You are on page 1of 133

IV

Daftar isi v
Kata Pengantar vii
Bagian I 1
Ringkasan Perkembangan Terkini dan Prospek Ekonomi Daerah
Boks 1 12
Konvergensi Inflasi Daerah Terhadap Target Inflasi Nasional
Boks 2 15
Pergerakan Harga Komoditas Volatile Foods (VF) Pada Pasar Tradisional, Pasar Modern,
dan Pedagang Besar
Bagian II 17
Perekonomian Sumatera
Boks 3 37
Pengembangan Industri Semikonduktor sebagai Industri Berorientasi Ekspor dan
Technology Intensive untuk Mendukung Surplus Neraca Perdagangan Barang
Boks 4 41
Keberhasilan Pengendalian Inflasi Tarif Angkutan Udara di Bengkulu
Bagian III 43
Perekonomian Jawa
Boks 5 62
Strategi Peningkatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan Alas Kaki: Membuka
Akses ke Pasar Potensial dengan Penguatan Industri Dalam Negeri
Boks 6 65
Strategi Penguatan Industri Otomotif Jawa: Perluasan Pasar Ekspor Melalui Penguatan
Daya Saing Domestik
Bagian IV 69
Perekonomian Kawasan Timur Indonesia
Boks 7 100
Potensi Pengembangan Industri Berbasis Ekspor yang Ditopang oleh Pariwisata di Bali
Bagian V 103
Isu Strategis: Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor, Padat Karya, Technology
Intensive, dan Pendukung Berbasis SDA Melalui Perluasan Akses Pasar dan Kawasan Industri
Boks 8 112
Hilirisasi Nikel Pada Kawasan Industri di Luar Jawa
Lampiran 117

V
P
erumusan kebijakan Bank Indonesia mempertimbangkan sejumlah aspek termasuk
berbagai dinamika perekonomian maupun perkembangan isu-isu terkini di level
nasional maupun dalam perspektif kewilayahan. Untuk itu, secara periodik Dewan
Gubernur bersama dengan Kepala Departemen Regional wilayah Sumatera,
wilayah Jawa dan wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) melakukan pembahasan dinamika
perekonomian dan isu-isu terkini yang mengemuka di daerah. Hasil dari pembahasan
tersebut kemudian menjadi masukan dalam perumusan kebijakan Bank Indonesia. Hasil
pembahasan tersebut juga kemudian dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders melalui
publikasi Laporan Nusantara yang diterbitkan secara triwulanan. Penyusunan buku Laporan
Nusantara ini dilakukan secara bersama antara Departemen Kebijakan Ekonomi dan
Moneter (DKEM) serta Departemen Regional I, II, dan III yang masing-masing membawahi
regional Sumatera, Jawa, dan Kawasan Timur Indonesia.

Pembahasan terkait perkembangan perekonomian Indonesia terkini menyimpulkan bahwa


perekonomian nasional pada triwulan IV 2017 tumbuh membaik dibandingkan triwulan III
2017 yaitu sebesar 5,19%.. Secara keseluruhan 2017, perekonomian nasional tahun 2017
tumbuh 5,07%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh 5,03%. Perbaikan kinerja
perekonomian nasional ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat di seluruh
wilayah.

Berdasarkan hasil asesmen, perekonomian nasional di triwulan I 2018 diperkirakan akan


tumbuh positif, meski tidak setinggi triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi berbagai
wilayah di KTI diprakirakan tumbuh membaik, sementara perekonomian wilayah Jawa dan
Sumatera diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi meski melambat dibandingkan triwulan
IV 2017. Pada triwulan II 2018 perekonomian berbagai daerah diperkirakan tumbuh
meningkat, terutama di wilayah Sumatera dan Jawa. Perbaikan kinerja ekonomi daerah
diprakirakan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor. Sementara, secara
keseluruhan 2018, perekonomian diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun
2017 di hampir seluruh wilayah, sehingga secara agregat akan tumbuh pada kisaran 5,0%-
5,4%. Kinerja ekonomi tahun 2018 didorong oleh permintaan domestik yang kuat,
peningkatan investasi, dan berlanjutnya pemulihan perekonomian dunia.

Dari sisi inflasi, inflasi berbagai daerah secara agregat pada tahun 2017 tercatat 3,61%,
terjaga di kisaran target sasaran inflasi 4,0%±1%. Pencapaian inflasi tersebut didukung oleh
inflasi volatile foods (VF) yang rendah (0,71%) dan inflasi inti yang terjaga (2,95%).
Sementara, tekanan administered prices tercatat relatif tinggi (8,70%) terutama disebabkan
oleh penyesuaian tarif listrik terkait kebijakan subsidi listrik tepat sasaran untuk daya 900
VA. Keberhasilan pencapaian inflasi yang rendah dan stabil di tahun 2017 tidak terlepas dari
dukungan koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah PUsat dan Pemerintah Daerah
dalam upaya pengendalian inflasi.

Pada triwulan I 2018, risiko inflasi volatile foods diprakirakan akan minimal seiring
berlangsungnya panen raya sejumlah komoditas tanaman bahan makanan. Sementara,
tekanan inflasi inti dan administered price diperkirakan meningkat seiring peningkatan harga
minyak dunia dan komoditas global. Hingga akhir tahun 2018, inflasi diprakirakan berada
dalam kisaran target 3,5%±1%. Potensi tekanan inflasi diperkirakan berasal dari peningkatan
harga minyak dunia dan penguatan permintaan masyarakat seiring kondisi ekonomi yang
lebih baik dibanding tahun 2017. Tekanan inflasi volatile foods diprakirakan sedikit
meningkat seiring potensi peningkatan harga beberapa komoditas pangan.
Selain perkembangan perekonomian terkini, pada edisi kali ini Laporan Nusantara
mengangkat isu khusus terkait “Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor, Padat Karya,
Technology Intensive dan Pendukung Berbasis SDA melalui Perluasan Akses Pasar dan
Kawasan Industri”. Isu ini diangkat mengingat salah satu upaya untuk memperbaiki defisit
transaksi berjalan demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan,
seimbang, dan inklusif adalah melalui penguatan industri manufaktur berbasis ekspor.
Penguatan industri manufaktur dilakukan melalui peningkatan nilai tambah dan muatan
teknologi pada produk industri manufaktur, termasuk pada industri padat karya. Upaya
penguatan muatan teknologi tersebut perlu ditopang oleh sektor manufaktur melalui (i)
integrasi yang kuat ke rantai nilai global; (ii) penguatan akses pasar ekspor melalui Free
Trade Agreement (FTA); (iii) reformasi yang kuat melalui pengembangan kawasan ekonomi;
(iv) penguatan rantai nilai lokal; (v) penyediaan modal sumber daya manusia untuk industri.
Dalam isu kali ini, berbagai potensi dan tantangan pengembangan industri untuk
memperbaiki defisit transaksi berjalan tersebut akan diulas secara lebih mendalam.

Sebagai penutup, kami berharap buku Laporan Nusantara ini dapat bermanfaat dan menjadi
acuan bagi para pemangku kepentingan dan pemerhati ekonomi daerah, serta menjadi
salah satu kontribusi Bank Indonesia dalam pembangunan ekonomi daerah. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberkati langkah kita bersama untuk berkarya demi Nusa dan Bangsa.

Jakarta, 26 Februari 2018


Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Dody Budi Waluyo


Asisten Gubernur
Perkembangan Terkini Perekonomian peningkatan produksi komoditi tanaman pangan
Daerah dan hortikultura, serta harga komoditas
perkebunan yang meningkat. Pertumbuhan LU
Perkembangan Ekonomi Triwulan IV 2017
pertanian menopang peningkatan kinerja LU
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat perdagangan, baik antar daerah maupun
pada triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan III perdagangan luar negeri. Secara spasial,
2017. Perekonomian Indonesia tumbuh 5,19% perekonomian Sumatera di triwulan IV 2017
(yoy) pada triwulan IV 2017, sedangkan pada terutama ditopang oleh Sumatera Selatan,
triwulan III 2017 tumbuh 5,06% (yoy). Sumatera Utara, Lampung, Jambi, dan Kepulauan
Peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional Riau.
didorong oleh kinerja investasi dan ekspor yang
Perekonomian Jawa pada triwulan IV 2017
tetap tumbuh tinggi, masing-masing sebesar
tercatat tumbuh sebesar 5,62% (yoy).
7,27% (yoy) dan 8,5% (yoy). Kinerja investasi dan
Pertumbuhan ekonomi Jawa ditopang oleh
ekspor tersebut menjadi penopang pertumbuhan
peningkatan konsumsi rumah tangga dan
konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017
pertumbuhan investasi yang tinggi. Peningkatan
(4,97%;yoy) yang lebih baik dibandingkan
konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh
triwulan III 2017 (4,93%;yoy). Dari sisi Lapangan
aktivitas pada libur akhir tahun dan perayaan
Usaha (LU), perbaikan ekonomi nasional
HBKN. Sementara, pertumbuhan investasi di
terutama didorong peningkatan kinerja LU
Jawa ditopang oleh percepatan penyelesaian
konstruksi, transportasi dan pergudangan, serta
beberapa proyek infrastruktur. Pada akhir tahun
informasi dan komunikasi. Secara spasial,
2017, sejumlah proyek infrastruktur telah
akselerasi perbaikan ekonomi nasional ditopang
memasuki tahap penyelesaian. Secara sektoral,
oleh perekonomian Jawa dan Sumatera yang
perekonomian Jawa pada triwulan IV 2017
tetap tumbuh kuat.
didukung oleh peningkatan LU industri
Perekonomian Sumatera tumbuh relatif kuat pengolahan dan konstruksi. Peningkatan kinerja
sebesar 4,43% (yoy) pada triwulan IV 2017. industri pengolahan ditopang oleh perbaikan
Pertumbuhan ekonomi Sumatera ditopang oleh permintaan terhadap produk industri alat angkut,
peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah TPT, dan kertas, baik untuk kebutuhan domestik
tangga dan ekspor pada triwulan IV 2017. maupun ekspor. Sementara, pertumbuhan
Pertumbuhan kinerja ekspor didorong oleh kinerja LU konstruksi dipengaruhi oleh aktivitas
peningkatan ekspor berbasis Sumber Daya Alam pembangunan berbagai proyek infrastruktur
(SDA) seiring dengan periode musim panen yang strategis Pemerintah dan investasi swasta.
sedang berlangsung. Dorongan perbaikan ekspor Secara spasial, akselerasi perekonomian Jawa
SDA tersebut mendukung perbaikan pendapatan didorong oleh Provinsi Banten, Jawa Timur, Jawa
tenaga kerja pertanian, sehingga menopang Barat, dan Jawa Tengah. Sementara, Provinsi DKI
peningkatan konsumsi rumah tangga di triwulan Jakarta dan DI Yogyakarta tetap tumbuh kuat,
IV 2017. Secara sektoral, perbaikan kinerja meski relatif melambat dibanding triwulan III
perekonomian Sumatera ditopang oleh LU 2017.
pertanian dan perdagangan. Pada triwulan IV
2017, pertumbuhan LU pertanian ditopang

1
Perekonomian Kawasan Timur Indonesia (KTI) memberikan dukungan pada konsumsi rumah
pada triwulan IV 2017 tumbuh cukup baik tangga sehingga tetap memberikan kontribusi
(4,85%), meski melambat dibandingkan triwulan pertumbuhan yang tinggi dengan pangsa sekitar
III 2017 (5,38%). Pertumbuhan ekonomi KTI 54% terhadap perekonomian nasional. Perbaikan
ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekspor nasional sebesar 9,09%
investasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga (yoy) didorong oleh pemulihan ekonomi global
didorong oleh peningkatan konsumsi selama yang semakin kuat. Realisasi pertumbuhan
periode libur akhir tahun dan perayaan Hari ekspor tersebut merupakan yang tertinggi dalam
Besar Keagamaan Nasional (HKBN). Sementara, 5 tahun terakhir. Sementara, perbaikan
pertumbuhan investasi didorong oleh percepatan pertumbuhan investasi pada 2017 menjadi
realisasi investasi Pemerintah dan investasi oleh sebesar 6,15% (yoy), dari pertumbuhan 2016
pelaku usaha pertambangan dan industri. sebesar 4,47% (yoy), didorong oleh percepatan
Perlambatan pertumbuhan ekonomi KTI realisasi proyek infrastruktur Pemerintah,
dipengaruhi oleh penurunan ekspor batu bara khususnya sejak semester II 2017. Secara
dan dampak erupsi Gunung Agung. Secara sektoral, perbaikan ekonomi terutama terjadi
sektoral, perekonomian KTI pada triwulan IV pada lapangan usaha yang terkait dengan
2017 ditopang oleh LU konstruksi dan aktivitas ekspor dan investasi Pemerintah.
perdagangan. Pertumbuhan LU konstruksi Kontribusi tertinggi berasal dari LU industri
didorong oleh penyelesaian berbagai proyek pengolahan yang memiliki pangsa lebih dari 21%
infrastruktur Pemerintah dan pembangunan terhadap perekonomian. Perbaikan kinerja
1
sejumlah fasilitas industri pengolahan . ekspor tercermin pada LU pertanian, khususnya
Sementara itu, peningkatan lapangan usaha perkebunan, serta lapangan usaha industri
perdagangan ditopang oleh pertumbuhan pengolahan. Selanjutnya, percepatan berbagai
aktivitas impor pada barang konstruksi dan proyek infrastruktur menopang perbaikan kinerja
barang konsumsi selama periode libur akhir LU konstruksi. Secara spasial, perbaikan kinerja
tahun dan perayaan HBKN. Secara spasial, perekonomian nasional pada 2017 ditopang oleh
perekonomian KTI ditopang oleh wilayah peningkatan pertumbuhan di seluruh kawasan.
Sulawesi dan Mapua (Maluku dan Papua).
Perekonomian Sumatera pada keseluruhan
Perkembangan Ekonomi 2017 tahun 2017 tumbuh 4,30% (yoy), membaik
Pertumbuhan ekonomi nasional pada dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh sebesar
keseluruhan tahun 2017 mengonfirmasi 4,29% (yoy). Perbaikan ekonomi Sumatera
berlanjutnya pemulihan perekonomian secara ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor dan
gradual. Perekonomian nasional 2017 tumbuh belanja pemerintah. Ekspor barang dan jasa pada
5,07%, meningkat dibandingkan tahun 2016 tahun 2017 tumbuh 7,99% (yoy), meningkat
sebesar 5,03%. Capaian pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun 2016 yang mengalami
pada 2017 merupakan yang tertinggi dalam kontraksi 0,89% (yoy). Peningkatan ekspor
kurun waktu empat tahun terakhir. Peningkatan dipengaruhi oleh dorongan faktor eksternal yaitu
pertumbuhan ditopang oleh perbaikan ekspor kenaikan harga komoditas CPO, karet dan batu
dan investasi. Perbaikan pendapatan bara. Konsumsi pemerintah di tahun 2017
tumbuh 4,52% (yoy), meningkat dibandingkan
tahun 2016 yang mengalami kontraksi 0,88%
1
Beberapa proyek konstruksi di KTI antara lain pembangunan (yoy). Peningkatan konsumsi Pemerintah
jalan Trans-Papua, penyelesaian jalan perbatasan Kalimantan tercermin dari perbaikan serapan APBD pada
Barat, pembangkit listrik di Sulawesi Barat & Gorontalo,
pembangunan pabrik CPO dan upgrading kilang minyak 2017 (80,6%) dibandingkan 2016 (66,9%). Secara
Kalimantan Timur, pembangunan pabrik karet dan biodesel sektoral, perbaikan ekonomi Sumatera terutama
Kalimantan Tengah, serta proyek hilirisasi (smelter).

2
terjadi pada LU yang terkait dengan aktivitas serta pembangunan sejumlah fasilitas pabrik
ekspor dan belanja Pemerintah. Perbaikan ekspor swasta. Konsumsi pemerintah turut menjadi
Sumatera tercermin pada LU pertanian, penopang perbaikan ekonomi Jawa. Kondisi ini
khususnya sub-LU tanaman bahan makanan dan tercermin dari tingkat serapan APBD 2017 yang
perkebunan. Lapangan usaha pertanian pada mencapai 91%, lebih tinggi dari serapan pada
2017 tumbuh 3,93% (yoy), meningkat 2016 yang sebesar 62%. Selanjutnya, dorongan
dibandingkan 2016 yang sebesar 3,77% (yoy). dari sisi ekspor juga menjadi penopang
Perbaikan ekspor juga mendorong peningkatan perekonomian Jawa, seiring dengan pemulihan
pada LU perdagangan. Pertumbuhan LU ekonomi dunia yang sedang berlangsung. Kondisi
perdagangan pada 2017 mencapai 6,16% (yoy), ini mendukung perbaikan ekspor sejumlah
lebih tinggi dibandingkan 2016 yang tumbuh komoditas antara lain produk kimia, otomotif,
5,88% (yoy). Secara spasial, peningkatan dan elektronik. Secara sektoral, perbaikan
pertumbuhan ekonomi Sumatera terutama ekonomi Jawa terutama didorong pada lapangan
ditopang oleh Riau, Sumatera Selatan, dan usaha yang mendukung aktivitas investasi,
Lampung. ekspor, dan belanja Pemerintah. Dampak
perbaikan ekspor, tercermin dari peningkatan
Secara keseluruhan tahun 2017, perekonomian
kinerja LU perdagangan dan industri pengolahan,
Jawa tetap tumbuh solid sebesar 5,61% (yoy),
khususnya industri produk kertas dan garmen.
lebih tinggi dibanding 2016 sebesar 5,60% (yoy).
Selain itu, peningkatan aktivitas investasi
Perbaikan ekonomi Jawa ditopang oleh
tercermin dari pertumbuhan sub-LU industri
peningkatan kinerja investasi, belanja
pengolahan logam dan LU konstruksi. Secara
Pemerintah, dan ekspor. Peningkatan investasi
spasial, pertumbuhan ekonomi Jawa didorong
terutama didorong oleh pelaksanaan
oleh pertumbuhan ekonomi di provinsi DKI
pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah
Jakarta dan Banten.

Sumber: BPS, diolah


Gambar I.1. Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan IV 2017 (% yoy)

Perekonomian KTI 2017 tumbuh sebesar 5,10% mengalami kontraksi 2,63% (yoy). Peningkatan
(yoy), lebih tinggi dibanding 2016 yang tumbuh kinerja ekspor KTI didorong oleh perbaikan harga
4,84% (yoy). Perbaikan kinerja ekonomi KTI komoditas global yaitu batu bara, CPO, dan karet.
didukung oleh peningkatan kinerja investasi dan Sementara, investasi KTI pada 2017 tumbuh
ekspor. Pada tahun 2017, ekspor KTI tumbuh 4,94% (yoy), lebih tinggi dari 2016 yang sebesar
7,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2016 yang 3,61% (yoy). Pertumbuhan investasi dipengaruhi

3
oleh percepatan realisasi Proyek Strategis khususnya karet dan kelapa sawit, serta
Pemerintah (PSN), pembangunan proyek peningkatan produksi tanaman bahan makanan
hilirisasi, serta peningkatan investasi barang dan peningkatan volume produksi perikanan
modal pelaku usaha pertambangan dan industri. tangkap. LU pertambangan turut tumbuh lebih
Secara sektoral, perbaikan ekonomi KTI terutama tinggi pada 2017 (2,01%;yoy) dibandingkan 2016
terjadi pada LU yang terkait dengan aktivitas (1,42%;yoy). Kondisi tersebut sejalan didukung
ekspor dan investasi. Perbaikan ekspor, tercermin oleh tren peningkatan harga komoditas,
dari peningkatan kinerja LU pertanian, khususnya batu bara, operasional beberapa
pertambangan, dan perdagangan. Lapangan smelter baru komoditas pertambangan dan
usaha pertanian pada 2017 tumbuh 5,20% (yoy), dukungan kebijakan relaksasi ekspor mineral
lebih tinggi dari 2016 yang sebesar 4,20% (yoy). yaitu nikel kadar redah. Secara spasial, perbaikan
Peningkatan kinerja LU pertanian juga didukung ekonomi KTI 2017 didorong oleh wilayah
oleh perbaikan harga komoditas perkebunan, Kalimantan.

Tabel I.1. Tendensi Arah Perekonomian Daerah Triwulan I 2018*


SUMATERA JAWA KAWASAN TIMUR INDONESIA
PDRB AGREGASI
Tendensi Asesmen Tendensi Asesmen Tendensi Asesmen
Pertumbuhan investasi yang melambat di
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga,
Pertumbuhan Pertumbuhan seluruh komponen masih awaal tahun, sementara komponen lainnya
ekspor, dan konsumsi pemerintah di awal
Ekonomi tertahan di awal tahun. meningkat sehingga menahan perlambatan
tahun.
yang lebih dalam.
Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH)
Menurunnya konsumsi masyarakat pasca Peningkatan jumlah wisatawan ke Balinusra,
tahap I serta peningkatan konsumsi dalam
Konsumsi RT Natal dan Tahun Baru serta berakhirnya masa khususnya Bali, pasca erupsi Gunung Agung
rangka persiapan Pilkada dan Asian Games
panen beberapa komoditas. mendorong kinerja konsumsi rumah tangga.
2018.
Ketidakpastian iklim politik menjelang Penyaluran PKH tahap I (Februari) kepada 10
Peningkatan optimalisasi belanja operasional
Konsumsi Pilkada, realisasi belanja triwulan I yang lebih juta keluarga, percepatan penyaluran dana
yang mendukung persiapan belanja
Pemerintah rendah , dan beberapa proyek yang masih desa pada triwulan I 2018, serta Pilkada
infrastruktur.
dalam proses lelang. serentak dan persiapan Asian Games 2018.
Masih tertahannya realisasi belanja modal
Sikap wait and see pelaku usaha terkait Realisasi investasi pemerintah masih terbatas
Investasi dari APBD pada awal tahun dan pihak swasta
situasi politik menjelang Pilkada dan di awal tahun dan kecenderungan sikap wait
(PMTB) yang cenderung masih pada tahap
kapasitas utilisasi yang belum optimal. and see investor menjelang Pilkada.
perencanaan dan konsolidasi.
Masuknya musim trek perkebunan kelapa
Peningkatan ekspor hasil pertanian dan
sawit, kenaikan bea masuk oleh India atas Peningkatan pertumbuhan ekonomi global,
olahannya seiring dengan terjaganya
CPO Indonesia, penetapan bea masuk untuk khususnya negara tujuan ekspor (Amerika
Ekspor LN permintaan dan harga di pasar global serta
ekspor biodiesel ke US, meningkatnya daya Serikat dan India), serta meningkatnya harga
peningkatan permintaan alumina dan
saing beberapa negara tetangga yang komoditas di tahun 2018.
batubara.
menawarkan harga lebih rendah.
Kapasitas utilisasi yang belum maksimal,
ketidakpastian iklim politik menjelang Perlambatan kinerja impor sejalan dengan Peningkatan impor sejalan dengan
Impor LN Pilkada, dan kendala realisasi beberapa kinerja sektor riil yang masih terbatas di awal peningkatan belanja operasional pemerintah
proyek fisik pemerintah yang berpotensi tahun dan masih terbatasnya investasi. dalam rangka persiapan belanja infrastruktur.
menahan kinerja impor.

* Tendensi arah kondisi ekonomi secara tahunan (year-on-year)


Keterangan : hijau (berkontribusi positif terhadap PDRB), merah (berkontribusi negatif terhadap PDRB)

Tracking Perekonomian Triwulan I 2018 dibandingkan triwulan IV 2017, didorong oleh


akselerasi penyaluran Bansos di seluruh wilayah
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2018
serta potensi penyaluran DBH Migas dan
diperkirakan tetap tumbuh kuat terutama
komoditas tambang yang sempat tertahan di
didukung konsumsi rumah tangga, belanja
Desember 2017. Sementara, konsumsi rumah
Pemerintah, dan ekspor. Pertumbuhan ekspor
tangga diperkirakan masih tetap menjadi
triwulan I 2018 diperkirakan masih tetap tinggi,
penopang utama didukung oleh kenaikan UMP
meski masih ditopang oleh ekspor komoditas
2018 (8,71%) yang lebih tinggi dibandingkan 2017
berbasis SDA. Peningkatan ekspor didukung oleh
(8,25%), event Pilkada dan persiapan ASEAN
perbaikan permintaan seiring dengan
Games, serta terjaganya daya beli seiring tidak
perkembangan positif perekonomian dunia dan
adanya penyesuaian harga energi di awal tahun
level harga komoditas yang cukup tinggi.
sebagaimana 2017. Penyelesaian proyek
Sementara, konsumsi Pemerintah di triwulan I
infrastruktur Pemerintah dan perbaikan iklim
2018 diperkirakan tumbuh lebih tinggi
investasi yang semakin kondusif, diperkirakan

4
menjadi katalis investasi di triwulan I 2018, meski Perkembangan Inflasi
masih terbatas.
Inflasi di daerah pada 2017 tetap terkendali
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi sehingga mendukung pencapaian target inflasi
triwulan I 2018 diperkirakan ditopang oleh LU nasional berada dalam sasaran 4,0%±1%. Inflasi
pertanian, pertambangan, dan perdagangan. nasional pada 2017 tercatat 3,61% (yoy).
Pertumbuhan LU pertanian, didorong oleh Meskipun meningkat dibandingkan pada 2016
puncak masa panen komoditas padi di daerah sebesar 3,02% (yoy), inflasi nasional pada 2017
penghasil tanaman bahan makanan, dan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi dalam
dukungan faktor cuaca pada kegiatan produksi lima tahun terakhir sebesar 4,91% (yoy).
Tandan Buah Segar (TBS) di Kalimantan. Tercapainya target inflasi nasional pada 2017
Sementara, LU pertambangan diperkirakan tersebut ditopang oleh penurunan inflasi di
mengalami peningkatan, ditopang oleh wilayah Sumatera dan Mapua ditengah
komoditas batu bara dan tembaga. Peningkatan peningkatan inflasi di wilayah lainnya. Adapun
permintaan berasal dari Kalimantan untuk inflasi daerah menunjukkan konvergensi yang
pemenuhan kebutuhan pembangkit listrik serta semakin baik terhadap target inflasi nasional
permintaan dari negara mitra dagang utama. (Lihat Boks 1). Inflasi daerah terendah pada 2017
Sementara, kinerja pertambangan tembaga terjadi di Mapua (1,53%), kemudian disusul oleh
didukung oleh penerbitan izin ekspor konsentrat Balinusra (3,20%), Sumatera (3,30%), Kalimantan
tembaga Papua. (3,45%), Jawa (3,78%), dan Sulawesi (3,94%).

Sumber: BPS, diolah


Gambar I.2. Peta Inflasi Daerah, Januari 2018 (yoy)

Inflasi daerah yang terkendali pada 2017 inflasi VF di sebagian besar daerah tersebut pada
terutama didukung oleh inflasi volatile food (VF) gilirannya berdampak pada pencapaian inflasi VF
yang rendah. Inflasi VF di sebagian besar daerah nasional yang rendah pada 2017. Inflasi VF
pada 2017 mengalami penurunan dibandingkan nasional tercatat 0,71% (yoy), lebih rendah
tahun sebelumnya. Terdapat 13 provinsi dibandingkan 2016 sebesar 5,92% (yoy). Inflasi VF
mengalami deflasi VF pada akhir 2017 seiring ini merupakan yang terendah sejak 2003.
pasokan bahan pangan yang mencukupi dan Berdasarkan pengamatan, pergerakan harga
penurunan harga beberapa komoditas pangan sejumlah komoditas pangan di pasar modern
penyebab utama inflasi, seperti cabai merah, relatif lebih stabil dibanding harga di pasar
bawang merah, dan bawang putih. Penurunan

5
tradisional, namun pada level harga yang lebih terjangkar dalam target 4,0%±1%. Kebijakan
tinggi (Lihat Boks 2). pengendalian inflasi juga didukung melalui
koordinasi bersama Pemerintah, Pemerintah
Inflasi inti selama 2017 juga berada dalam tren
Daerah, dan Bank Indonesia yang tergabung
menurun dan terjadi merata di semua wilayah.
dalam Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN)
Inflasi inti nasional pada 2017 mencapai 2,95%
baik di tingkat pusat (TPIP) maupun daerah (TPID)
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan tahun
(pada Boks 4 di Bagian 2 disampaikan salah satu
sebelumnya 3,07% (yoy). Dengan pencapaian
contoh tentang keberhasilan pengendalian inflasi
tersebut, level inflasi inti nasional telah berada di
tarif angkutan udara di Bengkulu yang melibatkan
bawah 4% selama tiga tahun berturut-turut, dan
TPID). Kebijakan Pemerintah dan Pemerintah
merupakan terendah sejak diterapkannya
Daerah dalam pengendalian inflasi terutama
Inflation Targeting Framework (ITF) pada 2005.
diarahkan untuk menjaga ketersediaan pasokan,
Inflasi inti yang rendah terkonfirmasi terjadi di
kelancaran distribusi dan stabilisasi harga
wilayah Jawa, Sumatera, dan KTI. Ekspektasi
pangan.
inflasi yang terjangkar, tekanan permintaan yang
terkelola dengan baik, dan nilai tukar yang Upaya pengendalian inflasi di sepanjang 2017
terkendali mendukung pencapaian inflasi inti terus dijalankan untuk merealisasikan roadmap
yang rendah pada 2017. program pengendalian inflasi. TPID di seluruh
daerah secara konsisten diarahkan untuk
Di sisi lain, inflasi administered prices (AP)
mendukung pengendalian inflasi melalui
meningkat seiring berlanjutnya kebijakan
peningkatan kapasitas produksi pangan,
reformasi subsidi energi. Inflasi AP pada 2017
perbaikan infrastruktur dan sistem logistik
mencapai 8,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
daerah, pembenahan tata niaga pangan, serta
tahun sebelumnya yang mencapai 0,21% (yoy).
komunikasi kepada masyarakat dalam rangka
Kenaikan inflasi AP terutama didorong oleh
menjaga ekspektasi harga. Monitoring harga
kebijakan reformasi subsidi energi agar lebih
pangan juga telah dilengkapi oleh teknologi
tepat sasaran. Penyesuaian tarif listrik dilakukan
informasi untuk mengatasi informasi asimetris
terhadap sebagian pelanggan 900 VA secara
terkait harga baik di tingkat produsen, pedagang
bertahap (3 kali), dengan rata-rata kenaikan
maupun konsumen, yaitu melalui Pusat Informasi
sebesar 32%. Peningkatan inflasi AP tertinggi
Harga Pangan Strategis (PIHPS).
pada 2017 terjadi di wilayah Sumatera dan Jawa
seiring dengan lebih banyaknya penduduk yang Memasuki awal 2018, inflasi di semua daerah
terdampak penyesuaian tarif listrik dibandingkan masih sejalan dengan target inflasi nasional
di KTI. Di samping itu, kenaikan biaya 2018 sebesar 3,5%±1%. Inflasi nasional pada
perpanjangan STNK, tarif angkutan udara, bahan Januari 2018 mencapai 3,25% (yoy), lebih rendah
bakar khusus, serta cukai rokok kretek juga turut dibandingkan akhir 2017 sebesar 3,61% (yoy).
menyebabkan tingginya inflasi AP di semua Penurunan inflasi terjadi di sebagian besar
wilayah. wilayah Jawa dan KTI. Penurunan tersebut
dipengaruhi oleh dampak kenaikan tarif listrik
Pencapaian inflasi yang rendah dan stabil pada
yang sudah mereda, tarif angkutan udara yang
2017 tidak terlepas dari dukungan kebijakan
kembali normal pascalibur akhir tahun, dan
moneter Bank Indonesia dan koordinasi
masih terbatasnya tingkat permintaan di awal
kebijakan dengan Pemerintah dalam
tahun. Inflasi tahunan di semua wilayah pada
pengendalian inflasi. Kebijakan Bank Indonesia
Januari 2018 masih berada dalam rentang
pada sepanjang 2017 secara konsisten diarahkan
sasaran inflasi nasional 2018, dengan inflasi
untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
terendah terjadi di Mapua (1,31%), kemudian
mendorong penurunan ekspektasi inflasi agar
diikuti Kalimantan (2,67%), Balinusra (2,65%),

6
Sumatera (3,32%), Jawa (3,36%), dan Sulawesi profitabilitas dan produktivitas korporasi, kondisi
(3,55%). likuiditas dan rasio kemampuan korporasi untuk
memenuhi kewajiban pada triwulan III
Tekanan inflasi VF pada Januari 2018 cenderung
dibandingkan kondisi triwulan II. Dorongan
sedikit meningkat terutama diakibatkan oleh
peningkatan profitabilitas dipengaruhi oleh upaya
kenaikan harga beberapa komoditas pangan
efisiensi sehingga mengakibatkan laba bersih
utama. Inflasi VF pada Januari 2018 mencapai
yang meningkat. Dari sisi lapangan usaha,
2,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pada akhir
penopang utama perbaikan kinerja korporasi
2017. Kenaikan inflasi VF disebabkan oleh
terutama ditopang oleh korporasi pertambangan
kenaikan harga beras, daging ayam ras, cabai
di KTI dan Sumatera yang mengalami kenaikan
rawit, dan cabai merah. Harga beras
profitabilitas dan produktivitas paling besar
menunjukkan peningkatan sejak September 2017
sejalan dengan harga komoditas yang meningkat,
hingga Januari 2018 seiring kenaikan harga gabah
khususnya batu bara. Perbaikan kinerja korporasi
akibat pasokan yang terbatas pada musim tanam.
juga tercermin dari pertumbuhan penyaluran
Harga daging ayam ras juga meningkat akibat
kredit perbankan kepada korporasi pada triwulan
penurunan produksi. Sementara kenaikan harga
IV (7,28%;yoy) yang lebih tinggi dibandingkan
cabai rawit dan cabai merah didorong gangguan
triwulan III (7,26%;yoy). Secara spasial dorong
pasokan di daerah sentra produksi utama seiring
penyaluran kredit terjadi di wilayah Sumatera
curah hujan yang tinggi.
dan KTI. Peningkatan pertumbuhan kredit
Namun demikian, tekanan inflasi diprakirakan korporasi tersebut, juga didukung dengan
minimal pada triwulan I 2018 seiring dengan kualitas kredit korporasi yang membaik, di mana
semakin terkendalinya inflasi volatile food pada rasio non performing loan (NPL) turun pada
masa panen raya. Pasokan bahan pangan, triwulan IV (2,96%) dibandingkan triwulan III
terutama beras, diprakirakan akan meningkat (3,36%).
pada musim panen raya yang akan berlangsung
Ketahanan Sektor Rumah Tangga
sepanjang Februari-Maret 2018. Pasokan bawang
merah di sebagian besar daerah sentra produksi Perbaikan konsumsi rumah tangga pada
juga diprakirakan masih mencukupi. Sementara triwulan IV dibandingkan triwulan III, juga
itu, implementasi kebijakan Pemerintah terkait tercermin dari kinerja keuangan sektor rumah
stabilisasi harga pangan akan terus ditingkatkan tangga. Kredit rumah tangga pada triwulan IV
efektivitasnya agar berdampak positif terhadap tumbuh 10,92%, lebih tinggi dibandingkan
kestabilan harga pangan. Terkendalinya inflasi triwulan III (10,0%). Dorongan pertumbuhan
volatile food tersebut diprakirakan menurunkan kredit rumah tangga terutama berasal dari Kredit
risiko kenaikan inflasi yang bersumber dari Pemilikan Rumah (KPR) yang meningkat di semua
peningkatan inflasi inti dan administered prices wilayah. Peningkatan pertumbuhan kredit
akibat peningkatan harga minyak dunia dan kepada rumah tangga, didukung oleh kualitas
harga komoditas global. penyaluran kredit rumah tangga, di mana rasio
NPL menurun di semua wilayah dan masih
Stabilitas Keuangan Daerah terjaga di bawah 5%.
Ketahanan Sektor Korporasi
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan
Sejalan dengan perbaikan ekonomi yang Uang Rupiah
berlangsung secara gradual, kinerja korporasi
Aktivitas transaksi tunai masyarakat mengalami
nonkeuangan sampai triwulan III 2017
peningkatan sejalan dengan perbaikan
menunjukkan perbaikan meski terbatas. Hal
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
tersebut terlihat dari peningkatan rasio
Peningkatan aktivitas sistem pembayaran tunai

7
tercermin dari meningkatnya outflow uang kartal (THR) bagi aparatur sipil negara (ASN).
dari Bank Indonesia pada triwulan IV dibanding Sementara, pertumbuhan investasi diperkirakan
triwulan III 2017. Bahkan transaksi outflow uang cenderung sedikit melambat sejalan dengan
Rupiah triwulan IV juga tumbuh lebih tinggi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah yang
dibanding periode yang sama tahun lalu. sudah memasuki tahap penyelesaian dan realisasi
Peningkatan outflow tersebut terjadi di semua investasi swasta yang masih terbatas.
wilayah, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di
Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja
Jawa yang mencapai 23,4% (yoy). Berbeda
ekonomi daerah pada triwulan II 2018
dengan transaksi tunai, aktivitas transaksi
diperkirakan didorong oleh pertanian, industri
nontunai pada triwulan IV 2017 justru tumbuh
pengolahan, dan perdagangan. Perbaikan kinerja
melambat, baik melalui RTGS maupun Kliring.
lapangan usaha pertanian didorong oleh masa
Nilai transaksi keuangan melalui sistem Real Time
panen raya komoditas tabama di Jawa dan
Gross Settlement (RTGS) sepanjang triwulan IV
Sumatera, dan musim panen produksi Tandan
2017 tumbuh 3,14% (yoy), melambat dibanding
Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Sumatera dan
triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai
Kalimantan. Sementara peningkatan
12,47%. Sementara transaksi kliring melalui
pertumbuhan industri pengolahan terutama
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
didorong oleh industri makanan dan minuman di
pada triwulan IV 2017 mengalami kontraksi
Jawa, dan industri pengolahan komoditas
6,11% (yoy).
tambang di Kalimantan. Selanjutnya peningkatan
Prospek Perekonomian lapangan usaha perdagangan sejalan dengan
dorongan aktivitas ekspor antardaerah dan luar
Prospek Ekonomi Triwulan II 2018
negeri pada triwulan II 2018.
Perbaikan ekonomi Indonesia diperkirakan
berlanjut pada triwulan II 2018, dan berlangsung
Prospek Ekonomi 2018
merata di semua wilayah. Perbaikan kinerja Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018
ekonomi daerah didorong oleh konsumsi rumah diperkirakan membaik dibandingkan 2017 di
tangga, konsumsi pemerintah, dan ekspor yang kisaran 5,1%-5,5% (yoy). Momentum positif
diperkirakan tumbuh meningkat. Pertumbuhan perekonomian global dan domestik pada 2017
konsumsi diperkirakan terjadi pada bulan diperkirakan menjadi basis bagi berlanjutnya
Ramadhan, perayaan Hari Raya Idul Fitri, dan pemulihan ekonomi 2018. Dari sisi domestik
libur sekolah yang berlangsung di triwulan II 2018 dukungan peningkatan pertumbuhan ekonomi
di seluruh wilayah. Perbaikan konsumsi rumah terutama berasal dari investasi dan ekspor.
tangga akan ditopang oleh peningkatan Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan
penerimaan ekspor berbasis SDA dan belanja ekonomi tahun 2018 terutama akan ditopang
konsumsi terkait pelaksanaan Pilkada serentak di oleh lapangan usaha konstruksi, industri
daerah, serta program penyaluran bantuan sosial pengolahan, serta perdagangan, hotel, dan
yang masih terus berlanjut pada 2018. Perbaikan restoran. Secara spasial, dorongan pertumbuhan
kinerja ekspor pada triwulan II 2018 terutama ekonomi akan didukung oleh perbaikan di semua
didorong oleh kinerja ekspor Jawa dan KTI. wilayah.
Sementara peningkatan konsumsi Pemerintah
Perekonomian Jawa pada 2018 diperkirakan
pada triwulan II 2018 diperkirakan bersumber
tumbuh meningkat pada kisaran 5,5%-5,9%
dari kebijakan Pemerintah untuk mempercepat
(yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi
penyaluran transfer ke daerah dan dana desa
didukung oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi
(TKDD), pengeluaran untuk pelaksanaan Pilkada,
pemerintah, investasi, maupun ekspor. Akselerasi
pencairan gaji ke-13 dan tunjangan hari raya
pertumbuhan investasi diperkirakan didorong

