You are on page 1of 17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Data Penelitian


3.1.1 Data Primer
a. Data permeabilitas tanah untuk mengetahui kecepatan cairan menembus
tanah. Data permeabilitas tanah diperoleh berdasarkan hasil analisis
laboratorium terhadap 5 (lima) sampel tanah yang diambil pada saat
pelaksanaan penelitian.

b. Data kedalaman muka air tanah untuk mengetahui zone kedalaman muka
air tanah dan arah aliran air tanah. Data kedalaman muka air tanah tersebut
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran 16 (enam belas) sumur gali di wilayah
Kecamatan Cempaka pada saat pelaksanaan penelitian.

c. Data tanggapan masyarakat untuk menentukan tingkat tanggapan


masyarakat terhadap calon lokasi TPA Sampah. Data tanggapan masyarakat
tersebut diperoleh berdasarkan hasil kuisioner terhadap 594 orang sampel
responden di wilayah Kecamatan Cempaka pada saat pelaksanaan penelitian.

3.1.2 Data Sekunder


a. Data kemiringan lereng untuk mengetahui kelas kemiringan lereng daerah
penelitian. Data kemiringan lereng tersebut diperoleh berdasarkan hasil
analisis Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar 1712-24 Aranio, Skala 1 : 50.000,
Tahun 1991.

b. Data jenis batuan dan zone sesar aktif untuk mengetahui sebaran jenis
batuan dan zone sesar aktif di daerah penelitian. Data jenis batuan dan zone
sesar aktif tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Geologi Kota
Banjarbaru, Skala 1 : 50.000.

c. Data penggunaan lahan untuk mengetahui sebaran penggunaan lahan di


daerah penelitian yang kemudian digunakan untuk menentukan jarak
penempatan lokasi TPA Sampah terhadap permukiman, kawasan budidaya
(pertanian dan atau perkebunan) dan lapangan terbang. Data penggunaan

21 18
lahan diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Kota Banjarbaru, Skala 1 :
25.000, Tahun 2000.

d. Data aliran air permukaan untuk mengetahui sistem aliran air permukaan
di daerah penelitian yang kemudian digunakan untuk menentukan jarak
penempatan lokasi TPA Sampah terhadap badan air (sungai). Data aliran air
permukaan tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Rupa Bumi
Indonesia, Lembar 1712-24 Aranio, Skala 1 : 50.000, Tahun 1991.

e. Data kawasan lindung atau cagar alam Propinsi Kalimantan Selatan untuk
mengetahui sebaran kawasan lindung atau cagar alam Propinsi Kalimantan
Selatan. Data kawasan lindung atau cagar alam tersebut diperoleh berdasarkan
Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan No. 3 tahun 1993 tentang
Rencana Tata Ruang dan Wilyah Propinsi (RTRWP).

f. Data wilayah administrasi Kota Banjarbaru untuk mengetahui luas dan


batas wilayah administrasi Kota Banjarbaru yang kemudian digunakan untuk
menentukan jarak penempatan lokasi TPA Sampah terhadap batas adminstrasi.
Data wilayah administrasi tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta
Kota Banjarbaru, Skala 1 : 25.000, Tahun 2000.

g. Data curah hujan bulanan Kota Banjarbaru tahun 1995 sampai dengan
tahun 2004 untuk menentukan estimasi jumlah resapan air yang akan
mempengaruhi tingkat resiko resapan lindi ke dalam tanah. Data curah hujan
tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Badan
Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru.

h. Data daerah banjir untuk mengetahui sebaran, tingkat dan periode ulangan
terjadinya banjir di daerah penelitian. Data daerah banjir tersebut diperoleh
berdasarkan laporan Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru dalam Rencana
Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota (BWK) Cempaka tahun 2002.

i. Data jumlah penduduk Kota Banjarbaru tahun 2000 sampai dengan tahun
2004 dan laju pertumbuhannya untuk menentukan estimasi jumlah timbulan
sampah serta luas lahan lokasi TPA Sampah yang dibutuhkan. Data jumlah
penduduk dan laju pertumbuhannya diperoleh berdasarkan hasil analisis
kependudukan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru.

