You are on page 1of 10

ALYA RAMADHINI

1610312053

KELOMPOK 2A

Terminologi :

IGD : unit pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan melakukan


pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi (life
saving) yang dapat memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu. Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/MENKES/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Sesak napas : perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan
penggunaan otot bantu pernapasan

Merokok : kegiatan yang dilakukan seseorang dengan cara membakar tembakau dan
menghisap sapnya, baik menggunakan rokok atau pipa (Sitepoe dalam Sari, 2016)

Pemeriksaan fisik : sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
Sianosis : perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadi kebiruan akibat
konsentrasi hcmoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah. Kamus Dorland

Gelisah : peningkatan aktivitas mental dan motorik seseorang sedemikian rupa


sehingga sukar dikendalikan.

Hemitorak kiri :Bagian thoraks sebelah kiri

Perkusi pekak : mengetuk sesuatu dengan ketukan pendek dan tajam menggunakan dinding
dada serta jaringan di bawahnya sebagai landasan ketukan agar menghasilkan bunyi yang
dapat didengar dan getaran yang dapat dirasakan
Oksigen : unsur kimia (llhat Tabel Unsur) dengan nomor atom 8. Unsur ini menyusun
sekitar 20 persen udara atmosfer, merupakan unsur penting dalam pernapasan tumbuhan
dan hewan, dan diperlukan untuk mendukung pembakaran. Kamus Dorland

Nonrebreathing mask : memberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dan kantong


penampung memungkinkan oksigen yang cukup tersedia untuk memenuhi pola napas
pasien yang tidak dapat diprediksi dan volume tidal. SP Service UK

HCU : unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi
respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan
dan pemantauan secara ketat. Tujuannya ialah agar bisa diketahui secara dini perubahan-
perubahan yang membahayakan, sehingga bisa dengan segera dipindah ke ICU untuk
dikelola lebih baik lagi.

Pemeriksaan rontgen : tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil gambar bagian


dalam dari tubuh seseorang. Utamanya, rontgen digunakan untuk mendiagnosa masalah
kesehatan dan yang lainnya untuk pemantauan kondisi kesehatan yang ada.

Efusi pleura : Penumpukan cairan di rongga pleura yang dapat disebabkan oleh
peradangan. Dat berbentuk eksudat atau transudate.

Analisis gas darah : pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen dan
karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru
dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dari
dalam darah.

Saturasi O2 : jumlah oksigen yang diangkut dalam hemoglobin, ditulis sebagai


presentasetotal oksigen yang terikat pada hemoglobin. Nilai normal : 95-99 %
Konsultasi : datang ke pemberi pelayanan kesehatan, mencari informasi melalui telepon,
korespondensi melalui media cetak dan media elektronik untuk membincangkan masalah
keluhan kesehatan, jadi bukan untuk mendapat pengobatan, termasuk konsultasi keluarga
berencana (KB) dan konsultasi ke dokter.

Drainase efusi pleura : pengeluran cairan yang menumpuk di rongga pleura dengan daerah
yang dipilih adalah linea aksilaris medialis pada ruang interkostal 5 (pada ketinggian puting
payudara) di aspek superior/kranial kosta-6 Hospital Care for Children

Perdarahan : keluarnya darah, seperti dari pembuluh darah yang cedera. Kamus Dorland

STEP 2

1. Mengapa Tn. Abdul bisa sesak nafas dan bertambah sejak kemaren?
2. Mengapa Tn. Abdul tidak bisa tidur terlentang , lebih enak bila setengah duduk dan
miring ke kiri?
3. Apakah ada hubungan batuk berdahak dengan keluhan Tn. Abdul?
4. Bagaimana hubungan merokok dengan keluhan Tn. Abdul?
5. Bagaimana interpretas i dari pemeriksaan fisik Tn. Abdul?
6. Mengapa dokter memberikan oksigen 8L /menit dan menggunakan nonrebreathing
mask?
7. Mengapa dokter menganjurkan Tn. Abdul dirawat di HCU?
8. Mengapa dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks pada Tn. Abdul?
9. Bagaimana tanda –tanda efusi pleura dan pendorong jantung kanan?
10. Bagaimana interpretasi analisis gas darah Tn. Abdul ?
11. Apa indikasi drainase efusi pleura ?
12. Apakah ada hubungan kondisi Tn. Abdul dengan kondisi pasien yang perdarahan
yang banyak di hidung?
13. Bagaimana saudara dapat menjelaskan kondisi yang terjadi pada Tn. Abdul dan
prosedur yang akan dilakukan ?