8
oleh penyelesaian proyek infrastruktur multiyears kembali normal karena faktor cuaca yang lebih
Pemerintah, termasuk infrastruktur pendukung kondusif. Sementara dorongan industri
venue Asian Games. Sementara peningkatan pengolahan didukung oleh peningkatan produk
kinerja ekspor didorong oleh prospek perbaikan olahan seiring beroperasinya beberapa smelter
pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang baru. Selanjutnya lapangan usaha perdagangan
utama, serta upaya perluasan pasar ekspor akan meningkat seiring penyelenggaraan event
otomotif. Perbaikan investasi dan ekspor Asian Games dan Pilkada serentak 2018.
tersebut akan menjadi basis penopang
Ekonomi di KTI pada 2018 diprakirakan tumbuh
peningkatan konsumsi rumah tangga, selain
meningkat pada kisaran 5,1%-5,5, lebih tinggi
penyelenggaraan event Pilkada serentak dan
dari capaian 2017. Dorongan pertumbuhan
event Asian Games. Dari sisi lapangan usaha,
ekonomi KTI berasal dari perbaikan kinerja
akselerasi ekonomi Jawa tahun 2018 akan
konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
ditopang oleh lapangan usaha utama, yakni
Peningkatan kinerja investasi diperkirakan
industri pengolahan, pertanian, dan
didukung oleh percepatan realisasi proyek
perdagangan. Perbaikan kinerja industri
infrastruktur konektivitas Pemerintah,
pengolahan sejalan dengan potensi peningkatan
berlanjutnya proyek hilirisasi tambang serta
permintaan dari pasar domestik maupun global,
peningkatan kapasitas produksi smelter.
serta dukungan upaya Pemerintah untuk terus
Sementara peningkatan ekspor terutama
memperkuat daya saing industri nasional.
dipengaruhi oleh perbaikan ekspor mineral dari
Selanjutnya peningkatan kinerja lapangan usaha
Papua dan NTB, seiring dukungan kebijakan
pertanian diperkirakan karena dukungan kondisi
perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga.
iklim yang akan kembali normal setelah
Peningkatan investasi dan ekspor tersebut akan
fenomena El Nino dan La Nina yang terjadi pada
mendorong peningkatan pendapatan, sehingga
2015-2017. Selanjutnya dorongan lapangan
mendukung pertumbuhan konsumsi rumah
usaha perdagangan dipengaruhi oleh perbaikan
tangga. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan
kinerja ekspor dan peningkatan konsumsi rumah
ekonomi KTI akan ditopang lapangan usaha
tangga maupun Pemerintah.
pertambangan, konstruksi, dan perdagangan.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera pada 2018 Peningkatan lapangan usaha pertambangan
diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi dipengaruhi oleh kebijakan perpanjangan izin
dibandingkan 2017 di kisaran 4,2%-4,6%. ekspor konsentrat tembaga. Sementara
Peningkatan pertumbuhan diperkirakan ditopang perbaikan lapangan usaha konstruksi sejalan
oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi dengan aktivitas pembangunan infrastruktur
Pemerintah. Dorongan konsumsi rumah tangga Pemerintah dan proyek hilirisasi pertambangan.
dan Pemerintah dipengaruhi oleh Selanjutnya, peningkatan kinerja lapangan usaha
penyelenggaraan Asian Games 2018, dan perdagangan dan akomodasi terutama didorong
pelaksanaan Pilkada serentak. Namun oleh peningkatan jumlah wisman dan kegiatan
pertumbuhan ekspor Sumatera diperkirakan Meetings, Incentives, Conferences, dan
tidak sekuat 2017, karena pengaruh harga Exhibitions (MICE), di mana salah satu yang
komoditas ekspor seperti CPO dan karet terbesar adalah Annual Meeting IMF-World Bank
diperkirakan menurun. Dari sisi lapangan usaha, 2018 di Bali.
pertumbuhan ekonomi Sumatera akan ditopang
Namun, terdapat beberapa risiko baik eksternal
oleh lapangan usaha pertanian, industri
maupun internal yang masih mengemuka,
pengolahan, dan perdagangan. Perbaikan
sehingga berpotensi menahan akselerasi
lapangan usaha pertanian ditopang oleh kinerja
pertumbuhan ekonomi pada 2018. Dari sisi
pertanian tabama seiring pola tanam yang
eksternal, potensi risiko terkait bersumber dari

9
normalisasi kebijakan moneter di beberapa lebih tinggi dibandingkan 2017, meskipun tetap
negara maju sehingga menyebabkan terjadinya terkendali. Peningkatan harga minyak dunia dan
aliran modal keluar. Dalam jangka menengah, penguatan konsumsi rumah tangga berisiko
kebijakan untuk melakukan switching meningkatkan inflasi inti. Kenaikan harga minyak
penggunaan sumber energi oleh Tiongkok dunia juga berisiko berdampak pada kenaikan
berpotensi menekan ekspor bahan mineral, harga bahan bakar khusus dan angkutan udara.
khususnya batu bara. Selain itu, risiko pelemahan Sementara itu, inflasi VF juga diprakirakan sedikit
harga komoditas ekspor utama, terutama CPO meningkat setelah sempat mengalami koreksi
dan karet, juga berpotensi menekan kinerja yang cukup dalam pada 2017. Peningkatan harga
ekspor daerah. Dari sisi domestik, agenda beberapa komoditas pangan perlu diwaspadai.
penyelenggaraan Pilkada berpotensi
Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN) akan
mempengaruhi tahapan realisasi investasi proyek
menempuh langkah-langkah strategis untuk
infrastruktur Pemerintah maupun swasta.
memitigasi risiko inflasi 2018. Di tingkat pusat,
Sementara agenda pembangunan infrastruktur
telah disepakati lima langkah strategis
Pemerintah juga perlu didukung dengan
pengendalian inflasi 2018, yang meliputi (i)
perencanaan penerimaan negara yang memadai.
Menjaga inflasi volatile food maksimal di kisaran
Prospek Inflasi Triwulan II 2018 4-5% dengan memastikan kecukupan pasokan
Tekanan inflasi di berbagai wilayah pada pangan; (ii) Mengatur besaran dan timing
triwulan II 2018 diperkirakan lebih tinggi kenaikan kebijakan administered prices serta
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan mengendalikan dampak lanjutan yang berpotensi
dengan pola historisnya, kenaikan inflasi terjadi timbul; (iii) Memperkuat koordinasi Pemerintah
karena tingginya permintaan komoditas pangan Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia,
dan jasa angkutan udara pada periode Ramadhan antara lain melalui penyelenggaraan Rakornas
dan Lebaran. Selain itu, tekanan inflasi dari sisi Pengendalian Inflasi pada 2018; (iv) Memperkuat
permintaan juga diperkirakan meningkat akibat kualitas data untuk mendukung pengambilan
dorongan konsumsi pemerintah terkait kebijakan; serta (v) Memperkuat bauran
penyelenggaraan Pilkada 2018. Namun, inflasi kebijakan Bank Indonesia untuk memastikan
triwulan II 2018 diperkirakan tidak setinggi tetap terjaganya stabilitas makroekonomi.
triwulan II 2017, karena Pemerintah tidak Langkah-langkah strategis pengendalian inflasi
mengeluarkan kebijakan untuk melakukan tersebut selanjutnya akan ditindaklanjuti di
penyesuaian tarif kelompok administered prices. level daerah oleh masing-masing TPID. Program
Lebaran yang jatuh di pertengahan Juni 2018 juga TPID pada 2018 akan dijalankan untuk
membuka ruang untuk penyesuaian harga ke mendukung pengendalian inflasi daerah,
bawah pada akhir triwulan II 2018. khususnya dalam menjaga inflasi VF pada kisaran
4-5%. Program pengendalian inflasi oleh TPID
Prospek Inflasi 2018
diarahkan untuk:
Inflasi 2018 diprakirakan akan lebih rendah
dibandingkan 2017 dan berada dalam sasaran a. Mengelola kesiapan produksi antar waktu;
inflasi nasional 3,5%±1%. Inflasi yang rendah b. Memperkuat cadangan pangan pemerintah
utamanya bersumber dari kelompok dan tata kelola operasi pasar oleh Bulog;
administered prices seiring menurunnya dampak
c. Memperbaiki manajemen produksi melalui
dari penyesuaian tarif listrik daya 900 VA, dan
penguatan kelembagaan petani (corporate/
tidak adanya kebijakan pemerintah terkait
cooperative farming), pengelolaan produksi
penyesuaian harga pada 2018. Namun demikian,
inflasi inti dan volatile food diprakirakan sedikit

10
dan pascapanen khususnya pengeringan dan lebih sehat mulai terlihat. Pengembangan
pergudangan, serta pemasaran; industri pengolahan yang lebih bernilai tambah
telah mulai dilakukan, antara lain pada industri
d. Meningkatkan tingkat rendemen dan kualitas
padat karya maupun industri yang bersifat med-
beras melalui revitalisasi penggilingan;
high tech. Pengembangan Kawasan Industri
e. Menyalurkan Rastra Bansos dan Bantuan untuk hilirisasi merupakan salah satu upaya
Pangan nontunai sesuai dengan jadwal dan konkrit Pemerintah untuk memperkuat industri
dengan kualitas yang terjaga; berbasis ekspor. Lebih lanjut upaya membangun
f. Membangun sistem data produksi yang akurat industri manufaktur berorientasi ekspor perlu
melalui pembangunan dan pemanfaatan e- didukung oleh peningkatan keterkaitan industri
commerce untuk pangan; serta ke jaringan produksi dan rantai nilai global
(Global Value Chain–GVC), perluasan akses pasar
g. Memfasilitasi sinergi petani dan industri hilir. melalui perjanjian perdagangan internasional
Tantangan Ke Depan yang efektif, serta reformasi struktural terkait
regulasi, infrastruktur, dan kualitas sumber daya
Kondisi eksternal maupun domestik yang
manusia. Ke depan, beberapa industri nasional
cenderung semakin dinamis, memerlukan upaya
juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan,
strategis terarah untuk memperkuat struktur
antara lain industri semikonduktor di Sumatera
perekonomian nasional dalam rangka menjaga
(Lihat Boks 3 di Bagian 2), industri TPT dan alas
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
kaki serta otomotif dan komponennya di Jawa
Penguatan struktur transaksi berjalan akan
(Lihat Boks 5 dan 6 di Bagian 3), maupun
membuka ruang bagi pencapaian pertumbuhan
industri kreatif pendukung pariwisata di KTI (Lihat
ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Dalam
Boks 7 di Bagian 4). Dalam jangka panjang
tiga tahun terakhir, kondisi transaksi berjalan
perbaikan transaksi berjalan yang ditopang oleh
Indonesia terus menunjukkan perbaikan, ditandai
kemampuan memproduksi dan mengekspor
defisit yang semakin mengecil dan konsisten
produk bernilai tambah tinggi, akan mendukung
berada di bawah 3% dari PDB nasional. Perbaikan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
transaksi berjalan terutama karena dorongan
transisi Indonesia menuju negara maju (Lihat Bab
transaksi barang, yang didukung oleh ekspor
V Isu Strategis : Perbaikan Transaksi Berjalan
industri pengolahan, meski masih didominasi
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang
oleh produk berteknologi rendah dan berbasis
Berkelanjutan, melalui Penguatan Industri
sumber daya alam. Beberapa pengalaman negara
Berorientasi Ekspor).
peers ASEAN menunjukkan, bahwa penguatan
struktur ekspor barang terutama produk
manufaktur dan ekspor jasa memiliki peran
penting sebagai salah satu pendukung utama
pencapaian surplus neraca transaksi berjalan.

Perbaikan transaksi berjalan perlu didukung


kebijakan penguatan industri berorientasi
ekspor. Momentum perbaikan ekonomi global
dan domestik saat ini dapat dioptimalkan untuk
memperkuat transaksi berjalan Indonesia,
terutama dengan dukungan faktor endowment
berupa sumber daya alam dan potensi pariwisata
yang dimiliki. Dalam beberapa tahun terakhir,
diversifikasi menuju struktur neraca barang yang

11
Boks 1
Inflasi nasional berhasil berada dalam rentang terjangkarnya ekspektasi inflasi, masih rendahnya
target sasaran selama tiga tahun terakhir. tekanan domestik dan rendahnya tekanan
Realisasi inflasi nasional tahun 2015-2017 secara eksternal. Inflasi volatile foods juga cenderung
berurut adalah 3,35%; 3,02%; dan 3,61%; masuk semakin menurun, hingga di 2017 mencatatkan
ke dalam kisaran target 4,0±1%. Selama satu angka terendah dalam 14 tahun terakhir. Hal
dekade terakhir, inflasi nasional dapat berada di tersebut dapat dicapai berkat terjaganya
bawah target (tahun 2009 dan 2011) maupun di pasokan, lancarnya distribusi bahan pangan,
atas target (tahun 2010, 2013, dan 2014) karena moderatnya tekanan harga komoditas global,
dorongan inflasi volatile foods maupun serta koordinasi pengendalian inflasi yang makin
administered prices (Grafik I.1). kuat. Inflasi administered prices juga tercatat
rendah di 2015-2016 (Grafik I.2), meski cukup
Keberhasilan pencapaian inflasi di kisaran target
tinggi di 2017 terutama karena adanya kebijakan
dipengaruhi berbagai faktor. Inflasi inti terus
subsidi tepat sasaran untuk listrik daya 900 VA
menurun sejak tahun 2016 sejalan dengan
dan kenaikan tarif STNK pada awal tahun 2017.

Grafik I.1. Perkembangan Inflasi Daerah dan Sebarannya terhadap Target Inflasi Nasional

Keberhasilan tersebut juga tercermin secara merata di antara berbagai provinsi di Sumatera,
spasial, dimana inflasi daerah cenderung Jawa, maupun Kawasan Timur Indonesia (KTI).
semakin konvergen terhadap target inflasi
2 Konvergensi inflasi daerah lebih banyak
nasional. Konvergensi inflasi daerah tersebut
berkorelasi dengan pergerakan inflasi volatile
terlihat dari standar deviasi yang semakin
foods. Hal ini terjadi mengingat sebagai negara
menyempit selama satu dekade terakhir (Grafik
berpendapatan menengah-rendah (lower middle
I.2). Konvergensi tersebut terjadi secara cukup
income), sebagian besar masyarakat masih
mengonsumsi bahan kebutuhan pokok makanan
2 sebagai bagian terbesar dari porsi pengeluaran
Konvergensi disini menunjukkan kondisi dimana inflasi
daerah menuju satu titik, yaitu target inflasi nasional dan rumah tangga. Sementara itu, harga komoditas
tercermin dari standar deviasi yang semakin kecil.

12
pangan di daerah sangat ditentukan oleh kondisi transportasi. Meski demikian, perbedaan nilai
kecukupan pasokan relatif terhadap permintaan konsumsi masyarakat terhadap komoditas
di masing-masing daerah. Kondisi kecukupan administered prices di masing-masing daerah
pasokan di daerah sangat dipengaruhi oleh memungkinkan adanya variasi inflasi akibat
perbedaan kondisi infrastruktur pendukung pengaturan harga, meski tidak terlalu besar.
distribusi dan kedekatan spasial daerah terhadap
Selama tiga tahun terakhir, konvergensi inflasi
daerah penghasil bahan makanan. Itu semua
terutama terjadi untuk inflasi inti dan volatile
menyebabkan perbedaan harga komoditas
foods. Konvergensi inflasi inti dipengaruhi
pangan yang menyolok di berbagai daerah.
konsistensi bauran kebijakan Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas nilai tukar, serta
menjaga permintaan dan mengarahkan
ekspektasi inflasi di semua daerah. Sementara
konvergensi inflasi volatile foods tak terlepas dari
berbagai program pengendalian inflasi yang
semakin konsisten dilakukan Tim Pengendalian
Inflasi di seluruh daerah dalam menjaga
kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi
bahan pangan. Di sisi lain, konvergensi
Grafik I.2. Inflasi Nasional dan Standar Deviasi Inflasi administered prices daerah cenderung melemah
Daerah karena kenaikan TTL 900 VA nonsubsidi.
Kebijakan tersebut sebenarnya bersifat
Pergerakan inflasi inti juga cukup berkorelasi nationwide namun berdampak variatif terhadap
terhadap konvergensi inflasi daerah. Korelasi inflasi daerah karena perbedaan besaran nilai
tersebut terutama karena adanya variasi konsumsi masyarakat terhadap listrik.
pertumbuhan ekonomi daerah dan respon Konvergensi administered prices di Sumatera
permintaan di daerah terhadap kebijakan yang sempat melemah tajam pada 2016 (Grafik
moneter yang berkaitan dengan berbagai I.3) disebabkan adanya kenaikan inflasi angkutan
komoditas inflasi inti. Mengingat pergerakan udara di dua provinsi, yaitu Bengkulu dan Bangka
inflasi inti lebih banyak ditentukan oleh faktor- Belitung.
faktor fundamental yang tidak spesifik daerah,
maka pengaruhnya terhadap konvergensi inflasi
daerah menjadi terbatas. Faktor-faktor yang
berpengaruh tersebut di antaranya adalah nilai
tukar rupiah, pergerakan komoditas harga global,
pertumbuhan ekonomi nasional, serta ekspektasi
inflasi.

Di sisi lain, konvergensi inflasi daerah tidak


memiliki korelasi yang kuat dengan pergerakan
inflasi administered prices (AP). Pergerakan
Grafik I.3. Inflasi Nasional dan Standar Deviasi Inflasi
harga AP lebih banyak ditentukan oleh kebijakan Daerah
pemerintah pusat dan biasanya bersifat
nationwide. Pengaturan harga tersebut misalnya Di tahun 2018, risiko tekanan inflasi volatile
perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), foods yang cukup tinggi perlu diantisipasi untuk
Tarif Tenaga Listrik (TTL), cukai rokok, maupun menjaga konvergensi inflasi tetap berada pada
tarif batas atas atau bawah berbagai moda kisaran target inflasi 3,5±1%. Berbagai risiko

13
yang muncul di daerah terutama berkaitan melalui kerjasama pangan antar daerah,
dengan komoditas beras dan hortikultura mendorong pengembangan pertanian modern
(Gambar I.3). Oleh karena itu, Tim Pengendalian dan meningkatkan kualitas manajemen usaha
Inflasi di semua daerah perlu tetap konsisten tani, serta mendorong perbaikan pengolahan
dalam menjaga kecukupan pasokan pangan pasca panen.

Gambar I.3. Risiko Inflasi Volatile Foods Tahun 2018 di Berbagai Wilayah

14
Boks 2
3
Berdasarkan data PIHPS pada periode Oktober pergerakan harga pada pasar tradisional dan
s.d. Desember 2017, pergerakan harga VF di pedagang besar berdampak minimal pada
pasar modern relatif lebih stabil dibandingkan pergerakan harga di pasar modern. Buffer yang
dengan pergerakan harga VF pada pedagang cukup besar antara harga pada pedagang
4
besar dan pasar tradisional , namun pada tradisional dan pasar modern membuat cukup
tingkat harga yang jauh lebih tinggi. Sebagai ruang bagi pasar modern untuk
contoh, untuk komoditas cabai rawit, pergerakan mempertahankan harga jual VF pada tingkat
harga di pasar modern berada pada kisaran harga yang sama meskipun terjadi gejolak pada
Rp55.150 – Rp61.250, sementara harga di pasar tradisional.
pedagang besar dan pasar tradisional masing-
Di samping itu, pergerakan harga di pasar
masing berada pada kisaran Rp23.150 – Rp35.300
tradisional ternyata cenderung searah dengan
dan Rp29.250 – 43.400. Begitu pula dengan
pedagang besar. Sebagai contoh, terjadi
komoditas beras. Pergerakan harga beras di
kenaikan harga cabai rawit di pedagang besar
pasar modern relatif lebih stabil dibandingkan
dan pasar tradisonal pada pertengahan
dengan harga di pedagang besar dan pasar
Desember 2017 yang terjadi secara hampir
tradisional (Grafik I.4).
bersamaan (Grafik I.5). Hal ini mengindikasikan
transmisi langsung harga dari pedagang besar ke
para pedagang di pasar tradisional.

Sumber: hargapangan.id
Grafik I.4. Pergerakan Harga Beras

Tingginya tingkat harga VF pada pasar modern Sumber: hargapangan.id


Grafik I.5. Pergerakan Harga Cabai Rawit
disinyalir membuat tingkat harga di pasar
modern relatif lebih stabil. Tingkat harga yang
Sementara, pergerakan harga di pasar
lebih tinggi pada pasar modern membuat
tradisional dan pasar modern terkadang tidak
searah. Pada saat harga cabai rawit meningkat di
3
Bank Indonesia bersama Pemerintah menginisiasi pasar tradisional, harga cabai rawit di pasar
pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
(PIHPS) berskala nasional. PIHPS berisi data harga 10 modern cenderung menunjukkan penurunan.
komoditas pangan strategis penyumbang utama inflasi Perubahan (fluktuasi) harga yang terjadi di pasar
dengan 21 varian komoditi yang termasuk kelompok inflasi
volatile foods. PIHPS berfungsi sebagai alat monitoring harga,
modern juga cenderung lebih kecil dibandingkan
peningkatan efektivitas koordinasi kebijakan, dan sarana di pedagang besar dan pasar tradisional, serta
memperluas akses informasi harga bagi masyarakat luas.
4 tidak terpengaruh pergerakan harga di kedua
Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis (PIHPS). pasar tersebut (Grafik I.6).

15
dalam basket belanja masyarakat akan semakin
besar. Itu artinya, di masa yang akan datang,
pergerakan harga di pasar modern akan semakin
mewakili perilaku konsumen (anchor for
inflation). Pergerakan harga yang lebih stabil
tersebut diprediksi akan membuat tingkat inflasi
ke depan dapat terjaga pada level yang lebih
stabil.

Grafik I.6. Perubahan Harga Cabai Rawit Harian

Di masa yang akan datang, sejalan dengan


peningkatan kesejahteraan, peran pasar modern

16
Perekonomian Sumatera pada triwulan IV 2017 masih tumbuh kuat dengan sumber pertumbuhan
yang berasal dari perbaikan konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor. Sementara itu, kinerja
konsumsi pemerintah dan investasi masih tertahan seiring dengan realisasi anggaran Pemerintah
Daerah yang dipercepat di triwulan sebelumnya dan beberapa proyek infrastruktur yang sudah
memasuki fase penyelesaian. Ekonomi Sumatera tercatat tumbuh 4,43% (yoy), relatif stabil
dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh 4,45% (yoy). Dari sisi sisi lapangan usaha, masih relatif
kuatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera dipengaruhi oleh kinerja lapangan usaha pertanian dan
perdagangan. Secara keseluruhan tahun 2017, ekonomi Sumatera tumbuh sebesar 4,30% (yoy),
melanjutkan tren perbaikan dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 4,29% (yoy). Net
ekspor dan konsumsi pemerintah menjadi pendorong utama perekonomian Sumatera di tengah
masih terbatasnya kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi.

Laju inflasi pada triwulan IV 2017 tercatat 3,30% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
sebesar 3,63% (yoy). Laju inflasi yang rendah itu ditopang oleh meredanya tekanan inflasi volatile
food serta terkendalinya inflasi inti dan inflasi administered prices. Capaian inflasi yang masih dalam
kisaran target inflasi nasional sebesar 4,0%+1% tidak lepas dari peran Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Kendati inflasi
terkait bahan pangan masih terkendali, namun tekanan inflasi dari harga beras dan efektivitas
penerapan kebijakan tata niaga pangan patut menjadi perhatian penting dalam upaya pencapaian
inflasi tahun 2018 yang ditargetkan pada kisaran 3,5%+1%.

Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi 2018 akan
lebih baik dibandingkan 2017. Perbaikan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi domestik,
investasi, dan ekspor, serta pelaksanaan ajang internasional Asian Games 2018 di Palembang.
Perekonomian yang semakin membaik akan terlihat sejak triwulan II 2018. Konsumsi rumah tangga
diprakirakan semakin meningkat. Peningkatan ini didukung oleh daya beli masyarakat yang tetap
terjaga dan permintaan domestik yang membaik seiring pola musiman pada bulan Ramadhan dan
perayaan Idul Fitri. Perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera juga dipengaruhi oleh peningkatan
belanja pemerintah maupun lembaga non profit dan rumah tangga (LNPRT) seiring dengan
pelaksanaan Pilkada serentak.

Pertumbuhan Ekonomi merata di seluruh provinsi. Akselerasi


pertumbuhan yang tinggi terjadi di Sumatera
Perekonomian Sumatera pada triwulan IV 2017
Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jambi dan
tumbuh kuat dengan mencapai 4,43% (yoy),
Kepulauan Riau. Sementara laju ekonomi yang
relatif stabil dibandingkan triwulan III 2017
lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 4,45% (yoy). Relatif tingginya
terjadi di Sumatera Barat, Bengkulu, Aceh,
pertumbuhan pada triwulan laporan ditopang
Kepulauan Bangka Belitung, dan Riau.
oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor di
tengah tertahannya konsumsi pemerintah dan Secara keseluruhan tahun 2017, dinamika
investasi. ekonomi Sumatera menunjukkan perbaikan.
Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan
Secara spasial, kuatnya aktivitas ekonomi
ekonomi tahun 2017 yang mencapai 4,30% (yoy),
Sumatera di triwulan IV 2017 terjadi hampir
meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar

17
4,29% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi infrastruktur pendukung pelaksanaan Asian
terjadi di sejumlah provinsi meski tertahan oleh Games, dan pembangkit listrik menjadi
penurunan kinerja ekonomi di Sumatera Utara, pendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera.
Kepulauan Riau, dan Bengkulu. Net ekspor dan
Kenaikan kinerja ekspor berbasis SDA yang
konsumsi pemerintah menjadi pendorong
didukung oleh perbaikan lapangan usaha (LU)
perekonomian di tengah terbatasnya konsumsi
pertanian belum diikuti oleh meningkatnya
rumah tangga dan investasi.
konsumsi rumah tangga. Kebijakan reformasi
Tabel II.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Sumatera (% subsidi energi yang dijalankan oleh Pemerintah
yoy) turut berdampak ke daya beli rumah tangga yang
2016 2017
Provinsi 2015
IV Total I II III IV Total tertahan, antara lain terkait penyesuaian harga
Aceh -0.72 4.25 3.30 3.85 4.54 4.80 3.58 4.19
Sumut 5.08 5.25 5.18 4.53 5.14 5.24 5.56 5.12 bahan bakar khusus yang terjadi pada awal tahun
Sumbar 5.52 4.87 5.27 5.01 5.36 5.39 5.37 5.29
Riau 0.22 2.25 2.23 2.84 2.49 2.91 2.58 2.71
2017, dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL)
Jambi 4.20 6.28 4.37 4.25 4.32 4.76 5.20 4.64 secara bertahap. Di sisi lain, terjadi perubahan
Kep. Riau 6.01 5.19 5.02 2.02 1.06 2.38 2.57 2.01
Sumsel 4.42 5.21 5.04 5.21 5.29 5.57 5.93 5.51 perilaku konsumsi yang turut memengaruhi
Bengkulu 5.13 5.53 5.29 5.21 5.28 4.90 4.60 4.99
Lampung 5.13 5.01 5.15 5.13 5.03 5.21 5.31 5.17
konsumsi rumah tangga selama 2017.
Kep. Babel 4.08 4.95 4.11 6.42 5.18 3.60 2.94 4.51 Masyarakat cenderung menyimpan sebagian
Sumatera 3.52 4.49 4.29 4.14 4.17 4.45 4.43 4.30
Sumber: Badan Pusat Statistik pendapatannya dalam bentuk simpanan di
perbankan dibandingkan digunakan untuk
Kinerja Sisi Penggunaan berbelanja.

Perbaikan kinerja konsumsi rumah tangga dan Tabel II.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Sisi
Penggunaan (% yoy)
ekspor menjadi penggerak utama perbaikan Indikator 2016 2017
Makroekonomi Daerah IV Total I II III IV Total
ekonomi di Sumatera selama triwulan IV 2017. Konsumsi Rumah Tangga 4.70 5.01 4.69 4.82 4.23 4.45 4.54
Konsumsi LNPRT 3.90 4.93 6.57 6.34 4.37 3.55 5.17
Musim panen tanaman pangan dan perkebunan Konsumsi Pemerintah (3.26) (0.88) 3.44 (0.37) 9.34 5.28 4.52
selama triwulan laporan mampu mendorong Pembentukan Modal Tetap Bruto
Ekspor Barang dan Jasa
4.73 5.62
(1.12) (0.89)
4.64
5.96
3.88 6.66 5.94 5.30
4.60 10.49 10.79 7.99
perbaikan konsumsi rumah tangga dan Impor Barang dan Jasa (3.24) (1.82) 6.82 3.99 13.70 13.09 9.49
Net Ekspor 14.83 3.30 2.84 7.23 (1.18) (3.83) 1.55
menunjang kinerja ekspor berbasis Sumber Daya PDRB % (yoy) 4.49 4.29 4.14 4.17 4.45 4.43 4.30

Alam (SDA). Di sisi lain, investasi dan konsumsi Sumber: Badan Pusat Statistik

pemerintah tumbuh melambat seiring dengan


realisasi belanja Pemerintah Daerah yang Konsumsi Rumah Tangga
dipercepat di triwulan III dan beberapa proyek Setelah sempat menurun, pertumbuhan
infrastruktur yang telah memasuki tahap konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017
penyelesaian. kembali meningkat meski masih tumbuh
terbatas. Konsumsi rumah tangga pada triwulan
Secara keseluruhan tahun 2017, masih kuatnya
IV 2017 tumbuh sebesar 4,45% (yoy), meningkat
ekonomi Sumatera ditopang oleh kinerja ekspor
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
dan belanja pemerintah yang mendorong
4,23% (yoy). Penguatan ini dikonfirmasi oleh
investasi bangunan melalui proyek-proyek
meningkatnya pertumbuhan Indeks Penjualan Riil
infrastruktur. Meningkatnya harga komoditas
(Grafik II.1). Pengeluaran pada periode liburan
utama ekspor, yaitu crude palm oil (CPO), karet,
panjang (Natal dan liburan akhir tahun) yang
dan batubara mendorong kinerja ekspor luar
didukung peningkatan pendapatan masyarakat
negeri Sumatera selama tahun 2017. Akselerasi
dan rendahnya laju inflasi mendorong kinerja
belanja pemerintah yang tercermin dari
konsumsi rumah tangga. Kenaikan konsumsi
perbaikan realisasi belanja pemerintah daerah,
rumah tangga terutama disumbang oleh
serta realisasi Proyek Strategis Nasional (PSN)
konsumsi makanan minuman, transportasi dan
terkait pembangunan jalan tol lintas Sumatera,

18
komunikasi, serta konsumsi pakaian dan alas 2017 tumbuh sebesar 4,54% (yoy), melambat
kaki. Secara spasial, perbaikan konsumsi rumah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,01%
tangga terjadi di sebagian besar wilayah (yoy). Daya beli kelompok masyarakat menengah
Sumatera, kecuali Riau, Jambi, Bengkulu, dan bawah sedikit terpengaruh beberapa kebijakan,
Kepulauan Riau. seperti penerapan kebijakan reformasi subsidi
energi agar lebih tepat sasaran. Kebijakan
tersebut antara lain mencakup kenaikan tarif
tenaga listrik (TTL) secara bertahap dan kenaikan
harga bahan bakar khusus seiring peningkatan
harga minyak dunia di awal tahun, yang diikuti
oleh kenaikan biaya sewa dan kontrak rumah.
Tertahannya konsumsi rumah tangga juga terjadi
akibat perubahan perilaku konsumsi masyarakat.
Masyarakat cenderung menambah simpanannya
di perbankan dan melakukan pergeseran
Grafik II.1. Indeks Penjualan Ritel
konsumsi dari barang ke travel dan leisure
Konsumsi rumah tangga yang meningkat melalui peningkatan konsumsi transportasi dan
merupakan dampak dari perbaikan kinerja LU komunikasi.
pertanian terhadap daya beli masyarakat. Pada triwulan I 2018, pertumbuhan konsumsi
Membaiknya penghasilan terjadi seiring dengan rumah tangga diprakirakan masih belum cukup
kenaikan harga komoditas utama yang tinggi sebagaimana pola siklikalnya. Berakhirnya
berdampak pada peningkatan penerimaan masa panen sejumlah komoditas seperti beras
ekspor. Hal ini tercermin dari Nilai Tukar Petani dan kelapa sawit, diperkirakan menahan
(NTP) Sumatera yang meningkat di triwulan kenaikan pendapatan petani dan penerimaan
laporan. NTP pada triwulan IV 2017 meningkat ekspor, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
dari sebelumnya 98,0 di triwulan III 2017 menjadi terbatasnya konsumsi masyarakat.
98,6. Di sisi lain, konsumsi masyarakat yang naik
didukung oleh optimisme rumah tangga terhadap
perekonomian ke depan. Hal tersebut terindikasi
dari hasil survei konsumen melalui indikator
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat pada
triwulan IV 2017 (Grafik II.2). Perbaikan
permintaan konsumsi juga tercermin pada
penggunaan kredit konsumsi yang mulai
menunjukkan kenaikan. Penyaluran kredit
Grafik II.2. Survei Konsumen
konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya dari sebesar
Konsumsi Pemerintah
8,91% (yoy) menjadi 10,83% (yoy).
Arah kebijakan fiskal Pemerintah yang
Secara keseluruhan tahun 2017, perbaikan mendorong percepatan realisasi dan
kinerja LU pertanian dan ekspor SDA belum peningkatan kualitas belanja APBD
cukup kuat menopang perbaikan konsumsi mengakibatkan perbaikan realisasi belanja pada
rumah tangga di tengah penyesuaian daya beli
dan perubahan perilaku konsumsi (consumption
smoothing). Konsumsi rumah tangga pada tahun

19
5
2017. Berdasarkan data TEPRA , realisasi APBD di proyek infrastruktur pemerintah. Investasi pada
seluruh wilayah Sumatera tercatat sebesar triwulan IV 2017 tumbuh cukup tinggi yaitu
80,6%, lebih baik dari realisasi tahun lalu sebesar sebesar 5,94% (yoy). Angka yang sedikit lebih
66,9%. Realisasi belanja pemerintah daerah yang rendah daripada triwulan sebelumnya yang
lebih cepat, terutama di triwulan III 2017, tumbuh 6,66% (yoy) ini dipicu oleh hampir
berdampak pada melambatnya pertumbuhan berakhirnya beberapa proyek infrastruktur
konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2017 dari karena telah memasuki fase penyelesaian (Grafik
9,34% (yoy) menjadi 5,28% (yoy) di triwulan II.3). Beberapa pembangunan proyek
laporan. infrastruktur strategis memberikan dampak
signifikan terhadap pertumbuhan investasi
Realisasi penyerapan anggaran belanja
bangunan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Pemerintah Daerah yang membaik pada
dan Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa proyek
keseluruhan tahun 2017 menjadi salah satu
infrastruktur tersebut antara lain, pembangunan
tumpuan perbaikan pertumbuhan ekonomi
Trans Sumatera yang meliputi ruas di Sumatera
Sumatera. Konsumsi pemerintah di tahun 2017 6 7 8
Utara , Sumatera Selatan dan Lampung .
tumbuh sebesar 4,52% (yoy), meningkat
Peningkatan investasi bangunan juga bersumber
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat
dari pembangunan infrastruktur pendukung
kontraksi sebesar -0,88% (yoy). Perbaikan kinerja
penyelenggaraan Asian Games 2018 di Sumatera
konsumsi pemerintah memberikan kontribusi ke
Selatan, seperti pembangunan LRT serta
pertumbuhan ekonomi Sumatera pada 2017
perbaikan venue dan akomodasi atlet. Selain itu,
sebesar 0,35%, lebih tinggi dibandingkan tahun
pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
sebelumnya yang memberikan dampak kontraksi
Sei Mangkei di Sumatera Utara dan KEK Tanjung
sebesar -0,07%.
Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung turut
Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 mendorong pertumbuhan investasi bangunan.
sesuai pola historisnya diprakirakan belum
Untuk mendukung iklim investasi di Sumatera,
meningkat banyak. Terbatasnya konsumsi
beberapa daerah telah melakukan pembenahan
pemerintah daerah di awal tahun antara lain
terhadap permasalahan yang berpotensi
disebabkan oleh proses pencairan anggaran dari
menghambat realisasi investasi. Beberapa upaya
pusat ke daerah yang masih berlangsung, dan
yang telah dilakukan antara lain adalah
proses pengadaan yang masih berada pada tahap
sinkronisasi administrasi pertanahan melalui
awal. Selain itu, terdapat daerah yang hingga
koordinasi antarotoritas di Kepulauan Riau, yaitu
Januari 2018 masih menghadapi kendala dalam
antara Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan
memperoleh persetujuan APBD. Meski demikian,
Pengelola (BP) Batam, dan Pemerintah Kota
pelaksanaan Pilkada secara serentak di beberapa
Batam, untuk mendukung investasi di bidang
provinsi dan kabupaten/kota berpotensi
properti. Telah dilaksanakan pula pengesahan
meningkatkan belanja pemerintah daerah
Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, serta
oleh DPRD Riau pada triwulan III 2017 yang turut
dapat memberikan stimulus bagi aktivitas
ekonomi di Sumatera.

Investasi 6
Ruas Trans Sumatera di Sumatera Utara meliputi jalur
Investasi di Sumatera menunjukkan kinerja yang Medan-Binjai, Medan-Kualanamu-Tebingtinggi, Kisaran-
Tebingtinggi, dan Tebingtinggi-Pematangsiantar-Parapat-
cukup kuat ditopang oleh pelaksanaan proyek- Tarutung-Sibolga.
7
Meliputi jalur Palembang-Indralaya, Pematang Panggang-
Kayu Agung, dan Kayu Agung-Palembang-Betung.
5 8
Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi APBN dan APBD Meliputi jalur Bakauheni-Terbanggi Besar, dan Terbanggi
(TEPRA). Besar-Pematang Panggang.

20
memperbaiki iklim investasi dan kepastian usaha dibandingkan tahun 2016 sebesar 5,62% (yoy).
dalam penggunaan ruang dan lahan. Kondisi ini dipengaruhi oleh belum
terakselerasinya investasi nonbangunan oleh
swasta seiring dengan masih berlanjutnya
konsolidasi korporasi dan belum optimalnya
kapasitas utilisasi. Sebagian besar investasi oleh
pelaku swasta masih bersifat pemeliharaan dan
perawatan bagi mesin-mesin dan peralatan
pendukung industri.

Investasi diprakirakan belum tumbuh tinggi


pada triwulan I 2018. Proses konsolidasi
Sumber: Badan Pusat Statistik korporasi yang masih berlanjut dan pelaksanaan
Grafik II.3. Perkembangan PMTB Pilkada serentak di empat provinsi dan 35
kabupaten/kota di Sumatera diperkirakan akan
Setelah sempat tumbuh terbatas selama tiga sedikit menahan pertumbuhan investasi. Dari sisi
triwulan pertama 2017, investasi nonbangunan pemerintah, investasi diyakini masih terbatas
oleh swasta mulai menunjukkan perbaikan. sering dengan baru dimulainya proses pengadaan
Sebagaimana perkembangan investasi bangunan, proyek infrastruktur baru di awal tahun.
investasi nonbangunan di Sumatera Utara dan
Sumatera Selatan mencatatkan perbaikan Ekspor Barang dan Jasa
tertinggi di triwulan IV 2017. Meningkatnya Ekspor barang dan jasa dari Sumatera, sebagai
investasi nonbangunan oleh pelaku swasta di daerah basis produksi pangan, menunjukkan
antaranya terkait dengan perawatan dan peningkatan, ditopang oleh maraknya
pemeliharaan mesin-mesin produksi industri perdagangan antardaerah seiring dengan
untuk pemenuhan permintaan yang menguat di tingginya permintaan bahan makanan dari
akhir tahun. Perbaikan kinerja investasi pada wilayah lainnya. Ekspor barang dan jasa pada
periode laporan juga terkonfirmasi dari likert triwulan IV 2017 tercatat tumbuh 10,79% (yoy),
scale hasil liaison yang mengindikasikan sedikit lebih baik dibandingkan dengan triwulan
peningkatan investasi beberapa perusahaan sebelumnya yang tumbuh 10,49% (yoy).
utama di Sumatera (Grafik II.4). Peningkatan pertumbuhan ekspor tersebut
bersumber dari ekspor antardaerah yang tumbuh
lebih tinggi dari 2,19% (yoy) menjadi 8,98% (yoy)
di triwulan IV 2017. Membaiknya ekspor
antardaerah bersumber dari daerah-daerah
produsen tanaman pangan utama seperti di
Sumatera Selatan dan Sumatera Barat yang
merupakan daerah penghasil beras.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor luar negeri


cenderung tertahan akibat terbatasnya
Grafik II.4. Likert Scale Investasi permintaan dari mitra dagang dan pelemahan
harga komoditas ekspor utama di akhir tahun
Secara keseluruhan tahun, perbaikan investasi 2017. Ekspor luar negeri tumbuh melambat dari
tertahan oleh belum kuatnya pertumbuhan 19,92% menjadi 12,58% di triwulan IV 2017.
investasi nonbangunan. Investasi pada tahun Melambatnya harga komoditas CPO dan karet
2017 tumbuh sebesar 5,30% (yoy), melambat menjadi penyebab lemahnya ekspor luar negeri.

