guna uji permeabilitas tanah
di laboratorium.
c. Membuat peta satuan lahan dengan cara tumpang susun Peta Geologi, Peta
Lereng, Peta Bentuklahan dan Peta Penggunaan Lahan.
21 21
Bagchi (1982). Pengelompokkan hasil penilaian dilakukan dengan pendekatan
binary. Artinya hanya ada dua kemungkinan hasil yaitu zone layak dan zone
tidak layak untuk TPA Sampah. Kelompok satuan lahan yang memiliki
jumlah nilai maksimal (harkat delapan) dikategorikan sebagai zone layak
untuk TPA Sampah, sedangkan kelompok satuan lahan yang memiliki jumlah
nilai kurang dari nilai maksimal (kurang dari harkat delapan) dikategorikan
sebagai zone tidak layak untuk TPA Sampah. Zone layak untuk TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih) digunakan sebagai dasar penilaian kesesuaian
lahan secara fisik pada tahap penilaian Kelayakan Penyisih, sedangkan zone
tidak layak untuk TPA Sampah tidak digunakan dalam proses penilaian
selanjutnya.
M = C x { (P + ( I x P )) x 365.n }
Keterangan :
M = Jumlah sampah (kg/th)
C = Timbulan sampah rata-rata (kg/hari/orang)
P = Jumlah penduduk pada tahun perhitungan (orang)
I = Laju pertumbuhan penduduk per–tahun (%)
n = Jangka waktu perhitungan (tahun)
365 = Jumlah hari dalam 1 tahun (hari/tahun)
Luas lahan TPA, kebutuhan tanah penutup dan zone penyangga dihitung
dengan persamaan yang dirumuskan oleh Murtudo (1996), seperti berikut :
21 22
V + SC
LTPA =
T
M
V =
E
Lpenyangga = 25 % x LTPA
Keterangan :
LTPA = Luas areal TPA (m2)
Lpenyangga = Luas zone penyangga dan fasilitas pendukung TPA (m2)
V = Volume sampah (m3)
SC = Soil cover / lapisan tanah penutup (m3)
= 15 % dari volume sampah
T = Tinggi penimbunan sampah dan lapisan penutup (m)
= Di Indonesia antara 10 – 15 m
M = Jumlah sampah yang diolah (kg)
E = Tingkat pemadatan (kg/m3)
= Di Indonesia rata-rata sebesar 600 kg/m3
21 23
calon TPA sampah dipilih dengan pertimbangan bahwa masyarakat yang
paling berpotensi terkena dampak dari lokasi TPA sampah baik secara
langsung maupun tidak langsung adalah mereka yang bermukim di lokasi
tersebut.
Sub populasi responden ditentukan dengan metode stratified random
sampling dengan stratanya adalah tingkat pendidikan masyarakat dalam
populasi responden. Pada setiap tingkat pendidikan diambil sampel
responden dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel responden
pada setiap tingkat pendidikan ditentukan menggunakan rumus berikut
(Nazir, 2003):
N . ∑ [Ni . pi (1 - pi)]
n =
N2 . D + ∑ [Ni . pi (1 - pi)]
ni = (Ni / N) x n
Keterangan :
n = Jumlah anggota sampel
ni = Jumlah sampel untuk tiap tingkat pendidikan
L= Jumlah strata
N = Jumlah total populasi
Ni = Total sub populasi dalam strata (tiap tingkat pendidikan)
pi = Proporsi populasi (0,5)
D = B2/4 = 0,000625
B= Bound on error (0,05)
21 24
c. Mengambil sampel tanah pada masing-masing zone layak TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih) untuk uji permeabilitas dan tekstur tanah di
laboratorium.
b. Membuat Peta Kesesesuaian Lahan secara Fisik untuk lokasi TPA sampah
Kota Banjarbaru berdasarkan hasil pengharkatan;
Tahapan penelitian ini secara skematis dapat dilihat pada bagan alir yang
ditunjukkan Gambar 3.1.
21 25
3.5. Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan di Wilayah Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru sebagai lokasi TPA Sampah dilakukan analisis data
fisik lahan berdasarkan kriteria kelayakan regional dan kelayakan penyisih serta
analisis tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA sampah yang
diarahkan untuk penyusunan kesimpulan tingkat kesesuaian lahan sebagai lokasi
TPA Sampah.
21 26
Peta Rupa Bumi
Skala 1 : 50.000
Analisis berdasarkan kriteria tahap kelayakan regional dalam SNI 03-3241-1994 dan Bagchi (1982)
Zone tidak layak untuk TPA Sampah Zone layak untuk TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih)
Penelitian lapangan
Verivikasi
Kerja lapangan II :
Mengamati dan mengukur parameter kriteria tahap kelayakan
penyisih dalam SNI 03-3241-1994 di masing-masing calon
lokasi TPA Sampah;
Mengambil sampel tanah untuk uji permeabilitas dan tekstur tanah;
Penyebaran kuisioner;
Membuat dokumentasi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian;
Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.
Kriteria penyisih dalam SNI Pengharkatan Rencana Umum Tabulasi silang dan
03-3241-1994 setiap parameter Tata Ruang Kota analisis statistik
Keterangan :
Penetapan (rekomendasi)
= Bahan lokasi TPA sampah
= Proses
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
21
= Hasil 27
a) Tahap Kelayakan Regional
Analisis tahap kelayakan regional dilaksanakan pada saat persiapan
penelitian dengan maksud untuk menentukan zone layak dan zone tidak layak
untuk lokasi TPA sampah berdasarkan ketentuan SNI 03-3241-1994 dan Bagchi
(1982) yang terdiri atas delapan kriteria yaitu: kemiringan lereng, kondisi geologi,
jarak terhadap badan air, jarak dari permukiman penduduk, kawasan budidaya
pertanian atau perkebunan, kawasan lindung atau cagar alam, jarak dari lapangan
terbang, dan jarak dari perbatasan daerah, seperti yang tertera pada Tabel 3.1.