STEP 3

1. Mengapa Tn. Abdul bisa sesak nafas dan bertambah sejak kemaren?
Ada beberapa penyebab sesak nafas
Kemoreseptor
Perubahan pH, pCO2, dan pO2 darah arteri dapat dideteksi oleh
kemoreseptor sentral dan perifer. Stimulasi reseptor ini mengakibatkan peningkatan
aktivitas motorik respirasi. Aktivitas motorik respirasi ini dapat menyebabkan
hiperkapnia dan hipoksia, sehingga memicu terjadinya dispnea. Menurut studi,
terdapat pula peran serta kemoreseptor karotid yang langsung memberikan impuls
ke korteks serebri, meskipun hal ini belum dibuktikan secara luas.
Hiperkapnia akut yang terjadi pada seseorang sesungguhnya lebih dikaitkan
terhadap ketidaknormalan keluaran saraf motorik dibanding aktivitas otot
respiratorik. Hal ini disebabkan gejala umum hiperapnia akut berupa urgensi untuk
bernapas yang sangat menonjol. Sensasi ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan
parsial karbondioksida pada pasien-pasien, khususnya yang
mengalami quadriplegia maupun yang mengalami paralisis otot pernapasan.
Penderita sindrom hipoventilasi sentral kongenital yang mengalami desentisasi
respons ventilatorik terhadap CO2 tidak merasakan sensasi sesak napas ketika
penderita tersebut henti napas atau diminta untuk menghirup kembali CO2 yang
telah dihembuskan. Dengan kata lain, mekanisme yang turut serta dalam sensasi
sesak napas ini adalah kenaikan pCO2 dan penurunan pO2dibawah normal. Ketika
nilai pCO2 normal dan ventilasi normal, tekanan parsial oksigen harus diturunkan di
bawah 6.7 kPa untuk bisa menghasilkan sensasi sesak napas.

Hiperkapnia

Kemoreseptor yang ada biasanya tidak merupakan penyebab langsung


terjadinya dispnea. Namun, dispnea yang diinduksi oleh kemoreseptor biasanya
merupakan penyebab dari stimulus lain, seperti hiperkapnia. Hiperkapnia dapat
menginduksi terjadinya dispnea melalui peningkatan stimulus refleks ke aktivitas
otot-otot respiratorik. Pada pasien-pasien yang diberikan agen blokade
neuromuskular, ketika mereka diberikan ventilator dan tekanan tidal CO2 dinaikkan
sebanyak 5 mmHg, seluruh subjek sontak merasakan sensasi sesak napas. Namun,
pada pasien dengan penyakit-penyakit respiratorik umumnya, tetap tidak dijumpai
kaitan antara hiperkapnia dan dispnea. Contohnya, pasien COPD yang biasanya
mengakami hiperkapnia kronik tidak serta merta mengalami dispnea. Menurut studi,
hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan parsial karbondioksida tersebut
dimodulasi dengan perubahan pH pada kemoreseptor sentral, sehingga sensasi yang
dihasilkan berbeda pula.

Hipoksia

Hipoksia berkaitan dengan kejadian dispnea baik secara langsung (indepenen,


tidak harus ada perubahan ventilasi) maupun tidak langsung (perubahan kondisi
hipoksia dengan terapi oksigen mampu membuat keadaan penderita sesak napas
membaik). Namun, hubungan antara hipoksia dengan dispnea tidak absolut;
beberapa pasien dengan dispnea tidak mengalami hipoksia, begitu pula sebaliknya.