21
Secara spasial, Sumatera Selatan dan Jambi Impor barang dan jasa pada triwulan IV 2017
tercatat sebagai daerah yang mengalami tumbuh 13,09% (yoy), relatif stabil di level tinggi
pelemahan ekspor tertinggi akibat kinerja ekspor dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
karet yang kurang menggembirakan di akhir sebesar 13,70% (yoy). Perawatan dan
tahun 2017. Selain pelemahan harga komoditas, pemeliharaan untuk mesin-mesin produksi
menurunnya permintaan CPO dari India turut industri telah meningkatkan kebutuhan impor
menghambat kinerja ekspor. Hal ini diakibatkan barang modal. Sementara menguatnya konsumsi
kebijakan Pemerintah India untuk rumah tangga di akhir tahun mendorong
memprioritaskan penggunaan minyak nabati peningkatan impor barang konsumsi. Kenaikan
domestik, antara lain melalui pengurangan impor lebih lanjut tertahan oleh penurunan
penggunaan produk impor CPO dengan impor bahan baku konstruksi seiring dengan
menaikkan tarif impor CPO dari 7,5% menjadi telah selesainya sejumlah proyek infrastruktur.
15%, serta menaikan tarif impor turunan kelapa
sawit dari 15% menjadi 25%. Di sisi lain, harga
batubara yang terus meningkat belum mampu
mengangkat kinerja ekspor luar negeri,
khususnya di Sumatera Selatan. Kondisi tersebut
terjadi karena permintaan yang cenderung
menurun seiring dengan adanya substitusi
dengan produksi lokal dan efisiensi pembangkit
listrik di Tiongkok.

Perbaikan harga komoditas ekspor utama di Grafik II.5. Perkembangan Impor Non Migas
paruh pertama menjadi faktor yang mengangkat
kinerja ekspor Sumatera pada 2017. Ekspor Pembangunan infrastruktur di sepanjang 2017
barang dan jasa pada tahun 2017 tercatat mendorong kebutuhan impor bahan baku dan
tumbuh 7,99% (yoy), jauh meningkat barang modal. Impor barang dan jasa pada tahun
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 2017 tercatat tumbuh 9,49% (yoy), jauh
kontraksi sebesar -0,89% (yoy). Membaiknya meningkat dibandingkan dengan tahun
kinerja ekspor sangat dipengaruhi faktor harga sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar -
komoditas ekspor utama Sumatera, yaitu CPO, 1,82% (yoy). Impor bahan baku terkait dengan
karet dan batubara. pekerjaan konstruksi dan bahan penunjang
lainnya dengan lokasi proyeksi di Sumatera Utara,
Pada triwulan I 2018, kinerja ekspor
Riau, Lampung, dan Sumatera Selatan juga
diprakirakan belum tumbuh kuat seiring dengan
mendorong kenaikan impor antardaerah.
kenaikan harga komoditas ekspor utama yang
Peningkatan juga terjadi pada impor luar negeri
tidak setinggi triwulan sebelumnya. Harga
sejalan dengan tingginya kebutuhan bahan baku
komoditas CPO yang diprakirakan menurun
dan barang modal industri pengolahan untuk
akibat mulai pulihnya produksi CPO Malaysia dan
memenuhi kenaikan ekspor luar negeri,
masuknya musim trek perkebunan kelapa sawit
khususnya di Sumatera Utara, Riau, dan
diperkirakan menahan kinerja ekspor di awal
Kepulauan Riau.
tahun 2018.
Pada triwulan I 2018, sesuai pola historisnya,
Impor Barang dan Jasa
impor diperkirakan melambat sejalan dengan
Peningkatan investasi nonbangunan oleh swasta menurunnya ekspor dan juga belum kuatnya
berdampak pada tingginya pertumbuhan impor kegiatan domestik pada awal tahun. Turunnya
barang dan jasa di triwulan IV 2017 (Grafik II.5). ekspor industri pengolahan dan telah selesainya

22
sejumlah pembangunan infrastruktur Secara keseluruhan 2017, kinerja LU pertanian
menyebabkan turunnya kebutuhan akan impor, lebih baik dibandingkan 2016. LU pertanian pada
khususnya bahan baku dan barang modal. 2017 tumbuh sebesar 3,93% (yoy), meningkat
dibandingkan pada 2016 sebesar 3,77% (yoy).
Kinerja Lapangan Usaha
Perbaikan kinerja tersebut ditopang oleh
Dari sisi lapangan usaha (LU), masih kuatnya meningkatnya produksi tanaman bahan makanan
pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan dan tanaman perkebunan sejalan dengan kondisi
IV 2017 didukung oleh kinerja LU utama, yaitu cuaca tahunan yang lebih kondusif, membaiknya
pertanian dan perdagangan. Masa panen harga komoditas tanaman perkebunan, serta
tanaman pangan dan perkebunan yang disertai upaya pemerintah dan petani dalam
dengan perbaikan harga kelapa sawit domestik mengantisipasi serangan hama seperti yang
mendorong peningkatan kinerja LU pertanian. pernah terjadi pada akhir 2016.
Perbaikan pada LU pertanian kemudian
Kinerja LU pertanian pada triwulan I 2018
meningkatkan pendapatan dan konsumsi rumah
diprakirakan akan melambat dibandingkan
tangga. Peningkatan konsumsi rumah tangga
triwulan sebelumnya seiring dengan
mendorong perbaikan LU perdagangan melalui
berakhirnya musim panen serta mulai masuknya
peningkatan aktivitas ekspor dan perdagangan
periode musim trek dan musim tanam.
antardaerah. Perbaikan kinerja LU pertanian dan
Perlambatan kinerja LU pertanian lebih
LU perdagangan tersebut menjadi tumpuan
disebabkan oleh faktor musiman. Namun
ekonomi Sumatera pada keseluruhan tahun 2017
demikian, pertumbuhan pada triwulan-triwulan
untuk tetap tumbuh solid.
selanjutnya diprakirakan lebih baik dari capaian
Pertanian dua tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan
Kinerja LU pertanian pada triwulan IV 2018 dukungan program pemerintah dan realisasi dana
membaik sejalan dengan meningkatnya desa untuk perbaikan infrastruktur pertanian dan
produksi dan membaiknya harga produk perdesaan.
tanaman pangan dan perkebunan. LU pertanian
pada triwulan IV 2017 tumbuh sebesar 4,41%
(yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan
III 2017 yang tumbuh sebesar 3,76% (yoy).
Peningkatan kinerja LU pertanian didorong oleh
peningkatan produksi subLU tanaman pangan
dan subLU hortikultura seiring dengan masuknya
musim panen dan kondisi cuaca yang relatif
kondusif. Perbaikan pertumbuhan juga ditopang
oleh mulai meningkatnya harga komoditas Grafik II.6. Likert Penjualan Domestik Pertanian
pangan dan perkebunan, seperti beras, cabai
merah, serta tandan buah segar (TBS) kelapa Pertambangan
sawit lokal. Dampak perbaikan harga TBS lokal
LU pertambangan dan penggalian pada triwulan
terlihat dari meningkatnya kinerja subLU
IV 2017, meskipun masih terkontraksi, terus
perkebunan di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi
menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan
yang merupakan pusat agroindustri kelapa sawit
sebelumnya. Pada triwulan IV 2017, kinerja LU
di Sumatera. Perbaikan di LU pertanian
pertambangan dan penggalian tercatat
terkonfirmasi oleh likert scale penjualan domestik
mengalami penurunan sebesar 0,24% (yoy),
pertanian yang meningkat dibandingkan dengan
membaik dibandingkan dengan triwulan
triwulan sebelumnya (Grafik II.6).

23
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,43%
(yoy). Perbaikan kinerja tersebut terutama
disebabkan oleh meningkatnya permintaan
batubara oleh Tiongkok. Dari sisi penawaran,
perbaikan tersebut didukung oleh distribusi
batubara yang semakin lancar dengan
bertambahnya operasional angkutan kereta api
khusus, dan peningkatan kapasitas pelabuhan
timbun di Sumatera Selatan. Terkait subLU
pertambangan migas, dukungan perbaikan Sumber: Bloomberg
berasal dari eksploitasi sumur baru di Jambi dan Grafik II.8. Harga Batubara Internasional
Sumatera Selatan. Di sisi lain, lifting minyak Riau
masih terus mengalami penurunan diakibatkan Perbaikan kinerja LU pertambangan dan
semakin menipisnya cadangan minyak bumi penggalian di triwulan I 2018 diprakirakan masih
(natural declining) (Grafik II.7). Kenaikan harga terbatas. LU pertambangan dan penggalian
minyak yang masih terbatas juga belum mampu diprakirakan masih mencatat kontraksi namun
memberikan insentif kepada produsen minyak tidak sedalam dibandingkan dengan triwulan IV
bumi untuk melakukan eksploitasi kilang baru. 2017. Natural declining cadangan minyak bumi di
Riau masih menjadi faktor utama penyebab
penurunan kinerja LU pertambangan dan
penggalian. Di sisi lain, produksi minyak di sumur
baru masih belum optimal sehingga belum
mampu memberikan daya dorong bagi perbaikan
lebih lanjut.

Industri Pengolahan
Pertumbuhan LU industri pengolahan melambat
sejalan dengan melemahnya harga komoditas
Sumber: SKK Migas pada akhir paruh kedua 2017 dan terbatasnya
Grafik II.7. Lifting Minyak Riau permintaan mitra dagang utama. Pada triwulan
IV 2017, LU industri pengolahan tumbuh sebesar
Kinerja LU pertambangan dan penggalian 3,35% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan
terkontraksi secara keseluruhan 2017 seiring sebelumnya sebesar 4,10% (yoy). Melemahnya
penurunan lifting minyak bumi. LU kinerja industri pengolahan tersebut tercermin
pertambangan dan penggalian kembali dari hasil liaison yang menunjukkan penurunan
terkontraksi yaitu sebesar 0,66% (yoy) pada 2017 penjualan domestik produk-produk industri di
sedikit meningkat dibandingkan kontraksi 2016 beberapa pelaku utama (Grafik II.19).
sebesar 0,56% (yoy). Penurunan ini terutama Melemahnya industri pengolahan terutama
terjadi di Riau dan Kepulauan Riau seiring bersumber dari industri pengolahan kelapa sawit
penurunan lifting minyak. Kontraksi yang lebih dan turunannya akibat sejumlah restriksi yang
dalam tertahan oleh perbaikan LU pertambangan dihadapi. Restriksi itu berupa peningkatan bea
dan penggalian di Sumatera Selatan seiring masuk yaitu kenaikan tarif impor CPO oleh India
membaiknya harga dan permintaan batubara, dan pengenaan non-tariff barrier yaitu resolusi
dan mulai beroperasinya sumur baru di Jambi sawit oleh Uni Eropa. Di sisi input, industri
dan Sumatera Selatan pada paruh kedua 2017 pengolahan kelapa sawit juga menghadapi
(Grafik II.8). kenaikan harga bahan baku domestik seiring

24
dengan peningkatan harga TBS kelapa sawit lokal. Sumatera Utara diyakini akan mampu
Pelemahan LU industri pengolahan terutama memberikan dorongan baru bagi perbaikan
terjadi di Riau dan Sumatera Utara yang kinerja LU industri pengolahan.
merupakan basis utama industri pengolahan
Perdagangan
kelapa sawit. Di samping permasalahan harga
input, industri pulp paper di Riau juga Pada triwulan IV 2017, kinerja LU perdagangan
menghadapi kendala keterbatasan bahan baku mencatat pertumbuhan yang kuat sejalan
akibat pembatalan rencana kerja usaha dengan membaiknya konsumsi rumah tangga
pemanfaatan hasil hutan di lahan gambut. dan ekspor. Aktivitas konsumsi masyarakat
meningkat pada akhir tahun terkait perayaan
Secara keseluruhan tahun 2017, melemahnya Natal dan liburan tahun baru. LU perdagangan
permintaan dunia akan produk medium and tercatat meningkat di triwulan IV 2017 menjadi
high tech menahan kinerja LU industri 5,39% (yoy). Peningkatan kinerja LU
pengolahan. LU industri pengolahan di tahun Perdagangan juga ditopang oleh meningkatnya
2017 tumbuh sebesar 4,11% (yoy), terkoreksi kegiatan ekspor dan impor antardaerah. Hal ini
dibandingkan tahun 2016 sebesar 4,37% (yoy). juga terefleksi pada kenaikan realisasi kegiatan
Penurunan kinerja tersebut terutama bersumber usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
dari rendahnya permintaan akan produk industri (Grafik II. 10).
galangan kapal dan industri besi dan baja untuk
keperluan kilang migas di Riau. Perbaikan LU perdagangan juga bersumber dari
aktivitas ekspor luar negeri dan perdagangan
antardaerah yang cukup tinggi di sepanjang
tahun 2017. Pertumbuhan LU perdagangan pada
2017 mencapai 6,16% (yoy), lebih baik
dibandingkan pada 2016 yang tumbuh 5,88%
(yoy). Hal ini sejalan dengan masih kuatnya
konsumsi rumah tangga yang didorong oleh
antara lain peningkatan pendapatan petani dari
LU pertanian, dan tingginya kegiatan ekspor dan
impor di Sumatera.
Grafik II.9. Likert Scale Penjualan Domestik Industri
Pengolahan

Pada awal tahun 2018, meningkatnya produksi


industri makanan dan minuman serta
beroperasinya industri baru berpotensi
mendorong kinerja LU industri pengolahan. LU
industri pengolahan diperkirakan mencapai
4,47% (yoy), atau meningkat dibandingkan
dengan triwulan IV 2017 sebesar 3,35% (yoy).
Kenaikan produksi industri makanan dan Grafik II.10. Realisasi Kegiatan Usaha SKDU Perdagangan
minuman dilakukan untuk menambah persediaan
yang sempat menurun akibat tingginya Pada triwulan I 2018, kinerja LU perdagangan
permintaan di akhir tahun 2017, terutama di diperkirakan akan mengalami perlambatan.
Sumatera Utara, Riau dan Lampung. Selain Pelemahan tersebut merupakan imbas dari
industri makanan dan minuman, mulai menurunnya aktivitas ekspor komoditas
berproduksinya smelter industri alumunium di perkebunan dan tanaman pangan, serta masih

25
terbatasnya impor sejalan dengan konsumsi kedua 2017, menjadi sumber perlambatan LU
rumah tangga dan investasi yang belum tinggi di konstruksi pada sepanjang 2017. Selain itu,
awal tahun. Perkiraan pelemahan terindikasi dari pertumbuhan LU konstruksi belum diimbangi
oleh turunnya kegiatan usaha pada Survei oleh besarnya peran investasi bangunan swasta.
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) (Grafik II. 11).

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia


Grafik II.11. Perkiraan Kegiatan Usaha SKDU Grafik II.12. Konsumsi Semen Sumatera
Perdagangan
Telah selesainya beberapa proyek infrastruktur
Konstruksi tersebut akan berdampak ke kinerja konstruksi
Dinamika perkembangan investasi yang mulai pada triwulan I 2018 yang diprakirakan tidak
sedikit melambat di triwulan IV 2017, terutama setinggi pencapaian triwulan IV 2017. LU
investasi bangunan, memengaruhi LU konstruksi diprakirakan tumbuh lebih lambat
konstruksi. Kinerja LU konstruksi tercatat tumbuh dibandingkan dengan triwulan IV 2017.
6,91% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih rendah Perlambatan tersebut terjadi seiring dengan
daripada triwulan III-2017 sebelumnya 7,91% belum adanya proyek investasi bangunan yang
(yoy). Masih dominannya investasi melalui signifikan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
proyek pembangunan infrastruktur pemerintah di Fiskal Daerah
Sumatera menjadi faktor utama yang
memengaruhi dinamika perkembangan LU Capaian realisasi belanja APBD tahun 2017 lebih
konstruksi. Daya ungkit LU konstruksi terhadap baik dibandingkan tahun 2016, dan menjadi
pertumbuhan ekonomi di akhir tahun melemah salah satu faktor pendorong pertumbuhan
seiring dengan selesainya pembangunan ekonomi di Sumatera. Pada akhir 2017, serapan
beberapa proyek infrastruktur, yaitu sejumlah belanja APBD di Sumatera (termasuk APBD
ruas jalan Trans Sumatera dan infrastruktur provinsi dan kabupaten/kota) mencapai 80,64%,
pendukung Asian Games di Sumatera Selatan. lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya
9
sebesar 66,92%. Secara spasial, 10 provinsi di
Secara keseluruhan 2017, kinerja LU konstruksi Sumatera mengalami peningkatan penyerapan
belum setinggi tahun 2016 terutama disebabkan belanja APBD (Grafik II.13). Penyerapan tertinggi
pelemahan investasi bangunan pada akhir 2017 terjadi di Bengkulu yang mencapai 78,68%,
dan belum giatnya investasi swasta. disusul oleh Riau sebesar 75,03%, dan Kepulauan
Pertumbuhan LU konstruksi pada 2017 mencapai Riau sebesar 74,49%. Meningkatnya serapan
6,27% (yoy), lebih rendah dari tahun sebelumnya belanja APBD sejalan dengan kenaikan
sebesar 6,42% (yoy). Beberapa proyek
infrastruktur pemerintah yang telah memasuki 9
Data realisasi APBD berasal dari Tim Evaluasi dan
tahap penyelesaian di samping masalah Pengawasan Realisasi APBN dan APBD (TEPRA). Realisasi
administrasi terkait peruntukan lahan di Riau dan APBD 2016 merupakan data per minggu pertama 2017,
sedangkan realisasi APBD 2017 merupakan data per minggu
Kepulauan Riau yang baru rampung pada paruh keempat 2017.

26
pertumbuhan konsumsi Pemerintah dari semula masalah pembebasan dan pengadaan lahan
kontraksi sebesar 0,88% (yoy) pada 2016 menjadi mengakibatkan realisasi proses lelang sejumlah
tumbuh 4,52% (yoy) pada 2017. proyek dengan nilai besar terlambat.

Penyerapan realisasi belanja APBD tidak


terlepas dari kebijakan Pemerintah untuk
mempercepat penyaluran dana transfer dan
peningkatan kualitas belanja. Dalam rangka
meningkatkan peran daerah dalam mendukung
perekonomian yang lebih kuat, Pemerintah
meningkatkan alokasi Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD) yang diatur untuk
dioptimalkan pemanfaatannya dalam rangka
pembangunan daerah, terutama infrastruktur. Grafik II.14. Belanja Fisik Pemerintah Provinsi dan
Alokasi dana desa di Sumatera pada 2017 Kota/Kabupaten hingga Desember 2017
mencapai Rp18 triliun, lebih tinggi dibandingkan
2016 sebesar Rp14,1 triliun. Pemerintah pada Perkembangan Inflasi
2017 mengeluarkan kebijakan percepatan Inflasi di Sumatera pada triwulan IV 2017
penyaluran DAK fisik dan dana desa dalam dua tercatat menurun sehingga capaian inflasi pada
tahap, dan disalurkan melalui Kantor Pelayanan akhir tahun tetap berada pada kisaran target
Perbendaharaan Negara (KPPN) di daerah- inflasi 4,0%+1%. Inflasi Sumatera sebesar 3,30%
daerah. (yoy) berada di bawah pola historisnya selama
tiga tahun terakhir yang mencapai 8,76% (yoy).
Inflasi tersebut lebih rendah daripada inflasi 2016
sebesar 3,63% yang berarti melanjutkan tren
penurunan laju inflasi. Di samping itu, tingkat
inflasi Sumatera pada 2017 juga lebih rendah
daripada inflasi nasional dan inflasi wilayah
lainnya (Jawa dan Kawasan Timur Indonesia -
KTI). Faktor penyebab rendahnya inflasi tersebut
adalah menurunnya inflasi volatile food, inflasi
inti, dan inflasi administered prices. Walaupun
Grafik II.13. Realisasi APBD Sumatera sd Akhir Tahun
secara keseluruhan sudah baik, namun secara
Meski masih berada di bawah target, realisasi spasial masih terdapat dua daerah yang perlu
penyerapan belanja fisik pada sebagian besar mendapat perhatian karena mencatatkan inflasi
provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera sudah di atas 4%, yaitu Aceh dan Riau.
cukup tinggi (Grafik II.14). Penyerapan belanja Inflasi volatile food menurun seiring dengan
fisik paling tinggi terjadi di Kepulauan Riau yang ketersediaan pasokan bahan pangan yang
mencapai 95,61%, disusul Aceh sebesar 95,50%. mencukupi serta koordinasi yang kuat antara
Riau menjadi daerah yang mencatatkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di
penyerapan belanja fisik di atas target realisasi. tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Inflasi
Penyerapan belanja fisik di Riau mencapai volatile food pada 2017 hanya sebesar 0,77%
93,77%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan (yoy). Hal ini disebabkan penurunan harga
sebesar 93,75%. Di sisi lain, realisasi belanja fisik sejumlah komoditas pangan utama, seperti cabai
di beberapa daerah, seperti Jambi dan Lampung,
masih terbatas. Beberapa kendala seperti

27
merah, bawang putih, bawang merah, gula pasir, distribusi, penguatan kerja sama antardaerah,
cabai rawit, dan cabai hijau di sepanjang 2017. pemanfaatan data harga komoditas, dan
penguatan kelembagaan. Contoh nyata
Koordinasi pengendalian inflasi oleh TPID
pengendalian inflasi yang dilakukan oleh
bersama lembaga lainnya yang semakin baik
beberapa TPID di wilayah Sumatera di antaranya
turut mendorong penurunan tekanan inflasi
adalah kerja sama antardaerah dalam
volatile food sejak awal hingga akhir tahun 2017.
perdagangan komoditas beras dan sayuran oleh
Aceh dan Sumatera Utara, percepatan
pembentukan BUMD pangan dan pembangunan
sistem kelembagaan petani di Sumatera Utara,
pemanfaatan teknologi informasi untuk
pemantauan produksi pangan di Sumatera Barat,
penyediaan cold storage untuk penyimpanan
daging di Jambi, dan pelaksanaan urban farming
di beberapa daerah lainnya.

Memasuki 2018, tekanan inflasi pada Januari


Sumber: Badan Pusat Statistik
2018 tercatat sebesar 0,73% (mtm), lebih tinggi
Grafik II.15. Disagregasi Realisasi Inflasi Sumatera
dari pola historis Januari dalam tiga tahun
Di sisi lain, inflasi administered prices juga terus terakhir sebesar 0,19% (mtm). Tekanan inflasi
menunjukkan penurunan. Inflasi administered terutama dipengaruhi oleh inflasi volatile food
prices tercatat menurun dari 7,59% (yoy) pada dan inflasi administered prices. Komoditas
triwulan III 2017 menjadi 7,12% (yoy) pada penyumbang utama inflasi Januari 2018 adalah
triwulan IV 2017. Upaya pemerintah daerah beras, cabai merah, daging ayam ras, dan tukang
dalam mengendalikan dampak lanjutan kenaikan bukan mandor. Dari inflasi volatile food pada
tarif listrik, biaya administrasi perpanjangan Januari 2018 yang sebesar 0,37% (mtm), andil
STNK, cukai rokok kretek, dan tarif angkutan terbesar berasal dari inflasi beras sebesar 0,15%
udara memberikan dampak positif terhadap (mtm). Kenaikan harga beras ditengarai akibat
terkendalinya inflasi administered prices. Sebagai menurunnya pasokan di tengah implementasi
contoh, TPID Provinsi Bengkulu memainkan kebijakan tata niaga pangan yang diterapkan oleh
peran cukup penting dalam mengendalikan tarif Pemerintah melalui penerapan Permendag No.
angkutan udara yang merupakan salah satu 57 Tahun 2017.
komoditas penyumbang inflasi terbesar di Dengan melihat perkembangan inflasi pada
Sumatera. Tarif angkutan udara di Bengkulu Januari 2018 tersebut, inflasi pada triwulan I
menjadi relatif terkendali, dan tidak lagi menjadi 2018 diprakirakan meningkat. Namun demikian,
faktor yang memberikan tekanan terhadap inflasi inflasi triwulan I 2018 masih sejalan dengan
administered prices (lihat selengkapnya pada prakiraan inflasi Sumatera dan berada dalam
boks Keberhasilan Meredam Inflasi Tarif kisaran target inflasi nasional sebesar 3,5%±1%.
Angkutan Udara di Bengkulu). Beberapa TPID sudah mulai melakukan mitigasi
Terjaganya inflasi Sumatera tidak terlepas dari risiko kenaikan inflasi, baik melalui penguatan
koordinasi dan sinergi TPID provinsi dan kelembagaan, optimalisasi pemanfaatan data
kabupaten/kota yang semakin kuat dalam harga pada Pusat Informasi Harga Pangan
pengendalian inflasi. Pengendalian inflasi oleh Strategis (PIHPS), koordinasi dan kerja sama
TPID di wilayah Sumatera diarahkan kepada antardaerah (produsen-konsumen), dan
peningkatan produksi pangan, pengaturan percepatan distribusi pangan. Upaya-upaya
pengendalian inflasi yang telah dilakukan oleh

28
TPID sejak awal tahun tersebut diharapkan dapat
mengantisipasi risiko inflasi pada 2018 agar tetap
berada pada kisaran target inflasi nasional.

Stabilitas Keuangan Daerah


Ketahanan Sektor Korporasi
Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah (SKD)


wilayah Sumatera membaik sejalan dengan
Sumber: Bloomberg
ekonomi Sumatera yang tumbuh solid. Grafik II.17. ROA Korporasi Sumatera
Membaiknya kondisi SKD, khususnya kinerja
10
korporasi di tiga LU utama (LU pertanian, LU
pertambangan, dan LU industri pengolahan)
tercermin dari seluruh indikator kinerja keuangan
korporasi. Penjualan yang meningkat dan profit
margin yang membaik berdampak positif
terhadap perbaikan rasio rentabilitas, solvabilitas,
dan likuiditas.

Sumber: Bloomberg
Grafik II.18. ROE Korporasi Sumatera

Sejalan dengan profitabilitas korporasi yang


meningkat, kemampuan perusahaan dalam
membayar beban utang juga semakin membaik.
Hal ini tercemin dari rasio beban utang korporasi
atau Debt Servie Ratio (DSR) yang menurun, dari
Sumber: Bloomberg 10,74 pada triwulan II 2017 menjadi 10,11 pada
Grafik II.16. Profit Margin Korporasi Sumatera
triwulan III 2017. Kondisi tersebut
mengindikasikan terjadinya peningkatan
Kenaikan indikator profitabilitas terjadi
kemampuan laba perusahaan untuk menutup risk
terutama pada korporasi yang bergerak di LU
debt yang dimiliki, terutama kewajiban jangka
industri pengolahan. Hal ini sejalan dengan
pendek, baik untuk pemenuhan pembayaran
kinerja korporasi industri pengolahan yang
pokok utang maupun bunganya. Hal ini terjadi
membaik seiring meningkatnya konsumsi rumah
pada perusahaan yang bergerak di LU pertanian,
tangga dan ekspor. Perbaikan kinerja korporasi di
LU pertambangan dan LU industri pengolahan.
LU industri pengolahan juga didukung oleh
pasokan bahan baku yang lebih baik seiring Meningkatnya kemampuan perusahaan untuk
masuknya periode panen pertanian dan menghasilkan laba dari aset yang dimiliki dan
perkebunan, serta meningkatnya permintaan meningkatkan tingkat pengembalian ekuitas
CPO oleh negara-negara mitra dagang utama. bagi pemegang saham, mendorong perusahaan
meminimalkan porsi utang dari pihak eksternal.
Kinerja korporasi berdasarkan seluruh indikator
10 keuangan semakin membaik. Hal ini
Korporasi di Sumatera diwakilli oleh 12 perusahaan yang
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. menyebabkan korporasi cenderung

29
menggunakan hasil keuntungannya untuk Peningkatan pendapatan korporasi mendukung
ekspansi usaha dibandingkan menambah porsi kemampuan membayar sehingga berdampak
utang. Kondisi ini tercermin dari menurunnya terhadap penurunan risiko kredit. Penurunan
Debt to Equity Ratio (DER) dari 1,25 menjadi 1,04. risiko kredit tercermin pada NPL korporasi yang
menunjukkan penurunan, yaitu dari 2,76% pada
triwulan III 2017 menjadi 2,59% pada triwulan IV
2017. Penurunan NPL terutama terjadi pada
korporasi yang bergerak di LU konstruksi, yaitu
dari 7,25% pada triwulan III 2017 menjadi 4,67%
pada triwulan IV 2017. Hal ini seiring dengan
telah selesainya pembangunan beberapa proyek
infrastruktur jalan Trans Sumatera dan beberapa
infrastruktur pendukung Asian Games di
Sumatera Selatan. Di samping itu, NPL di
Sumber: Bloomberg
beberapa LU utama lainnya, seperti industri
Grafik II.19. DSR Korporasi Sumatera
pengolahan dan perdagangan juga masih berada
di bawah batas indikatif 5%, yaitu masing-masing
sebesar 1,54% dan 4,54%.

Sumber: Bloomberg
Grafik II.20. DER Korporasi Sumatera

Grafik II.21. Proporsi Kredit Sektoral Korporasi


Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

Kredit korporasi meningkat sejalan dengan


kecenderungan korporasi yang mulai
meningkatkan usahanya untuk merespons
konsumsi rumah tangga dan ekspor yang
tumbuh cukup kuat. Penyaluran kredit selama
triwulan IV 2017 tercatat 6,35% (yoy), meningkat
dari 3,24% (yoy) pada triwulan III 2017. Naiknya
permintaan kredit terjadi di beberapa LU utama,
seperti industri pengolahan dan perdagangan.
Hal ini sejalan dengan konsumsi rumah tangga Grafik II.22. Pertumbuhan Kredit Sektoral Korporasi
dan ekspor yang tumbuh cukup kuat, seiring
dengan meningkatnya pendapatan petani akibat Perbaikan pendapatan dan kinerja korporasi di
masuknya masa panen tanaman pangan dan Sumatera mendorong tingginya pertumbuhan
perkebunan serta meningkatnya permintaan penghimpunan simpanan korporasi.
CPO. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada
triwulan IV 2017 tercatat relatif tinggi, sebesar

30
19,6% (yoy). Tingginya pertumbuhan simpanan Perlambatan terjadi baik untuk dana jangka
korporasi didorong oleh meningkatnya pendek (tabungan) maupun dana jangka panjang
pertumbuhan tabungan maupun deposito. (deposito). DPK perseorangan juga masih
mendominasi porsi DPK perbankan dengan porsi
73,81% dari total DPK, meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 69%.

Grafik II.23. Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektoral

Grafik II.25. Perkembangan Pangsa DPK Perseorangan

Grafik II.24 Pertumbuhan DPK Korporasi Sumatera

Ketahanan Sektor Rumah Tangga


Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Grafik II.26. Perkembangan Pertumbuhan DPK
Perseorangan
Tangga

Kinerja sektor rumah tangga menunjukkan Kredit Perseorangan di Perbankan


perbaikan seiring peningkatan ekspor dan
Penyaluran kredit rumah tangga pada triwulan
konsumsi rumah tangga. Meningkatnya
IV 2017 tumbuh meningkat dengan risiko kredit
pendapatan masyarakat memengaruhi kenaikan
yang tetap terjaga. Perbaikan pendapatan rumah
DPK masyarakat sebesar 8,40% pada triwulan IV
tangga yang berasal dari LU pertanian, LU
2017 menjadi Rp432,30 triliun. Namun,
perdagangan, dan juga hasil ekspor SDA
peningkatan tersebut lebih rendah dibandingkan
memberikan ekspektasi positif terhadap
pada triwulan III 2017 sebesar 10,13%.
permintaan kredit konsumsi rumah tangga.
Sesuai dengan pola musimannya, pada periode Penyaluran kredit rumah tangga meningkat dari
Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) dan 8,91% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi
liburan akhir tahun, pertumbuhan DPK (giro, 10,83% (yoy) pada triwulan IV 2017. Peningkatan
tabungan, dan deposito) triwulan IV 2017 penyaluran kredit rumah tangga bersumber dari
menurun dibandingkan triwulan III 2017. DPK peningkatan pertumbuhan kredit pemilikan
perseorangan pada triwulan IV 2017 tercatat rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB),
tumbuh 8,40% (yoy), melambat dibandingkan dan kredit multiguna. Peningkatan pertumbuhan
2
triwulan sebelumnya sebesar 10,13% (yoy). KPR terjadi khususnya untuk tipe 22-70 m . Di

31
tengah pertumbuhan penyaluran kredit rumah sektoral, peningkatan pertumbuhan kredit
tangga yang meningkat, rasio NPL kredit rumah UMKM terjadi pada LU utama, seperti LU
tangga tetap relatif terjaga, bahkan tercatat perdagangan, LU pertanian, dan LU konstruksi, di
menurun dari 1,85% pada triwulan III 2017 mana masing-masing tumbuh 2,45% (yoy),
menjadi 1,59% pada triwulan IV 2017. 13,14% (yoy) dan 16,72% (yoy) pada triwulan IV
2017, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya masing-masing sebesar 1,64% (yoy),
9,14% (yoy) dan 7,57% (yoy). Sementara itu, porsi
kredit UMKM terhadap total kredit sudah
mencapai 26,33%, atau berada diatas ketentuan
porsi kredit UMKM sebesar 20%. Dari sisi risiko,
rasio NPL kredit UMKM juga menurun dari 5,18%
pada triwulan sebelumnya, menjadi 4,75% atau
berada di bawah batas indikatif sebesar 5%.

Grafik II.27. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektor Rumah Pengelolaan Uang Tunai Rupiah
Tangga
Aliran uang kartal ke Bank Indonesia mengalami
arus keluar (outflow) yang tinggi pada triwulan
IV 2017 sesuai pola musiman di akhir tahun.
Secara total, arus keluar bersih (net outflow)
uang kartal selama triwulan IV 2017 mencapai
Rp21,81 triliun, jauh lebih tinggi dari dari net
outflow pada triwulan yang sama pada 2016
sebesar Rp16,19 triliun (Grafik II.30).

Grafik II.28. Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Rumah


Tangga per Jenis Penggunaan

Grafik II.30. Pembayaran Tunai

Tingginya net outflow uang kartal terjadi sejalan


dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera
Grafik II.29. Pertumbuhan KPR per Tipe
yang tetap tinggi. Arus keluar bersih tertinggi
terjadi di Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera
Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Selatan yang masing-masing mencatat net
Menengah (UMKM). outflow sebesar Rp11,99 triliun, Rp5,79 triliun,
dan Rp4,74 triliun. Hal ini dipengaruhi oleh
Penyaluran kredit UMKM di Sumatera
perbaikan pendapatan yang berasal dari
mengalami peningkatan dari tumbuh 5,35%
perbaikan kinerja LU pertanian dan kegiatan
(yoy) pada triwulan III 2017 menjadi sebesar
ekspor SDA di ketiga provinsi tersebut. Ekonomi
8,08% (yoy) pada triwulan IV 2017. Secara

32
di ketiga provinsi tersebut memberikan andil kas titipan, KPwBI di Sumatera juga melakukan
terbesar terhadap ekonomi Sumatera, yaitu kas keliling sebagai bentuk peningkatan
sebesar 58,15%. pelayanan distribusi uang kepada masyarakat dan
mendukung kebijakan Bank Indonesia dalam
Koordinasi yang baik dengan penegak hukum
menjaga ketersediaan uang bersih (clean money
dan perbankan, serta semakin tingginya
policy).
kesadaran masyarakat mengenai ciri-ciri
keaslian uang rupiah memengaruhi temuan Sistem Pembayaran Non Tunai
uang palsu (upal) yang terus menurun. Pada Aktivitas perekonomian yang semakin membaik
triwulan IV 2017, rasio temuan upal terhadap juga terlihat dari peningkatan transaksi kliring di
arus masuk (inflow) uang kartal di Sumatera Sumatera pada triwulan IV 2017 baik secara
tercatat sebesar 0,22. Rasio tersebut lebih nominal maupun volume. Secara nominal,
rendah dibandingkan dua tahun terakhir, yaitu transaksi kliring menunjukkan tren peningkatan
dari sebelumnya 0,37 pada 2015 dan 0,26 pada dari Rp99,94 triliun pada triwulan III 2017
2016 (Grafik II.31). menjadi Rp102,79 triliun pada triwulan IV 2017.
Volume kliring juga menunjukkan peningkatan,
yaitu dari 2.527 ribu lembar kliring pada triwulan
III 2017 menjadi 2.647 ribu lembar kliring pada
akhir triwulan IV 2017 (Grafik II.33 dan II.34).

Grafik II.31. Rasio Upal Terhadap Inflow

Grafik II.33. Transaksi Kliring Menurut Nominal (Wilayah


Sumatera)

Grafik II.32. Temuan Uang Palsu (UPAL)

Layanan uang kas yang dilakukan oleh Bank


Indonesia kepada masyarakat semakin baik,
tercermin dari penambahan jumlah kas titipan
di wilayah Sumatera. Selama triwulan IV 2017, Grafik II.34. Transaksi Kliring Menurut Volume (Wilayah
terdapat penambahan 10 lokasi kas titipan baru Sumatera)
yang tersebar di hampir seluruh wilayah kerja
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) di Transaksi kliring terbesar masih terfokus pada
Sumatera. Total kas titipan yang ada di wilayah provinsi yang memiliki pangsa besar dalam
Sumatera kini berada di 33 lokasi. Selain melalui ekonomi Sumatera. Transaksi di Sumatera Utara,

33
Riau, Sumatera Selatan, dan Lampung secara mencapai 20,06% dari total agen LKD di wilayah
berurutan merupakan provinsi-provinsi dengan Sumatera.
nominal transaksi terbesar, dengan total pangsa
Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan
mencapai 80,39% dari total transaksi di
jumlah agen LKD di daerah. Upaya-upaya
Sumatera. Sementara itu, transaksi kliring
tersebut dilakukan dengan terus melanjutkan
terendah tercatat di Bengkulu dengan pangsa
beberapa program yang telah berjalan, antara
hanya 1,55% atau setara Rp1,63 triliun.
lain sosialisasi dan kampanye LKD kepada
Perkembangan Elektronifikasi di Wilayah pemerintah daerah, sekolah, universitas, dan
Sumatera pengusaha (termasuk UMKM); penguatan kerja
Penggunaan pembayaran non-tunai di wilayah sama antara Bank Indonesia, perbankan dan
Sumatera pada triwulan IV 2017 terus instansi pemerintah daerah terkait pembayaran
meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh transaksi gaji, pajak dan pelunasan pinjaman; serta kerja
menggunakan kartu kredit dan uang elektronik sama antara perbankan, pemerintah daerah dan
yang meningkat. Penggunaan kartu kredit dalam sekolah dalam penyaluran bantuan sosial
transaksi non-tunai di wilayah Sumatera pada (bansos).
triwulan IV 2017 senilai Rp5,18 triliun, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp5,08 triliun.