21 19
j. Data timbulani sampah harian Kota Banjarbaru untuk mengetahui jumlah
sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Banjarbaru. Data timbulan sampah
harian Kota Banjarbaru tersebut diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Universitas Lambung Mangkurat tahun 2001.

k. Data lokasi sumber timbulan sampah Kota Banjarbaru untuk mengetahui


jarak dari pusat sumber sampah ke lokasi TPA Sampah dan alternatif jalur
pengangkutan yang akan digunakan. Data lokasi sumber timbulan sampah
tersebut diperoleh berdasarkan laporan Dinas Tata Kota Pemerintah Kota
Banjarbaru tahun 2004.

l. Data rencana teknis pengolahan dan lama operasi TPA Sampah Kota
Banjarbaru untuk mengetahui cara pengolahan sampah dan umur operasional
TPA Sampah Kota Banjarbaru. Data tersebut diperoleh berdasarkan laporan
Dinas Tata Kota Pemerintah Kota Banjarbaru tahun 2004.

m. Data rencana peruntukkan lahan di wilayah Kota Banjarbaru untuk


mengetahui rencana tata ruang Kota Banjarbaru. Data tersebut diperoleh
berdasarkan dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru tahun
2000-2010.

3.2. Bahan Penelitian


a. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994 sebagai pedoman
pengharkatan kelayakan dan kesesuaian lahan untuk lokasi TPA sampah.

b. Dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kota Banjarbaru tahun 2000-2010,


Kalimantan Selatan sebagai dasar rencana peruntukan lahan di wilayah Kota
Banjarbaru.

c. Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar 1712-24 Aranio, Skala 1 : 50.000,


Tahun 1991 sebagai sumber data pembuatan Peta Kemiringan Lereng, Peta
Bentuklahan dan Peta Aliran Air Permukaan Kecamatan Cempaka.

d. Peta Kota Banjarbaru, Skala 1 : 25.000, Tahun 2000 sebagai dasar


pembuatan Peta Penggunaan Lahan dan Peta Administrasi Kecamatan
Cempaka.

21 20
e. Peta Geologi Kota Banjarbaru, Skala 1 : 50.000 sebagai dasar pembuatan
Peta Geologi dan Peta Zone Sesar Aktif Kecamatan Cempaka.

3.3. Alat Penelitian


a. Altimeter untuk mengukur ketinggian.

b. Abney level untuk mengukur kemiringan lereng.

c. Kompas geologi untuk mengukur arah, dip dan strike lapisan batuan.

d. Cangkul, bor tanah dan skop untuk pengambilan sampel tanah.

e. Ring sampel tanah untuk pengambilan sampel guna uji permeabilitas tanah
di laboratorium.

f. Kantong plastik untuk penyimpanan sampel tanah.

g. GPS (Global Position System) untuk menentukan koordinat lokasi


pengambilan data lapangan.

h. Seperangkat komputer dengan software ArcView versi 3.3. untuk analisis


data fisik dan sosial masyarakat secara spasial.

i. Daftar pertanyaan (kuisioner) untuk pengukuran tanggapan masyarakat.

j. Daftar isian dan alat tulis untuk pencatatan data lapangan.

3.4. Tahapan Penelitian


3.4.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Studi pustaka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kajian kesesuaian


lahan untuk penentuan lokasi TPA sampah.

b. Menginventarisasi dokumen pendukung yang berhubungan dengan


penelitian.

c. Membuat peta satuan lahan dengan cara tumpang susun Peta Geologi, Peta
Lereng, Peta Bentuklahan dan Peta Penggunaan Lahan.

d. Menentukan tingkat kelayakan regional setiap satuan lahan berdasarkan


delapan kriteria tahap kelayakan regional dalam SNI 03-3241-1994 dan

21 21
Bagchi (1982). Pengelompokkan hasil penilaian dilakukan dengan pendekatan
binary. Artinya hanya ada dua kemungkinan hasil yaitu zone layak dan zone
tidak layak untuk TPA Sampah. Kelompok satuan lahan yang memiliki
jumlah nilai maksimal (harkat delapan) dikategorikan sebagai zone layak
untuk TPA Sampah, sedangkan kelompok satuan lahan yang memiliki jumlah
nilai kurang dari nilai maksimal (kurang dari harkat delapan) dikategorikan
sebagai zone tidak layak untuk TPA Sampah. Zone layak untuk TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih) digunakan sebagai dasar penilaian kesesuaian
lahan secara fisik pada tahap penilaian Kelayakan Penyisih, sedangkan zone
tidak layak untuk TPA Sampah tidak digunakan dalam proses penilaian
selanjutnya.