 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,


setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
2. Mengapa Tn. Abdul tidak bisa tidur terlentang , lebih enak bila setengah duduk dan
miring ke kiri?
3. Apakah ada hubungan batuk berdahak dengan keluhan Tn. Abdul?
efusi pleura dapat menimbulkan gejala batuk. Umumnya, batuk yang dialami
ringan dan tidak berdahak. Namun, jika disebabkan oleh pneumonia, bisa
terjadi gejala batuk berdahak. Nyeri dada juga dapat dikeluhkan penderita efusi
pleura. Hal ini umumnya berkaitan dengan iritasi pada pleura.
4. Bagaimana hubungan merokok dengan keluhan Tn. Abdul?
Pada perokok terdapat penurunan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang
terdapat di dalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga
mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh
tidak dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehingga sel
pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap perubahan di sekitarnya juga terhadap
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik Tn. Abdul?
TD: normal
Nadi : 120x/menit (takikardi)
Nafas : 36x/menit (takipneu)
Tidak demam: tidak ada infeksi
Perkusi pekak: menandakan adanya cairan
Suara nafas sulit didengar : bronkokonstriksi
Hemithoraks tertinggal: fibrosis/ penarikan jaringan paru
Temuan pemeriksaan fisik tidak didapati sebelum efusi mencapai volume 300
mL. Gangguan pergerakan toraks, fremitus melemah, suara beda pada perkusi
toraks, egofoni, serta suara nafas yang melemah hingga menghilang biasanya dapat
ditemukan. Friction rub pada pleura juga dapat ditemukan. Cairan efusi yang masif (>
1000 mL) dapat mendorong mediastinum ke sisi kontralateral. Efusi yang sedikit
secara pemeriksaan fisik kadang sulit dibedakan dengan pneumonia lobaris, tumor
pleura, atau fibrosis pleura. Merubah posisi pasien dalam pemeriksaan fisik dapat
membantu penilaian yang lebih baik sebab efusi dapat bergerak berpindah tempat
sesuai dengan posisi pasien. Pemeriksaan fisik yang sesuai dengan penyakit dasar
juga dapat ditemukan misalnya, edema perifer, distensi vena leher, S3 gallop pada
gagal jantung kongestif. Edema juga dapat muncul pada sindroma nefrotik serta
penyakit perikardial. Ascites mungkin menandakan suatu penyakit hati, sedangkan
jika ditemukan limfadenopati atau massa yang dapat diraba mungkin merupakan
suatu keganasan.
6. Mengapa dokter memberikan oksigen 8L /menit dan menggunakan nonrebreathing
mask?
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki
hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2
lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi
(FiO2) yang didapatkan paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada
pasien dapat dilihat pada tabel berikut.

Beberapa kondisi harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu


diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi, sehingga terapi oksigen akan
dapat memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian
terapi oksigen dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Pemberian terus menerus, dilakukan apabila hasil analisis gas darah saat istirahat
didapatkan nilai:
a. PaO2 < 55 mmHg atau saturasi < 88%
b. PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale atau
polisitemia (Ht > 56%)
2. Pemberian berselang, dilakukan apabila hasil analisis gas darah didapatkan nilai:
A. Saat latihan PaO2 < 55 mmHg atau saturasi < 88%
B. Saat tidur PaO2 < 55 mmHg atau saturasi < 88% disertai komplikasi seperti
hipertensi pulmoner, somnolen dan aritmia

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapatkan terapi oksigen
perlu dievaluasi analisis gas darah setelah terapi untuk menentukan perlu tidaknya
terapi oksigen jangka panjang.

7. Mengapa dokter menganjurkan Tn. Abdul dirawat di HCU?


Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan
tim multi disiplin yang dipimpin oleh dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan
dasar-dasar ICU. Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat,
menganalisis hasil pemantauan dan melakukan tindakan medik dan asuhan
keperawatan yang diperlukan.