Penggunaan uang elektronik terus meningkat


seiring dengan implementasi pembayaran non-
tunai bagi pengguna jalan tol. Penggunaan uang
elektronik (unik) selama triwulan IV 2017
meningkat menjadi Rp3,47 miliar dari
sebelumnya Rp1,19 miliar pada triwulan III 2017.
Sebagian besar transaksi unik digunakan untuk Grafik II.35. Jumlah Agen LKD
top up dan pembayaran transaksi. Elektronifikasi
pembayaran jalan tol di Sumatera sudah Prospek Perekonomian
diimplementasikan pada ruas tol di beberapa Prospek Pertumbuhan Ekonomi
kota besar di Sumatera, seperti Medan,
Perbaikan ekonomi Sumatera diprakirakan akan
Palembang, dan Lampung.
terus berlanjut pada triwulan II 2018. Dari sisi
Ketersediaan Layanan Keuangan Digital (LKD) permintaan, daya beli masyarakat diprakirakan
bagi penduduk Sumatera semakin membaik semakin membaik sehingga mendorong
seiring meningkatnya jumlah agen LKD maupun peningkatan konsumsi rumah tangga, terutama
pengggunaan uang elektronik. Pada triwulan IV pada periode Ramadhan dan Idul Fitri. Di
2017, jumlah agen LKD di Sumatera mencapai samping itu, konsumsi pemerintah dan konsumsi
125.590 agen, meningkat dibandingkan triwulan Lembaga Non Profit dan Rumah Tangga (LNPRT)
sebelumnya sebanyak 124.918 agen. Kondisi ini juga diprakirakan akan meningkat seiring dengan
sejalan dengan meningkatnya pengguna uang pelaksanaan Pilkada serentak di empat provinsi,
elektronik yang mencapai 171.465 pengguna, 14 kota, dan 21 kabupaten. Namun dari sisi
jauh lebih besar dibandingkan triwulan eksternal, ekspor luar negeri diprakirakan sedikit
sebelumnya yang hanya sebesar 125.590 tertahan akibat perkembangan harga komoditas
pengguna. Jumlah agen LKD terbesar terdapat di yang tidak setinggi di triwulan I 2018.
Sumatera Utara, yaitu sebanyak 25.069 agen atau

34
Dari sisi lapangan usaha, kinerja LU pertanian, Masih berlanjutnya beberapa proyek
LU perdagangan, dan LU industri pengolahan infrastruktur pemerintah diprakirakan turut
diprakirakan membaik dan menjadi penopang meningkatkan kinerja LU kontruksi dan menjadi
utama perbaikan pertumbuhan ekonomi penopang perbaikan ekonomi Sumatera. Proyek
Sumatera pada triwulan II 2018. Perbaikan infrastruktur yang ditargetkan selesai dan dapat
kinerja LU pertanian terjadi seiring masuknya beroperasi dalam jangka pendek di 2018 nilainya
masa panen beberapa komoditas hortikultura mencapai Rp33,9 triliun. Sementara itu, proyek
serta meningkatnya produksi TBS kelapa sawit di yang baru akan dimulai pada 2018 diprakirakan
Riau dan Sumatera Utara. Sementara kinerja LU nilainya mencapai Rp352,2 triliun.
perdagangan dan LU industri pengolahan
Dari sisi eksternal, perkembangan harga
diprakirakan membaik seiring penyelenggaraan
komoditas CPO, karet, dan batubara yang
Asian Games 2018 di Sumatera Selatan dan mulai
diprediksi melemah akan menahan perbaikan
beroperasinya smelter PT Inalum di Sumatera
kinerja ekspor luar negeri. Di samping faktor
Utara. Dengan memerhatikan faktor-faktor
harga komoditas, kecenderungan negara-negara
tersebut, pertumbuhan ekonomi Sumatera pada
maju untuk menerapkan kebijakan perdagangan
triwulan II 2018 diprakirakan akan tumbuh pada
yang lebih protektif juga berpotensi menurunkan
kisaran 4,3%-4,8%. Perbaikan pertumbuhan
kinerja ekspor luar negeri Sumatera. Salah satu
ekonomi diprakirakan akan relatif merata di
kebijakan protektif tersebut adalah keputusan
semua provinsi di Sumatera.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat
Tabel II.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera (USDOC) untuk mengenakan bea masuk imbalan
2018 biodiesel dari Indonesia sebesar 34,45%-64,73%.
2017 2018
Provinsi Hal ini berisiko menurunkan kinerja ekspor CPO
IV Ip IIp Total
Aceh 3.58 3.2-3.7 3.7-4.2 3.9-4.4 Sumatera dalam memenuhi kebutuhan bahan
Sumut 5.56 5.3-5.8 5.0-5.5 4.9-5.4 baku biodiesel dunia.
Sumbar 5.37 4.9-5.4 5.0-5.5 5.0-5.5
Riau 2.58 2.3-2.8 2.5-3.0 2.5-3.0 Kinerja LU perdagangan diprakirakan tumbuh
Jambi 5.20 4.3-4.8 4.4-4.9 4.5-5.0 meningkat, sedangkan kinerja LU industri
Kep. Riau 2.57 2.4-2.9 3.0-3.5 2.6-3.1
Sumsel 5.93 5.0-5.5 5.3-5.8 5.5-6.0 pengolahan sedikit tertahan. Peningkatkan
Bengkulu 4.60 4.5-5.0 5.0-5.5 5.0-5.5 kinerja LU perdagangan ditopang oleh perbaikan
Lampung 5.31 5.0-5.5 5.0-5.5 4.9-5.4 konsumsi domestik dan peningkatan aktivitas
Kep. Babel 2.94 3.3-3.8 4.0-4.5 4.5-5.0
Sumatera 4.43 4.0-4.5 4.3-4.8 4.3-4.8 perdagangan antardaerah seiring semakin
membaiknya infrastruktur transportasi.
Secara keseluruhan tahun 2018, perekonomian Sementara pertumbuhan industri pengolahan
Sumatera diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi akan sedikit tertahan akibat pelemahan harga
dibandingkan 2017 seiring membaiknya komoditas ekspor utama. Kondisi perlambatan ini
konsumsi domestik. Pertumbuhan ekonomi diperdalam oleh belum pulihnya industri
Sumatera pada 2018 diprakirakan tumbuh pada galangan kapal dan rig terapung, dan prediksi
kisaran 4,3%-4,8%, meningkat dibandingkan 2017 menurunnya permintaan negara Singapura
sebesar 4,30% (yoy). Konsumsi rumah tangga terhadap barang elektronik dari Kepulauan Riau.
akan menjadi penggerak utama perbaikan Sementara itu, kinerja lifting minyak yang terus
ekonomi Sumatera yang bersumber dari dampak menurun akibat kondisi kilang yang mayoritas
positif pelaksanaan Pilkada serentak di beberapa sudah melewati usia keekonomian akan kembali
daerah, pelaksanaan Asian Games 2018, serta menahan kinerja LU pertambangan dan
tetap terjaganya daya beli masyarakat. penggalian pada 2018. Produksi hasil eksplorasi
sumur baru di Jambi dan Sumatera Selatan juga

35
diprakirakan masih terbatas. Selain kondisi kilang 2017, namun tetap berada pada kisaran sasaran
minyak, belum adanya perbaikan signifikan pada inflasi nasional, yaitu 3,5%±1%. Tekanan inflasi
perkembangan harga minyak dunia juga pada 2018 terutama didorong oleh kelompok inti
diprakirakan berpotensi menahan kinerja LU dan volatile food. Kenaikan inflasi pada
pertambangan. kelompok volatile food diperkirakan terjadi akibat
menurunnya pasokan seiring dengan semakin
Sejumlah risiko yang berasal baik dari domestik
tingginya alih fungsi lahan pertanian. Sementara
dan eksternal perlu diantisipasi untuk
kenaikan inflasi kelompok inti akan disebabkan
mendukung perbaikan ekonomi Sumatera pada
oleh peningkatan permintaan domestik sejalan
2018. Dari sisi domestik, dampak dari
perkembangan ekonomi Sumatera yang semakin
penyelenggaraan Pilkada serentak memiliki dua
membaik. Di sisi lain, faktor penahan inflasi akan
sisi. Di satu sisi, Pilkada dapat menunda investasi
bersumber dari inflasi administered prices yang
para investor yang mengambil sikap wait and see.
diperkirakan menurun seiring minimalnya
Di sisi lain, Pilkada yang berjalan lancar dapat
kebijakan kenaikan harga oleh pemerintah,
berdampak positif bagi kepastian iklim investasi.
seperti tarif listrik, BBM bersubsidi dan LPG di
Dari sisi eksternal, risiko perbaikan pertumbuhan
sepanjang 2018. Meski demikian, masih terdapat
ekonomi negara mitra dagang utama yang
beberapa risiko yang perlu mendapat perhatian,
beragam, perbaikan harga komoditas yang belum
antara lain meningkatnya tarif cukai rokok dari
stabil, dan risiko dampak normalisasi kebijakan
8,8% pada tahun sebelumnya menjadi 10,04%,
moneter Amerika Serikat berpotensi menahan
kenaikan harga beras akibat dampak kebijakan
laju perbaikan kinerja ekspor dan impor luar
tata niaga pangan, serta potensi dinamika
negeri Sumatera.
ekonomi global yang menyebabkan kenaikan
Prospek Inflasi harga minyak dunia sehingga mendorong
Inflasi Sumatera pada triwulan II 2018 kenaikan tarif angkutan udara maupun BBM
diprakirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan nonsubsidi.
sebelumnya. Kenaikan inflasi pada triwulan II
2018 terutama bersumber dari kelompok volatile
food dan kelompok inti. Rendahnya harga produk
pertanian diprakirakan mendorong petani untuk
mulai mengalihkan penggunaan lahan pertanian
tanaman bahan pangan ke komoditas yang
bernilai ekonomi lebih tinggi. Hal ini akan
berpotensi mengganggu pasokan bahan pangan
ke depan. Selain itu, risiko peningkatan
permintaan seiring masuknya periode Ramadhan
dan Idul Fitri, pelaksanaan Pilkada serentak, dan
penyelenggaraan Asian Games 2018 juga dapat
memicu tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Namun demikian, kenaikan inflasi yang lebih
tinggi akan tertahan oleh prospek rendahnya
inflasi kelompok administered prices seiring
minimalnya kebijakan kenaikan harga oleh
pemerintah.

Laju inflasi Sumatera pada keseluruhan tahun


2018 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

36
Boks 3

Peran Industri Semikonduktor di 11


Berdasarkan data BPS , Provinsi Kepulauan Riau
Sumatera merupakan pemain utama industri
Pada tahun 2016, neraca perdagangan barang semikonduktor nasional dengan pangsa
produk semikonduktor (integrated circuit) mencapai 97,5% terhadap total produksi
tercatat mengalami defisit senilai USD1.486 juta nasional. Pangsa ini jauh di atas Jawa yang hanya
akibat nilai impor yang mencapai USD1.946 juta, memiliki pangsa 2,5%. Mayoritas (86,4%) produk
jauh lebih besar dari ekspornya yang hanya industri semikonduktor yang diproduksi di
sebesar USD460 juta (Gambar II.1). Impor yang Kepulauan Riau diekspor keluar negeri.
tinggi tersebut digunakan untuk memenuhi Sementara sisanya digunakan untuk keperluan
kebutuhan industri elektronika lanjutan di domestik, baik sebagai bahan baku ataupun
wilayah Jawa serta bahan baku untuk proses barang akhir.
perakitan (back end processing/assembly) di Dari jenis produk, industri semikonduktor di
wilayah Sumatera. Kepulauan Riau saat ini terbatas pada lini
Permintaan impor semikonduktor terbesar produksi proses perakitan (back end
berasal dari Jawa dengan pangsa mencapai 54% processing/assembly) dengan nilai tambah yang
terhadap nasional, dan sisanya dari Sumatera lebih rendah dibandingkan proses lainnya. Lini
dengan negara asal impor utama Singapura. produksi ini cenderung tidak membutuhkan
Sementara itu, Sumatera merupakan pengekspor modal serta riset dan pengembangan (R&D) yang
semikonduktor terbesar di Indonesia dengan besar, namun dapat menyerap tenaga kerja lebih
pangsa mencapai 84% terhadap total ekspor banyak dibandingkan lini produksi lainnya (less
nasional. Sebagian besar produk semikonduktor capital intensive dan more labor intensive).
Sumatera diekspor ke Singapura dengan pangsa Dalam global value chain (GVC), lini produksi
mencapai 92% terhadap total ekspor proses perakitan biasanya banyak dilakukan oleh
semikonduktor Sumatera (Gambar II.1). negara-negara berkembang, seperti Malaysia,
Filipina dan Indonesia. Sementara itu, lini
produksi proses desain dan front end fabrication
yang membutuhkan modal besar, R&D intensive,
serta tenaga kerja yang berkeahlian tinggi masih
terpusat di negara-negara pionir industri
semikonduktor, seperti Amerika Serikat,
Tiongkok, Taiwan, Jepang, Korea Selatan dan
Singapura (Gambar II.2).

Dengan kondisi tersebut, maka peran Indonesia


dalam global value chain (GVC) untuk produk
semikonduktor belum signifikan dan jauh
tertinggal bila dibandingkan dengan pemain-
Gambar II.1. Ekspor dan Impor Produk Semikonduktor
11
Industri Manufaktur Besar dan Sedang.

37
pemain utama dunia saat ini. Pangsa ekspor dunia baru mencapai 0,08% dari total ekspor
semikonduktor Indonesia terhadap total ekspor semikonduktor.

Gambar II.2. Pemain Dunia Industri Semikonduktor

Potensi dan Tantangan Industri tenaga kerja terampil yang mencukupi dengan
Semikonduktor Sumatera upah relatif kompetitif. Namun demikian, jenis
industri ini menghadapi sejumlah tantangan,
Pengembangan semikonduktor di sektor hulu
yaitu tingginya ketergantungan pada permintaan
akan memberikan nilai tambah yang besar,
global, daya saing ekspor yang menurun,
namun perlu upaya ekstra dan strategi jangka
tingginya konten impor, minimnya industri
panjang, terutama untuk meningkatkan kualitas
pendukung, rendahnya nilai tambah produk, dan
tenaga kerja serta riset dan pengembangan.
lemahnya penerapan teknologi serta riset dan
Melihat perdagangan dunia saat ini, nilai terbesar
pengembangan.
dari rantai industri semikonduktor terdapat pada
produksi semikonduktor (95%), diikuti industri Untuk industri hilir, pengembangan lebih lanjut
material semikonduktor (2,6%), dan perakitan sangat potensial melihat besarnya pangsa pasar
(1,7%). Namun demikian, pengembangan industri domestik untuk smartphone dan electronic card.
eksisting (back end processing/assembly) dan Implementasi kebijakan tingkat kandungan dalam
industri hilir masih cukup potensial untuk negeri (TKDN) oleh Pemerintah diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja dan menjadi sumber memperluas peluang industri lokal dan
pertumbuhan baru dalam jangka pendek. mendukung industri perakitan yang sudah
berkembang di Kepulauan Riau. Pengembangan
Terkait dengan lini produksi proses perakitan
industri ini sangat dimungkinkan mengingat
(back end processing/assembly), Kepulauan Riau
terdapat perusahaan yang sudah mulai
memiliki potensi tinggi dari sisi geografis, antara
menjalankan lini produk hilir, seperti produsen
lain memiliki lokasi strategis berdekatan dengan
smartphone dan beberapa perusahaan lainnya
Singapura, dan merupakan daerah free trade
yang berencana untuk mengembangkan lini
zone (FTZ). Di samping itu, di Kepulauan Riau juga
produk ini. Untuk menjamin keberlangsungan
telah banyak berkembang industri elektronik
prospek industri ini diperlukan strategi untuk
(lebih dari 150 perusahaan), serta ketersediaan
menjaga konsistensi keberlangsungan penerapan

38
kebijakan TKDN, meningkatkan insentif fiskal, Berkaca pada transformasi yang dilakukan oleh
optimalisasi lahan industri di Batam yang semakin negara tetangga, peningkatan tahapan
terbatas, serta mempermudah prosedur dan industrialisasi merupakan suatu hal yang sangat
perizinan investasi. mungkin dilakukan. Taiwan, satu negara kecil
yang industri semikonduktornya masih bergerak
Sementara itu, untuk dapat memasuki pasar di
pada proses perakitan di tahun 1975, mampu
lini produksi desain dan front end processing,
mengembangkan diri menjadi negara industri
Indonesia memerlukan kerja keras dan jangka
semikonduktor dengan kapabilitas tinggi di
waktu yang lebih lama mengingat kompleksnya
seluruh tahapan, dimulai dari desain, pabrikasi,
tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut
dan perakitan pada tahun 1990. Dukungan
terkait tantangan menghadapi pesaing yang
kebijakan pemerintah sangat penting, antara lain
sudah memiliki teknologi tingkat tinggi dan
melalui (i) pemberian fasilitasi industri lokal
menguasai pasar, ekosistem usaha dengan
untuk melaksanakan R&D serta mendukung
dukungan SDM yang memadai, serta kebutuhan
pengembangan teknologi, (ii) dukungan kepada
biaya investasi yang tinggi sekitar USD3-8 miliar.
institusi riset nonprofit (Industrial Technology
Namun demikian, sebagai negara yang hendak
Research Institute) untuk melaksanakan R&D dan
lepas dari jeratan middle income trap, Indonesia
mentransfer hasil riset kepada industri lokal, dan
perlu masuk lebih dalam ke industri
(iii) persuasi kepada perusahaan multinasional
semikonduktor. Beberapa negara di ASEAN,
untuk mendorong pengembangan industri high
seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam sudah
tech di dalam negeri.
mulai terjun ke dalam industri ini. Ohno’s stages
12
of catch up industrialization (Gambar II.3) Oleh karena itu, agar reformasi dapat dilakukan
mengemukakan pentingnya penguasaan akan secara menyeluruh untuk meningkatkan daya
teknologi dan kemampuan memproduksi barang saing industri semikonduktor Indonesia, maka
berkualitas tinggi untuk negara yang ingin keluar perlu kebijakan untuk memperbaiki iklim
dari middle income trap. investasi yang dilakukan dalam kerangka free
trade zone (FTZ) di Kota Batam dalam jangka
pendek. Iklim yang kondusif dapat dicapai
dengan mewujudkan kepastian hukum,
kemudahan dalam proses perizinan, serta
ketersediaan tenaga kerja yang terampil.
Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat
menarik lebih banyak investor, terutama para
pemain besar industri semikonduktor yang dapat
melakukan transfer teknologi ke industri
domestik. Sementara itu, upaya peningkatan
Sumber: Ohno, 2009 ketersediaan tenaga kerja yang dapat dilakukan
Gambar II.3. Tahapan Industrialisasi dalam jangka pendek adalah melalui penerapan
teaching factory untuk memperkuat kerjasama
Strategi Pengembangan Industri antara sekolah vokasi dengan industri terkait.
Semikonduktor Sumatera Dalam jangka menengah-panjang, keterbatasan
lahan di kawasan FTZ Batam mengakibatkan
perlunya ekspansi produksi ke kawasan ke FTZ
12 Karimun dan Bintan. Selain itu, keterkaitan
Avoiding the middle income trap : Renovating
Industrial Policy Formulation in Vietnam (Ohno, K.
industri hilir semikonduktor di Kepulauan Riau
2009) dengan industri elektronik di Jawa (domestic

39
integration) juga harus menjadi prioritas untuk
ditingkatkan. Keberhasilan domestic integration
diharapkan mengurangi ketergantungan
permintaan global yang selama ini menjadi
tantangan industri domestik di Sumatera. Ini akan
mengurangi ketergantungan industri elektronik
Indonesia terhadap impor luar negeri, selain
meningkatkan ekspor elektronik dengan nilai
tambah lebih besar.

40
Boks 4
Karakteristik Inflasi Bengkulu Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), berhasil
dikeluarkan kebijakan strategis untuk
Andil inflasi angkutan udara terhadap inflasi di
pengendalian inflasi angkutan udara. Kebijakan
Bengkulu sejak 2014 terus mengalami kenaikan
tersebut adalah penambahan rute penerbangan
yang didorong oleh peningkatan permintaan
langsung dari Bengkulu ke enam kota tujuan
angkutan udara. Pada akhir 2016, inflasi Bengkulu
utama, yaitu Padang, Palembang, Jambi,
sempat mencapai 5,00% (yoy), dengan
Lampung, dan Yogyakarta. Hal ini didasarkan
sumbangan angkutan udara mencapai 1,62%.
pada hasil kajian TPID Provinsi Bengkulu yang
Kondisi ini sangat mengganggu pengendalian
menyatakan potensi jumlah penumpang untuk
inflasi di Bengkulu akibat inflasi yang besar pada
tujuan ke enam kota sudah cukup besar dan
angkutan udara.
selama ini penerbangan ke enam kota tersebut
Rata-rata inflasi Bengkulu (5,93%) lebih tinggi harus ditempuh melalui penerbangan transit di
dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir inflasi Jakarta.
nasional (4,57%) dan Sumatera (4,93%).
Langkah strategis tersebut ditempuh oleh TPID
Disagregasi inflasi Bengkulu untuk inflasi volatile
Provinsi Bengkulu untuk mengurangi jumlah
food, administered prices, dan inti masing-masing
permintaan penerbangan transit Bengkulu–
sebesar 4,90%, 10,07%, dan 4,68% (Grafik II.36).
Jakarta. Melalui penerbangan langsung ke enam
Angka inflasi yang relatif cukup tinggi tersebut
kota tujuan dimaksud, maka harga tiket
menjadi tantangan bagi Bengkulu dalam
penerbangan Bengkulu–Jakarta tidak mengalami
pengembangan ekonominya.
tekanan kenaikan harga yang tinggi. Dengan
asumsi bahwa pasar yang lebih kompetitif akan
mendorong pasokan tiket penerbangan yang
lebih banyak, maka harga yang ditawarkan dapat
lebih bersaing.

Tindak lanjut dari hasil HLM tersebut melibatkan


peran aktif dari kepala daerah, Kementerian
Perhubungan, operator bandara, dan maskapai
penerbangan. Dukungan dan keterlibatan
langsung dari Plt. Gubernur dalam negosiasi
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik II.36. Perkembangan Disagregasi Inflasi di dengan pihak-pihak terkait menjadi kunci sukses
Bengkulu (%yoy) keberhasilan kebijakan ini. Uji coba rute
penerbangan oleh salah satu maskapai
Upaya Pengendalian Inflasi Angkutan penerbangan dimulai pada triwulan III 2017, yang
Udara kemudian dilanjutkan dengan penerbangan resmi
pada triwulan IV 2017 untuk rute Padang,
Atas rekomendasi dari Kantor Perwakilan Bank
Palembang, dan Jambi.
Indonesia Provinsi Bengkulu pada Pertemuan
tingkat tinggi (High Level Meeting - HLM) Tim

41
Sumber: TPID Provinsi Bengkulu
Gambar II.4. Alur Proses Pendekatan Pengendalian Inflasi Angkutan Udara di Bengkulu

Keberhasilan Menekan Inflasi yang menghadapi masalah serupa. TPID


memegang peran penting dalam keberhasilan
Angkutan Udara Bengkulu
pengendalian inflasi, yaitu melalui intermediasi
Penerbangan langsung yang secara resmi dibuka bagi segenap pihak terkait untuk secara bersama-
pada triwulan IV 2017 berhasil menurunkan sama mencari solusi permanen maupun
inflasi angkutan udara. Pada Mei 2017, inflasi temporer dalam upaya menahan gejolak inflasi
angkutan udara tercatat turun dari sebesar 1,72% yang tinggi di daerah.
menjadi 0,78% pada triwulan IV 2017 (Tabel II.4).
Tabel II.4. Dampak Penambahan Penerbangan di
Keberhasilan mengendalikan inflasi angkutan
Bengkulu (%yoy)
udara di Bengkulu mendukung pencapaian inflasi Komponen Satuan
2014 2015 2016 2017
Des Des Des Mei Des
IHK Bengkulu menjadi lebih terkendali. IHK Inflasi IHK % yoy 10.85 3.25 5.00 6.25 3.56
Andil Angkutan Udara % 0.46 0.45 1.62 1.72 0.78
Bengkulu yang terkendali berhasil mendorong Jumlah Penumpang orang/hari 1,074 1,131 1,225 1,379 1,565
Okupansi % 65 69 75 82 78
Bengkulu keluar dari kategori daerah dengan Sumber: TPID Provinsi Bengkulu
inflasi tertinggi. Di sisi lain, minat masyarakat
terhadap jalur penerbangan khusus yang dibuka
oleh salah satu maskapai penerbangan itu telah
menarik minat dari beberapa perusahaan
penerbangan lain untuk membuka jalur
penerbangan dari/ke Bengkulu.

Keberhasilan meredam inflasi angkutan udara


sebagaimana yang dilakukan oleh TPID Provinsi
Bengkulu dapat dijadikan contoh bagi daerah lain

42
Perekonomian Jawa pada triwulan IV 2017 tetap tumbuh kuat sebesar 5,62% (yoy), didukung oleh
struktur ekonomi yang semakin membaik. Konsumsi RT dan kinerja investasi yang tetap tumbuh
tinggi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa pada triwulan IV 2017. Dari sisi
lapangan usaha, perekonomian Jawa didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha (LU)
industri pengolahan dan konstruksi sejalan dengan penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur
pemerintah.

Berbagai perkembangan positif di atas menjadi pendorong solidnya pertumbuhan ekonomi Jawa
pada keseluruhan tahun 2017 yang mencapai 5,61% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional. Hal tersebut disebabkan oleh dukungan kebijakan Pemerintah untuk mempercepat belanja
dan realisasi investasi proyek infrastruktur di sejumlah daerah. Dari sisi lapangan usaha,
pertumbuhan ekonomi Jawa pada 2017 ditopang oleh peningkatan kinerja industri pengolahan,
khususnya industri pendukung konstruksi seperti semen dan baja, serta kinerja LU konstruksi.

Tekanan inflasi Jawa tetap terkendali dalam kisaran sasaran inflasi nasional 4,0%±1%. Hal ini
didorong oleh pengelolaan kebijakan moneter yang menjaga perekonomian tetap sesuai dengan
fundamentalnya, serta dukungan koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah. Pada triwulan IV 2017 inflasi di wilayah Jawa berada pada level 3,78% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017. Penurunan tersebut disebabkan oleh inflasi kelompok
core inflation dan kelompok administered prices yang terjaga, serta dukungan sinergi kebijakan
pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang difokuskan pada
penguatan ketahanan pangan daerah, penguatan distribusi pangan melalui kerja sama
antardaerah, dan pengembangan sistem informasi harga pangan strategis. Namun untuk
keseluruhan tahun 2017, inflasi di wilayah Jawa masih relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2016
seiring kenaikan beberapa harga pangan strategis akibat faktor cuaca yang memengaruhi
ketersediaan pasokan, khususnya komoditas padi.

Memasuki triwulan I 2018 perekonomian Jawa diperkirakan tetap tumbuh solid di kisaran 5,2%-5,7%
(yoy) untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Aktivitas konsumsi dan kinerja
ekspor diperkirakan menjadi pendorong perekonomian Jawa pada triwulan I 2018. Hal ini didukung
oleh peningkatan konsumsi akibat persiapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak di
sejumlah daerah dan event Asian Games. Sementara, kinerja ekspor diperkirakan meningkat seiring
dengan potensi perbaikan ekonomi global dan kenaikan harga komoditas. Pertumbuhan investasi di
masa pemilihan kepala daerah perlu terus dicermati karena berpotensi menekan kinerja investasi
pada awal tahun. Sementara itu, inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah pada kisaran
3,0%-3,5% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh penurunan tekanan inflasi volatile food
akibat kebijakan Pemerintah untuk memperkuat stok pangan dan mulainya periode panen di
sebagian wilayah, serta minimnya tekanan dari kelompok administered prices.

Untuk keseluruhan tahun 2018, perbaikan ekonomi Jawa diperkirakan terus berlanjut. Hal ini
didukung oleh upaya Pemerintah untuk memperkuat daya saing dan perbaikan iklim investasi, serta
optimisme peningkatan ekspor yang pada gilirannya akan mendorong perbaikan konsumsi RT. Dari
struktur lapangan usaha, industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan diperkirakan menjadi
basis pertumbuhan ekonomi Jawa ke depan. Dengan potensi tersebut, pertumbuhan ekonomi Jawa

43
di tahun 2018 diperkirakan berada di kisaran 5,5%-6,0% (yoy). Selanjutnya, inflasi Jawa untuk
keseluruhan tahun 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun 2017 dan berada dalam rentang
target inflasi 3,5% ± 1%. Hal ini didukung oleh koordinasi kebijakan moneter, fiskal, dan sektoral
yang semakin kuat pasca dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 23 tahun 2017 tentang Tim
Pengendalian Inflasi Nasional. Dengan demikian, TPID dapat semakin meningkatkan upaya untuk
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, meminimalkan risiko dampak kebijakan penyesuaian tarif oleh
Pemerintah, dan memperkuat pasokan pangan melalui program prioritas ketahanan pangan
nasional.

Pertumbuhan Ekonomi pemerintah di triwulan III 2017 seperti tunjangan


guru dan bantuan operasional sekolah (BOS) di
Perekonomian Jawa pada triwulan IV 2017
Provinsi DKI Jakarta.
tetap tumbuh tinggi, didukung oleh pola
ekspansi ekonomi yang semakin baik. Pertumbuhan investasi di Jawa pada triwulan IV
Pertumbuhan ekonomi Jawa pada triwulan IV 2017 masih tetap tinggi, meski sedikit melambat
2017 terutama ditopang oleh pertumbuhan dibandingkan triwulan III 2017. Kondisi ini
konsumsi RT dan pertumbuhan investasi yang disebabkan oleh percepatan penyelesaian
masih cukup tinggi. Secara spasial, beberapa proyek infrastruktur, antara lain Tol
perekonomian Jawa didorong oleh Provinsi Soroja (Soreang Koja) dan Bandara Kertajati di
Banten, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Jawa Barat yang sudah mencapai tahap finishing.
Tengah, sedangkan Provinsi DKI Jakarta dan DI Tahapan tersebut terindikasi dari impor barang
Yogyakarta tetap tumbuh positif namun relatif modal dan penjualan semen yang menurun pada
lebih lambat dibanding triwulan III. triwulan IV 2017.
Tabel III.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Jawa
2016 2017
Provinsi 2015
IV Total I II III IV Total
DKI Jakarta 5.91 5.55 5.88 6.48 6.10 6.43 5.88 6.22
Jawa Barat 5.05 5.48 5.66 5.29 5.35 5.20 5.32 5.29
Banten 5.45 5.59 5.28 5.92 5.53 5.63 5.75 5.71
Jawa Tengah 5.47 5.33 5.27 5.32 5.18 5.17 5.40 5.27
DI Yogyakarta 4.95 4.78 5.05 5.16 5.21 5.42 5.25 5.26
Jawa Timur 5.44 5.27 5.57 5.37 5.05 5.64 5.72 5.45
Jawa 5.48 5.42 5.60 5.69 5.47 5.68 5.62 5.61
Sumber: Badan Pusat Stastistik, diolah

Peningkatan pertumbuhan konsumsi RT pada


triwulan IV 2017 terjadi karena aktivitas liburan Sumber: Badan Pusat Stastistik, diolah
akhir tahun dan perayaan HBKN. Peningkatan Grafik III.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan
(Triwulanan)
belanja rumah tangga terkonfirmasi dari
beberapa indikator, antara lain pertumbuhan
kredit rumah tangga, kredit kendaraan bermotor,
dan kredit multiguna yang masing-masing
meningkat dari 10,60%, 3,51%, dan 12,85% (yoy)
pada triwulan III 2017 menjadi 10,96%, 5,08%,
dan 16,71% (yoy) pada triwulan IV 2017. Namun,
pertumbuhan konsumsi pemerintah di seluruh
provinsi kecuali Jawa Timur dan Banten
cenderung melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perlambatan tersebut disebabkan Grafik III.2. Perkembangan Indikator Konsumsi RT
oleh adanya percepatan realisasi belanja

44
Pertumbuhan ekspor pada triwulan IV 2017 Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
tetap positif, di tengah pemulihan ekonomi (KPPIP), total nilai investasi dari proyek
global yang berlangsung secara gradual. pemerintah yang berjalan sepanjang tahun 2017
Pertumbuhan ekspor pada triwulan IV 2017 lebih mencapai Rp447,76 triliun, meningkat signifikan
rendah dibandingkan triwulan III 2017 yaitu (69%) dibandingkan tahun sebelumnya yang
menurun dari 15,46% (yoy) menjadi 3,57% (yoy). hanya sebesar Rp264,42 triliun. Selain investasi
Perlambatan ekspor terjadi pada seluruh Pemerintah, investasi selama 2017 juga
komoditas ekspor utama meliputi tekstil dan bersumber dari sektor swasta, antara lain
produk tekstil (TPT), makanan dan minuman, pembangunan dan perluasan pabrik seperti
kimia, otomotif, serta elektronik. Sementara itu, pabrik garmen yang beroperasi di akhir tahun
pertumbuhan impor pada triwulan IV 2017 juga 2017 di Jawa Tengah. Selain investasi, konsumsi
melambat akibat penurunan impor barang modal pemerintah juga menjadi pendorong tumbuhnya
karena kegiatan pembangunan infrastruktur perekonomian Jawa tahun 2017. Sampai dengan
telah mulai masuk tahapan finishing. akhir tahun 2017, total APBD yang sudah
direalisasikan oleh provinsi di Jawa rata-rata
mencapai 91%. Faktor pendorongnya antara lain
adalah terdapat dua puluh lima proyek
infrastruktur pemerintah yang baru dimulai di
tahun 2017 dengan total nilai proyek sebesar
Rp237,3 triliun.

Sumber: BI, Bea Cukai dan Asosiasi Semen, diolah


Grafik III.3. Perkembangan SKDU, Impor Barang Modal
dan Penjualan Semen

Sumber: Website KPPIP, diolah


Grafik III.5. Proyek Strategis Pemerintah yang Berjalan
Sepanjang Tahun 2017

Sejalan dengan konsumsi Pemerintah dan


investasi, kinerja ekspor juga menjadi penopang
perekonomian Jawa yang solid di tahun 2017.
Sumber: Bea Cukai, diolah Pemulihan ekonomi dunia yang terus
Grafik III.4. Perkembangan Ekspor dan Impor Luar Negeri
berlangsung mendorong kenaikan ekspor
komoditas kimia, otomotif, dan elektronik di
Secara keseluruhan tahun 2017, perekonomian
wilayah Jawa. Namun di sisi lain, impor tumbuh
Jawa tetap tumbuh solid sebesar 5,61% (yoy)
lebih tinggi daripada ekspor, yang antara lain
dan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
disebabkan tingginya impor barang modal untuk
Hal ini disebabkan oleh dukungan kebijakan
percepatan proyek infrastruktur. Selain
Pemerintah untuk mempercepat realisasi belanja
peningkatan impor, pertumbuhan ekonomi Jawa
dan investasi proyek infrastruktur di sejumlah
pada 2017 juga tertahan oleh melambatnya
daerah. Berdasarkan data dari Komite
pertumbuhan konsumsi RT. Hal ini terindikasi

45
merupakan dampak lanjutan dari reformasi (yoy) pada triwulan III 2017. Secara spasial,
kebijakan subsidi Pemerintah agar lebih tepat pertumbuhan tertinggi didorong oleh industri di
sasaran, yakni melalui penyesuaian tarif listrik DKI Jakarta. Kinerja industri pengolahan yang
12
900VA pada triwulan I dan triwulan II 2017 . membaik didukung oleh perbaikan kinerja
industri alat angkut, TPT, dan kertas. Peningkatan
Kinerja Lapangan Usaha
kinerja industri alat angkut didukung oleh
Dari sisi lapangan usaha pertumbuhan ekonomi pertumbuhan permintaan kendaraan niaga
Jawa pada triwulan IV 2017 ditopang kinerja LU seiring berlangsungnya perbaikan harga
industri pengolahan dan konstruksi. komoditas seperti batu bara dan CPO. Selain itu,
Peningkatan kinerja industri pengolahan perbaikan kinerja industri pengolahan juga
didorong oleh meningkatnya permintaan dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi rumah
terhadap industri alat angkut, TPT, dan kertas, tangga saat libur akhir tahun menjelang hari raya
baik untuk domestik maupun ekspor. Sementara keagamaan dan tahun baru. Peningkatan output
tingginya pertumbuhan LU konstruksi disebabkan kinerja industri pengolahan terkonfirmasi dari
oleh aktivitas pembangunan berbagai proyek kapasitas terpakai industri pengolahan yang naik
infrastruktur strategis Pemerintah dan investasi dari 74,97% pada triwulan III 2017 menjadi
13
swasta untuk pembangunan maupun perluasan 78,87% pada triwulan IV 2017. Berbagai
pabrik. Namun, laju pertumbuhan ekonomi Jawa indikator survei liaison juga menunjukkan
14
tertahan oleh kontraksi pada LU pertanian akibat perbaikan kinerja LU industri pengolahan ,
pergeseran masa tanam yang dipengaruhi oleh seperti tumbuhnya penjualan ekspor salah satu
faktor cuaca. Selain LU pertanian, pertumbuhan korporasi garmen. Selain itu, produksi kertas
ekonomi Jawa juga tertahan oleh LU nasional juga meningkat sebesar 22,3% pada
15
perdagangan. Hal ini di antaranya terlihat dari triwulan IV 2017 .
perlambatan kinerja ekspor dan impor barang
pada periode akhir tahun.

Sumber: Liaison dan SKDU Bank Indonesia


Grafik III.7. Perkembangan LU Industri Pengolahan dan
Indikator Pendukungnya
Sumber: Badan Pusat Stastistik, diolah
Grafik III.6. Pertumbuhan Lapangan Usaha Utama
Secara keseluruhan tahun 2017, kinerja industri
Industri Pengolahan pengolahan lebih baik dibandingkan tahun
2016. Sepanjang tahun 2017 kinerja industri
Kinerja industri pengolahan pada triwulan IV
pengolahan terutama didorong oleh industri
2017 meningkat didorong oleh pertumbuhan
semen, TPT, dan industri kertas. Peningkatan
permintaan baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Pada triwulan IV 2017 industri Jawa
tumbuh menjadi 6,08% (yoy) dari semula 5,67% 13
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
14
Hasil survei liaison Bank Indonesia menunjukkan adanya
12 peningkatan Likert Scale (LS) penjualan domestik dan ekspor
Mayoritas penduduk Jawa termasuk dalam golongan tarif
15
tersebut. Hasil FGD Kementerian terkait.

46
kinerja pada industri semen dipengaruhi oleh Solo-Kertosono), tol Cikampek di Jawa Barat,
tingginya kebutuhan semen untuk pembangunan PLTU Batang dan Pelabuhan Tanjung Emas di
proyek strategis Pemerintah. Hal ini tercermin Jawa Tengah, New Yogyakarta International
dari volume penjualan salah satu korporasi Airport di DI Yogyakarta, serta Pelabuhan Marina
produsen semen yang mampu tumbuh 10% (yoy) Bay di Jawa Timur. Sementara aktivitas
setelah pada tahun 2016 hanya mampu tumbuh konstruksi fisik yang dilakukan oleh swasta
0,6% (yoy). Sementara itu, peningkatan kinerja antara lain pembangunan pabrik baja dan
industri kertas didorong oleh permintaan luar petrokimia di Banten, pabrik garmen di Jawa
negeri yang tercermin pada pertumbuhan Tengah, pusat perbelanjaan di Jawa Timur, serta
kumulatif ekspor kertas sebesar 9,76% (yoy) pengembangan properti rumah residensial. Hal
sepanjang Januari hingga Oktober 2017. ini terkonfirmasi dari permintaan Kredit
Peningkatan produksi industri pengolahan juga Pemilikan Rumah (KPR) yang tetap tinggi pada
ditunjukkan oleh naiknya produksi industri triwulan laporan, Indeks Harga Properti
pengolahan logam yang didorong oleh kenaikan Residensial (IHPR) di wilayah Jawa yang
harga baja hingga 260% selama dua tahun meningkat ke level 231,26 pada triwulan IV 2017
terakhir. Selain itu, penjualan produk TPT lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, serta
meningkat 15%-20% di 2017 seiring strategi peningkatan penyaluran kredit ke LU konstruksi
diversifikasi produk industri TPT yang dilakukan yang tumbuh 56,43% (yoy). Perkembangan
salah satu korporasi garmen. positif pada triwulan IV 2017 sebagaimana
penjelasan di atas, mendorong pertumbuhan
kinerja konstruksi lebih baik dibandingkan 2016.

Sumber: Liaison dan SKDU Bank Indonesia


Grafik III.8. Perkembangan Penjualan Beberapa Industri
Pengolahan Terpilih
Grafik III.9. Perkembangan LU Konstruksi dan Indikator
Pendukungnya
Konstruksi
Pertumbuhan kinerja konstruksi pada triwulan Pertanian
IV 2017 meningkat didorong oleh aktivitas Kinerja lapangan usaha pertanian di Jawa
pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah dipengaruhi oleh faktor cuaca. Pada triwulan IV
dan sektor swasta. Beberapa proyek 2017 lapangan usaha pertanian mengalami
infrastruktur Pemerintah yang berlangsung kontraksi sebesar -1,50% (yoy), akibat
sepanjang 2017 antara lain pembangunan pergeseran masa panen karena tingginya curah
konstruksi LRT Jabodebek, flyover Cipinang 16
hujan di berbagai daerah . Perubahaan cuaca
Lontar, Pancoran, dan Bintaro, proyek MRT, serta tersebut merupakan pengaruh fenomena El Nino
pembangunan beberapa infrastruktur dan La Nina yang berlangsung sejak 2015.
pendukung Asian Games 2018 di Jakarta. Selain
di DKI Jakarta, beberapa proyek di provinsi lain
16
antara lain pembangunan tol Trans Jawa (ruas Secara umum masa tanam padi di wilayah Jawa baru
dimulai pada akhir Oktober 2017

47
Penurunan kinerja LU pertanian di Jawa (SPE) Bank Indonesia juga menunjukkan adanya
21
terkonfirmasi dari penurunan Nilai Tukar Petani penurunan penjualan.
17
(NTP) , dan perlambatan pertumbuhan kredit
18 Berbeda dengan triwulan IV 2017, kinerja
pertanian dibandingkan triwulan sebelumnya .
lapangan usaha perdagangan sepanjang 2017
Perkembangan pada triwulan IV 2017 tersebut
tumbuh meningkat dibandingkan 2016.
mengakibatkan pertumbuhan LU pertanian
Peningkatan ini sejalan dengan kinerja industri
untuk keseluruhan tahun 2017 lebih lambat
pengolahan, konstruksi, dan aktivitas ekspor
dibandingkan 2016. Hal ini tercermin dari hasil
yang meningkat. Peningkatan aktivitas di LU ini
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
19 ditengarai juga didukung oleh jumlah hari libur
dilakukan oleh Bank Indonesia .
yang lebih banyak pada tahun 2017
dibandingkan tahun 2016.