e. Menentukan lokasi-lokasi sumber timbulan sampah Kota Banjarbaru pada


Peta Administrasi Kota Banjarbaru untuk mengetahui jarak dari pusat sumber
sampah ke masing-masing zone layak untuk TPA Sampah (kelompok satuan
lahan terpilih) dan alternatif jalur transportasi atau pengangkutan yang akan
digunakan. Penentuan tersebut dilakukan berdasarkan data Dinas Tata Kota
Pemerintah Kota Banjarbaru tahun 2004.

f. Menghitung jumlah timbulan sampah yang akan dibuang ke TPA Sampah


untuk mengetahui luas lahan yang dibutuhkan, kebutuhan tanah penutup dan
kebutuhan zone penyangga TPA Sampah. Perhitungan jumlah timbulan
sampah dilakukan dengan persamaan yang dirumuskan Tchobanolous dkk.,
(1993), seperti berikut :

M = C x { (P + ( I x P )) x 365.n }

Keterangan :
M = Jumlah sampah (kg/th)
C = Timbulan sampah rata-rata (kg/hari/orang)
P = Jumlah penduduk pada tahun perhitungan (orang)
I = Laju pertumbuhan penduduk per–tahun (%)
n = Jangka waktu perhitungan (tahun)
365 = Jumlah hari dalam 1 tahun (hari/tahun)

Luas lahan TPA, kebutuhan tanah penutup dan zone penyangga dihitung
dengan persamaan yang dirumuskan oleh Murtudo (1996), seperti berikut :

21 22
V + SC
LTPA =
T

M
V =
E

Lpenyangga = 25 % x LTPA
Keterangan :
LTPA = Luas areal TPA (m2)
Lpenyangga = Luas zone penyangga dan fasilitas pendukung TPA (m2)
V = Volume sampah (m3)
SC = Soil cover / lapisan tanah penutup (m3)
= 15 % dari volume sampah
T = Tinggi penimbunan sampah dan lapisan penutup (m)
= Di Indonesia antara 10 – 15 m
M = Jumlah sampah yang diolah (kg)
E = Tingkat pemadatan (kg/m3)
= Di Indonesia rata-rata sebesar 600 kg/m3

g. Menentukan sampel penelitian yang dilakukan dengan cara sebagai


berikut.

1) Data fisik lahan.

Populasi penelitian fisik lahan adalah satuan lahan Kecamatan Cempaka


yang ditentukan berdasarkan hasil tumpang susun Peta Geologi, Peta
Lereng, Peta Bentuklahan dan Peta Penggunaan Lahan Kecamatan
Cempaka.
Sampel penelitian untuk pengumpulan data fisik lahan ditentukan pada
setiap zone layak untuk TPA Sampah (kelompok satuan lahan terpilih)
dengan metode random sampling.

2) Data sosial masyarakat

Populasi responden dipilih dari masyarakat kelompok usia produktif (15 –


64 tahun) yang bermukim pada jarak 1000 – 2000 m dari calon lokasi TPA
sampah. Kelompok usia produktif dipilih berdasarkan kenyataan bahwa
mayoritas penduduk Kecamatan Cempaka termasuk dalam kelompok ini,
sedangkan jarak permukiman antara 1000 – 2000 m dari masing-masing

21 23
calon TPA sampah dipilih dengan pertimbangan bahwa masyarakat yang
paling berpotensi terkena dampak dari lokasi TPA sampah baik secara
langsung maupun tidak langsung adalah mereka yang bermukim di lokasi
tersebut.
Sub populasi responden ditentukan dengan metode stratified random
sampling dengan stratanya adalah tingkat pendidikan masyarakat dalam
populasi responden. Pada setiap tingkat pendidikan diambil sampel
responden dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel responden
pada setiap tingkat pendidikan ditentukan menggunakan rumus berikut
(Nazir, 2003):