Tujuan teknis pelayanan High Care Unit adalah :

a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasaien yang di rawat di HCU

b. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia

c. Meningkatkan sarana dan prasarana sertya peralatan HCU

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan HCU terutama


bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan pemantauan

Berikut beberapa pasien yang memerlukan pelayanan HCU menurut indikasinya


ialah :

a. Pasien dari ICU

b. Pasien dari IGD

c. Pasien dari Kamar Operasi atau kamar tindakan lain, seperti kamar bersalin,
Ruang endoskopi, ruang dialisis.

d. Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)


8. Mengapa dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks pada Tn. Abdul?
Evaluasi efusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai jumlah
cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya abnormalitas
intratorakal yang berkaitan dengan efusi pleura tersebut.
9. Bagaimana tanda –tanda efusi pleura dan pendorong jantung kanan?
Pada posisi tegak, akan terlihat akumulasi cairan yang menyebabkan
hemitoraks tampak lebih tinggi, kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut
kostofrenikus yang menjadi tumpul. Untuk foto toraks PA setidaknya butuh 175-250
mL cairan yang terkumpul sebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA.
Sementara foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi efusi pleura dalam jumlah
yang lebih kecil yakni 5 mL. jika pada foto lateral dekubitus ditemukan ketebalan
efusi 1 cm maka jumlah cairan telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang
memungkinkan untuk dilakukan torakosentesis
10. Bagaimana interpretasi analisis gas darah Tn. Abdul ?

 PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan
hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg
mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2
adalah 80-100 mmHg
 PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal,
PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarkan
hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme,
PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai
normal PCO2 adalah 35-45 mmHg
 Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Nilai
normalnya adalah 95-98 %

11. Apa indikasi drainase efusi pleura ?


Indikasi tindakan torasentesis diagnostik adalah pada kasus baru efusi pleura
atau jika etiologinya tidak jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup banyak
untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan 10 mm pada pemeriksaan ultrasonografi
toraks atau foto lateral dekubitus
Indikasi torakosintesis pada kasus efusi pleura meliputi indikasi diagnostik
dan terapeutik 1) Diagnostik Saat melakukan torakosentesis, sampel cairan pleura
dapat diambil dan diperiksakan untuk menentukan penyebab efusi. Untuk
pemeriksaan laboratorium dibutuhkan 50 – 100 ml. Sebagian besar efusi pleura yang
masih baru terukur lebih dari 10 mm pada foto toraks posisi lateral dekubitus, CT
scan toraks, atau USG toraks. 2) Terapeutik Tujuan lain dilakukan torakosentesis
adalah untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan misalnya meringankan sesak
napas yang diakibatkan jumlah cairan yang besar dan membutuhkan evakuasi
segera. Kontraindikasi torakosentesis Tidak ada kontraindikasi untuk torakosentesis.
Studi terbaru menunjukkan bahwa jika torakosentesis dilakukan dengan tuntunan
USG, maka hal ini aman untuk dilakukan meskipun terdapat kelainan koagulasi.
Perhatikan pasien dengan kelainan koagulasi, termasuk gagal ginjal, tanda – tanda
perdarahan yang terjadisetelah prosedur. Hindari tempat yang terdapat selulitis
maupun herpes zoster dengan memilih lokasi torakosentesis alternatif
12. Bagaimana saudara dapat menjelaskan kondisi yang terjadi pada Tn. Abdul dan
prosedur yang akan dilakukan ?
Didalam rongga pleura teradapat ± 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura visceralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatis, tekanan koloid, dan daya
tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
visceralis, sebagian kecil lainya (10-20 %) mengalir ke dalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan ini mencapai 1 liter seharinya. Terkumpulnya cairan di rongga
pleura disebut dengan efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi
dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan
tekanan osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadianya
efusi dapat dibedakan atas eksudat dan transudat. Transudat misalnya terjadi pada
gagal jantung karena bendungan vena disertai dengan peningkatan tekanan
hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotik koloid yang menurun.
Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Penimbunan
eksudat disebabakan oleh peradangan suatu keganasan pleura, dan akibat
peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening

You might also like