Grafik III.10. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber: GAIKINDO dan AISI


Perdagangan Grafik III.11. Perkembangan LU Perdagangan dan
Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan Indikator Pendukungnya
pada triwulan IV 2017 melambat karena ekspor
Jawa tumbuh lebih rendah dibandingkan Jasa Keuangan
triwulan III 2017. Lapangan usaha perdagangan Kinerja lapangan usaha jasa keuangan tumbuh
tumbuh 5,42% (yoy), sementara pada triwulan melambat, dari 3,91% (yoy) pada triwulan III
sebelumnya mencapai 6,29% (yoy). Perlambatan 2017 menjadi 1,67% (yoy) di triwulan IV 2017.
pertumbuhan ekspor Jawa terjadi pada subLU Hal ini disebabkan oleh penurunan pertumbuhan
otomotif, tekstil, dan kerajinan di Provinsi DKI Financial Intermediation Services Indirectly
Jakarta dan DIY Yogyakarta. Hal ini terkonfirmasi Measured (FISIM) dan pendapatan sekunder
dari pertumbuhan penjualan mobil dan motor perbankan. Perlambatan pertumbuhan kredit
yang masing-masing menurun dibandingkan disebabkan oleh permintaan kredit yang masih
20
triwulan sebelumnya . Sementara dari terbatas sebagai dampak strategi konsolidasi
perdagangan ritel, hasil Survei Penjualan Eceran dunia usaha. Perlambatan kinerja jasa keuangan
tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan yang juga menurun dari 8,66% (yoy)
pada triwulan III 2017 menjadi 8,53% (yoy) di
17
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV sebesar 103,12, triwulan IV 2017. Selain itu, pergerakan Indeks
sementara di triwulan III 2017 mencapai 105. Harga Saham Gabungan (IHSG) juga cenderung
18
Kredit pertanian pada triwulan IV tumbuh melambat melambat bila dibandingkan triwulan III 2017.
dibandingkan triwulan III 2017 dari 7,09% (yoy) pada menjadi
5,75% (yoy). Kinerja lapangan usaha jasa keuangan pada
19
SKDU LU pertanian menurun dari rata-rata 2016 sebesar
1,83% menjadi -0,37% pada tahun 2017.
20 21
Pertumbuhan penjualan mobil dan motor pada triwulan IV Indikator SPE pada triwulan IV -27,78%, sementara pada
masing-masing sebesar -1,49% dan 9,27%. triwulan sebelumnya 9,13%.

48
23
triwulan IV yang melambat, berdampak pada Desa yang direalisasikan lebih awal . Selain itu,
perlambatan pertumbuhan jasa keuangan untuk daya beli masyarakat relatif tetap terjaga seiring
keseluruhan tahun 2017 dibandingkan 2016. tekanan inflasi dari sisi administered prices yang
Sumber utama perlambatan tersebut berasal dari lebih rendah dibandingkan tahun 2017.
pertumbuhan kinerja pembiayaan perbankan Peningkatan konsumsi juga tercermin dari
yang melambat. peningkatan optimisme masyarakat,
sebagaimana perkiraan hasil Survei Konsumen
Perkembangan pembiayaan non perbankan
Bank Indonesia pada Triwulan I 2018. Sementara
semakin positif pada tahun 2017. Total
dari sisi ekspor, potensi perbaikan ekonomi
pembiayaan dari pasar keuangan (gross) yang
global khususnya negara tujuan ekspor seperti
bersumber dari pasar modal, pasar obligasi, dan
Amerika Serikat dan India diperkirakan akan
pasar uang mencapai lebih dari Rp256 triliun,
mendorong permintaan produk ekspor dari Jawa.
lebih besar dari 2016. Hal ini tidak terlepas dari
Perkembangan investasi di masa pemilihan
ekspektasi prospek ekonomi Indonesia yang
kepala daerah 2018 perlu terus dicermati karena
positif dan aliran masuk modal asing ke pasar
berpotensi menahan pertumbuhan investasi di
modal nasional yang tinggi. Hal ini akan
awal tahun. Berbagai faktor di atas diperkirakan
memperluas alternatif pembiayaan aktivitas
akan mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa di
ekonomi nasional, meningkatkan resiliensi sistem
kisaran 5,2%-5,7% (yoy).
keuangan secara keseluruhan terhadap shock
likuiditas, serta mendukung pembentukan suku
bunga pembiayaan yang lebih efisien.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia


Grafik III.13. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks
Sumber: Bank Indonesia dan IDX Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Grafik III.12. Perkembangan Kredit dan Pasar Keuangan
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi
Tracking Perekonomian Jawa Triwulan I 2018 triwulan I 2018 diperkirakan ditopang oleh LU
Ekonomi Jawa pada triwulan I 2018 pertanian dan perdagangan. Peningkatan output
diperkirakan ditopang oleh peningkatan kinerja pertanian terjadi pada puncak masa panen
konsumsi RT dan Pemerintah serta perbaikan komoditas padi yang diperkirakan akan terjadi
ekspor. Peningkatan konsumsi RT dan pada triwulan I 2018, yaitu pada Januari-Maret
Pemerintah diperkirakan terkait dengan aktivitas 2018. Selain padi, komoditas hortikultura pada
Pilkada dan persiapan Asian Games, serta beberapa wilayah di Jawa juga akan memasuki
22
Program Keluarga Harapan (PKH) dan Dana masa panen pada triwulan I 2018. Sementara itu,
masa kampanye Pilkada, persiapan Asian Games,
serta kepastian pemerintah untuk tidak

23
Penyaluran dana desa akan dilakukan Januari dan Maret
22
Penyaluran tahap I PKH akan dilakukan Februari kepada 10 dengan besaran penyaluran mencapai 60% dari total
juta keluarga. anggaran dana desa.

49
menaikkan tarif listrik rumah tangga selama 1 memperbaiki kualitas pengelolaan fiskal. Pada
Januari-31 Maret 2018 diperkirakan akan tahun 2017, daerah penerima DID meningkat
meningkatkan kinerja lapangan usaha di LU dari 271 Pemerintah Daerah
perdagangan. Provinsi/Kabupaten/Kota menjadi 317
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pertumbuhan ekonomi Jawa di triwulan I 2018
Peningkatan Realisasi APBD tercermin dari posisi
diperkirakan tertahan oleh kinerja LU industri
Dana milik Pemda di BPD yang berkurang di akhir
pengolahan, khususnya industri otomotif dan
tahun 2017.
penghasil produk konstruksi. Pada triwulan I
2018, sesuai pola historisnya, realisasi investasi
infrastruktur pemerintah umumnya belum cukup
tinggi. Selain itu, terdapat potensi penyesuaian
jadwal pengerjaan beberapa proyek
infrastruktur, seperti Bandara Kulonprogo (Rp10
Triliun) dan Bandara Kediri (Rp1,5 Triliun).
Berbagai faktor tersebut dapat mengurangi
permintaan produk industri pendukung kegiatan
kontruksi. Indikasi perlambatan kinerja industri
tercermin dari Prompt Manufacture Index (PMI), Grafik III.15. Porsi Dana Pemda di BPD
data Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank
Indonesia yang menunjukan penurunan volume Secara umum realisasi belanja daerah
produksi di triwulan I 2018. meningkat, baik untuk tingkat provinsi maupun
kab/kota. Realisasi APBD provinsi dan kab/Kota
pada akhir 2017 tercatat sebesar 82,0%,
sementara pencapaian tahun 2016 hanya
25
sebesar 70,5% . Provinsi DI Yogyakarta memiliki
realisasi tertinggi sebesar 90,1% (APBD provinsi
dan kab/kota), sedangkan realisasi terendah
berada di Provinsi Banten dengan tingkat
realisasi anggaran 71,7% (APBD provinsi dan
kab/kota). Namun demikian, tingkat realisasi
untuk alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) masih relatif
Sumber: SKDU Bank Indonesia
rendah karena keterlambatan transfer DBH
Grafik III.14. Perkembangan Prompt Manufacture Index
(PMI) semester II 2017 dan pemberlakuan ketentuan
baru di tengah keterbatasan pemahaman ASN di
26
Fiskal Daerah daerah .

Tingkat serapan APBD 2017 lebih baik Belanja daerah pada APBD 2018 diperkirakan
dibandingkan APBD 2016. Tingkat serapan lebih tinggi dibandingkan 2017. Rencana belanja
tersebut sejalan dengan telah diterbitkannya daerah pada 2018 diperkirakan sebesar Rp29,4
Peraturan Menteri Keuangan bahwa kinerja
25
keuangan Pemda menjadi kriteria alokasi Dana Realisasi belanja APBD provinsi 2017 sebesar 91,6 %,
24 sementara di 2016 sebesar 72,0%; realisasi belanja APBD
Insentif Desa (DID) . Hal itu kemudian
kabupaten/kota 2017 sebesar 77,6%, sedangkan di tahun
mendorong Pemerintah Daerah untuk 2016 56,7%.
26
PMK No. 18/PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran
DBH dan/atau DAU dalam Bentuk Nontunai, DBH; PMK
24
Peraturan Menteri Keuangan No.50/PMK.07/2017 tentang 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. dan Dana Desa.

50
triliun, meningkat 14,4% (yoy) dibandingkan total Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Sementara
belanja daerah pada 2017. Secara nominal, kenaikan harga untuk kelompok volatile food
provinsi dengan anggaran belanja daerah dipicu oleh keterbatasan pasokan komoditas
tertinggi adalah DKI Jakarta yaitu sebesar strategis (cabai merah, beras, telur ayam, dan
Rp16,99 Triliun, meningkat 10,3% dibandingkan tomat) akibat kondisi curah hujan yang tinggi dan
2016. Namun, apabila dilihat dari sisi periode masa tanam yang sedang berlangsung.
pertumbuhan anggaran belanja modal tahun
2018, Provinsi Banten menduduki peringkat
pertama dengan pertumbuhan sebesar 44,4%.
Tabel III.2. Realisasi Belanja Daerah
Tahun 2016 Tahun 2017
Provinsi Anggaran Realisasi Realisasi Anggaran Realisasi Realisasi
(Rp Triliun) (Rp Triliun) (%) (Rp Triliun) (Rp Triliun) (%)
DKI Jakarta 60.0 35.7 59.5% 61.8 51.2 82.8%
Jawa Barat 115.1 106.2 92.3% 125.5 106.2 84.6%
Banten 32.5 18.9 58.2% 35.7 25.6 71.7%
Jawa Tengah 95.7 56.7 59.2% 103.1 82.8 80.3%
DI Yogyakarta 14.0 9.8 70.0% 15.1 13.6 90.1%
Jawa Timur 113.6 76.5 67.3% 121.1 99.5 82.2%
Jawa 430.9 303.8 70.5% 462.3 378.9 82.0%
Sumber: Biro Ekonomi dan TEPRA, diolah Sumber: Badan Pusat Stastistik, diolah
Grafik III.16. Disagregasi Kelompok Inflasi
Tabel III.3.Persentase Realisasi Dana Transfer Daerah
DAK Non
Provinsi DBH DAU DAK Fisik Otsus-DID Dana Desa
Fisik Core inflation relatif stabil didukung
DKI Jakarta 51.99% 0.00% 67.38% 0.00% 0.00% 0.00%
Jawa Barat 48.83% 100.00% 85.33% 100.00% 95.86% 99.98% pengelolaan kebijakan moneter agar menjaga
Jawa Tengah 45.95% 100.00% 89.85% 100.00% 93.34% 100.00%
DI Yogyakarta 41.85% 100.00% 90.13% 98.53% 93.95% 100.00% perekonomian tetap sesuai kondisi
Jawa Timur 39.82% 100.00% 87.80% 100.00% 92.58% 99.92%
Banten 49.06% 100.00% 78.12% 100.00% 92.91% 99.91%
fundamental. Hal ini mendorong ekspektasi
Jawa 48.14% 100.00% 83.59% 99.54% 93.94% 99.96% inflasi yang terkendali, nilai tukar yang stabil, dan
Sumber: Simtrada – DJPK, diolah
inflasi dari sisi permintaan yang terkelola dengan
baik. Pada triwulan IV 2017, tekanan inflasi inti
Perkembangan Inflasi bersumber dari kenaikan tarif pulsa ponsel
Tekanan inflasi Jawa pada triwulan IV 2017 (9,12%, yoy), emas perhiasan (10,65%), upah
menurun dan berada dalam kisaran sasaran pembantu RT (6,08%), dan sewa rumah (2,59%).
27
inflasi nasional 4,0%±1% . Secara spasial, Di sisi lain terjadi deflasi pada komoditas gula
penurunan inflasi didorong tekanan inflasi di pasir (-13,55%, yoy), semen (-7,22%, yoy), dan
Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang alat elektronik (HP, mesin cuci, dan televisi
mereda. Inflasi tahunan terendah pada triwulan berwarna).
IV 2017 terjadi di Provinsi Jawa Barat sebesar
Penurunan tekanan inflasi kelompok
3,63% (yoy), sementara tertinggi terjadi di DI
administered prices (AP) merupakan hasil
Yogyakarta sebesar 4,20% (yoy). Namun
koordinasi kebijakan yang semakin intensif dan
demikian, realisasi inflasi Jawa pada triwulan IV
kuat antara Bank Indonesia dengan Pemerintah
2017 masih lebih tinggi dibandingkan realisasi
dalam mengatur strategi besaran dan timing
inflasi nasional. Hal ini disebabkan oleh tingginya
penetapan kebijakan tarif. Tekanan inflasi
kenaikan tarif angkutan udara dan inflasi
kelompok AP mengalami penurunan dari 8,94%
beberapa komoditi di kelompok volatile food
(yoy) menjadi 8,26% pada triwulan IV 2017.
(VF). Kenaikan tarif angkutan udara dipicu oleh
Penurunan inflasi AP ini disebabkan tidak ada
kenaikan permintaan pada periode Hari Raya
kebijakan penyesuaian tarif listrik dan bensin
oleh Pemerintah di akhir tahun. Namun,
27
Laju inflasi tahunan Jawa pada triwulan IV tercatat sebesar penurunan lebih dalam tertahan oleh kenaikan
3,78% (yoy), menurun bila dibandingkan triwulan III 2017 tarif angkutan udara dan kereta api, akibat
yang sebesar 4,80% (yoy).

51
permintaan yang meningkat pada periode Hari menurunkan biaya produksi sebesar 21% dan
Raya Keagamaan di akhir 2017 dan Tahun Baru meningkatkan hasil panen sebesar 14,7%.
2018. Selain, harga bahan bakar rumah tangga Kondisi ini kemudian meningkatkan pendapatan
juga meningkat di beberapa provinsi akibat panen 30,5%. Revitalisasi UPJA melalui kegiatan
kelangkaan ketersediaan gas LPG 3 kg di tingkat pertanian modern dapat menjadi salah satu
ritel. alternatif kegiatan pengendalian inflasi. Hingga
triwulan IV 2017, jumlah UPJA yang tercatat di
Tekanan inflasi VF di triwulan IV 2017 tetap
Jawa sebanyak 10.171 kelompok.
terkendali, meski meningkat. Secara tahunan,
inflasi VF 0,79% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III Tabel III.4. Komoditas Penyumbang Inflasi
Komoditas Bobot yoy Andil yoy
yang sebesar -0,02% (yoy). Peningkatan tersebut
Volatile Food
disebabkan oleh pasokan komoditas beras yang Beras 3.52 4.22 0.15
sempat berkurang akibat curah hujan yang tinggi Telur Ayam Ras 0.78 15.31 0.11
dan masa tanam yang sedang berlangsung. Daging Ayam Ras 1.24 7.30 0.09
Administered Prices
Selain itu, tekanan kelompok VF juga disebabkan
Tarip Listrik 4.01 19.06 0.77
oleh peningkatan permintaan komoditi telur dan Biaya Perpanjangan STNK 0.51 107.14 0.55
daging ayam ras menjelang Natal dan Tahun Baru Rokok Kretek Filter 1.76 8.06 0.15
di tengah kebijakan pengurangan Day Old Core Inflation
Tarif Pulsa Ponsel 1.91 9.12 0.18
Chicken Final Stock (DOC FS) sejak triwulan II.
Emas Perhiasan 1.39 10.65 0.15
Inflasi Jawa hingga triwulan IV 2017 yang Upah Pembantu RT 1.76 6.08 0.11
Sumber: Badan Pusat Stastistik, diolah
terkendali merupakan hasil kontribusi positif
sinergi kebijakan pengendalian inflasi melalui Tabel III.5. Perkembangan Inflasi Spasial
2016 2017
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama Provinsi 2014 2015
I II III IV I II III IV
dengan kementerian dan lembaga terkait. DKI Jakarta 8.95 3.30 3.62 3.08 2.40 2.73 3.43 3.94 3.69 3.72
Jawa Barat 7.60 2.74 3.78 3.22 2.54 2.96 3.37 4.31 3.87 3.63
Upaya pengendalian inflasi di Jawa difokuskan Banten 10.20 4.29 5.70 3.78 3.01 2.90 3.45 4.60 4.17 3.98
Jawa Tengah 8.21 2.73 4.21 2.96 2.71 2.53 3.30 4.61 3.58 3.71
pada penguatan ketahanan pangan daerah, DI Yogyakarta 6.59 3.09 3.69 2.94 2.68 2.87 3.40 4.29 3.64 4.20
Jawa Timur 7.77 3.08 3.71 2.93 2.69 3.03 3.84 4.66 3.83 4.04
penguatan distribusi pangan, dan pengembangan Jawa 8.35 3.12 3.93 3.14 2.58 2.59 3.47 4.30 3.80 3.78
sistem informasi harga komoditas. Beberapa Sumber: Badan Pusat Stastistik, diolah
program konkrit yang saat ini sedang
dikembangkan antara lain adalah kerja sama TPID juga terus mendorong pengembangan dan
antardaerah dengan mengoptimalkan peran penguatan kelembagaan Badan Usaha Milik
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Desa (BUMDes) dalam upaya mendukung
Usaha Milik Desa (BUMDes). Kerja sama tersebut pengendalian inflasi daerah dari sisi suplai.
mencakup pertukaran informasi antara daerah Salah satu BUMDes yang dinilai berhasil antara
produsen dan konsumen, sehingga dapat lain adalah BUMDes Wahana Karya di
meningkatkan efisiensi perdagangan komoditas Bojonegoro yang bergerak di sektor usaha
pangan, seperti yang dilakukan di DKI Jakarta, perdagangan beras. Saat ini, BUMDes Wahana
D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Karya telah mampu memasok ke sejumlah pasar
modern dan telah mendistribusikan hasil
TPID juga mendorong upaya peningkatan
produksinya ke BULOG dan Koperasi Surabaya
produktivitas pertanian dengan
Niaga Nusantara. BUMDes lain yang dapat
mengoptimalkan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan
28 menjadi contoh sukses adalah BUMDes Makmur
(UPJA) . Salah satu contoh sukses UPJA terdapat
Abadi di Bojonegoro yang bergerak di LU
di Kabupaten Sukoharjo yang telah berhasil
pertanian dan perkebunan. BUMDes tersebut
28 juga telah mendistribusikan hasil produksinya ke
Pengembangan UPJA ini didukung oleh Permentan No. 25
pada tahun 2008. pasar modern dan Puspa Agro.

52
34
Tekanan inflasi di triwulan I 2018 diperkirakan rentabilitas . Salah satu faktor yang
lebih rendah dari triwulan IV 2017. Hal ini memengaruhi perbaikan kinerja korporasi
disebabkan oleh datangnya periode musim tersebut adalah produksi yang kembali normal
panen di akhir triwulan I 2018, serta tekanan dari pasca penurunan jam kerja di bulan puasa dan
sisi administered prices yang minimal apabila libur panjang setelah Hari Raya Idul Fitri. Selain
dibandingkan periode awal tahun 2017 akibat itu, terjadi pula peningkatan ekspor yang
peningkatan biaya perpanjangan STNK. didukung oleh ekspansi pasar pelaku usaha ke
Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor beberapa negara tujuan baru.
risiko yang dapat mendorong inflasi, antara lain
kenaikan cukai rokok dan harga bahan bakar
rumah tangga. Meningkatnya harga bahan bakar
rumah tangga didorong oleh rencana peluncuran
LPG 3 kg non subsidi, serta penerapan sistem
distribusi LPG 3 kg bersubsidi dengan
menggunakan kartu sejahtera. Meski demikian,
pada Januari 2018 inflasi Jawa masih menurun
29
dibandingkan akhir 2017 . Kondisi tersebut
didorong oleh deflasi pada kelompok AP karena
Sumber: IDX dan Bloomberg
penurunan pada tarif angkutan udara, kereta api Grafik III.17. Perkembangan ROA dan ROE Korporasi
dan angkutan antarkota. Secara umum laju inflasi
Jawa pada akhir 2018 diprakirakan terjaga dalam Rasio rentabilitas korporasi meningkat seiring
dalam rentang target inflasi sebesar 3,5% ± 1%. pertumbuhan penjualan di triwulan III 2017.
Kinerja korporasi dalam menghasilkan laba yang
Stabilitas Keuangan Daerah
tercermin dari indikator Return on Assets (ROA)
Ketahanan Sektor Korporasi mengalami peningkatan dari 6,59% menjadi
30
Ketahanan sektor korporasi di wilayah Jawa 6,67%. Indikator Return on Equity (ROE) juga
cenderung membaik pada triwulan III 2017 meningkat dari 12,61% menjadi 12,77%.
dibandingkan triwulan II 2017. Hal ini sejalan Walaupun demikian, peningkatan penjualan
31
dengan kondisi repayment capacity korporasi belum diikuti oleh peningkatan profitabilitas
yang masih terjaga sebagaimana ditunjukkan korporasi. Profit margin korporasi menurun dari
oleh debt service ratio yang stabil. Peningkatan 6,55% pada triwulan III 2017 menjadi 4,67% pada
kinerja korporasi di triwulan III juga terindikasi triwulan IV 2017. Dalam jangka pendek,
32
dari perbaikan rasio likuiditas , rasio terindikasi bahwa korporasi cenderung lebih
33
solvabilitas yang stabil, dan peningkatan rasio berupaya untuk mempertahankan dan merebut
loyalitas customer dibandingkan meningkatkan
profitabilitas. Secara sektoral, rasio ROA dan ROE
tercatat mengalami peningkatan pada sub
29
Secara tahunan tingkat inflasi Jawa berada pada level lapangan usaha tekstil dan produknya, logam
3,36% (yoy). dan sejenisnya, serta tembakau. Sementara itu,
30
Korporasi di Jawa diwakili oleh 40 (empat puluh) ROA dan ROE sub lapangan usaha otomotif dan
perusahaan manufaktur terbesar di Jawa dan tercatat dalam
Bursa Efek Indonesia (IDX)
31
Repayment capacity adalah kemampuan korporasi dalam
membayar bunga pinjaman dan juga cicilan pokoknya
32
Likuiditas adalah kemampuan korporasi dalam memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek
33 34
Solvabilitas adalah kemampuan korporasi dalam Rentabilitas adalah kemampuan korporasi dalam
memenuhi seluruh kewajibannya menghasilkan laba atau keuntungan

53
komponennya, serta makanan dan minuman meningkatnya rentabilitas pada triwulan III 2017.
35
terpantau stabil . Hal tersebut terkonfirmasi dari current ratio yang
mengalami sedikit peningkatan dan masih tetap
Rasio solvabilitas korporasi sebesar 2,06 pada 37
terjaga di atas 1 .
triwulan III 2017, relatif stabil dibandingkan
triwulan II 2017 yang sebesar 2,04. Hal ini
didukung pula oleh Debt to Equity Ratio (DER)
yang stabil, dari 0,97 pada triwulan II 2017
menjadi 0,94. Secara sektoral, DER korporasi
terpantau stabil pada sub lapangan usaha
otomotif dan komponennya, logam dan
sejenisnya, serta tembakau. Sementara itu, DER
sub lapangan usaha tekstil dan produknya,
makanan dan minuman, serta kimia dan
sejenisnya tercatat membaik dibandingkan DER Sumber: IDX dan Bloomberg
36 Grafik III.19. Perkembangan ICR dan Current Ratio
pada triwulan II .
Korporasi

Tabel III.6. Indikator Kinerja Korporasi


ROA ROE DER
Sektor
Tw IV-16 Tw I-17 Tw IV-16 Tw I-17 Tw IV-16 Tw I-17
Automotive & Components 5.64 6.11 10.83 11.78 0.90 0.94
Food & Beverage 7.81 8.13 15.03 15.27 0.81 0.78
Pulp& Paper 2.68 3.18 7.00 8.10 1.51 1.43
Tobacco Manufacturers 14.51 14.94 22.65 22.24 0.43 0.42
Cement 9.07 7.87 13.01 11.40 0.45 0.48
Metal & Allied Products -3.94 -2.97 -8.54 -6.53 1.20 1.21
Chemicals 14.46 17.35 27.35 31.46 0.81 0.71
Pharmaceuticals 15.90 15.68 19.34 18.95 0.20 0.19
Textile, Garment 0.85 1.13 5.70 7.65 5.61 5.82
Ceramics, Glass, Porcelain 2.22 1.12 5.64 2.84 1.54 1.51
Plastics & Packaging 1.57 2.24 3.08 4.34 0.93 0.90
Total 6.54 6.89 12.69 13.21 0.89 0.88

Sumber: IDX dan Bloomberg Sektor


Solvability ICR Current Ratio
Tw IV-16 Tw I-17 Tw IV-16 Tw I-17 Tw IV-16 Tw I-17
Grafik III.18. Perkembangan DER dan Solvability Ratio Automotive & Components 2.11 2.06 26.13 25.19 1.27 1.22
Korporasi Food & Beverage 2.24 2.28 8.57 14.93 1.85 1.92
Pulp& Paper 1.66 1.70 1.74 3.85 1.51 1.56
Tobacco Manufacturers 3.33 3.36 29.07 29.02 2.66 2.74
Cement 3.21 3.10 8.65 6.25 1.64 1.51
Ketahanan korporasi dalam memenuhi Metal & Allied Products 1.83 1.83 -10.66 5.76 0.86 0.86
kewajiban pembayaran bunga dan pokok Chemicals
Pharmaceuticals
2.24
6.09
2.41
6.25
12.30 19.20
245.11 192.36
1.67
4.49
1.82
4.66
pinjaman masih terjaga pada triwulan III 2017, Textile, Garment 1.18 1.17 8.68 3.19 0.82 0.93
Ceramics, Glass, Porcelain 1.65 1.66 3.43 1.07 1.23 1.27
meski tidak sebaik triwulan sebelumnya akibat Plastics & Packaging 2.08 2.11 4.95 5.64 1.08 1.11
Total 2.13 2.13 3.80 3.84 1.52 1.53
penurunan profit margin. Hal ini tercermin dari Sumber: IDX dan Bloomberg
Interest Service Coverage Ratio (ISCR) pada
triwulan III 2017 tercatat 1,66%, lebih rendah Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi
dari triwulan II yang sebesar 5,22%. Sementara
Pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan
dari sisi rasio likuiditas, terindikasi terjadi
IV 2017 melambat dibandingkan triwulan III
pelonggaran likuiditas korporasi seiring dengan
2017, sejalan dengan kinerja pertumbuhan
38
ekonomi Jawa . Namun, pencapaian tersebut
35 masih lebih baik dibandingkan triwulan IV 2016
ROA dan ROE pada subLU logam dan sejenisnya masih
mencatatkan angka negatif, namun mengalami perbaikan
dari triwulan sebelumnya.
36 37
Rasio solvabilitas terendah pada subLU TPT, yakni sebesar Rasio likuiditas korporasi Jawa sedikit meningkat dari
1,18%. Penurunan DER tertinggi dialami oleh subLU tekstil 1,38% menjadi 1,44%.
38
dan produknya, dari 5,83% menjadi 5,62%. Sedangkan rasio Pertumbuhan kredit triwulan IV 8,53% (yoy), sementara di
DER untuk industri tembakau masih relatif rendah triwulan III tercatat 8,73% (yoy). Data berdasarkan kredit
dibandingkan subLU lainnya. lokasi proyek.

54
yang sebesar 8,11% (yoy) serta pertumbuhan korporasi yang masih terjaga. Secara sektoral,
kredit nasional pada triwulan IV 2017 8,25% penurunan risiko kredit didukung oleh kualitas
(yoy). Pertumbuhan kredit di Jawa ditopang oleh kredit tiga lapangan usaha utama di Jawa yang
kredit di LU industri pengolahan dan membaik (perdagangan eceran, industri
41
perdagangan, yang juga merupakan pangsa pengolahan, dan konstruksi).
terbesar dalam penyaluran kredit Jawa.

Grafik III.21. Penyaluran Kredit Sektoral Korporasi


Grafik III.20. Perkembangan Kredit Perbankan

Melambatnya pertumbuhan kredit di triwulan


IV terkonfirmasi dari penyaluran kredit
39
perseorangan dan korporasi . Perlambatan
kredit korporasi terutama didorong oleh LU
industri pengolahan yang merupakan lapangan
usaha utama. Perlambatan lebih dalam tertahan
oleh kredit LU perdagangan dan konstruksi yang
tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan
40 Grafik III.22. Rasio NPL Kredit Sektoral Korporasi
sebelumnya . Peningkatan tersebut sejalan
dengan membaiknya kinerja kedua LU pada
triwulan laporan, sebagai dampak peningkatan Ketahanan Sektor Rumah Tangga
permintaan masyarakat serta realisasi investasi Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan
bangunan pemerintah dan swasta di akhir tahun.
Perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Kualitas penyaluran kredit tetap terjaga pada (DPK) perseorangan Jawa masih berlanjut di
42
triwulan laporan dengan didukung perbaikan triwulan IV 2017 . Tren tersebut terjadi sejak
kualitas kredit korporasi. Penurunan rasio Non akhir 2016, yang diindikasikan akibat
Performing Loan (NPL) menjadi 2,44% didorong penempatan pada instrumen lain dengan imbal
oleh penurunan rasio NPL kredit korporasi dari hasil yang lebih tinggi, seperti pasar uang dan
3,02% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,88% pasar modal. Perlambatan DPK perseorangan
pada triwulan IV 2017. Hal tersebut sejalan terutama bersumber dari penurunan simpanan
dengan kondisi repayment capacity sektor giro, sementara pada tabungan dan deposito

39 41
Kredit perseorangan tumbuh 9,51% (yoy) di triwulan III dan NPL LU perdagangan besar dan eceran turun dari 4,71%
9,10% (yoy) di triwulan IV. Kredit korporasi tumbuh 8,34% menjadi 4,45%; NPL LU industri pengolahan turun dari 3,52%
(yoy) di triwulan III dan 8,27% (yoy) di triwulan IV. menjadi 2,86%; NPL LU konstruksi turun dari 2,60% menjadi
40 2,52%.
Kredit LU perdagangan tumbuh 3,62% (yoy) di triwulan III 42
menjadi 8,01% (yoy) di triwulan IV. Kredit LU konstruksi DPK perseorangan tumbuh melambat dari 6,78% (yoy)
tumbuh 17,71% (yoy) di triwulan III, menjadi 20,50% (yoy) di pada triwulan sebelumnya menjadi 3,98% (yoy) pada triwulan
triwulan IV. laporan.

55
masih tumbuh positif namun melambat. tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial
Kontraksi giro pada triwulan laporan tercatat yang meningkat 1,35 poin dari 229,91 menjadi
sebesar -17,94% (yoy), lebih dalam dibandingkan 231,26. Selanjutnya, penurunan penyaluran
triwulan sebelumnya sebesar -17,68% (yoy). kredit rumah tangga juga disebabkan oleh
Sementara itu, dari sisi tabungan yang memiliki penurunan penyaluran kredit multiguna yang
pangsa hingga 50,34% terhadap total DPK, menurun menjadi 10,92% (yoy) pada triwulan IV
tercatat melambat dari 8,30% (yoy) menjadi 2017, dari triwulan sebelumnya sebesar 14,21%.
7,05% (yoy). Selanjutnya deposito tercatat
mengalami perlambatan dari 9,01% (yoy)
43
menjadi 4,23% (yoy).

Grafik III.24. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik III.23. Pertumbuhan DPK Perseorangan

Kredit Perseorangan di Perbankan

Perlambatan pertumbuhan kredit juga didorong


44
oleh kredit rumah tangga . Kondisi tersebut
disumbang oleh menurunnya pertumbuhan
Kredit Pemilikan Rumah atau Apartemen
(KPR/KPA), khususnya kredit pada tipe rumah
45 Grafik III.25. Perkembangan KPR
besar dan Kredit Multiguna . Pertumbuhan KPR
rumah tipe di atas 70 menurun dari 6,23% (yoy) Pertumbuhan penyaluran KKB di Jawa
menjadi 4,99% (yoy). Sementara itu, meningkat di tengah perlambatan penyaluran
pertumbuhan KPR rumah tipe 22 s.d. 70 kredit rumah tangga. Pertumbuhan KKB
meningkat dari 17,89% (yoy) menjadi 18,83% mengalami peningkatan dari 4,31% (yoy) menjadi
(yoy). Penyaluran KPR untuk tipe <21 juga mulai 5,52% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan
membaik meski masih terkontraksi sebesar - terutama bersumber dari kredit kendaraan roda
0,79% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya empat (mobil) yang terakselerasi dari 9,36%
sebesar -1,46% (yoy). Di tengah pertumbuhan (yoy) menjadi 11,10%. Hal ini terkonfirmasi dari
KPR yang melambat, harga properti tetap pertumbuhan penjualan mobil yang meningkat
meningkat untuk seluruh tipe jenis rumah. Hal ini pada triwulan laporan. Sementara, kontraksi
kredit untuk truk semakin membaik dari -38,94%
43 (yoy) menjadi -23,56% (yoy). Kontraksi masih
Suku bunga DPK perseorangan secara umum menurun dari
3,69% di triwulan III, menjadi 3,49% di triwulan IV. Penurunan dialami oleh kredit kendaraan roda dua (sepeda
terbesar terjadi pada deposito, dari 5,60% menjadi 5,39%. motor) yaitu sebesar -14,09% (yoy).
44
Pada triwulan IV pertumbuhan kredit rumah tangga
menjadi 9,38% (yoy) dari dari 12,00% (yoy) pada triwulan III. Ketahanan sektor rumah tangga tetap terjaga,
45
Pertumbuhan penyaluran KPR di triwulan III 11,75% (yoy), yang tercermin dari rasio NPL kredit rumah
sementara di triwulan IV 8,59% (yoy).

56
tangga yang stabil dan berada dalam level Pertumbuhan transaksi RTGS (Real Time Gross
aman. Rasio NPL kredit rumah tangga pada Settlement) secara nominal mengalami
triwulan IV 2017 relatif stabil pada level rendah peningkatan pada triwulan IV 2017. Total
1,71%, tidak berbeda dibandingkan periode nominal transaksi RTGS mencapai Rp4.157,83
sebelumnya sebesar 1,73%. Perbaikan risiko triliun, atau tumbuh 31,92% (yoy). Pertumbuhan
kredit terjadi pada kredit jenis KKB dan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan
Multiguna, sementara rasio NPL KPR relatif sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,98% (yoy).
meningkat. Penurunan rasio NPL KKB terjadi Di sisi volume, transaksi RTGS mencapai
pada KKB untuk kendaraan roda dua dan empat, 1.014.701 transaksi, tumbuh melambat dari
sedangkan rasio NPL KPR justru mengalami triwulan III sebesar 38,89% (yoy) menjadi 22,5%
peningkatan, yaitu dari 2,36% pada triwulan III (yoy) pada triwulan laporan. Secara spasial,
2017 menjadi 2,38% pada periode laporan. perlambatan volume transaksi RTGS terjadi di
seluruh provinsi di Jawa.

Grafik III.26. Rasio NPL Kredit Rumah Tangga


Grafik III.27. Volume Transaksi SKNBI
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan
Uang Rupiah
Sistem Pembayaran Non Tunai
Volume transaksi SKNBI pada triwulan IV 2017
tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya.
Peningkatan volume transaksi kliring ini didorong
oleh belanja pemerintah dan realisasi
pembayaran terkait aktivitas penyaluran bantuan
sosial PKH. Volume transaksi SKNBI tercatat
mencapai 29,97 juta transaksi. Pertumbuhan Grafik III.28. Nominal Transaksi SKNBI
volume transaksi sebesar 7,73% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan III 2017 sebesar Transaksi transfer dana non bank dari dan ke
10,49% (yoy). wilayah Jawa mengalami penurunan, terutama
pada transfer dana keluar negeri. Secara
Dari sisi nominal, transaksi SKNBI juga membaik
keseluruhan transaksi incoming (masuk)
pada triwulan laporan, meski masih mengalami
internasional dan domestik ke wilayah Jawa lebih
kontraksi. Transaksi SKNBI di Jawa secara total
tinggi dibandingkan transaksi outgoing (keluar).
mencapai Rp 720,96 triliun, atau terkontraksi
Pada triwulan IV 2017 net transfer yang masuk
sebesar -4,55% (yoy). Kontraksi yang terjadi pada
sebesar Rp10,91 triliun, lebih tinggi dibandingkan
triwulan laporan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar Rp9,55 triliun.
kontraksi pada triwulan III 2017 yang sebesar -
Transfer dana incoming internasional ke
3,62% (yoy).

57
Indonesia sebagian besar berasal dari negara meningkat dari Rp202 miliar menjadi Rp231
Saudi Arabia, Malaysia, dan Hongkong yang miliar.
merupakan negara-negara tempat Tenaga Kerja
Upaya peningkatan kualitas uang layak edar di
Indonesia (TKI). Kontribusi transfer dana
Jawa juga dilakukan melalui penambahan
incoming Jawa terhadap transfer dana nasional
jaringan kantor kas titipan. Pada triwulan IV
relatif besar, karena daerah basis TKI di
2017 telah dibuka kas titipan baru di Sumenep
Indonesia yang terbesar berada di Jawa Barat,
dan Pangandaran, sehingga jaringan kas titipan di
Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pulau Jawa tersebar di 14 Kota/Kabupaten.
Pengelolaan Uang Rupiah Adapun sebaran lokasi dari 14 kas titipan
Pada triwulan IV 2017, wilayah Jawa mengalami tersebut adalah 3 Kota/Kabupaten di wilayah
net-outflow. Adapun outflow tercatat sebesar Jawa Barat (Sukabumi, Subang, Pangandaran), 4
Rp60,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan Kota/Kabupaten di wilayah Jawa Tengah dan DIY
sebelumnya yang hanya sebesar Rp37,7 triliun. (Cilacap, Pekalongan, Kudus, Kebumen), dan 6
Sementara itu inflow Jawa tercatat sebesar Kota/Kabupaten di Jawa Timur (Pamekasan,
Rp58,2 triliun, lebih rendah dibandingkan Sumenep, Probolinggo, Banyuwangi, Bojonegoro,
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp104,5 Madiun, Ponorogo). Nominal uang tunai yang
triliun. Dengan demikian, net-outflow Jawa dikelola oleh kas titipan pada triwulan IV 2017
tercatat sebesar Rp2,7 triliun. Jika dibandingkan mencapai Rp6,3 triliun.
dengan historisnya, net-outflow pada triwulan IV
baru terjadi pada tahun ini setidaknya dalam
tujuh tahun terakhir.