N . ∑ [Ni . pi (1 - pi)]
n =
N2 . D + ∑ [Ni . pi (1 - pi)]

ni = (Ni / N) x n

Keterangan :
n = Jumlah anggota sampel
ni = Jumlah sampel untuk tiap tingkat pendidikan
L= Jumlah strata
N = Jumlah total populasi
Ni = Total sub populasi dalam strata (tiap tingkat pendidikan)
pi = Proporsi populasi (0,5)
D = B2/4 = 0,000625
B= Bound on error (0,05)

3.4.2 Tahap Pelaksanaan


Kegiatan-kegiatan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut.

a. Mencocokkan hasil pembuatan peta satuan lahan pada masing-masing


zone layak TPA Sampah (kelompok satuan lahan terpilih) dengan kondisi di
lapangan untuk mengetahui kebenaran unsur-unsur penyusun satuan lahan.

b. Mengamati dan mengukur parameter kriteria tahap kelayakan penyisih


dalam SNI 03-3241-1994 pada masing-masing zone layak untuk TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih) untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan
secara fisik untuk lokasi TPA Sampah.

21 24
c. Mengambil sampel tanah pada masing-masing zone layak TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih) untuk uji permeabilitas dan tekstur tanah di
laboratorium.

d. Penyebaran kuisioner kepada penduduk sebagai sampel responden untuk


mengetahui tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA sampah.

e. Membuat dokumentasi hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

f. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.4.3 Tahap Pasca Pelaksanaan


Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Menganalisis data fisik lahan berdasarkan hasil pengamatan dan


pengukuran di lapangan serta hasil analisis laboratorium, dilanjutkan dengan
pengharkatan dan klasifikasi masing-masing zone layak TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih) untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan
secara fisik untuk lokasi TPA Sampah;

b. Membuat Peta Kesesesuaian Lahan secara Fisik untuk lokasi TPA sampah
Kota Banjarbaru berdasarkan hasil pengharkatan;

c. Menganalisis tanggapan masyarakat berdasarkan data hasil kuisioner di


lapangan;

d. Membuat Peta Tanggapan Masyarakat berdasarkan hasil analisis


tanggapan masyarakat;

e. Penetapan (rekomendasi) lokasi TPA sampah diperoleh berdasarkan hasil


overlay Peta Kesesuaian Lahan secara Fisik dan Peta Tanggapan Masyarakat
ditambah dengan Peta Rencana Tata Ruang Kota Banjarbaru;

f. Penulisan laporan penelitian.

Tahapan penelitian ini secara skematis dapat dilihat pada bagan alir yang
ditunjukkan Gambar 3.1.

21 25
3.5. Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan di Wilayah Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru sebagai lokasi TPA Sampah dilakukan analisis data
fisik lahan berdasarkan kriteria kelayakan regional dan kelayakan penyisih serta
analisis tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA sampah yang
diarahkan untuk penyusunan kesimpulan tingkat kesesuaian lahan sebagai lokasi
TPA Sampah.

3.5.1 Analisis Data Fisik Lahan


Analisis data fisik lahan dilakukan dalam dua tahapan dengan tujuan untuk
menentukan tingkat kesesuaian lahan secara fisik untuk lokasi TPA Sampah.

21 26
Peta Rupa Bumi
Skala 1 : 50.000

Peta Geologi Peta Lereng Peta Bentuklahan Peta Penggunaan Lahan


Skala 1 : 50.000 Skala 1 : 50.000 Skala 1 : 50.000 Skala 1 : 50.000

Overlay/ tumpang susun

Peta Satuan Lahan

Analisis berdasarkan kriteria tahap kelayakan regional dalam SNI 03-3241-1994 dan Bagchi (1982)

Zone tidak layak untuk TPA Sampah Zone layak untuk TPA Sampah
(kelompok satuan lahan terpilih)

Menentukan lokasi-lokasi sumber Peta Zone Layak untuk TPA Sampah


timbulan sampah
Perhitungan jumlah timbulan sampah,
kebutuhan lahan, kebutuhan tanah Penentuan sampel lapangan
penutup dan zone penyangga
Menentukan populasi dan sub populasi
responden kuisioner