Parameter Harkat
1. Kemiringan lereng
a. 0 – 15 % 1
b. > 15 % 0
2. Kondisi geologi
a. Tidak berada di zona holocene fault (sesar aktif) 1
b. Berada di zona holocene fault (sesar aktif) 0
3. Jarak terhadap badan air
a. > 300 m 1
b. < 300 m 0
4. Jarak dari permukiman
a. > 1500 m 1
b. < 1500 m 0
5. Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan
a. > 150 m dari kawasan budidaya 1
b. < 150 m dari kawasan budidaya 0
6. Kawasan lindung/cagar alam
a. Di luar kawasan lindung/cagar alam 1
b. Di dalam kawasan lindung/cagar alam 0
21 28
Parameter Harkat
7. Jarak dari lapangan terbang
a. > 3000 m 1
d. < 3000 m 0
8. Jarak dari perbatasan daerah
a. > 1000 m 1
b. < 1000 m 0
Sumber : SNI 03-3241-1994, Bagchi (1982), Drake dan Pereira (2002), dengan penyesuaian
21 29
Parameter Bobot Harkat
3. Permeabilitas tanah 5
a. Kurang dari 10-9 cm/dt 3
b. 10-9 – 10-6 cm/dt 2
c. Lebih dari 10-6 cm/dt 1
4. Kedalaman muka air tanah 5
a. > 10 m dengan permeabilitas < 10-9 cm/dt 3
b. < 10 m dengan permeabilitas < 10-9 cm/dt atau
2
> 10 m dengan permeabilitas 10-9–10-6 cm/dt
c. < 10 m dengan permeabilitas 10-9–10-6 cm/dt 1
5. Intensitas hujan 3
a. Kurang dari 500 mm/tahun 3
b. 500 – 1000 mm/tahun 2
c. Lebih dari 1000 mm/tahun 1
6. Bahaya banjir 5
a. Tidak ada bahaya banjir 3
b. Kemungkinan banjir > 25 tahunan 2
c. Kemungkinan banjir < 25 tahunan 1
7. Transport sampah 5
a. < 15 menit dari pusat sumber sampah 3
b. 16 – 60 menit dari pusat sumber sampah 2
c. > 60 menit dari pusat sumber sampah 1
Sumber : SNI 03-3241-1994 dengan penyesuaian
90 – 30 60
IK = = = 20
3 3
21 30
Kelas pengharkatan pada tahap kelayakan penyisih atau kesesuaian lahan
secara fisik disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3. Kelas Kesesuaian Lahan Secara Fisik untuk Lokasi TPA Sampah
21 31
Kelas pengharkatan tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA Sampah
disajikan pada Tabel 3.4.
Tingkat pendidikan
Tanggapan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Jml. % Jml. % Jml. %
Negatif
Netral
Positif
Jumlah
Keterangan :
1. Tingkat pendidikan rendah = tidak sekolah s/d tamat sekolah dasar
2. Tingkat pendidikan sedang = tamat/tdk. sekolah menengah pertama s/d
menengah atas
3. Tingkat pendidikan tinggi = tamat/tdk. perguruan tinggi
Perhitungan nilai kuadrat Chi dilakukan menggunakan persamaan sebagai berikut
(Nazir, 2003):
21 32
p q (nij - eij)2
χ2 = ∑ ∑
i=1 j=1 eij
Keterangan :
nij = banyaknya observasi baris i dan kolom j
i = 1, 2, 3, . . . . . . . . p = baris
j = 1, 2, 3, . . . . . . . . q = kolom
(ni . nj)
eij =
n
eij = e baris ke – i kolom ke j
ni = n baris ke j
nj = n baris ke i
Dengan hipotesis (H0) bahwa tidak ada beda antara variabel pengaruh dengan
varibel terpengaruh, maka untuk dapat menarik kesimpulan dari perhitungan
tersebut ditentukan daerah-daerah penolakan hipotesis dengan mencari nilai
kuadrat Chi dalam tabel distribusi kuadrat Chi pada level signifikansi 5 % dan
derajat kebebasan (dF) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Nazir,
2003):
dF = (n – 1) . (k-1)
Keterangan :
dF = derajat bebas
n = banyaknya baris tabel
k = banyaknya baris kolom
a. apabila χ2hitung < χ2tabel, atau p > 0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima, yang
menyatakan tidak ada beda antara variabel pengaruh dengan varibel
terpengaruh;
b. apabila χ2hitung > χ2tabel, atau p < 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak, yang
menyatakan ada beda antara variabel pengaruh dengan varibel terpengaruh.
21 33
3.5.3 Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan dilaksanakan pada pasca penelitian untuk
menentukan rekomendasi lokasi TPA Sampah berdasarkan hasil analisis data fisik
lahan dan data sosial masyarakat. Hasil analisis kesesuaian lahan dibagi menjadi
tiga kelas, yaitu: sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Penentuannya dilakukan
dengan metode checklist, yaitu membandingkan antara kelas kesesuaian lahan
secara fisik dan kelas tanggapan masyarakat seperti yang disajikan pada Tabel 3.6.
21 34