Grafik III.30. Perkembangan Pemusnahan UTLE

Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan terus


memperkuat edukasi CIKUR (Ciri-ciri Keaslian
Grafik III.29. Perkembangan Inflow dan Outflow
Uang Rupiah) bagi masyarakat untuk
Bank Indonesia melakukan berbagai upaya mengurangi penyalahgunaan uang palsu di
dalam menjaga kualitas uang layak edar. Untuk daerah. Berbagai upaya penanggulangan uang
menjaga kualitas uang layak edar, Bank palsu terus dilakukan oleh Bank Indonesia,
Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan antara lain melalui edukasi pemahaman ciri-ciri
Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dan layanan rutin keaslian uang rupiah kepada teller perbankan,
kas keliling serta layanan rutin penukaran uang kasir, maupun masyarakat umum. Upaya
kepada masyarakat. Selama triwulan IV 2017 tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan
jumlah nominal dari kegiatan kas keliling pihak berwajib, perbankan, Penyelenggara Jasa
mencapai Rp119 miliar, relatif sama dengan Pengolahan Uang Rupiah, dan instansi
triwulan sebelumnya sebesar Rp119 miliar. pemerintah. Sampai dengan triwulan IV 2017
Sementara penukaran uang tercatat sedikit jumlah uang diragukan keasliannya yang
dilaporkan kepada Bank Indonesia mencapai
34.734 lembar, lebih rendah daripada triwulan

58
sebelumnya yang mencapai 35.048 lembar.
Penemuan tersebut sebagian besar berasal dari
DKI Jakarta sebanyak 10.691 lembar, disusul
Jawa Barat sebanyak 8.978 lembar dan Jawa
Timur sebanyak 8.851 lembar. Rasio temuan
uang palsu per 1 juta inflow menunjukan
peningkatan, dengan rata-rata temuan adalah 19
lembar uang palsu per satu juta inflow. Rasio
tersebut lebih tinggi bila dibandingkan periode
sebelumnya yang hanya mencapai 11 lembar Grafik III.32. Perkembangan Transaksi KUPVA BB Berizin
uang palsu per satu juta inflow.
Prospek Perekonomian
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Jawa pada triwulan II 2018
diperkirakan tumbuh meningkat di kisaran
5,6%-6,1% (yoy), didukung oleh perbaikan
ekonomi domestik dan eksternal. Dari sisi
domestik, peningkatan konsumsi RT dan
Pemerintah diperkirakan membaik seiring
dengan kegiatan Pilkada serentak, Hari Raya Idul
Grafik III.31. Perkembangan Temuan Uang Palsu Fitri, masa libur sekolah, serta penyaluran
bansos dan dana desa (cash for work).
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Mekanisme penyaluran dana desa pada 2018
Bukan Bank (KUPVA BB)
mengalami perubahan, di mana batas waktu
Transaksi KUPVA BB Berizin di Jawa baik pencairan sisa dana desa anggaran tahun
transaksi jual maupun beli pada triwulan IV sebelumnya menjadi paling lambat dilakukan
2017 mengalami peningkatan dibandingkan Juni tahun berjalan. Di sisi investasi, beberapa
triwulan sebelumnya. Total nominal transaksi proyek investasi fisik akan dilakukan. Hal ini tidak
jual tercatat sebesar Rp42,8 triliun, lebih tinggi terlepas dari sentimen positif pasca peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya rating investment grade Indonesia dan upaya
sebesar Rp21,1 triliun. Sementara itu, transaksi Pemerintah untuk terus meningkatkan daya
beli juga meningkat dari Rp21,3 triliun menjadi saing dan iklim investasi nasional. Dorongan
Rp42,3 triliun. Peningkatan tersebut terutama lainnya berasal dari investasi Pemerintah,
terjadi di Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa khususnya terkait proyek infrastrutur Asian
Timur, sementara transaksi di daerah lain relatif Games 2018 di Jakarta serta infrastruktur
stabil. Namun, jumlah KUPVA BB Berizin di Jawa konektivitas dan energi. Dari sisi eksternal,
hingga bulan Oktober 2017 mengalami perbaikan ekonomi Jawa didorong oleh
penurunan. Pada triwulan laporan, jumlah momentum pemulihan ekonomi dunia dan
KUPVA BB Berizin menurun menjadi 657, dari kenaikan harga komoditas meski berlangsung
689 pada triwulan sebelumnya. Penurunan secara gradual.
tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta yang saat
Di sisi lapangan usaha, peningkatan
ini memiliki 376 KUPVA BB Berizin.
pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong
oleh LU utama yakni industri pengolahan,
pertanian, dan perdagangan. Industri

59
pengolahan diperkirakan tumbuh lebih tinggi dan Pelabuhan Patimban), serta penyelesaian
didorong oleh meningkatnya konsumsi RT dan infrastruktur pendukung venue Asian Games.
ekspor. Kinerja LU perdagangan diperkirakan
Berlanjutnya perbaikan ekonomi global,
akan meningkat sejalan dengan kegiatan Pilkada
terutama negara mitra dagang Jawa
serentak, Hari Raya Idul Fitri, masa libur sekolah,
diperkirakan mampu mendorong kinerja ekspor
serta realisasi penyaluran bansos Pemerintah.
Jawa di tahun 2018. Beberapa perekonomian
Selanjutnya, akselerasi pada LU pertanian
negara mitra dagang yang diperkirakan membaik
dipengaruhi oleh pergeseran musim tanam pada
dibanding tahun 2017 antara lain Amerika
triwulan IV lalu yang menyebabkan mundurnya
Serikat, India, dan sejumlah negara berkembang
masa panen di sebagian wilayah ke awal triwulan
Asia lainnya. Optimisme tersebut terkonfirmasi
II dan sebagian panen hortikultura yang akan
dari sejumlah pabrik yang melakukan
terjadi bulan Juni 2018. Namun, perlu dicermati
penambahan kapasitas produksi Jawa di tahun
potensi penyesuaian tahapan implementasi
2018. Peningkatan kinerja ekspor tersebut juga
beberapa proyek konstruksi Pemerintah, akibat
akan disertai dengan peningkatan impor,
periode libur Hari Raya Idul Fitri dan daerah-
khususnya impor bahan baku dan barang modal.
daerah yang melaksanakan Pilkada serentak.
Dari sisi lapangan usaha, akselerasi ekonomi
Sejalan dengan perkiraan triwulan II, perbaikan
Jawa tahun 2018 ditopang oleh lapangan usaha
ekonomi Jawa untuk keseluruhan tahun 2018
utama, yakni industri pengolahan, pertanian,
diperkirakan masih akan berlanjut.
dan perdagangan. Peningkatan kinerja industri
Pertumbuhan ekonomi Jawa diperkirakan berada
pengolahan sejalan dengan potensi
pada kisaran 5,5% - 6,0%. Dari sisi domestik
meningkatnya permintaan baik domestik
peningkatan konsumsi RT dan pemerintah
maupun global. Sejumlah perusahaan skala besar
diperkirakan akan tetap menjadi basis
telah berencana untuk merealisasikan ekspansi
perekonomian Jawa. Peningkatan aktivitas
pabrik di tahun 2018. Selain itu, Pemerintah juga
ekonomi bersumber dari pelaksanaan Pilkada
terus mengupayakan penguatan daya saing
serentak dan Asian Games yang dibarengi
industri nasional melalui pembangunan kawasan
dengan terjaganya daya beli masyarakat. Daya
industri terintegrasi JIIPE di Gresik dan
beli relatif terjaga seiring dengan tidak adanya
infrastruktur dasar. Sementara itu, pertumbuhan
kebijakan administered prices Pemerintah
kinerja lapangan usaha pertanian akan sangat
sebagaimana tahun 2017, peningkatan Upah
dipengaruhi faktor cuaca dan iklim. Pada tahun
Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sebesar 8,71%,
2018, diperkirakan kondisi iklim akan kembali
serta inflasi yang terkendali sesuai kisaran target
normal setelah sebelumnya fenomena El Nino
inflasi. Indikasi peningkatan konsumsi
dan La Nina terjadi di sepanjang tahun 2015-
terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen di
2017. Hal ini berpotensi memberikan dampak
Jawa yang masih terjaga menjelang akhir tahun
positif kepada produktivitas tanaman pangan
2017 dan diperkirakan berlanjut ke tahun 2018.
dan hortikultura. Selanjutnya untuk LU
Upaya Pemerintah untuk memperkuat daya perdagangan, penguatan kinerja ekspor dan
saing dan perbaikan iklim investasi diperkirakan impor Jawa akan menjadi pendorong utama
akan mendorong pertumbuhan investasi Jawa perbaikan kinerja LU ini.
di tahun 2018. Akselerasi pertumbuhan investasi
Perbaikan pertumbuhan ekonomi Jawa masih
diperkirakan akan didorong oleh penyelesaian
dibayangi oleh beberapa risiko internal dan
proyek infrastruktur strategis Pemerintah yang
eksternal. Dari sisi eksternal, kenaikan Federal
bersifat multiyears dan proyek-proyek lainnya
Fund Rate di tahun 2018 masih terbuka, sehingga
yang akan mulai tahapan konstruksi di tahun
berpotensi mengganggu arus investasi modal ke
2018 (antara lain Jalan Tol Serang Panimbang

60
Indonesia. Selain itu, perkiraan IMF terhadap seiring meningkatnya pasokan di daerah. Namun,
pertumbuhan volume perdagangan global di risiko kenaikan harga pangan diperkirakan
tahun 2018 sedikit melambat dibanding tahun bersumber dari kelompok daging dan hasil-
2017 seiring dengan perkiraan perlambatan hasilnya sehingga harus tetap diwaspadai.
pertumbuhan Eropa, Jepang, dan Tiongkok
Tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok
dibanding tahun 2017. Dari sisi internal, agenda
AP diperkirakan menurun. Hal ini dikarenakan
penyelenggaraan Pilkada berpotensi
tidak adanya kebijakan penyesuaian tarif
memengaruhi tahapan realisasi investasi sektor
Pemerintah (kenaikan TTL, STNK, dan Bensin
riil. Sementara itu, agenda pembangunan
pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun
infrastruktur Pemerintah perlu didukung dengan
demikian, tekanan dari kenaikan tarif angkutan
perencanaan penerimaan negara yang memadai.
udara dan kereta karena peningkatan
Laju inflasi Jawa triwulan II 2018 diperkirakan permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri di
lebih rendah dibanding perkiraan inflasi pertengahan Juni 2018 tetap perlu diwaspadai.
triwulan I 2018. Inflasi Jawa diperkirakan akan
Selanjutnya, inflasi Jawa untuk keseluruhan
berada pada rentang 3,0%-3,2% (yoy) pada
tahun 2018 diperkirakan lebih rendah dari
triwulan II 2018. Terjaganya inflasi pada awal
tahun 2017 dan terjaga dalam rentang target
tahun dipengaruhi oleh stabilnya kelompok
inflasi 3,5% ± 1%. Secara umum penurunan
inflasi inti, kelompok VF, dan kelompok AP. Dari
tingkat inflasi Jawa dipengaruhi oleh inflasi inti
sisi inflasi inti, upaya pengelolaan kebijakan
yang terkendali dan tekanan inflasi AP yang
moneter Bank Indonesia akan tetap menjaga
minimal akibat tidak adanya penyesuaian tarif
perekonomian nasional sesuai dengan
oleh Pemerintah secara signifikan. Selain itu,
fundamental ekonomi, mengelola kestabilitan
inflasi VF juga terjaga sebagaimana tahun 2017,
nilai tukar, dan menjaga ekspektasi sesuai
sejalan dengan upaya Pemerintah dan
dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. Potensi
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
tekanan inflasi inti bersumber dari risiko
produktivitas pertanian, memastikan
kenaikan harga emas seiring kenaikan harga
ketersediaan pasokan pangan melalui program
emas internasional pada triwulan II 2018 dan
prioritas ketahanan pangan nasional, serta
kenaikan biaya pendidikan menjelang tahun
memperbaiki efisiensi distribusi pangan.
ajaran baru. Khusus di wilayah Jawa, perbedaan
kebijakan penetapan awal tahun ajaran baru di Namun risiko inflasi AP tetap perlu dicermati,
beberapa Provinsi akan meminimalkan dampak seiring tren peningkatan harga minyak.
terhadap inflasi karena terdistribusi di beberapa Kenaikan harga minyak berpotensi memberikan
periode (tercatat beberapa provinsi memulai dampak lanjutan pada komoditas TTL dan bensin.
tahun ajaran baru pada triwulan III 2017). Meski demikian, dampak lanjutan melalui jalur
tarif angkutan relatif dapat diminimalkan seiring
Sejalan dengan penguatan koordinasi kebijakan
dengan adanya penetapan tarif batas atas,
untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan di
khususnya pada periode peak season.
daerah, inflasi volatile food diperkirakan tetap
terjaga. Hal ini didukung oleh melimpahnya
pasokan pasca panen raya beras dan hortikultura
di bulan Maret, panen gadu di bulan Mei,
kebijakan Pemerintah untuk menjaga kecukupan
pasokan pangan, serta pengelolaan permintaan
pada bulan Ramadhan. Stabilnya harga pangan
tersebut tercermin dari penyesuaian harga beras
sejak Februari yang diharapkan terus berlanjut

61
Boks 5
Peran Industri TPT dan Alas Kaki dalam terdapat 11 produk dengan pangsa 93% ekspor
46
Perekonomian Ekonomi Jawa berada dalam kategori yang sama . Mayoritas
produk TPT yang masuk dalam kategori unggul
Dalam perekonomian Jawa, industri TPT dan
dan surplus berupa produk garmen, sementara
alas kaki memiliki peranan sebagai penyumbang
untuk produk industri alas kaki adalah sepatu
surplus neraca perdagangan dan penyerap
olah raga, sepatu kulit, dan sepatu berbahan
tenaga kerja. Neraca perdagangan industri TPT
tekstil.
tercatat surplus USD3,7 miliar pada tahun 2017.
Surplus neraca perdagangan terutama berasal Namun demikian, surplus perdagangan industri
dari industri hilir dengan produk utama berupa TPT semakin menurun dalam kurun waktu
garmen (pakaian jadi) berbahan tekstil, garmen sepuluh tahun terakhir. Penurunan ini
berbahan rajut, dan garmen fungsional seperti disebabkan peningkatan impor produk yang
baju olahraga. Sementara itu, industri alas kaki berada pada rantai hulu-antara seperti serat dan
menyumbang surplus USD4,3 miliar, dengan kain. Rata-rata pertumbuhan ekspor selama
produk ekspor utama berupa produk sepatu periode 2007-2017 hanya sebesar 3,2%
olahraga, sepatu berbahan kulit, dan sepatu sementara rata-rata pertumbuhan impor
berbahan tekstil. Selain sebagai penyumbang mencapai 9,6%. Berbeda dengan industri TPT,
surplus neraca perdagangan, industri TPT mampu surplus industri alas kaki justru cenderung
menyerap tenaga kerja cukup besar hingga 1,5 meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan
juta orang. Secara spasial, keberadaan kedua ekspor dalam kurun waktu 2007-2017 sebesar
jenis industri tersebut merata di Jawa Barat, Jawa 11,6% (yoy).
Tengah, dan Jawa Timur.

Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik III.33. Neraca Perdagangan Industri TPT dan Alas
Kaki Jawa
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik III.34. Klasifikasi Komoditas Berdasarkan RSCA dan
Daya saing untuk mayoritas produk ekspor TPT
TBI Industri TPT Jawa
dan alas kaki Jawa berada dalam kategori
unggul dan surplus. Berdasarkan hasil pemetaan
sebanyak 51 produk TPT dengan pangsa 80%,
46
ekspor TPT Jawa berada dalam kategori unggul Pemetaan menggunakan metode Revealed Symmetric
Comparative Advantage (RSCA) dan Trade Balance Index
dan surplus, sementara untuk produk alas kaki,
(TBI).

62
Perbandingan dengan Kinerja Industri 9 prosedur yang harus dilalui untuk mendirikan
Negara Peers usaha baru di Vietnam, sementara di Indonesia
terdapat 11 prosedur. Biaya tenaga kerja dan
Kemampuan diversifikasi produk dan
energi di Vietnam juga relatif lebih rendah
penguasaan pasar tujuan ekspor yang lebih baik 48
dibandingkan Indonesia . Selain itu, di Vietnam
mendorong ekspor industri TPT dan alas kaki
terdapat kebijakan bebas bea masuk impor
Vietnam lebih tinggi daripada Indonesia. Nilai
apabila dipergunakan untuk memproduksi barang
ekspor Vietnam untuk produk TPT pada 2016
ekspor dalam 275 hari.
tercatat sudah mencapai USD29,3 miliar atau
hampir 2,5 kali lebih besar dibandingkan nilai Strategi Kebijakan untuk Memperkuat
ekspor Indonesia yang hanya sebesar US 11,8 Industri TPT dan Alas Kaki Jawa
miliar. Demikian pula halnya dengan eskpor alas
Industri TPT dan alas kaki masih memiliki
kaki Indonesia. Nilai ekspor Vietnam untuk
potensi besar untuk dikembangkan. Ekspor 33
produk alas kaki pada 2016 sudah mencapai
jenis produk TPT dengan pangsa 17,8% dari total
USD13,5 miliar, atau 3 kali lebih besar
ekspor TPT sangat potensial untuk ditingkatkan.
dibandingkan nilai ekspor Indonesia yang hanya
Produk tekstil tersebut termasuk yang bersifat
sebesar USD4,6 miliar. Melalui pendekatan trade
khusus dan tidak diperuntukkan untuk
competitiveness diagnostics, kinerja positif kedua
memproduksi garmen. Sementara untuk produk
industri tersebut didorong oleh beberapa faktor
industri alas kaki, potensi pengembangan
penting.
terdapat pada sepatu berbahan selain kulit dan
Pertama, kemampuan mengoptimalkan kerja tekstil.
sama perdagangan dengan negara mitra dagang.
Upaya mendorong peningkatan ekspor TPT dan
Dari sisi akses pasar, Indonesia dan Vietnam
alas kaki melalui diversifikasi produk dan pasar
relatif berimbang. Indonesia memiliki 17
tujuan ekspor perlu memperhatikan beberapa
perjanjian dagang (free trade agreement)
hal.
sementara Vietnam memiliki 16 perjanjian
dagang (free trade agreement). Salah satu Pertama, perlunya mendorong diversifikasi
perjanjian dagang yang penting bagi Vietnam pasar ekspor ke negara yang merupakan pasar
adalah perjanjian Vietnam-Eropa dengan skema potensial TPT dan alas kaki seperti Eropa. Pasar
tarif Generalised Scheme Preferences yang ekspor TPT dan alas kaki saat ini masih
diterapkan sejak 2012. Sementara perjanjian terkonsentrasi ke Amerika Serikat dan Jepang.
47 Eropa masih belum menjadi tujuan pasar utama
Indonesia-Eropa (IEU-CEPA ) masih dalam tahap
negosiasi. produk TPI dan alas kaki Indonesia, padahal
Eropa merupakan importir produk TPT terbesar
Kedua, ketersediaan regulasi yang mendukung
di dunia setelah Amerika Serikat. Untuk itu,
pengembangan industri. Industri di Vietnam
diperlukan upaya percepatan negosiasi
mendapatkan insentif pajak dan kemudahan
perdagangan dengan Eropa seperti perjanjian
usaha serta biaya tenaga kerja dan energi yang
IEU-CEPA. Selain Eropa, diversifikasi pasar dapat
lebih rendah daripada Indonesia. Di Vietnam,
dilakukan ke beberapa pasar potensial lain yang
industri TPT dan alas kaki mendapatkan insentif
belum memiliki pangsa besar dalam ekspor TPT
pajak pendapatan korporasi (corporate income
tax) sebesar 10%-20%, sementara pajak 48
Upah tenaga kerja di Vietnam tercatat sebesar
pendapatan korporasi di Indonesia berada di USD162/bulan sementara di Indonesia USD234/bulan. Biaya
kisaran 25%. Dari sisi kemudahan usaha, terdapat energi di Vietnam sebesar 6 sen/kwh sementara di Indonesia
11 sen/kwh. Biaya energi merupakan komponen biaya
terbesar untuk industri hulu-antara di industri TPT dan alas
47
IEU-CEPA merupakan singkatan dari Indonesia-European kaki, sementara biaya SDM merupakan komponen terbesar
Union Comprehensive Economic Partnership Agreement. untuk industri hilirnya.

63
dan alas kaki Indonesia seperti Asia, Australia, kurikulum terkait potensi pengembangan produk
dan Amerika Latin. TPT dan alas kaki berteknologi tinggi perlu
dilakukan. Tingkat efisiensi produksi diperbaiki
Kedua, mendorong upgrading industri nasional
melalui bantuan modernisasi/restrukturisasi
dalam GVC melalui peningkatan kapabilitas
permesinan agar produktivitas menjadi lebih
industri dalam negeri. Saat ini mayoritas industri
baik. Hal ini pernah dilakukan oleh Kementerian
garmen dalam negeri berada pada tingkat nilai
Perindustrian pada tahun 2015 lalu. Mayoritas
tambah rendah yaitu level Cut-Make-Trim (CMT).
perusahaan tekstil dalam negeri masih
Untuk meningkatkan nilai tambah industri, perlu
menggunakan mesin dengan umur di atas dua
upaya meningkatkan kapabilitas industri agar
puluh tahun, sehingga daya saing industri tekstil
dapat melakukan sourcing bahan baku sendiri
dalam negeri belum optimal. Program
(Original Equipment Manufacturing/OEM), dan
restrukturisasi mesin dipercaya akan mendorong
mengupayakan penggunaan bahan baku produk
peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan
industri lokal. Peningkatan motivasi upgrading
energi dan biaya produksi, meningkatkan
dapat dilakukan melalui pemberian
penyerapan tenaga kerja, serta memperkuat
apresiasi/insentif bagi pelaku industri yang
local value chain.
melakukan upgrading proses bisnis. Peningkatan
kapabilitas akan mendorong penguatan Keempat, perlu mendorong diversifikasi produk
49
backward linkages dengan industri penyedia ke arah peningkatan teknologi . Industri TPT di
bahan baku, yang kemudian akan memperkuat Jawa memiliki potensi dalam mengembangkan
rantai nilai lokal (local value chain). Penguatan produk smart clothing kategori sportwear. Hal ini
sektor hulu juga memerlukan dukungan didasari oleh keunggulan komparatif produk
dukungan kebijakan energi yang dapat ekspor Jawa dalam memproduksi sportwear.
meningkatkan daya saing produk TPT dan alas Produk sportwear memiliki pangsa ekspor
kaki dalam negeri. Biaya energi dalam industri terbesar 38% terhadap ekspor produk TPT
TPT dan alas kaki dapat mencapai hampir 55% fungsional. Meskipun belum dijabarkan secara
dari total biaya produksi. Biaya energi di eksplisit, RIPIN telah memasukkan
Indonesia yang relatif kurang kompetitif pengembangan produk smart clothing sebagai
dibandingkan negara lain membuat daya saing bagian dalam rencana jangka menengah-panjang
dari sisi input produksi kurang kompetitif pembangunan industri nasional. Pengembangan
dibandingkan peers. produk smart clothing memerlukan penyiapan
ekosistem pendukung, penguasaan teknologi
melalui penguatan penelitian dan pengembangan
(R&D), serta dukungan insentif bagi para pelaku
usaha industri ini. Adapun ekosistem industri
smart clothing yang perlu disiapkan terutama
adalah pengembangan teknologi sensor, data
processing, dan data security.
Sumber: OECD
Grafik III.35. Posisi Industri TPT Indonesia dalam Rantai
Nilai Industri Garmen

Ketiga, perlu penguatan kapasitas keahlian


Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan
keahlian SDM dapat dilakukan melalui link and 49
Contoh produk berteknologi tinggi: smart clothing dan
match pendidikan vokasi untuk memenuhi
smart footwear ataupun high tech production menggunakan
kebutuhan industri saat ini. Pendalaman 3D printing, knitting technology, serta robotic machine.

64
Boks 6
Peran Strategis Industri Otomotif memiliki potensi untuk ditingkatkan keunggulan
dalam Ekonomi Jawa komparatifnya adalah kendaraan penumpang.
Ekspor produk ini yang sudah cukup besar dan
Industri otomotif memberi kontribusi cukup
50 masuk kategori surplus. Saat ini jenis kendaraan
besar bagi kinerja industri manufaktur di Jawa .
penumpang yang menjadi unggulan ekspor
Selain mendorong penyerapan tenaga kerja,
adalah jenis MPV seperti Fortuner, Innova,
industri otomotif juga menyumbang surplus bagi
Avanza, APV, dan Ertiga (Gaikindo, 2017). Namun
neraca perdagangan sejak 2015 lalu. Hal ini
dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat indikasi
terutama didorong oleh kenaikan ekspor mobil
bahwa ekspor produk otomotif Indonesia
penumpang dan spare-part pendukungnya dalam 52
semakin terkonsentrasi . Hal ini terkonfirmasi
kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun
pada ekspor produk ban ke Amerika Serikat yang
2017 ekspor industri otomotif Jawa mencapai
pangsanya mencapai 53%, maupun ekspor mobil
USD7,5 miliar, yang disumbang oleh ekspor mobil
penumpang dengan negara tujuan utama Filipina
penumpang terutama jenis MPV, spare-part
yang memiliki pangsa 40% dari total ekspor
mobil, dan ban. Secara spasial, sebagian besar
kategori tersebut. Ke depan, untuk mendorong
industri otomotif terkonsentrasi di Jawa bagian
peningkatan surplus perdagangan industri
barat, yakni DKI Jakarta dan Jawa Barat,
otomotif, perlu dukungan strategi kebijakan
khususnya di Karawang dan Cikarang.
dengan memperhatikan aspek daya saing produk
dan tantangan industri otomotif di masa
mendatang.

Sumber : Data Bea Cukai, diolah (2017)


Grafik III.36. Neraca Perdagangan Industri Otomotif Jawa

Produk ekspor industri otomotif Jawa, memiliki


51
keunggulan daya saing . Dari total ekspor
otomotif sebesar USD 7,5 miliar, sebanyak 43%
masuk dalam kategori unggul dan menjadi Sumber : Data Bea Cukai diolah (2017)
sumber surplus industri otomotif. Selain itu, 38% Grafik III.37. Klasifikasi Komoditas Berdasarkan RSCA dan
TBI Industri Otomotif Jawa
ekspor juga berpotensi didorong untuk
meningkatkan suplus. Adapun jenis produk yang

50
Data BPS 2016 menunjukan bahwa share industri otomotif
mencapai 14% terhadap total industry pengolahan di Jawa.
51 52
Menggunakan pendekatan Trade Balance Index (TBI) dan Ditandai dengan Angka Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
Relative Symmetric Comparative Advantages (RSCA). yang meningkat.

65
Perbandingan dengan Kinerja Industri Strategi Kebijakan untuk Memperkuat
Otomotif Negara Peers Industri Otomotif Jawa
Industri otomotif di Thailand memberikan Pemerintah terus mengupayakan penguatan
kontribusi ekspor empat kali ekspor otomotif daya saing industri nasional, termasuk industri
53
Jawa . Selain itu, 93% dari total ekspor otomotif otomotif. Melalui paket kebijakan jilid XVI
Thailand tersebut sudah masuk kategori unggul Pemerintah berupaya mereformasi proses
dan surplus. Dengan menggunakan pendekatan birokrasi sehingga mempercepat penerbitan
trade competitiveness diagnostics, keunggulan perizinan berusaha dari tingkat pusat hingga
industri otomotif Thailand didorong oleh daerah. Komitmen dan dukungan Pemerintah
beberapa faktor. tersebut berhasil menaikan EoDB Indonesia dari
peringkat 91 pada tahun 2017 menjadi 72 di
Pertama, lini produksi yang dikembangkan sesuai
2018. Selanjutnya untuk memperkuat industri
dengan kebutuhan pasar (SUV dan Sedan) serta
otomotif nasional agar memiliki keunggulan
didukung dengan insentif pajak yang lebih
54 komparatif dan berdaya saing di masa
murah . Untuk jenis mobil sedan, Thailand
mendatang, terdapat beberapa hal yang perlu
menerapkan pajak mobil sebesar 40%, sedangkan
menjadi perhatian seluruh pihak.
di Indonesia PPnBM sedan bervariasi antara 30%
- 125%, tergantung dari kapasitas mesin. Pertama, optimalisasi perjanjian perdagangan
dengan negara mitra untuk mendukung ekspansi
Kedua, penguatan akses penetrasi pasar melalui
dan diversifikasi pasar. Perjanjian IA-CEPA
perjanjian dengan negara mitra dagang. Thailand
(Indonesia-Australia Comprehensive Economic
memiliki perjanjian dengan Australia (FTA), di
Partnership Agreement) yang masih dalam
mana tarif masuk produk otomotif dari Thailand
negosiasi serta preferential tariff arrangement
ke Australia rata-rata 0%. Adapun ekspor
dengan 8 negara Islam (PTA D-8) berpeluang
Thailand ke Australia menyumbang 20% dari
untuk dioptimalkan guna membuka akses pasar
ekspor otomotif negara tersebut. Sedangkan
bagi industri otomotif Jawa.
produk Indonesia dikenakan tarif masuk rata-rata
5%, dengan skema perjanjian ASEAN-Australia. Kedua, mendorong implementasi standardisasi
Hal ini mengakibatkan nilai ekspor otomotif uji kelayakan mutu yang dapat diterima secara
Thailand ke Australia jauh lebih tinggi, hampir internasional. Hal ini diperlukan untuk
sama dengan total ekspor otomotif Jawa ke meminimalkan dampak hambatan non-tarif,
dunia. sebagaimana dilakukan oleh negara lain. Sebagai
contoh, Vietnam telah memberlakukan uji gas
Ketiga, dukungan regulasi yang mendorong
buang dan uji teknis keselamatan sebagai
kemudahan investasi di Thailand. Hal ini
lampiran dalam setiap batch ekspor.
tercermin dari peringkat ease of doing business
Implementasi adopsi standar uji internasional
(EoDB) Thailand yang berada pada peringkat 26.
seperti ISO menjadi salah satu kunci penting
Salah satu bentuk dukungan regulasi adalah
dalam menghadapi hambatan non tarif ekspor.
penetapan Corporate Income Tax (CIT) sebesar
20%. Hal ini secara tidak langsung mendorong Ketiga, mendorong peningkatan nilai ekspor
berkembangnya investasi untuk mendukung produk Indonesia di jaringan global (upgrading
rantai pasok industri otomotif di Thailand. global value-chain - GVC). Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah produk
otomotif dalam negeri serta mendukung strategi
53
market diversification. Sebagai contoh untuk
Setara dengan nilai USD 31,1 miliar.
54 ekspansi pasar ke negara maju seperti Australia,
Jenis mobil yang diminati dunia yaitu SUV, sedan, dan
niaga. produk ekspor Indonesia perlu

66
mempertimbangkan kebutuhan pasar negara Tantangan ke Depan
tersebut (kendaraan niaga dan SUV). Sebagai
Industri otomotif ke depan perlu mengantisipasi
contoh untuk ekspansi pasar ke negara maju
prospek perkembangan mobil listrik, khususnya
seperti Australia, produk ekspor Indonesia perlu
di Amerika Serikat, Eropa, dan China. Bloomberg
mempertimbangkan kebutuhan pasar negara
New Energy Finance memproyeksi bahwa pada
tersebut (kendaraan niaga dan SUV). Saat ini, lini
2040, Electric Vehicle (EV) akan berkontribusi
produksi industri otomotif dalam negeri masih
hingga 54% dari total seluruh penjualan mobil di
terkonsentrasi pada mobil jenis MPV. Sementara
dunia. Hal ini secara perlahan akan menggeser
itu, industri otomotif Thailand lebih banyak
kendaraan-kendaraan berbasis Internal
memproduksi mobil SUV dan niaga yang
Combustion Engine (ICE). Di Indonesia, rencana
memberikan marjin kualitas (quality margin)
pengembangan EV telah dituangkan dalam
lebih baik.
Perpres No 22/2017 tentang Rencana Umum
Keempat, memperkuat local value chain (LVC) Energi Nasional (RUEN), di mana pada 2025
terutama yang memasok pabrikan kendaraan. ditargetkan akan memproduksi 2.200 unit mobil
Jika dibandingkan dengan Thailand, industri yang listrik/hibrida dan 2,1 juta motor listrik. Namun
menjadi pemasok industri otomotif di Indonesia sampai saat ini, pengembangan industri mobil
55
masih tertinggal . Jumlah rantai pasok yang listrik di dalam negeri masih menghadapi
telah berkembang baik di Thailand ini mendorong berbagai kendala, antara lain harga mobil listrik
kandungan lokal industri otomotif Thailand yang jauh lebih mahal sehingga kesulitan
mencapai 73%, sementara di Indonesia baru mencapai skala ekonomi produksi di dalam
56
mencapai 63% . negeri. Selain itu, operasional mobil listrik
memerlukan stasiun pengisian daya (charging
Kelima, percepatan reformasi birokrasi untuk
station) yang membutuhkan dukungan
mendukung investasi dan ekspor. Upaya
infrastruktur dengan biaya cukup mahal. Dalam
Pemerintah melalui berbagai paket kebijakan
kaitan tersebut, untuk melakukan pengembanan
untuk mendorong peningkatan investasi perlu
tahap awal, industri otomotif Indonesia perlu
didukung di tingkat daerah. Selain itu kebijakan
berkolaborasi dengan rantai pasok mobil listrik
tersebut dapat diperkuat dengan pemberian
dunia sebagai bagian global value chain (GVC),
insentif bagi pengembangan mobil sedan dan
antara lain pemasok spare-part.
SUV sesuai dengan tren permintaan dunia yang
meningkat. Hal ini dapat ditempuh dengan
penyesuaian tarif PPnBM dan aturan terkait
Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk
kedua kategori produk tersebut. Kebijakan ini
dalam jangka menengah panjang dapat
mendorong berkembangnya rantai pasok
otomotif di dalam negeri.

55
Jumlah perusahaan pemasok industri otomotif nasional
(tier 1, 2, dan 3) 1.200 pelaku usaha, sementara jumlah
pemasok serupa di Thailand telah mencapai sekitar 2.400
pelaku usaha (Gaikindo, 2017).
56
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/201711%20281955
59-213-258742/industri-otomotif-indonesia-tak-konsisten-
terapkan-tkdn

67
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

68
Pada triwulan IV 2017, perekonomian KTI yang mencakup wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku-
Papua, serta Balinusra (Bali dan Nusa Tenggara) tumbuh cukup kuat sebesar 4,85% (yoy), walaupun
melambat dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh 5,38% (yoy). Pada keseluruhan tahun 2017,
pertumbuhan ekonomi KTI mencapai 5,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2016 yang tumbuh
4,84% (yoy). Perbaikan kinerja ekonomi KTI pada 2017 didorong oleh meningkatnya sumbangan
Lapangan Usaha (LU) pertanian dan pertambangan pada kinerja ekspor terutama komoditas batu
bara, CPO, dan karet. Peningkatan ini khususnya terjadi di wilayah Kalimantan. Dari sisi
perkembangan harga, inflasi KTI terjaga pada kisaran 4%±1% dengan tekanan inflasi yang
cenderung rendah. Inflasi KTI di triwulan IV 2017 tercatat 3,35% (yoy), lebih rendah dibanding
triwulan III 2017 yang sebesar 3,60% (yoy). Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh pasokan
komoditas volatile food yang membaik serta tingkat harga kelompok administered prices yang
terjaga. Penurunan inflasi terjadi di hampir seluruh wilayah KTI, terutama Mapua dan Kalimantan.
Secara keseluruhan tahun, inflasi KTI 2017 lebih rendah dari inflasi nasional meskipun meningkat
dibanding inflasi KTI 2016 yang sebesar 2,90%.

Memasuki triwulan I 2018, laju pertumbuhan ekonomi KTI diprakirakan mengalami akselerasi
dibanding triwulan IV 2017. Akselerasi tersebut ditopang oleh membaiknya kinerja LU pertanian dan
pertambangan seiring dengan datangnya musim panen tanaman bahan makanan di beberapa
sentra produksi serta peningkatan permintaan bahan baku mineral oleh industri pengolahan
tambang. Pada triwulan II 2018, kinerja ekonomi KTI diprakirakan mampu tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan I 2018. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi,
sedangkan ekspor dan investasi cenderung terbatas. Secara sektoral, peningkatan kinerja terjadi
pada hampir semua lapangan usaha utama. Pada keseluruhan 2018, ekonomi KTI diprakirakan
mampu tumbuh lebih tinggi dibanding tahun 2017 dengan 5,1%-5,5% (yoy). Dari sisi perkembangan
harga, tekanan inflasi triwulan I cenderung turun didukung berlangsungnya musim panen kondisi
cuaca yang diperkirakan kondusif. Selanjutnya, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 diprakirakan
meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pada periode Hari Besar Keagamaan dan
Nasional (HBKN). Secara keseluruhan tahun 2018, inflasi KTI diprakirakan lebih tinggi dibanding
2017, namun masih berada pada kisaran ±3,50% (yoy).

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo. Selain itu, perbaikan kinerja


pertambangan di Maluku Utara, Papua, dan
Perekonomian KTI tercatat tumbuh cukup kuat
Papua Barat menjadi faktor yang menopang
pada triwulan IV 2017. Perekonomian KTI
pertumbuhan ekonomi Mapua. Sementara,
tercatat tumbuh 4,85% (yoy), melambat
terbatasnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan
dibanding triwulan III 2017 yang tumbuh sebesar
dan Balinusra menahan laju pertumbuhan
5,38% (yoy). Pertumbuhan KTI disumbang oleh
ekonomi KTI lebih lanjut. Di Kalimantan, sejumlah
Sulawesi dan Maluku-Papua (Mapua) yang
provinsi yang mengandalkan kinerja komoditas
tumbuh cukup tinggi, masing-masing sebesar
batu bara tercatat tumbuh lebih lambat dari
7,53% (yoy) dan 5,42% (yoy). Pertumbuhan
triwulan sebelumnya, yaitu Kalimantan Timur,
Sulawesi ditopang oleh kinerja pertambangan
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah
dan industri pengolahan di Sulawesi Selatan dan
(Tabel IV.1). Kinerja ekonomi Balinusra tertahan
Sulawesi Tengah serta pertumbuhan pertanian di
akibat bencana erupsi Gunung Agung di BalI,

69
sedangkan kinerja ekspor NTB terbatas seiring rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang
kuota ekspor mineral (NTB) yang minim. tumbuh 6,59% (Grafik IV.1). Pertumbuhan ekspor
KTI ditopang oleh ekspor Sulawesi dan Mapua.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi
Kinerja ekspor Sulawesi didukung oleh relaksasi
pemerintah tercatat mengalami perlambatan
ekspor nikel mentah kadar rendah (low grade)
pada triwulan IV 2017 menjadi sebesar 1,11%
(Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah),
(yoy), dari 5,18% (yoy) pada triwulan III 2018.
peningkatan permintaan produk olahan nikel dan
Perlambatan konsumsi pemerintah KTI
liquified natural gas (LNG) dari Sulawesi Tengah,
disumbang oleh Sulawesi dan Mapua, serta
dan perbaikan ekspor rumput laut (Sulawesi
kontraksi konsumsi pemerintah di Kalimantan.
Selatan). Selain itu, ekspor KTI juga didukung oleh
Sejumlah faktor yang menyebabkan perlambatan
peningkatan ekspor mineral (tembaga) dari
konsumsi pemerintah antara lain, realisasi
Papua seiring dengan kembali dibukanya izin
belanja operasional yang tidak sekuat triwulan
ekspor sejak awal triwulan IV 2017. Sementara,
sebelumnya (Kalimantan Timur, Kalimantan
perlambatan pertumbuhan ekspor terjadi di
Utara, Mapua), tidak tercapainya target realisasi
Kalimantan (batu bara, Crude Palm Oil, migas)
beberapa kegiatan operasional pendukung
dan Balinusra (konsentrat tembaga). Perbaikan
proyek infrastruktur (Sulawesi Selatan), kendala
harga komoditas batu bara dan crude palm oil
realisasi anggaran seiring perubahan struktur
(CPO) yang terbatas menghambat perbaikan
Organisasi Perangkat Daerah (Sulawesi Barat),
kinerja ekspor lebih lanjut kedua komoditas
serta berkurangnya realisasi jumlah program
tersebut. Perlambatan ekspor konsentrat
kerja pada triwulan IV 2017 (Sulawesi Tenggara).
tembaga terjadi seiring kuota ekspor konsentrat
Sementara, Balinusra mencatat peningkatan
tembaga yang terbatas.
pertumbuhan konsumsi pemerintah didukung
oleh percepatan realisasi anggaran program kerja
Pemda menjelang akhir tahun 2017.
Tabel IV.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah di KTI
2016 2017
Provinsi 2015
IV Total I II III IV Total
Kalimantan Barat 4.88 3.89 5.20 4.94 4.79 5.13 5.80 5.17
Kalimantan Tengah 7.01 8.59 6.36 9.49 6.12 6.13 5.34 6.74
Kalimantan Selatan 3.82 5.54 4.40 5.31 5.02 6.37 4.46 5.29
Kalimantan Timur -1.20 -0.21 -0.36 3.90 3.60 3.47 1.61 3.13
Kalimantan Utara 3.40 4.27 3.75 6.21 6.48 6.59 7.04 6.59
Kalimantan 1.38 2.33 2.02 4.97 4.42 4.62 3.37 4.33
Sulawesi Selatan 7.19 7.67 7.42 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23
Sulawesi Barat 7.31 7.61 6.01 7.70 5.30 7.12 6.63 6.67
Sulawesi Tenggara 6.88 7.67 6.51 7.80 6.87 6.56 6.12 6.81
Sulawesi Tengah 15.50 3.75 9.98 3.97 6.61 8.73 9.15 7.14 Sumber: Bea Cukai, diolah
Gorontalo 6.22 7.02 6.52 7.35 6.63 5.23 7.82 6.74 Grafik IV.1. Nilai Ekspor KTI
Sulawesi Utara 6.12 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32
Sulawesi 8.19 6.83 7.43 6.93 6.55 6.93 7.53 6.99
Maluku 5.48 5.74 5.73 6.62 5.75 5.83 5.11 5.81
Maluku Utara 6.10 6.53 5.77 7.61 6.99 7.76 8.30 7.67
Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2017
Papua 7.35 21.43 9.14 3.72 6.25 3.87 4.78 4.64 tercatat 12,82% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
Papua Barat 4.15 4.86 4.52 3.63 2.09 3.80 6.32 4.01
Mapua 6.28 14.65 7.40 4.40 5.31 4.39 5.42 4.89 triwulan III 2017 yang tumbuh 7,41% (yoy).
Bali 6.03 6.03 6.32 6.24 5.97 6.23 4.01 5.59
NTB 21.76 3.79 5.82 -3.22 -1.51 4.22 0.58 0.11 Peningkatan impor di KTI terutama dipengaruhi
NTT 4.92 5.24 5.17 5.08 5.28 5.00 5.29 5.16
Balinusra 10.42 5.16 5.92 2.93 3.38 5.31 3.20 3.73
perkembangan impor di Kalimantan dan Mapua
KTI 5.20 5.63 4.84 5.16 5.01 5.38 4.85 5.10 seiring kenaikan permintaan masyarakat pada
Sumber: Badan Pusat Statistik, data realisasi periode
sebelumnya direvisi
periode Natal dan Tahun Baru. Selain itu,
p) Prakiraan Bank Indonesia peningkatan kebutuhan bahan baku industri
pengolahan di Kalimantan Barat dan impor
Ekspor KTI pada triwulan IV 2017 tercatat barang modal untuk mendukung operasional
tumbuh moderat sebesar 5,83% (yoy), lebih smelter feronikel (Maluku Utara) dan pabrik

70
semen (Papua Barat) juga menjadi faktor rumah tangga triwulan IV 2017. Kondisi ini
pendorong impor. Sementara itu, impor i tercermin oleh perkembangan Indeks Keyakinan
Sulawesi dan Balinusra melambat seiring dengan Konsumen yang cenderung meningkat di periode
selesainya proyek pembangunan smelter akhir tahun 2017 (Grafik IV.2). Sebaliknya,
(Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah), konsumsi rumah tangga wilayah Balinusra
kecenderungan konsumsi barang lokal yang lebih mengalami perlambatan akibat penurunan
murah (Sulawesi Barat), serta hambatan kegiatan jumlah wisatawan pada masa erupsi Gunung
perdagangan luar negeri karena erupsi Gunung Agung sehingga mempengaruhi pendapatan
Agung (Bali). masyarakat.