Penelitian lapangan

Analisis laboratorium : Kerja Lapangan I :


Uji permeabilitas Mencocokkan Peta Satuan Lahan dengan kondisi di lapangan;
dan tekstur tanah

Peta Perubahan Penggunaan Lahan

Verivikasi

Peta Calon Lokasi TPA Sampah

Kerja lapangan II :
Mengamati dan mengukur parameter kriteria tahap kelayakan
penyisih dalam SNI 03-3241-1994 di masing-masing calon
lokasi TPA Sampah;
Mengambil sampel tanah untuk uji permeabilitas dan tekstur tanah;
Penyebaran kuisioner;
Membuat dokumentasi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian;
Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

Analisis data lapangan dan laboratorium

Data Fisik Lahan Data Sosial Masyarakat

Kriteria penyisih dalam SNI Pengharkatan Rencana Umum Tabulasi silang dan
03-3241-1994 setiap parameter Tata Ruang Kota analisis statistik

Peta kesesuaian lahan secara fisik Overlay Peta persepsi masyarakat

Keterangan :
Penetapan (rekomendasi)
= Bahan lokasi TPA sampah
= Proses
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
21
= Hasil 27
a) Tahap Kelayakan Regional
Analisis tahap kelayakan regional dilaksanakan pada saat persiapan
penelitian dengan maksud untuk menentukan zone layak dan zone tidak layak
untuk lokasi TPA sampah berdasarkan ketentuan SNI 03-3241-1994 dan Bagchi
(1982) yang terdiri atas delapan kriteria yaitu: kemiringan lereng, kondisi geologi,
jarak terhadap badan air, jarak dari permukiman penduduk, kawasan budidaya
pertanian atau perkebunan, kawasan lindung atau cagar alam, jarak dari lapangan
terbang, dan jarak dari perbatasan daerah, seperti yang tertera pada Tabel 3.1.

Pengharkatan dilakukan dengan membagi kelas kelayakan tahap regional


menjadi layak untuk TPA Sampah dan tidak layak untuk TPA Sampah. Penentuan
interval kelas kelayakan tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan yang
dikemukakan oleh Drake dan Pereira (2002).

Tabel 3. 1. Parameter dan Pengharkatan Kriteria Tahap Kelayakan Regional

Parameter Harkat
1. Kemiringan lereng
a. 0 – 15 % 1
b. > 15 % 0
2. Kondisi geologi
a. Tidak berada di zona holocene fault (sesar aktif) 1
b. Berada di zona holocene fault (sesar aktif) 0
3. Jarak terhadap badan air
a. > 300 m 1
b. < 300 m 0
4. Jarak dari permukiman
a. > 1500 m 1
b. < 1500 m 0
5. Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan
a. > 150 m dari kawasan budidaya 1
b. < 150 m dari kawasan budidaya 0
6. Kawasan lindung/cagar alam
a. Di luar kawasan lindung/cagar alam 1
b. Di dalam kawasan lindung/cagar alam 0

21 28
Parameter Harkat
7. Jarak dari lapangan terbang
a. > 3000 m 1
d. < 3000 m 0
8. Jarak dari perbatasan daerah
a. > 1000 m 1
b. < 1000 m 0
Sumber : SNI 03-3241-1994, Bagchi (1982), Drake dan Pereira (2002), dengan penyesuaian

Drake dan Pereira (2002) menjelaskan bahwa kriteria-kriteria tersebut


merupakan faktor pembatas utama dalam penetapan lokasi TPA Sampah yang
berwawasan lingkungan, sehingga kelas kelayakan I (layak untuk TPA Sampah)
apabila harkat mencapai jumlah maksimal (harkat delapan) dan kelas kelayakan II
(tidak layak untuk TPA Sampah) apabila harkat di bawah jumlah maksimal
(kurang dari harkat delapan).

b) Tahap Kelayakan Penyisih


Analisis tahap kelayakan penyisih dilaksanakan pada saat penelitian
lapangan dengan maksud untuk memilih lokasi terbaik dari beberapa alternatif
lokasi yang telah diperoleh pada tahap kelayakan regional. Analisis dilakukan
berdasarkan tujuh kriteria tahap kelayakan penyisih dalam ketentuan SNI 03-
3241-1994 seperti yang disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2. Parameter dan Pengharkatan Kriteria Tahap Kelayakan Penyisih

Parameter Bobot Harkat


1. Luas lahan 5
a. Untuk operasional lebih dari 10 tahun 3
b. Untuk operasional 5 tahun – 10 tahun 2
c. Untuk operasional kurang dari 5 tahun 1
2. Kebisingan dan bau 2
a. Terdapat zona penyangga 3
b. Terdapat zona penyangga yang terbatas 2
c. Tidak terdapat zona penyangga 1

21 29
Parameter Bobot Harkat
3. Permeabilitas tanah 5
a. Kurang dari 10-9 cm/dt 3
b. 10-9 – 10-6 cm/dt 2
c. Lebih dari 10-6 cm/dt 1
4. Kedalaman muka air tanah 5
a. > 10 m dengan permeabilitas < 10-9 cm/dt 3
b. < 10 m dengan permeabilitas < 10-9 cm/dt atau
2
> 10 m dengan permeabilitas 10-9–10-6 cm/dt
c. < 10 m dengan permeabilitas 10-9–10-6 cm/dt 1
5. Intensitas hujan 3
a. Kurang dari 500 mm/tahun 3
b. 500 – 1000 mm/tahun 2
c. Lebih dari 1000 mm/tahun 1
6. Bahaya banjir 5
a. Tidak ada bahaya banjir 3
b. Kemungkinan banjir > 25 tahunan 2
c. Kemungkinan banjir < 25 tahunan 1
7. Transport sampah 5
a. < 15 menit dari pusat sumber sampah 3
b. 16 – 60 menit dari pusat sumber sampah 2
c. > 60 menit dari pusat sumber sampah 1
Sumber : SNI 03-3241-1994 dengan penyesuaian

Pengharkatan dilakukan dengan membagi kelas kesesuaian lahan secara


fisik menjadi tiga kelas yaitu: baik, sedang dan jelek. Penentuan interval kelas
kesesuaian lahan secara fisik menggunakan persamaan seperti berikut :

∑ (bobot x nilai terbesar) – ∑ (bobot x nilai terkecil)


IK =
∑ kelas
Interval kelas pengharkatan pada tahap penyisih adalah sebagai berikut :

90 – 30 60
IK = = = 20
3 3

21 30
Kelas pengharkatan pada tahap kelayakan penyisih atau kesesuaian lahan
secara fisik disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3. Kelas Kesesuaian Lahan Secara Fisik untuk Lokasi TPA Sampah

Kelas Kesesuaian Kelas Interval Keterangan


I 71 - 90 Baik
II 51 - 70 Sedang
III 30 - 50 Jelek
Sumber : Analisis data

3.5.2 Analisis Data Sosial Masyarakat


Analisis kondisi sosial masyarakat dilakukan dengan melihat variasi tingkat
tanggapan responden terhadap rencana lokasi TPA Sampah. Tanggapan
masyarakat terhadap rencana lokasi TPA Sampah dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan atau pendidikan masyarakat, sehingga parameter yang digunakan
dalam analisis sosial masyarakat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan.

Pengukuran tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA Sampah


dilakukan dengan menyiapkan daftar pertanyaan mengenai pengetahuan tentang
TPA Sampah dan persepsi terhadap TPA Sampah. Masing-masing pertanyaan
tersebut diberi nilai (harkat) untuk mengetahui tingkat tanggapan masyarakat.
Pengharkatan dilakukan dengan membagi tingkat tanggapan masyarakat menjadi
tiga yaitu: positif, netral dan negatif. Penentuan interval kelas kesesuaian lahan
menggunakan persamaan berikut ini :
(∑ nilai terbesar) – (∑ nilai terkecil)
IK =
∑ kelas
Pertanyaan mengenai pengetahuan tentang TPA sampah berjumlah enam
pertanyaan dengan jumlah nilai terbesar 14 dan jumlah nilai terkecil 4, sedangkan
pertanyaan mengenai persepsi terhadap TPA sampah berjumlah tujuh pertanyaan
dengan jumlah nilai terbesar 21 dan jumlah nilai terkecil 7, sehingga interval kelas
tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA adalah sebagai berikut :
(14 + 21) – (4 + 7)
IK =
3
= 24/3 = 8