Selanjutnya, investasi di KTI yang tercermin dari


Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
mengalami peningkatan pertumbuhan pada
triwulan IV 2017. Investasi meningkat menjadi
6,85% (yoy) pada triwulan IV 2017 dari 4,24%
(yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan
pertumbuhan investasi terjadi di hampir semua
wilayah di KTI, kecuali beberapa daerah di
Sulawesi. Di Kalimantan, akselerasi ditopang baik
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia oleh investasi bangunan maupun non-bangunan.
Grafik IV.2. Indeks Keyakinan Konsumen Upaya percepatan realisasi berbagai proyek
infrastruktur yang termasuk ke dalam proyek
strategis nasional (PSN) serta optimisme swasta
terkait kinerja ekonomi menjadi faktor
pendorong kinerja investasi di Kalimantan.
Akselerasi di Mapua dan Balinusra juga didorong
oleh membaiknya investasi bangunan dan non-
bangunan. Hal ini didukung antara lain oleh
investasi crane untuk memenuhi kebutuhan
pelabuhan peti kemas (Papua), pembangunan
smelter yang masih berlanjut (Maluku Utara),
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Grafik IV.3. Realisasi PMA dan PMDN di KTI pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Mandalika (NTB), serta investasi untuk kegiatan
Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami Annual Meeting IMF-World Bank 2018 (Bali).
peningkatan dari 4,65% (yoy) pada triwulan III Perbaikan investasi tercermin juga dari
2017, menjadi 4,77% (yoy) pada triwulan IV membaiknya realisasi penanaman modal asing
2017, sehingga menopang pertumbuhan (PMA) di KTI (Grafik IV.3). Pertumbuhan investasi
ekonomi KTI secara keseluruhan. Akselerasi yang lebih terbatas terjadi di Sulawesi Tenggara
konsumsi rumah tangga terutama terjadi di dan Sulawesi Utara, seiring dengan penyelesaian
Kalimantan, Sulawesi, dan Mapua. Hal ini beberapa tahap pembangunan proyek smelter
didukung oleh peningkatan permintaan dan terbatasnya investasi bangunan pasca
masyarakat saat perayaan Natal dan Tahun Baru. penyelesaian pembangunan gedung perbelanjaan
Selain itu, terjaganya pendapatan masyarakat baru.
seiring dengan perbaikan ekonomi di beberapa Untuk keseluruhan tahun 2017, realisasi
daerah serta tingkat inflasi yang relatif rendah pertumbuhan ekonomi KTI tercatat mengalami
menjadi faktor pendorong peningkatan konsumsi peningkatan dibandingkan 2016. Pertumbuhan

71
ekonomi KTI pada tahun 2017 tercatat sebesar Konsumsi pemerintah tercatat mengalami
5,10% (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya peningkatan pertumbuhan pada tahun 2017
yang tercatat sebesar 4,84% (yoy). Secara spasial, yaitu dari 0,24% (yoy) pada tahun 2016 menjadi
akselerasi berlangsung di Kalimantan yang 2,73% (yoy). Kondisi tersebut didukung oleh
tercatat tumbuh 4,33% (yoy), Sulawesi yang perbaikan tingkat konsumsi pemerintah di
tumbuh 6,99% (yoy) dan Mapua yang tumbuh berbagai wilayah, terutama Kalimantan.
4,89% (yoy). Akselerasi ekonomi Kalimantan Perbaikan didukung oleh perbaikan pendapatan
terutama bersumber dari perbaikan harga seiring transfer dana Pusat tepat waktu sehingga
komoditas ungulan ekspor luar berbasis sumber mampu mendukung optimalisasi realisasi belanja
daya alam. Sementara itu, ekonomi Sulawesi dan daerah. Khusus untuk Sulawesi, penambahan
Mapua ditopang oleh perkembangan hilirisasi anggaran dari Pusat sebagai dukungan bagi upaya
mineral yang semakin baik sehingga mendorong peningkatan produksi pertanian turut mendorong
peningkatan ekspor nikel dan hasil olahannya perbaikan konsumsi pemerintah (Sulawesi Barat
(Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi dan Gorontalo). Di Sulawesi Utara, konsumsi
Selatan). Di sisi lain, ekonomi Balinusra tercatat pemerintah yang lebih tinggi didukung oleh
tumbuh terbatas pada 2017 yaitu sebesar 3,73% perbaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seiring
(yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh peningkatan kinerja usaha perikanan daerah
penurunan kuota ekspor mineral tembaga di NTB pada tahun sebelumnya. Sementara, konsumsi
dan penurunan kunjungan wisman di akhir 2017 pemerintah di Balinusra ditopang oleh
akibat erupsi Gunung Agung (Bali). peningkatan realisasi biaya operasional dalam
rangka pembangunan maupun persiapan event
Peningkatan kinerja ekonomi KTI di tahun 2017
pariwisata nasional. Peningkatan penyerapan
terutama didorong oleh pertumbuhan ekspor
dana pemerintah tercermin dari kontraksi
luar negeri. Setelah terkontraksi sebesar 2,63%
indikator giro pemerintah di perbankan pada
(yoy) pada tahun 2016, ekspor KTI tercatat
tahun 2017 (Grafik IV.4).
tumbuh cukup tinggi mencapai 7,70% (yoy) di
2017. Peningkatan kinerja ekspor terutama
didorong oleh Kalimantan dan Sulawesi serta
membaiknya kontraksi ekspor Mapua.
Peningkatan kinerja ekspor Kalimantan sejalan
dengan perbaikan harga komoditas batu bara,
CPO, dan karet di pasar global yang turut
didukung oleh berkembangnya pasar tujuan
ekspor yang baru. Untuk Sulawesi dan Mapua,
peningkatan ekspor ditopang oleh relaksasi
ekspor nikel berkadar rendah (low grade nickel) Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
sejak awal 2017. Di samping itu, peningkatan Grafik IV.4. Giro Pemerintah di Perbankan KTI
jumlah wisman Tiongkok ke Sulawesi Utara pasca
dibukanya beberapa rute penerbangan langsung Investasi (PMTB) di KTI turut berkontribusi pada
turut mendukung peningkatan ekspor dari sisi penguatan ekonomi KTI sepanjang tahun 2017.
jasa. Sementara itu, ekspor luar negeri Balinusra Investasi tercatat tumbuh meningkat dari 3,61%
tercatat menurun yang dipengaruhi oleh (yoy) menjadi 4,94% (yoy). Akselerasi PMTB
terbatasnya permintaan untuk produk perikanan tersebut didorong oleh tumbuhnya investasi di
dan pakaian jadi (Bali) serta berkurangnya kuota Kalimantan pasca kontraksi yang terjadi pada
ekspor mineral. tahun 2016. Percepatan pembangunan Proyek
Strategis Nasional (PSN) seperti pembangunan

72
pos lintas batas negara (PLBN) di Kalimantan Balinusra. Impor di berbagai daerah terutama
Barat serta peningkatan investasi non-bangunan berupa barang konsumsi dan barang antara
dari pelaku usaha tambang dan industri seiring untuk mendukung operasional usaha
optimisme perbaikan harga komoditas menjadi pertambangan dan industri pengolahan. Impor
pendorong utama perbaikan investasi. Di barang modal berkontribusi terhadap
Sulawesi, pembangunan smelter baru dan meningkatnya impor di Kalimantan.
peningkatan kapasitas produksi dari smelter yang Meningkatnya tekanan impor tercermin dari
telah beroperasi masih terus berlanjut. akselerasi pertumbuhan impor non-migas pada
Pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga tahun 2017 dibandingkan 2016 untuk hampir
uap di Gorontalo masih terus berlanjut. Di seluruh kategori barang (Grafik IV.5). Impor
Mapua, investasi ditopang oleh pembangunan barang modal di Papua tercatat menurun sejalan
proyek infrastruktur strategis salah satunya dengan tertundanya investasi dari pelaku usaha
proyek Trans-Papua dan pembangunan terkait di Papua.
pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Sementara di Balinusra, program Pemda untuk
peningkatan kualitas fasilitas publik dan
pariwisata menjadi salah satu faktor utama yang
menjaga kinerja pertumbuhan investasi
bangunan maupun non-bangunan.

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi rumah


tangga tercatat masih tumbuh cukup baik meski
tidak sekuat tahun sebelumnya. Konsumsi
rumah tangga tumbuh 4,77% (yoy), sedikit lebih Sumber: Bea Cukai, diolah
rendah dibandingkan 2016 yang tumbuh 4,85% Grafik IV.5. Impor Menurut Kategori Barang
(yoy). Perlambatan konsumsi rumah tangga
disumbang oleh Mapua dan Balinusra. Selain itu, Memasuki triwulan I 2018, kinerja
terbatasnya peningkatan UMP pada 2017 di perekonomian KTI diprakirakan meningkat
Papua dan Papua Barat juga disinyalir dibandingkan triwulan IV 2017. Peningkatan
memengaruhi konsumsi rumah tangga. kinerja pertumbuhan diprakirakan berasal dari
Sementara, melambatnya kinerja pariwisata dan seluruh wilayah kecuali Sulawesi. Optimisme
pertanian akibat perubahan status dan erupsi pada perkembangan ekonomi di Kalimantan,
Gunung Agung sejak akhir triwulan III 2017 Mapua, dan Balinusra ditopang oleh membaiknya
menekan konsumsi rumah tangga Balinusra. kinerja pertumbuhan ekspor luar negeri
Perbaikan harga komoditas dunia berdampak khususnya komoditas primer (pertanian dan
positif terhadap pendapatan dan mendukung pertambangan). Sementara itu, perekonomian
perbaikan daya belidi Kalimantan. Di samping itu, Sulawesi diprakirakan tumbuh tidak sebaik
perbaikan kinerja pariwisata, produksi dan ekspor triwulan IV 2017 seiring belum optimalnya kinerja
pertambangan menjadi faktor pendorong investasi di awal tahun serta kembali normalnya
perbaikan daya beli di Sulawesi. konsumsi rumah tangga pascaperayaan hari
besar keagamaan nasional (HBKN) dan Tahun
Sejalan dengan meningkatnya kinerja ekspor, baru.
impor KTI turut mengalami peningkatan pada
tahun 2017. Pertumbuhan impor tercatat Dari sisi permintaan, ekonomi KTI triwulan I
mencapai 8,62% (yoy), setelah terkontraksi 2018 akan ditopang oleh akselerasi yang terjadi
hingga -6,72% (yoy) di tahun 2016. Peningkatan pada komponen ekspor. Peningkatan kinerja
impor terjadi di Kalimantan, Sulawesi, dan ekspor Kalimantan ditopang oleh peningkatan

73
ekspor kayu dan karet olahan seiring dengan berlangsungnya tahap penyesuaian anggaran dan
meningkatnya permintaan global dan tingkat perencanaan kegiatan (Balinusra), serta
harga jual yang relatif terjaga. Selain itu, ekspor keterlambatan pembahasan dan penyelesaian
juga didukung oleh optimisme peningkatan rincian dokumen penunjang realisasi anggaran
ekspor alumina (Kalimantan Barat) dan batu bara beberapa Pemda kabupaten/kota (Mapua).
(Kalimantan Tengah) seiring peningkatan
Konsumsi rumah tangga KTI diprakirakan
permintaan sebagaimana terindikasi dari
mengalami perlambatan pada triwulan I 2018.
indikator purchasing managers’ index (PMI) mitra
Perlambatan konsumsi rumah tangga terutama
dagang utama KTI (Grafik IV.6). Untuk Sulawesi,
terjadi di Kalimantan dan Sulawesi yang
peningkatan ekspor nikel didorong oleh semakin
dipengaruhi normalisasi permintaan masyarakat
lancarnya proses produksi nikel matte
pasca perayaan Natal dan Tahun Baru, di tengah
(operasional) pascamaintenance mesin (Sulawesi
kinerja pariwisata yang juga sedikit melambat
Selatan). Di samping itu, ekspor ikan olahan dan
pasca peak season. Meski demikian, indikator
gula juga diprakirakan meningkat seiring dengan
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada periode
terjaganya pasokan bahan baku. Adapun
triwulan I 2018 cenderung masih menunjukkan
akselerasi ekspor luar negeri di Mapua dan
cukup kuatnya kinerja konsumsi (Grafik IV.7)
Balinusra terutama didorong optimalisasi kuota
seiring dengan optimisme perbaikan pendapatan
dari izin ekspor usaha pertambangan.
di Mapua dan Balinusra.

Sumber: Bloomberg
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik IV.6. Purchasing Managers’ Index
Grafik IV.7. Indeks Tendensi Konsumen

Konsumsi pemerintah diprakirakan menjadi


Pada triwulan I 2018, pertumbuhan investasi
salah satu motor pertumbuhan ekonomi KTI
diprakirakan masih cukup tinggi meski belum
pada triwulan I 2018. Peningkatan kinerja
optimal. Pertumbuhan investasi terutama
konsumsi pemerintah KTI didorong oleh
berlangsung di seluruh KTI. Belum optimalnya
akselerasi di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
kinerja investasi, khususnya investasi bangunan,
Secara umum, upaya dan komitmen Pemda
akibat realisasi proyek Pemerintah Pemda yang
untuk mengoptimalkan belanja operasional yang
masih terbatas seiring proyek infrastruktur baru
mendukung belanja infrastruktur di awal tahun
yang masih dalam tahap lelang. Adapun untuk
menjadi faktor peningkatan konsumsi
Balinusra, terdapat optimisme investasi seiring
pemerintah. Selain itu, percepatan finalisasi
pulihnya perekonomian Bali pasca erupsi gunung
dokumen pendukung realisasi anggaran juga
berapi yang mendorong pelaku usaha
telah diupayakan untuk selesai sejak akhir tahun
merealisasikan investasi di bidang perhotelan
2017, khususnya di beberapa daerah di Sulawesi.
yang sebelumnya tertunda. Di samping itu, perlu
Konsumsi pemerintah Balinusra dan Mapua
dicermati pertumbuhan investasi di masa
diprakirakan tumbuh melambat akibat masih
pemilihan kepala daerah.

74
Kebutuhan impor mengalami peningkatan pada Untuk Kalimantan, perbaikan produksi
triwulan I 2018. Peningkatan impor terutama berlangsung pada komoditas karet dan kelapa
diprakirakan terjadi di Sulawesi dan Mapua sawit didukung upaya peningkatan luasan lahan
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan produktif. Akselerasi pertumbuhan pertanian
barang antara (bahan baku) untuk industri Mapua bersumber dari produksi tabama dan
pengolahan (termasuk smelter) sebagai stok awal minimnya anomali cuaca sepanjang tahun 2017.
tahun. Peningkatan impor juga disumbang oleh Faktor cuaca yang lebih kondusif tersebut juga
meningkatnya impor barang konsumsi dan turut mendukung akselerasi volume
barang modal di Balinusra untuk keperluan penangkapan ikan di daerah sentra (Grafik IV.8).
investasi dan pariwisata Bali yang kembali pulih Di Balinusra, peningkatan kinerja pertanian
pasca erupsi Gunung Agung. Sementara itu, ditopang oleh upaya peningkatkan produktivitas
impor barang modal dan barang konsumsi di tabama oleh Pemerintah melalui perbaikan irigasi
Kalimantan diprakirakan melambat seiring serta penyediaan alat dan mesin bagi para petani.
dengan masih terbatasnya konsumsi dan Sementara, pertanian di Sulawesi mengalami
investasi di awal tahun. perlambatan akibat kondisi curah hujan tinggi
yang menyebabkan terjadinya banjir di daerah
Lapangan Usaha
sentra tabama, khususnya di Sulawesi Selatan.
Akselerasi perekonomian KTI pada tahun 2017
terutama ditopang oleh menguatnya kinerja LU
pertanian, pertambangan, industri pengolahan,
konstruksi, perdagangan dan akomodasi.

Pertanian
Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan LU
pertanian, kehutanan, dan perikanan KTI
mengalami perlambatan. Lapangan usaha
pertanian tumbuh dari 4,67% (yoy) pada triwulan
III 2017, menjadi 3,80% (yoy) pada triwulan IV Sumber: Produsen dan Dinas Pemda terkait, diolah
2017. Pertumbuhan LU pertanian didukung oleh Grafik IV.8. Pertumbuhan Produksi Pertanian KTI
peningkatan produksi dan harga jual tandan buah
segar (TBS) kelapa sawit (Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara), peningkatan produksi
perikanan (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Mapua), dan berlangsungnya panen (Papua,
Papua Barat). Perlambatan pertumbuhan LU
pertanian KTI disebabkan oleh berakhirnya
musim panen padi (Kalimantan Barat), ganguan
produksi tabama dan hortikultura akibat cuaca
yang kurang kondusif (Kalimantan Selatan) dan
Sumber: Badan Pusat Statistik
bencana banjir (Sulawesi Selatan). Grafik IV.9. Nilai Tukar Petani
Untuk keseluruhan tahun 2017, LU pertanian KTI
Pada triwulan I 2018, kinerja LU pertanian di KTI
tercatat tumbuh meningkat. Peningkatan
diprakirakan mengalami akselerasi. Perbaikan
tersebut tercatat dari 4,20% (yoy) pada tahun
kinerja pertanian terjadi di semua wilayah. Hal ini
2016, menjadi 5,20% (yoy) pada 2017.
sejalan dengan prakiraan kondisi cuaca yang lebih
Peningkatan ini didukung oleh perbaikan kinerja
kondusif untuk kegiatan produksi TBS
pertanian di Kalimantan, Mapua, dan Balinusra.

75
(Kalimantan Selatan) dan tabama (Mapua). Di dari 1,42% (yoy) di tahun 2016 menjadi 2,01%
samping itu, beberapa daerah sentra akan (yoy) pada 2017. Peningkatan tersebut didorong
memasuki musim panen tabama serta oleh naiknya permintaan global yang didukung
hortikultura. Upaya peningkatan luas tanam di oleh tren peningkatan harga komoditas,
Bali diprakirakan turut menjadi faktor pendukung khususnya batu bara di Kalimantan. Peningkatan
akselerasi pertumbuhan pertanian. Selain itu, produksi bauksit dan aluminium pasca
relaksasi transhipment dinilai akan menjaga beroperasinya smelter di Kalimantan Barat juga
tingkat produksi perikanan tangkap, khususnya di turut mendorong kinerja pertambangan
Sulawesi Utara. Optimisme terhadap peningkatan Kalimantan. Lebih lanjut, relaksasi kebijakan
usaha pertanian tersebut tercermin dari masih ekspor mineral (nikel kadar redah) juga turut
tingginya NTP di beberapa daerah di awal mendukung peningkatan usaha tambang,
triwulan berjalan (Grafik IV.9). khususnya di Sulawesi. Hal ini juga masih
didukung oleh meningkatnya kebutuhan gas alam
Pertambangan
dan bijih nikel di Sulawesi untuk diolah lebih
Kinerja LU pertambangan tercatat mengalami lanjut oleh industri produk LNG, feronikel, dan
perlambatan pada triwulan IV 2017 dari 2,89% nickel pig iron. Namun demikian, akselerasi
(yoy) pada triwulan III 2017, menjadi 0,22% tertahan oleh adanya hambatan administratif dan
(yoy). Terbatasnya kinerja usaha pertambangan negosiasi terkait izin ekspor mineral yang pada
dipengaruhi oleh kontraksi yang terjadi di gilirannya menahan kegiatan produksi (Mapua).
Kalimantan dan Balinusra. Faktor cuaca menjadi Adapun penurunan kuota ekspor mineral menjadi
penyebab utama turunnya produksi batu bara penyebab penurunan kinerja tambang di
Kalimantan karena kegiatan operasional di lokasi Balinusra.
tambang tidak berjalan optimal. Hasil liaison ke
pelaku usaha mengkonfirmasi bahwa anomali
cuaca (kemarau basah) yang terjadi berdampak
pada terhambatnya produksi. Sementara itu,
terbatasnya sisa kuota ekspor mineral tembaga
(Grafik IV.10) menyebabkan kegiatan produksi di
Balinusra tidak dapat ditingkatkan di periode
akhir tahun 2017. Sementara itu, kinerja tambang
Sulawesi tercatat tumbuh cukup tinggi, meski
tidak sebaik triwulan III 2017. Masih tingginya
kinerja usaha tambang di Sulawesi ditopang oleh Sumber: Produsen, diolah
Grafik IV.10. Pertumbuhan Produksi Mineral di KTI
harga jual nikel yang masih tinggi dan aktivitas
industri olahan nikel yang menguat sehingga Memasuki triwulan I 2018, kinerja LU
membutuhkan tambahan output dari usaha pertambangan diprakirakan kembali meningkat.
pertambangan (Sulawesi Tengah). Di sisi lain, Peningkatan permintaan batu bara di Kalimantan
pemanfaatan perolehan izin ekspor mineral dan dari negara mitra dagang utama seiring dengan
peningkatan permintaan gas alam untuk diolah masih berlangsungnya musim dingin dan harga
industri lanjutan menjadi pendorong kinerja komoditas yang masih berada pada level yang
usaha pertambangan Mapua. cukup tinggi menjadi pendorong utama
Secara kumulatif, LU pertambangan KTI peningkatan kinerja pertambangan KTI di
mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan I 2018 (Grafik IV.11). Selain itu, adanya
tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. peningkatan kebutuhan batu bara di pasar
Pertambangan KTI tercatat tumbuh meningkat domestik untuk pembangkit listrik turut

76
memperkuat kinerja usaha tambang (Kalimantan dagang terhadap produk nikel olahan menjadi
Selatan). Akselerasi produksi pertambangan juga penopang peningkatan pertumbuhan industri
disumbangkan oleh masih tingginya kebutuhan pengolahan Sulawesi.
bijih nikel sebagai bahan baku industri
pengolahan nikel di Sulawesi. Adapun
optimalisasi produksi konsentrat mineral
(tembaga) pasca diterbitkannya izin ekspor untuk
eksportir di wilayah Mapua dan Balinusra turut
menjadi faktor peningkatan kinerja usaha
pertambangan KTI di triwulan berjalan.

Sumber: Produsen, diolah


Grafik IV.12. Pertumbuhan Produksi Manufaktur di KTI

Kinerja industri pengolahan KTI untuk


keseluruhan tahun 2017 tercatat melambat dari
6,55% (yoy) pada 2016, menjadi 4,81% (yoy)
pada 2017. Perlambatan kinerja industri
pengolahan terjadi di semua wilayah, kecuali di
Sumber: World Bank, diolah
Grafik IV.11. Indeks Harga Komoditas Ekspor Wilayah KTI Mapua. Industri pengolahan Mapua ditopang
oleh peningkatan permintaan LNG baik dari
Industri Pengolahan eksternal maupun domestik. Industri pengolahan
Kalimantan melambat seiring dengan
Setelah pada triwulan sebelumnya meningkat,
terganggunya pasokan bahan baku bagi industri
kinerja LU industri pengolahan mengalami
pengolahan migas. Tingginya persaingan industri
perlambatan pada triwulan IV 2017.
semen dan tepung mengakibatkan target
Pertumbuhan industri pengolahan KTI tercatat
produksi belum tercapai sepenuhnya (Sulawesi
tumbuh 4,36% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih
Selatan). Selain itu, tingkat produksi smelter nikel
rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar
dan pabrik LNG baru pada tahun 2016 di Sulawesi
4,88% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi
yang sangat tinggi menjadi penyebab
oleh menurunnya pertumbuhan di Kalimantan
tertahannya kinerja pertumbuhan industri
dan Balinusra. Industri pengolahan migas yang
pengolahan di Sulawesi (base effect).
merupakan salah satu industri dominan di
Kalimantan tercatat tumbuh melambat, sejalan Pada triwulan I 2018, kinerja LU industri
dengan indeks produksi LNG di Kalimantan Timur pengolahan KTI diprakirakan masih mengalami
yang tumbuh lebih rendah pada triwulan IV 2017 tekanan. Secara spasial, sumber perlambatan
(Grafik IV.12). Perlambatan perbaikan harga CPO terutama terjadi di wilayah Sulawesi dan Mapua.
dan kayu olahan menjadi disinsentif bagi usaha Perbaikan harga CPO dan minyak kelapa yang
industri pengolahan di Kalimantan Utara. terbatas menjadi salah satu sumber perlambatan
Sementara itu, melambatnya kinerja industri di industri pengolahan di KTI. Selain itu, belum
Balinusra terindikasi merupakan dampak dari optimalnya kapasitas industri stainless steel di
melemahnya permintaan pada masa bencana Sulawesi Tengah dan normalisasi permintaan
alam (Bali). Kinerja industri di wilayah Sulawesi industri LNG di Papua Barat turut menghambat
dan Mapua tercatat mengalami peningkatan. akselerasi di awal tahun 2018. Perlambatan
Secara khusus, peningkatan permintaan mitra kinerja industri pengolahan KTI terindikasi dari

77
likert scale penjualan ekspor dan harga jual para tahun 2016 menjadi 6,69% (yoy). Akselerasi
pelaku usaha industri pengolahan yang relatif konstruksi terutama berlangsung di wilayah
lebih rendah dengan persediaan yang cenderung Sulawesi dan Kalimantan. Pertumbuhan yang
meningkat (Grafik IV.13). Meski demikian, tinggi tersebut antara lain didorong oleh
peningkatan produksi industri alumina dan karet pembangunan pembangkit listrik dan pabrik
(Kalimantan Barat) serta akselerasi produksi CPO industri pengolahan pada tahun 2017, khususnya
pasca anomali cuaca di tahun 2017 (Kalimantan di Sulawesi. Selain itu, adanya pembangunan
Selatan) menjadi faktor penopang pertumbuhan PLBN (Kalimantan Barat) dan akselerasi
industri pengolahan yang diprakirakan meningkat pembangunan properti juga turut menyumbang
di Kalimantan. kenaikan kinerja LU konstruksi pada tahun 2017
di Kalimantan. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan kredit konstruksi yang tumbuh
meningkat pada tahun 2017 dibandingkan tahun
2016 (Grafik IV.14). Di sisi lain, capaian kinerja
konstruksi di Mapua dan Balinusra relatif
melambat dipengaruhi oleh terbatasnya
kontruksi Pemda seiring peningkatan governance
dalam pelaksanaan proyek sehingga
memengaruhi durasi proses pengadaan.
Sementara itu, perlambatan konstruksi di
Grafik IV.13. Likert Scale Kinerja Industri Pengolahan
(Hasil Liaison Bank Indonesia) Balinusra terkait dengan telah dimulainya tahap
penyelesaian beberapa proyek sektor riil swasta
Konstruksi berupa hotel dan pabrik industri pengolahan
baru.
Pada triwulan IV 2017, LU konstruksi tumbuh
lebih baik dibandingkan dengan triwulan III
2017. Pertumbuhan tercatat meningkat dari
7,19% (yoy) pada triwulan III 2017, menjadi
8,31% (yoy) pada triwulan IV 2017. Peningkatan
kinerja terjadi di hampir seluruh wilayah, kecuali
Balinusra. Akselerasi usaha konstruksi didorong
oleh upaya pencapaian target pembangunan
berbagai proyek pemerintah maupun swasta.
Proyek tersebut di antaranya pembangunan jalan
Trans-Papua (Papua dan Papua Barat),
Sumber: LBU, diolah
penyelesaian jalan perbatasan (Kalimantan
Grafik IV.14. Kredit ke Beberapa Lapangan Usaha Utama
Barat), pembangunan fasilitas publik oleh KTI
pemerintah, pembangunan pabrik CPO baru dan
upgrading kilang minyak (Kalimantan Timur), Memasuki triwulan I 2018, meski tetap berada
pembangunan pabrik karet dan biodesel pada level pertumbuhan yang cukup tinggi,
(Kalimantan Tengah), pembangkit listrik (Sulawesi kinerja LU konstruksi diprakirakan tumbuh
Barat, Gorontalo), serta berlanjutnya proyek melambat. Perlambatan diprakirakan terjadi di
hilirisasi industri di berbagai daerah di Sulawesi. seluruh wilayah. Melambatnya kinerja konstruksi
dipengaruhi oleh belum dimulainya realisasi
Untuk keseluruhan tahun 2017, kinerja LU
proyek baru, khususnya dari sisi pemerintah. Hal
konstruksi di KTI tercatat tumbuh meningkat.
ini tercermin dari belum terakselerasinya jumlah
Pertumbuhan usaha naik dari 4,66% (yoy) di

78
proyek yang akan memasuki fase konstruksi di dari meningkatnya indikator aktivitas bongkar-
awal 2018 (Grafik IV.15). Adapun tetap tingginya muat di salah satu pelabuhan utama KTI (Grafik
capaian pertumbuhan LU konstruksi ditopang IV.16). Sementara itu, perlambatan kinerja
oleh percepatan pembangunan PSN Kawasan perdagangan di Balinusra dipengaruhi oleh
Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah turunnya jumlah wisman dan wisatawan
Kuning (Kalimantan Utara), PLTA Kayan nusantara (wisnus) karena bencana erupsi
(Kalimantan Utara), pembangunan PLTU Sulbagut gunung berapi.
I (Gorontalo), serta proyek ekspansi usaha
perhotelan di berbagai daerah untuk
mengantisipasi peningkatan geliat pariwisata dan
event berskala nasional hingga internasional. Di
samping itu, berbagai proyek multiyears yang lain
seperti proyek terkait PON 2020, pembangunan
fisik infrastruktur pendukung train III pabrik LNG
(Papua Barat), pembangunan Benoa Tourism Port
(Bali), serta investasi kawasan industri di Maluku
Utara turut menjadi penopang kinerja LU
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
konstruksi di awal tahun 2018. Grafik IV.16. Volume Bongkar Muat di Pelabuhan

Untuk keseluruhan tahun 2017, LU perdagangan


secara agregat tumbuh meningkat. Peningkatan
pertumbuhan tersebut tercatat dari 6,84% (yoy)
menjadi 7,44% (yoy). Seluruh wilayah mencatat
tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan
akselerasi pertumbuhan terutama didorong oleh
wilayah Kalimantan dan Balinusra. Perbaikan
aktivitas ekonomi dan pendapatan yang ditopang
ekspor berkontribusi pada menguatnya kinerja
Sumber: BCI Asia, diolah (per Januari 2018)
Grafik IV.15. Perkiraan Jumlah Proyek yang Dimulai perdagangan besar maupun eceran di
(Memasuki Fase Konstruksi) Kalimantan. Sementara itu, untuk Balinusra,
capaian pertumbuhan usaha perdagangan
Perdagangan terutama didukung oleh tetap meningkatnya
Pada triwulan IV 2017, LU perdagangan KTI kinerja pariwisata sepanjang tahun.
mengalami akselerasi dibandingkan dengan Pada triwulan I 2018, LU perdagangan
triwulan sebelumnya. Perdagangan tercatat diprakirakan tetap tumbuh positif meskipun
tumbuh sebesar 8,79% (yoy), lebih tinggi arahnya melambat. Perlambatan diprakirakan
daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh terjadi di wilayah Kalimantan dan Sulawesi seiring
sebesar 7,17% (yoy). Pertumbuhan yang lebih dengan kembali normalnya permintaan
tinggi ini didorong oleh akselerasi di Kalimantan masyarakat pasca HBKN dan momen perayaan
dan Sulawesi. Secara umum, peningkatan kinerja Tahun Baru. Perkembangan ini juga sejalan
LU perdagangan di wilayah Sulawesi dan dengan menurunnya prakiraan realisasi usaha
Kalimantan disebabkan oleh meningkatnya perdagangan berdasarkan hasil Survei Kegiatan
permintaan konsumsi seiring dengan adanya Dunia Usaha (Grafik IV.17). Sementara itu, usaha
perayaan Natal dan libur akhir tahun. perdagangan wilayah Balinusra dan Mapua
Peningkatan kinerja LU perdagangan tercermin diprakirakan dapat tumbuh meningkat yang salah

79
satunya didukung oleh peningkatan kinerja oleh pembukaan rute penerbangan langsung
perdagangan besar terkait dengan akselerasi internasional yang menghubungkan Manado
ekspor mineral. Pulihnya pariwisata juga menjadi (Sulawesi Utara) dengan beberapa kota di
faktor penopang kinerja usaha perdagangan di Tiongkok. Meski mengalami perlambatan di
Balinusra. periode akhir tahun 2017, namun usaha
penyediaan akomodasi di Balinusra 2017 tumbuh
lebih tinggi dibanding 2016 didukung
peningkatan jumlah wisman secara keseluruhan,
khususnya wisman dari Eropa dan Tiongkok. Di
samping itu, wilayah Balinusra juga masih
menjadi destinasi utama penyelenggaraan
berbagai event dan pertemuan (rapat) baik dari
pihak swasta maupun pemerintah.

p) Proyeksi
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Grafik IV.17. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha PHR

Akomodasi
Usaha penyediaan akomodasi (termasuk
makanan dan minuman) tercatat mengalami
perlambatan pada triwulan IV 2017. Usaha
penyediaan akomodasi tumbuh 7,54% (yoy), Sumber: Badan Pusat Statisik, diolah
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang Grafik IV.18. Jumlah Wisatawan Mancanegara
tumbuh tinggi mencapai 9,99% (yoy).
Perlambatan terutama di wilayah Balinusra akibat Memasuki triwulan I 2018, LU akomodasi
peningkatan aktivitas gunung berapi di Bali dan diprakirakan menunjukkan tanda pemulihan
mendorong terjadinya pembatalan ratusan dan tumbuh lebih kuat dari triwulan
penerbangan, pelaksanaan MICE dan reservasi sebelumnya. Sumber utama akselerasi tersebut
ribuan kamar hotel oleh wisman maupun wisnus. datang dari pulihnya pariwisata di Balinusra.
Kondisi ini terkonfirmasi dari indikator jumlah Seiring dengan kembali normalnya aktivitas
kedatangan wisman yang menunjukkan vulkanis Gunung Agung (Bali), tingkat kunjungan
penurunan cukup dalam dibandingkan dengan wisatawan ke wilayah Balinusra diprakirakan
triwulan sebelumnya (Grafik IV.18). Di sisi lain, membaik. Di samping itu, dibukanya rute
kinerja usaha penyediaan akomodasi di Sulawesi penerbangan internasional baru dan adanya
dan Mapua tercatat tumbuh meningkat seiring penambahan kapasitas hotel juga dinilai dapat
dengan peningkatan permintaan pada periode menopang kinerja LU akomodasi. Pemerintah
libur di akhir tahun. juga memiliki komitmen yang kuat untuk
meningkatkan pariwisata melalui branding “Bali
Untuk keseluruhan tahun 2017, LU penyediaan
and Beyond” untuk menarik wisatawan asing.
akomodasi tumbuh lebih tinggi dari tahun 2016.
Selain itu, pengembangan daerah pariwisata lain
Pertumbuhan tercatat dari 6,96% (yoy), menjadi
di NTB, NTT, serta di wilayah KTI lainnya juga
8,69% (yoy). Seluruh wilayah mengalami
terus dilakukan untuk menarik minat para
akselerasi, khususnya Sulawesi dan Balinusra.
wisatawan.
Peningkatan kinerja Sulawesi ditopang oleh
meningkatnya kinerja pariwisata yang didukung

80
Fiskal Daerah Sulawesi, yang salah satunya didorong oleh
kenaikan DBH pajak.
Persentase penyerapan pendapatan daerah
57
dalam APBD di KTI pada 2017 tercatat sebesar Realisasi PAD untuk agregat KTI tercatat
96,36%, lebih rendah dari capaian triwulan yang meningkat pada 2017. Peningkatan realisasi PAD
sama tahun lalu sebesar 100,62%. Secara spasial, terutama terjadi di wilayah Kalimantan, Sulawesi,
penurunan terjadi di seluruh wilayah, khususnya dan Balinusra. Realisasi pajak secara umum
di Balinusra yang tercatat turun dari 104,43% menjadi salah satu komponen pendorong
pada 2016 menjadi 97,90% pada 2017. Dilihat peningkatan PAD terutama di Kalimantan dan
dari komponennya, penurunan realisasi terjadi Sulawesi. Sementara itu, masih terjaganya kinerja
pada pos dana perimbangan. Sementara itu, pos pariwisata dinilai menjadi penopang realisasi PAD
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pos lain-lain di Balinusra (Tabel IV.3 dan IV.4). Adapun
pendapatan daerah tercatat masih memiliki penurunan PAD yang terjadi di Mapua dipicu oleh
realisasi anggaran yang lebih baik dari periode belum optimalnya penerimaan pajak, khususnya
sebelumnya (Tabel IV.2). pajak air permukaan dan retribusi.
Tabel IV.2. Realisasi Agregat APBD Provinsi di KTI Tabel IV.3. Realisasi Agregat APBD Provinsi di Kalimantan
Realisasi (%)* dan Sulawesi
Realisasi (%)*
Komponen APBD 2016 Q4 2017 Q4
Komponen APBD Kalimantan Sulawesi
Agregat KTI 2016 Q4 2017 Q4 2016 Q4 2017 Q4
Pendapatan APBD Provinsi 100.62 96.36 Pendapatan APBD Provinsi 98.32 94.47 98.97 98.76
Pendapatan Asli Daerah 93.78 107.42 99.05 100.27
Pendapatan Asli Daerah 96.88 100.29 Dana Perimbangan 113.30 85.19 98.74 98.04
Dana Perimbangan 101.62 94.55 Lain-lain Pendapatan yang Sah 26.49 150.06 126.37 107.63
Lain-lain Pendapatan yang Sah 105.66 109.43 Belanja APBD Provinsi 86.68 93.36 95.90 92.78
Belanja Operasional + Transfer 86.40 95.80 97.89 93.05
Belanja APBD Provinsi 93.31 91.21 Belanja Modal 87.83 82.54 88.91 89.12
Belanja Operasional + Transfer 94.21 93.23 Belanja Tidak Terduga - 9.36 8.90 385.93
Belanja Modal 90.41 82.29 Sumber: SKPD masing-masing provinsi
Belanja Tidak Terduga 10.10 173.76 *) Angka sangat sementara
Sumber: SKPD masing-masing provinsi
*) Angka sangat sementara Tabel IV.4. Realisasi Agregat APBD Provinsi di Mapua dan
Balinusra
Realisasi (%)*
Persentase realisasi dana perimbangan di Komponen APBD Mapua Balinusra
2016 Q4 2017 Q4 2016 Q4 2017 Q4
seluruh wilayah KTI pada 2017 tercatat lebih Pendapatan APBD Provinsi 101.96 92.49 104.43 97.90
rendah dibandingkan dengan realisasi periode Pendapatan Asli Daerah 103.28 78.15 96.28 98.53
Dana Perimbangan 83.50 94.01 106.45 97.63
yang sama tahun sebelumnya. Realisasi dana Lain-lain Pendapatan yang Sah 113.05 107.08 599.42 91.91
Belanja APBD Provinsi 92.63 78.52 97.24 94.54
perimbangan terendah tercatat di Kalimantan, Belanja Operasional + Transfer 93.39 84.36 97.26 95.29
sebesar 85,19%. Rendahnya realisasi dana Belanja Modal 90.53 67.36 97.69 90.76
Belanja Tidak Terduga - - 31.43 1.83
perimbangan di Kalimantan salah satunya Sumber: SKPD masing-masing provinsi
dipengaruhi oleh kurang optimalnya kinerja LU *) Angka sangat sementara
pertambangan pada tahun 2016 seiring dengan
harga komoditas yang rendah dan tumbuh Penyerapan anggaran total belanja APBD masih
melambat. Hal ini menyebabkan terbatasnya belum optimal di seluruh wilayah, kecuali
Dana Bagi Hasil (DBH) mineral dan batu bara Kalimantan. Persentase penyerapan belanja di
(minerba) untuk periode 2017. Sementara itu, KTI pada 2017 tercatat sebesar 91,21%, lebih
realisasi dana perimbangan tertinggi tercatat di rendah dari periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 93,31%. Penurunan ini
57
terutama terjadi pada komponen belanja
Data realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi
operasional (termasuk transfer) dan belanja
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,
seluruh provinsi di Sulawesi, Provinsi Papua, Bali, NTB, dan modal. Sementara itu, belanja tidak terduga
NTT