21 31
Kelas pengharkatan tanggapan masyarakat terhadap rencana lokasi TPA Sampah
disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3. 4. Kelas Tanggapan Masyarakat terhadap Rencana Lokasi TPA

Kelas Tanggapan Kelas Interval Keterangan


Positif 29 – 35 Setuju
Netral 20 – 28 Netral
Negatif 11 – 19 Menolak
Sumber : Analisis data

Untuk mengetahui beda tanggapan masyarakat terhadap rencana TPA


menurut tingkat pendidikan digunakan analisis statistik Chi square atau uji
kuadrat Chi tentang ketidaktergantungan. Analisis kuadrat Chi mengharuskan
data dibuat dalam klasifikasi atau kategori dua arah yang disusun dalam suatu
tabel (baris dan kolom), sehingga disebut juga analisis tabel kontigensi (Siegel,
1992). Analisis beda tanggapan masyarakat terhadap rencana TPA menurut
tingkat pendidikan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3. 5. Tanggapan Masyarakat terhadap Rencana TPA Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan
Tanggapan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Jml. % Jml. % Jml. %
Negatif
Netral
Positif
Jumlah
Keterangan :
1. Tingkat pendidikan rendah = tidak sekolah s/d tamat sekolah dasar
2. Tingkat pendidikan sedang = tamat/tdk. sekolah menengah pertama s/d
menengah atas
3. Tingkat pendidikan tinggi = tamat/tdk. perguruan tinggi
Perhitungan nilai kuadrat Chi dilakukan menggunakan persamaan sebagai berikut
(Nazir, 2003):

21 32
p q (nij - eij)2
χ2 = ∑ ∑
i=1 j=1 eij

Keterangan :
nij = banyaknya observasi baris i dan kolom j
i = 1, 2, 3, . . . . . . . . p = baris
j = 1, 2, 3, . . . . . . . . q = kolom
(ni . nj)
eij =
n
eij = e baris ke – i kolom ke j
ni = n baris ke j
nj = n baris ke i

Dengan hipotesis (H0) bahwa tidak ada beda antara variabel pengaruh dengan
varibel terpengaruh, maka untuk dapat menarik kesimpulan dari perhitungan
tersebut ditentukan daerah-daerah penolakan hipotesis dengan mencari nilai
kuadrat Chi dalam tabel distribusi kuadrat Chi pada level signifikansi 5 % dan
derajat kebebasan (dF) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Nazir,
2003):

dF = (n – 1) . (k-1)

Keterangan :
dF = derajat bebas
n = banyaknya baris tabel
k = banyaknya baris kolom

Berdasarkan hipotesis (H0) statistik yang telah dirumuskan, maka dapat


dilakukan uji statistik dengan ketentuan sebagai berikut :

a. apabila χ2hitung < χ2tabel, atau p > 0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima, yang
menyatakan tidak ada beda antara variabel pengaruh dengan varibel
terpengaruh;
b. apabila χ2hitung > χ2tabel, atau p < 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak, yang
menyatakan ada beda antara variabel pengaruh dengan varibel terpengaruh.

21 33
3.5.3 Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan dilaksanakan pada pasca penelitian untuk
menentukan rekomendasi lokasi TPA Sampah berdasarkan hasil analisis data fisik
lahan dan data sosial masyarakat. Hasil analisis kesesuaian lahan dibagi menjadi
tiga kelas, yaitu: sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Penentuannya dilakukan
dengan metode checklist, yaitu membandingkan antara kelas kesesuaian lahan
secara fisik dan kelas tanggapan masyarakat seperti yang disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3. 6. Kesesuaian Lahan untuk Lokasi TPA sampah

Kelas kesesuaian Tanggapan masyarakat


Kesesuaian lahan
fisik lahan Negatif Netral Positif
I √ Cukup sesuai
I √ Sesuai
I √ Sesuai
II √ Tidak sesuai
II √ Cukup sesuai
II √ Cukup Sesuai
III √ Tidak sesuai
III √ Tidak sesuai
III √ Tidak sesuai
Sumber : Analisis data

21 34

You might also like