81
tercatat mengalami peningkatan realisasi yang penyediaan (pembebasan) lahan dan penundaan
cukup besar. lelang, perlu segera diatasi. Inventarisasi dan
prioritas pelaksanaan proyek strategis dengan
Realisasi belanja operasional dan transfer di KTI
nilai paket pekerjaan yang besar dapat menjadi
pada 2017 lebih rendah dari tahun sebelumnya.
salah satu pertimbangan untuk mengoptimalkan
Secara spasial, realisasi belanja operasional dan
serapan anggaran belanja sejak awal tahun.
transfer yang lebih rendah tersebut terjadi di
seluruh wilayah, kecuali Kalimantan. Setidaknya Perkembangan Inflasi
terdapat tiga faktor utama yang menjadi
Inflasi KTI triwulan IV 2017 lebih rendah
penyebab rendahnya realisasi belanja
dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi KTI
operasional dan transfer di KTI, yaitu realisasi
pada periode laporan tercatat 3,35% (yoy), lebih
program yang kurang sesuai dengan rencana
rendah dari triwulan III 2017 yang sebesar 3,60%
kerja, penyesuaian Organisasi Perangkat Daerah
(yoy). Secara spasial, penurunan inflasi terjadi di
(OPD) pasca Pilkada, dan efisiensi pelaksanaan
Kalimantan, Sulawesi, dan Mapua, sementara di
kegiatan.
Balinusra mengalami peningkatan. Ditinjau dari
Serapan belanja modal di KTI juga lebih rendah kelompoknya, penurunan terbesar terjadi di
dibandingkan dengan periode yang sama tahun kelompok volatile food (VF), terutama di wilayah
sebelumnya. Persentase realisasi belanja modal Mapua dan Kalimantan. Sementara itu, tekanan
di Sulawesi tercatat sedikit meningkat, sementara inflasi kelompok administered prices (AP) juga
disebagian besar wilayah mengalami penurunan. mencatatkan penurunan seiring telah selesainya
Kenaikan penyerapan belanja modal Sulawesi periode penyesuaian tarif listrik dan relatif
bersumber dari penyelesaian beberapa proyek terkendalinya harga angkutan udara. Di sisi lain,
pemerintah khususnya terkait dengan inflasi kelompok inti (CI) tercatat sedikit
infrastuktur irigasi. Di sisi lain, serapan belanja meningkat, dipengaruhi tekanan permintaan saat
modal paling rendah tercatat di Mapua yaitu HBKN Natal dan Tahun Baru 2018.
sebesar 67,36%. Tantangan dalam penyediaan
lahan dan proses lelang pengadaan proyek
menjadi penyebab utama belum optimalnya
realisasi belanja modal di Mapua. Tantangan
dalam pelaksanaan lelang sejumlah proyek juga
terjadi di wilayah Balinusra. Selain itu,
rasionalisasi beberapa proyek infrastruktur
seiring penundaan pencairan anggaran dari pusat
menyebabkan kurang optimalnya belanja modal
di berbagai daerah.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Ke depan, mitigasi risiko terkait fiskal di KTI Grafik IV.19. Perkembangan Inflasi KTI dan Wilayah
perlu terus ditingkatkan melalui sinergi berbagai
pihak pemangku kepentingan. Sumber-sumber Penurunan inflasi terbesar terjadi di wilayah
pendapatan baru yang berpotensi meningkatkan Mapua. Inflasi wilayah Mapua turun dari 2,31%
PAD perlu lebih dioptimalkan pengelolaannya (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 1,53% (yoy)
untuk mendorong peningkatan kemandirian fiskal pada triwulan IV 2017. Penurunan terbesar
daerah. Risiko restrukturisasi organisasi pasca terjadi pada kelompok volatile food. Komoditas
Pilkada perlu dimitigasi karena berpotensi utama penyumbang turunnya inflasi adalah
memengaruhi pengelolaan fiskal daerah. Selain bawang merah, bawang putih, dan
itu, beberapa permasalahan mendasar, seperti layang/benggol. Penurunan harga bawang merah

82
terjadi seiring terjaganya pasokan dari sentra sebesar 3,20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
penghasil, baik di KTI maupun kawasan Jawa. triwulan sebelumnya yang sebesar 3,02% (yoy).
Bawang putih juga mengalami penurunan harga Peningkatan ini didorong oleh tingginya tekanan
seiring dengan dibukanya impor komoditas inflasi di Provinsi Bali dan NTB, sementara NTT
tersebut. Inflasi AP di Mapua juga merupakan masih mencatatkan deflasi. Kenaikan inflasi di
yang terendah di KTI, akibat inflasi tarif angkutan kedua provinsi tersebut terutama didorong
udara yang relatif terjaga. Penurunan tarif peningkatan inflasi kelompok VF, terutama beras
angkutan udara terutama terjadi di Provinsi dan telur ayam ras. Peningkatan aktivitas Gunung
Maluku seiring upaya koordinasi TPID melalui Agung serta cuaca yang tidak kondusif
Dinas Perhubungan yang aktif melakukan berdampak pada penurunan produksi di tengah
pengawasan dan himbauan kepada meningkatnya permintaan pada akhir tahun. Di
penyelenggara jasa penerbangan. sisi lain, peningkatan aktivitas Gunung Agung
juga mengakibatkan penurunan permintaan jasa
Penurunan inflasi di Kalimantan merupakan
angkutan udara. Hal ini mendorong penurunan
yang kedua terbesar di KTI. Inflasi di wilayah
tekanan pada kelompok AP di triwulan IV 2017,
tersebut turun dari 3,96% (yoy) pada triwulan III
sekaligus menjadi faktor penahan laju inflasi di
2017 menjadi 3,45% (yoy) pada triwulan IV 2017.
Balinusra.
Secara spasial, penurunan terbesar berasal dari
Kalimantan Utara, terutama dari kelompok VF.
Terjaganya pasokan bawang merah, bawang
putih, dan cabai rawit mendorong terjadinya
deflasi pada kelompok ini.

Inflasi Sulawesi juga mengalami penurunan, dari


4,01% (yoy) menjadi 3,94% (yoy). Secara spasial,
penurunan terjadi di semua provinsi, kecuali
Sulawesi Selatan. Penurunan inflasi terutama
didorong oleh kelompok VF, dengan ditopang
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
oleh deflasi komoditas bawang merah, bawang
Grafik IV.20. Disagregasi Inflasi KTI
putih, dan tomat sayur. Terjaganya pasokan
bawang merah dari Brebes dan bawang putih Pada awal triwulan I 2018, inflasi Januari 2018
impor menahan tekanan harga di tengah tercatat lebih rendah dari rata-rata historisnya.
meningkatnya permintaan. Sementara itu, Inflasi Januari tercatat 0,56% (mtm), lebih rendah
peningkatan tekanan pada kelompok inti dan AP dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun
di Sulawesi Selatan menahan penurunan inflasi terakhir sebesar 0,65% (mtm). Kelompok VF dan
kawasan Sulawesi secara keseluruhan. inti mengalami peningkatan inflasi, sementara
Peningkatan tekanan didorong kenaikan harga kelompok AP mengalami deflasi seiring kembali
elpiji 3kg di tengah terbatasnya pasokan, serta normalnya permintaan, terutama angkutan
peningkatan tarif angkutan udara seiring dengan udara. Inflasi VF bulan Januari 2018 bersumber
meningkatnya permintaan pada hari libur akhir dari peningkatan harga beberapa komoditas
tahun. Selain itu, peningkatan harga emas utama VF seperti beras, hortikultura, dan ikan
perhiasan dan garam di provinsi tersebut juga segar. Kenaikan harga beras terjadi di tengah
mendorong kenaikan tekanan inflasi. masa tanam komoditas yang masih berlangsung
Berbeda dengan kawasan lainnya, Balinusra di beberapa sentra produksi, seperti di Sulawesi
mencatatkan peningkatan inflasi pada triwulan Selatan. Sementara itu, curah hujan tinggi di awal
laporan. Pada triwulan IV 2017, inflasi tercatat tahun yang dipengaruhi La Nina ringan

83
menyebabkan berkurangnya pasokan komoditas kelompok VF. Secara spasial, peningkatan inflasi
hortikultura seperti cabai dan tomat. Adapun hampir terjadi di semua wilayah kecuali Mapua,
kenaikan harga ikan segar terjadi akibat seiring lebih terkendalinya inflasi kelompok AP,
penurunan produksi pasca pembatasan terutama komoditas angkutan udara.
penangkapan ikan di beberapa wilayah perairan
dan cuaca yang kurang kondusif. Secara spasial,
hampir semua provinsi di KTI mengalami inflasi
pada Januari 2018, kecuali Papua.

Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi


diprakirakan akan turun pada akhir triwulan I
2018. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia,
inflasi KTI pada triwulan I 2018 diprakirakan turun
dibandingkan triwulan IV 2017 dan berada pada
kisaran 2,60–3,00% (yoy). Sampai dengan Sumber: Survei Pemantauan Harga
pertengahan triwulan I 2018, Survei Pemantauan Grafik IV.21. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas
Harga (SPH) Bank Indonesia menunjukkan
tekanan harga yang relatif terkendali. Pasokan
tanaman bahan makanan diprakirakan meningkat
seiring dengan berlangsungnya masa panen pada
akhir triwulan I 2018 hingga triwulan II 2018.
Selain itu, berdasarkan data BMKG kondisi cuaca
dan curah hujan diprakirakan cukup kondusif
untuk mendukung terjaganya pasokan
hortikultura dan ikan segar. Di sisi lain, kenaikan
tarif angkutan udara diprakirakan memberikan
Sumber: Survei Konsumen
tekanan terhadap inflasi, terutama pada long Grafik IV.22. Ekspektasi Harga Konsumen
weekend di akhir triwulan I 2018. Berdasarkan
wilayahnya, penurunan tekanan inflasi pada Secara umum, pelaksanaan Roadmap
triwulan I 2018 diprakirakan terjadi di semua Pengendalian Inflasi di KTI yang disusun sejak
wilayah KTI. tahun 2015 mulai menunjukkan keberhasilan
Secara keseluruhan 2017 inflasi KTI tercatat dalam menekan inflasi komoditas yang menjadi
masih berada dalam rentang sasaran inflasi fokus pengendalian inflasi, terutama komoditas
nasional, meskipun lebih tinggi dibanding 2016. VF dan AP. Upaya TPID KTI dalam menekan inflasi
Kondisi tersebut tidak terlepas dari pengaruh VF terutama dilakukan dengan mendorong
kenaikan tekanan inflasi kelompok AP yang peningkatan pasokan, menurunkan hambatan
terutama bersumber dari penyesuaian subsidi distribusi komoditas pangan strategis, dan
TTL 900VA. Inflasi listrik sendiri menyumbangkan menjaga ekpektasi masyarakat. Dalam menjaga
0,85% terhadap inflasi tahunan KTI 2017 yang tekanan inflasi AP, khususnya angkutan udara,
sebesar 3,35%. Apabila sumbangan inflasi listrik dilakukan koordinasi dengan penyedia jasa
dikeluarkan dari angka pencapaian inflasi 2017 penerbangan terkait penambahan jadwal
dan 2016, maka pencapaian inflasi KTI 2017 penerbangan, serta koordinasi aktif dengan
tercatat 2,50% (yoy) atau lebih rendah Pemda dalam penjadwalan kegiatan besar di
dibandingkan 2016 yang sebesar 2,84% (yoy). Hal daerah.
ini menggambarkan bahwa secara umum inflasi
lebih terkendali pada tahun 2017, terutama pada

84
Stabilitas Keuangan Daerah Sementara itu, para pelaku usaha yang menjadi
responden survei Bank Indonesia turut
Stabilitas keuangan daerah di KTI pada akhir
melaporkan kondisi profitabilitas dan likuiditas
tahun 2017 berada pada kondisi yang aman
yang masih cukup kuat hingga triwulan IV 2017
seiring dengan terjaganya faktor-faktor risiko
(Tabel IV.5). Hal ini sejalan dengan perbaikan
instabilitas (shock dari eksternal maupun
realisasi kegiatan usaha beberapa pelaku usaha,
kerentanan internal). Pemulihan ekonomi dunia
khususnya yang bergerak di LU pertanian dan
terus berlanjut pada tahun 2017, dengan
pertambangan. Peningkatan profitabilitas dan
didorong oleh perbaikan kinerja ekonomi negara
likuiditas tersebut dinilai sebagai upaya para
maju dan negara berkembang. Di samping itu,
pelaku usaha dalam mencapai target penjualan di
kondisi tersebut turut mendorong peningkatan
akhir 2017 di tengah efisiensi biaya yang terus
harga komoditas, terutama energi dan logam
dilakukan dalam rangka mengoptimalkan margin
mineral. Perbaikan harga komoditas dunia
usaha.
tersebut mendorong pemulihan kinerja ekspor
KTI di tahun 2017. Sementara itu, pergerakan Tabel IV.5. Kinerja Keuangan Korporasi Terbuka dan
Pelaku Usaha di KTI
nilai tukar yang stabil dengan volatilitas yang
Kinerja Keuangan Periode
terjaga turut mendukung upaya para eksportir Korporasi Terbuka 2016 Q3 2017 Q2 2017 Q3
Profitabilitas (Return on Assets %) (2.29) 4.74 5.52
untuk dapat memanfaatkan momentum 9.28 8.27 12.80
Profitabilitas (Profit Margin %)
peningkatan harga komoditas. Selain itu, tekanan Leverage (Debt to Equity Ratio ) 1.61 1.51 1.03
Likuiditas (Current Ratio ) 0.88 1.61 1.61
inflasi dan harga properti juga relatif terkendali Kemampuan Bayar (DSR %) 3.20 0.83 0.77
pada tahun 2017. Hal ini dinilai berdampak positif Pelaku Usaha Responden SKDU 2016 Q4 2017 Q3 2017 Q4
Likuiditas (%Baik - %Buruk) 40.15 48.62 43.84
pada terjaganya daya beli masyarakat dan kondisi Profitabilitas (%Baik - %Buruk) 42.38 47.24 41.78
keuangan rumah tangga secara keseluruhan. Sumber: Bloomberg (diolah dari 44 perusahaan
terbuka) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha
Ketahanan Sektor Korporasi
Sejalan dengan membaiknya harga komoditas Secara spasial, perbaikan kinerja korporasi
dan pertumbuhan ekspor, kinerja keuangan terutama terjadi di wilayah Kalimantan. Hal ini
korporasi terbuka sampai triwulan III 2017 turut didukung oleh besarnya jumlah korporasi terbuka
mengalami perbaikan. Profitabilitas korporasi di batu bara dan migas yang beroperasi di
triwulan III 2017 menunjukkan peningkatan Kalimantan. Perbaikan kinerja korporasi di
kinerja dibandingkan triwulan II 2017, ditandai Kalimantan tersebut ditopang oleh perbaikan
oleh profit margin dan hasil penjualan yang harga komoditas.
cukup tinggi. Perbaikan tersebut terutama terjadi Tabel IV.6. Kinerja Keuangan Korporasi Terbuka
pada korporasi yang bergerak di subLU Komoditas Kelapa Sawit
pertambangan batu bara dan migas, sejalan Kinerja Keuangan Periode
Korporasi Terbuka 2016 Q3 2017 Q2 2017 Q3
dengan membaiknya kondisi ekonomi dunia dan Profitabilitas (Return on Assets %) 3.93 4.79 4.89
negara mitra dagang yang turut mendorong Profitabilitas (Profit Margin %) 6.99 2.67 6.25
Leverage (Debt to Equity Ratio ) 0.93 0.92 0.91
peningkatan harga komoditas batu bara. Likuiditas (Current Ratio ) 1.09 1.32 1.22
Likuiditas juga tercatat mengalami perbaikan, Kemampuan Bayar (DSR %) 2.13 1.01 0.96
diiringi oleh penurunan tingkat leverage yang Sumber: Bloomberg (diolah dari 12 perusahaan
terbuka)
tercermin dari penurunan Debt to Equity Ratio
(DER). Seiring dengan peningkatan profitabilitas,
Berdasarkan komoditasnya, profitabilitas
repayment capacity korporasi semakin
korporasi kelapa sawit membaik dibandingkan
menunjukkan perbaikan, yang tercermin dari
triwulan sebelumnya. Selain itu, repayment
penurunan Debt Service Ratio (DSR).
capacity korporasi kelapa sawit tercatat

85
mengalami perbaikan yang tercermin dari juga cenderung membaik sehingga mendukung
penurunan DSR. proses konsolidasi dan pemulihan kinerja
korporasi secara umum. Hal ini disertai dengan
Kinerja keuangan korporasi yang mengandalkan
likuiditas korporasi yang masih terjaga untuk
komoditas batu bara tercatat membaik pada
membiayai kegiatan operasional maupun
triwulan III 2017. Perbaikan ini tercermin dari
pembayaran utang jangka pendek.
peningkatan profitabilitas korporasi, ditandai
profit margin yang cukup tinggi. Perbaikan Tabel IV.9. Kinerja Keuangan Korporasi Terbuka
profitabilitas ini turut mendorong perbaikan Komoditas Minyak dan Gas Alam
Kinerja Keuangan Periode
likuiditas korporasi. Lebih lanjut, dari sisi Korporasi Terbuka 2016 Q3 2017 Q2 2017 Q3
Profitabilitas (Return on Assets %) (3.21) 5.46 7.01
leverage, terlihat bahwa pendanaan kegiatan
Profitabilitas (Profit Margin %) 4.18 9.06 19.88
operasional korporasi masih berasal dari utang Leverage (Debt to Equity Ratio ) 3.01 2.86 2.74
Likuiditas (Current Ratio ) 1.77 1.33 1.43
yang tercermin dari tingginya DER, meski berada
Kemampuan Bayar (DSR %) 1.99 1.34 1.53
dalam tren yang menurun. Sumber: Bloomberg (diolah dari 12 perusahaan
terbuka)
Tabel IV.7. Kinerja Keuangan Korporasi Terbuka
Komoditas Batu Bara
Kinerja Keuangan Periode Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi
Korporasi Terbuka 2016 Q3 2017 Q2 2017 Q3
Profitabilitas (Return on Assets %) (6.45) 7.01 8.30 Pertumbuhan kredit perbankan pada sektor
Profitabilitas (Profit Margin %) 13.50 15.82 19.27 korporasi meningkat pada triwulan IV 2017
Leverage (Debt to Equity Ratio ) 3.00 2.33 1.16
Likuiditas (Current Ratio ) 0.65 2.26 2.18 dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi
Kemampuan Bayar (DSR %) 3.86 0.40 0.37 tersebut turut didukung oleh menurunnya rasio
Sumber: Bloomberg (diolah dari 12 perusahaan
NPL seiring dengan upaya perbankan untuk
terbuka)
melakukan restrukturisasi utang nasabah dan
Kinerja korporasi dengan produk olahan logam pemilihan secara lebih selektif. Sementara itu,
mulai menunjukkan perbaikan setelah pada dana pihak ketiga (DPK) tercatat masih tumbuh
triwulan II 2017 mengalami penurunan. Kondisi cukup tinggi, meski melambat dibandingkan
ini didukung oleh kenaikan harga dan triwulan III 2017.
peningkatan produksi nikel sesuai dengan target Tabel IV.10. Pertumbuhan dan NPL Kredit Korporasi
g Kredit (% yoy) NPL (%)
akhir tahunnya. Secara umum, likuiditas Indikator & Wilayah 2016 2017 2016 2017
korporasi produk logam juga masih solid yang IV III IV IV III IV
Total Kredit 3.15 5.64 5.88 5.21 4.90 4.87
diikuti oleh leverage yang cukup rendah. - Modal Kerja 2.82 2.93 11.96 6.63 6.01 6.45
- Investasi 3.48 8.06 1.44 4.14 4.07 3.55
Tabel IV.8. Kinerja Keuangan Korporasi Terbuka - Konsumsi (5.78) (37.71) (29.23) 2.09 2.30 0.94
Komoditas Produk Logam - Pertanian 12.17 19.91 25.33 1.25 0.16 0.19
Kinerja Keuangan Periode - Tambang (6.61) (9.19) (17.75) 14.89 17.11 9.41
Korporasi Terbuka 2016 Q3 2017 Q2 2017 Q3 - Industri 2.44 (1.84) (15.46) 4.14 3.96 4.16
(1.18) (1.39) (1.43) - Konstruksi (6.21) (2.89) 10.33 6.67 5.70 12.52
Profitabilitas (Return on Assets %)
3.56 (21.05) 2.04 - Perdagangan 3.49 5.97 14.61 6.32 5.06 4.62
Profitabilitas (Profit Margin %)
- Akomodasi 14.29 6.36 6.58 4.11 4.86 6.20
Leverage (Debt to Equity Ratio ) 0.43 0.47 0.47
Kalimantan 0.52 3.17 6.61 6.18 5.64 3.92
Likuiditas (Current Ratio ) 2.80 2.26 2.29
Sulawesi 5.08 12.67 4.76 2.80 3.05 6.85
Kemampuan Bayar (DSR %) 2.86 1.74 1.56
Mapua 20.88 6.06 8.42 6.55 5.83 5.81
Sumber: Bloomberg (diolah dari 12 perusahaan Balinusra 5.56 4.39 4.06 4.60 4.73 5.19
terbuka) Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Membaiknya harga minyak dunia mendorong Pertumbuhan kredit kepada debitur korporasi
peningkatan kinerja korporasi di bidang migas. pada triwulan IV 2017 meningkat menjadi 5,88%
Kondisi tersebut menyebabkan profitabilitas (yoy) dari 5,64% (yoy) di triwulan III 2017.
perusahaan terjaga di tingkat yang sehat. Akselerasi terjadi pada kredit modal kerja dan
Sementara itu, leverage dan repayment capacity kredit konsumsi. Secara spasial, akselerasi

86
pertumbuhan kredit terjadi di wilayah Kalimantan giro (14,81%; yoy). Secara spasial, melambatnya
dan Mapua. Secara sektoral, akselerasi pertumbuhan DPK korporasi terjadi di seluruh
pertumbuhan kredit di KTI terjadi di hampir wilayah, kecuali di wilayah Mapua.
seluruh LU kecuali tambang dan industri. Adapun
Ketahanan Sektor Rumah Tangga
pertumbuhan tertinggi tercatat pada LU
pertanian. Perbaikan kinerja keuangan korporasi di
beberapa LU sejalan dengan kinerja keuangan
Akselerasi pertumbuhan kredit disertai rumah tangga pada triwulan IV 2017 yang
membaiknya kualitas kredit korporasi. Rasio NPL menunjukkan peningkatan. Hasil survei Bank
sektor korporasi pada triwulan IV 2017 berada Indonesia (Grafik IV.24) mengindikasikan
dibawah threshold 5%, yaitu sebesar 4,87%. Rasio kenaikan penghasilan rumah tangga yang diikuti
NPL tersebut membaik dibandingkan triwulan oleh peningkatan ekspektasi pengeluaran tiga
sebelumnya (4,90%) maupun pada periode yang bulan yang akan datang. Perkembangan yang
sama di tahun lalu (5,21%). Penurunan NPL yang cukup baik tersebut disertai juga dengan
terjadi secara gradual dinilai merupakan dampak menurunnya alokasi penghasilan untuk
dari upaya korporasi yang terus melakukan membayar cicilan pinjaman, yang
perbaikan repayment capacity. Meski demikian, mengindikasikan adanya perbaikan kemampuan
tiga lapangan usaha masih memiliki NPL di atas rumah tangga untuk membayar utangnya.
5%, yaitu konstruksi (12,52%), tambang (9,41%),
dan akomodasi (6,20%). Dari sisi spasial, hanya
Kalimantan yang tercatat memiliki NPL di bawah
5%. NPL tertinggi berada di Sulawesi sebesar
6,85%. Kualitas kredit di Sulawesi yang kurang
baik tersebut perlu mendapat perhatian
perbankan dan pemangku kepentingan agar tidak
menjadi faktor penghambat dalam penyaluran
kredit ke depan.

Sumber: Survei Konsumen


Grafik IV.24. Kinerja Keuangan Rumah Tangga KTI

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah


Grafik IV.23. Pertumbuhan DPK Milik Korporasi

Pertumbuhan DPK sektor korporasi tercatat Sumber: Survei Konsumen


melambat pada triwulan IV 2017. DPK Grafik IV.25. Kinerja Keuangan Rumah Tangga Kalimantan
perbankan tumbuh melambat pada triwulan IV
2017 menjadi 17,19% (yoy), lebih rendah dari Secara spasial, kondisi keuangan rumah tangga
triwulan sebelumnya yang sebesar 26,11% (yoy). di seluruh wilayah KTI secara umum juga
Perlambatan DPK terjadi pada semua jenis tercatat menunjukkan peningkatan di triwulan
simpanan, terutama deposito (12,93%; yoy) dan IV 2017. Hasil survei Bank Indonesia

87
menunjukkan terjadinya peningkatan penghasilan untuk konsumsi, terutama di
pendapatan yang diikuti oleh optimisme Sulawesi.
terhadap pengeluaran tiga bulan yang akan
datang di Kalimantan dan Sulawesi. Adapun porsi
alokasi pendapatan (penghasilan) untuk
membayar cicilan pinjaman turun di hampir
seluruh daerah, kecuali di Sulawesi.

Sumber: Survei Konsumen


Grafik IV.28. Kinerja Keuangan Rumah Tangga Balinusra

Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah


Tangga
Sumber: Survei Konsumen Sejalan dengan sektor korporasi, penyaluran
Grafik IV.26. Kinerja Keuangan Rumah Tangga Sulawesi kredit perbankan kepada sektor rumah tangga
di KTI tercatat mengalami peningkatan pada
triwulan IV 2017. Kredit kepada sektor rumah
tangga tumbuh sebesar 11,36% (yoy), atau
meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017
yang tumbuh sebesar 10,13% (yoy). Peningkatan
terjadi seiring dengan meningkatnya kebutuhan
konsumsi dalam rangka Natal dan Tahun Baru
2017 yang dibarengi dengan terjaganya
pendapatan masyarakat, sehingga perbankan
cukup yakin dalam melakukan penyaluran kredit.
Sumber: Survei Konsumen
Kondisi tersebut juga tercermin dari NPL kredit
Grafik IV.27. Kinerja Keuangan Rumah Tangga Mapua
sektor rumah tangga yang menurun
Membaiknya kondisi keuangan rumah tangga di dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio NPL
KTI terindikasi didorong oleh perbaikan kinerja kepada debitur rumah tangga tercatat sebesar
ekonomi secara umum di beberapa lapangan 1,69% pada triwulan IV 2017, lebih rendah dari
usaha utama pada tahun 2017. Perbaikan ini triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 1,89%.
terjadi pada lapangan usaha utama seperti Berdasarkan jenis penggunaannya, akselerasi
pertanian, pertambangan, konstruksi, kredit didorong baik oleh kredit kepemilikan
perdagangan, maupun penyediaan akomodasi. tempat tinggal, kendaraan bermotor, maupun
Hal ini dinilai berdampak positif pada terjaganya multiguna. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) serta
tingkat pendapatan masyarakat. Meski demikian, Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tercatat
dengan adanya berbagai risiko terhadap tumbuh meningkat dari 5,95% (yoy) menjadi
perkembangan ekonomi dan inflasi di berbagai 7,36% (yoy) pada triwulan IV 2017. Perbaikan
daerah, rumah tangga dinilai menjadi lebih pertumbuhan KPR dan KPA ini terutama didorong
selektif dalam melakukan kegiatan konsumsi oleh KPR tipe 22 s.d. 70 seiring dengan relaksasi
yang tercermin dari menurunnya alokasi ketentuan loan to value (LTV). Sementara itu,
pertumbuhan kredit multiguna juga tercatat

88
meningkat dari 11,46% (yoy) menjadi 15,06% khususnya pada kredit multiguna, KPR, KPA, dan
(yoy), seiring dengan dorongan kebutuhan KKB. Adapun jenis KPR tercatat menjadi
masyarakat pada musim akhir tahun. penyumbang utama penurunan risiko kredit di
rumah tangga KTI.
Tabel IV.11. Pertumbuhan dan NPL Kredit Rumah Tangga
g Kredit (% yoy) NPL (%)
Indikator &
2016 2017 2016 2017 Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit
Wilayah
IV III IV IV III IV rumah tangga, dana yang dihimpun perbankan
Total Kredit 11.51 10.13 11.36 1.53 1.89 1.69
KPR+KPA 5.49 5.95 7.36 3.34 4.29 3.68 dari sektor rumah tangga juga turut mengalami
Tipe ≤ 21 (4.17) (19.37) (16.18) 1.73 2.86 2.51
Tipe 22 sd 70 11.81 16.22 17.29 3.27 3.93 3.38
peningkatan. Pertumbuhan DPK tercatat
Tipe > 70 (2.24) (0.62) (0.66) 3.83 4.97 4.18 mengalami akselerasi dari 5,70% (yoy) pada
KKB (6.63) (4.38) (0.33) 1.88 1.93 1.67
Roda 4 (3.84) (0.82) 1.04 1.62 1.71 1.46 triwulan III 2017 menjadi 6,91% (yoy) pada
Roda 2 (10.67) (10.26) 0.55 2.19 2.06 1.78 triwulan IV 2017. Secara spasial, hampir seluruh
Multiguna 11.01 11.46 15.06 0.75 0.92 0.80
Kalimantan 7.20 7.75 9.90 2.10 2.38 2.02 wilayah di KTI mengalami peningkatan, kecuali
Sulawesi 14.61 9.16 11.58 1.60 1.89 1.63
Mapua 16.42 20.97 15.51 1.00 1.76 2.18
Balinusra. Berdasarkan jenis simpanannya,
Balinusra 9.73 10.25 10.91 0.94 1.34 1.16 peningkatan terjadi pada simpanan jenis
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah tabungan yang memiliki pangsa simpanan rumah
tangga terbesar. Tabungan tumbuh meningkat
Secara spasial, peningkatan pertumbuhan kredit
dari 7,66% (yoy) menjadi 8,89% (yoy) pada
rumah tangga didorong oleh seluruh wilayah di
triwulan III 2017. Akselerasi penghimpunan dana
KTI, kecuali Mapua. Penyaluran kredit perbankan
dari sektor rumah tangga ditopang oleh
kepada sektor rumah tangga pada triwulan IV
meningkatnya kinerja keuangan rumah tangga
2017 di wilayah Sulawesi tercatat 11,58% (yoy),
dan optimisme pada kondisi penghasilannya. Di
lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang
sisi lain, akselerasi pertumbuhan DPK rumah
sebesar 9,16% (yoy). Kredit rumah tangga di
tangga tertahan oleh melambatnya pertumbuhan
Kalimantan juga tercatat tumbuh 9,90% (yoy),
deposito yang tercatat tumbuh sebesar 5,16%
naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
(yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
7,75% (yoy). Adapun pertumbuhan kredit rumah
sebelumnya (5,30%).
tangga Balinusra juga meningkat dari 10,25%
(yoy) menjadi 10,91% (yoy).

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah


Grafik IV.30. Pertumbuhan Tabungan Milik Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Per Wilayah
Grafik IV.29. Pertumbuhan DPK Milik Perseorangan Per
Wilayah Tabungan tercatat mengalami peningkatan
pertumbuhan di triwulan laporan. Secara
Ketahanan rumah tangga KTI terus terjaga
spasial, hampir seluruh wilayah di KTI mengalami
dengan baik, ditunjukkan dengan risiko kredit
peningkatan pertumbuhan tabungan. Sulawesi
yang menurun. Berdasarkan penggunaannya,
mencatat peningkatan tertinggi, sedangkan
seluruh jenis kredit rumah tangga tercatat
Balinusra relatif melambat.
mengalami perbaikan kualitas penyaluran kredit,

89
Penurunan rasio NPL terjadi di hampir seluruh
LU.
Tabel IV.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM*
g Kredit (% yoy) NPL (%)
Indikator &
2016 2017 2016 2017
Wilayah
IV III IV IV III IV
Total Kredit 10.56 10.55 9.10 4.38 4.87 4.32
- Modal Kerja 11.06 10.79 10.49 4.36 4.88 4.42
- Investasi 9.43 10.01 5.98 4.43 4.85 4.07
- Pertanian 17.35 30.26 25.92 2.83 2.81 2.08
- Tambang (7.08) 29.77 (3.71) 7.98 7.24 4.74
- Industri 11.88 6.73 10.58 4.07 4.13 4.08
- Konstruksi 9.12 8.38 2.48 10.74 10.51 10.22
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah - Perdagangan 10.79 5.97 5.94 3.70 4.59 4.14
Grafik IV.31. Pertumbuhan Deposito Golongan Debitur - Akomodasi 19.81 19.28 12.77 5.00 5.68 4.28
Perseorangan Per Wilayah Kalimantan 7.14 10.91 9.57 4.95 5.16 4.27
Sulawesi 8.97 8.95 9.88 4.46 4.87 4.60
Mapua 10.89 12.23 0.77 7.26 8.34 7.39
Di sisi lain, pertumbuhan deposito rumah tangga Balinusra 17.11 11.56 10.91 2.43 3.21 2.89

melambat pada triwulan IV 2017. Secara spasial, Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
*) Angka sangat sementara
melambatnya pertumbuhan deposito terjadi di
hampir seluruh wilayah, kecuali Mapua. Tabel IV.13. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM di
Meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam Kalimantan*
g Kredit (% yoy) NPL (%)
rangka Natal dan Tahun Baru dinilai mendorong Indikator &
2016 2017 2016 2017
Wilayah
kreditur rumah tangga melakukan penarikan IV III IV IV III IV
Total Kredit 7.14 10.91 9.57 4.95 5.16 4.27
dana simpanan jangka panjangnya. Sementara - Pertanian 10.45 26.81 23.59 1.82 2.87 1.86
itu, meningkatnya pertumbuhan deposito di - Tambang (4.12) 65.40 (5.08) 8.69 5.06 1.38
- Industri 5.87 2.87 7.67 4.32 4.23 3.72
wilayah Mapua menjadi faktor penahan - Konstruksi (4.11) 4.55 3.80 11.62 9.90 8.22
perlambatan pertumbuhan deposito KTI secara - Perdagangan 8.93 3.61 4.10 4.57 5.46 4.85
- Akomodasi 9.09 (3.32) 0.19 5.12 6.16 4.91
keseluruhan. Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
*) Angka sangat sementara
Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Tabel IV.14. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM di
Pembiayaan UMKM menunjukkan ketahanan Sulawesi*
g Kredit (% yoy) NPL (%)
yang cukup baik pada triwulan IV 2017. Hal ini Indikator &
2016 2017 2016 2017
Wilayah
ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit yang IV III IV IV III IV
Total Kredit 8.97 8.95 9.88 4.46 4.87 4.60
masih cukup tinggi, yaitu mencapai 9,10% dengan - Pertanian 29.14 40.18 37.93 1.86 2.02 1.51
risiko kredit yang menurun dibandingkan dengan - Tambang (4.49) (8.57) 1.72 7.53 11.98 11.50
- Industri 15.87 8.14 12.69 3.71 3.66 4.14
periode sebelumnya. Akselerasi pertumbuhan - Konstruksi 18.56 8.75 (0.95) 10.97 11.81 13.54
kredit UMKM masih terjadi di Sulawesi meski - Perdagangan 8.40 6.06 7.07 4.13 4.76 4.31
- Akomodasi 9.22 14.59 21.87 3.22 3.66 3.67
wilayah lain tercatat melambat. Secara sektoral,
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
perlambatan kredit UMKM terutama terjadi di LU *) Angka sangat sementara
pertanian, tambang, konstruksi, perdagangan,
dan penyediaan akomodasi. Perlambatan kinerja Secara spasial, kredit UMKM di Kalimantan,
pada LU tersebut menjadi salah satu faktor Mapua, dan Balinusra tumbuh melambat, meski
penyebab meningkatnya kehati-hatian perbankan kualitas kredit membaik. Kredit UMKM di
dalam penyaluran kredit. Hal ini tercermin pada Kalimantan tumbuh 9,57% (yoy), lebih rendah
perlambatan penyaluran kredit modal kerja dan dari triwulan sebelumnya 10,91% (yoy).
investasi. Sementara itu, rasio NPL kredit UMKM Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut
tercatat sebesar 4,32%, menurun dibandingkan terutama dipengaruhi oleh belum meratanya
dengan triwulan III 2017 yang sebesar 4,87%. perbaikan di LU pertambangan. Pertumbuhan

90
kredit di Kalimantan lebih ditopang oleh LU tertunda sehingga berpengaruh pada
pertanian, industri, konstruksi, perdagangan, dan kemampuan membayar kontraktor.
akomodasi. Sementara itu, kualitas kredit UMKM
Pertumbuhan kredit UMKM di Balinusra masih
di Kalimantan tercatat mengalami perbaikan,
cukup tinggi walaupun melambat, diiringi
tercermin dari turunnya rasio NPL dari 5,09%
dengan penurunan risiko kredit. Pertumbuhan
menjadi 4,27%.
kredit UMKM di Balinusra tercatat sebesar
Pertumbuhan kredit UMKM di Sulawesi 10,91% (yoy), lebih rendah dari triwulan
meningkat, didukung oleh perbaikan kualitas sebelumnya yang sebesar 11,56% (yoy).
kredit. Kredit UMKM di Sulawesi tumbuh 9,88% Perlambatan kinerja pertanian ditengarai menjadi
(yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang penyebab perlambatan kredit UMKM, seiring
tumbuh sebesar 8,95% (yoy). Peningkatan bencana alam erupsi Gunung Agung yang
pertumbuhan kredit tersebut didorong terutama memberikan pengaruh negatif terhadap
oleh LU tambang, industri, perdagangan, dan beberapa sentra pertanian. Selain itu, kinerja
akomodasi. Dari sisi risiko kredit, pembiayaan pertambangan yang belum pulih serta ketatnya
UMKM menunjukkan perbaikan dan telah berada persaingan usaha di LU akomodasi juga turut
di bawah threshold 5%. Perbaikan kualitas kredit memberi pengaruh pada melambatnya kredit
(NPL) terjadi di sebagian besar LU, terutama UMKM secara umum. Di sisi lain, kualitas kredit
pertanian, tambang, dan perdagangan. UMKM di Balinusra menunjukkan perbaikan,
tercermin pada penurunan rasio NPL dari 3,21%
Tabel IV.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM di
Mapua* di triwulan sebelumnya menjadi 2,89% di
g Kredit (% yoy) NPL (%) triwulan IV 2017. Secara sektoral, LU konstruksi
Indikator &
2016 2017 2016 2017
Wilayah
IV III IV IV III IV masih memiliki rasio NPL terbesar yaitu 6,08%
Total Kredit 10.89 12.23 0.77 7.26 8.34 7.39 seiring tingginya risiko usaha LU tersebut,
- Pertanian 15.44 20.90 (6.66) 22.82 7.76 6.96
- Tambang 4.91 45.96 (2.99) 4.72 9.92 8.59
terutama terkait pembebasan lahan. Sementara
- Industri 7.80 4.07 4.94 11.09 9.25 8.17 itu, hampir seluruh LU mengalami perbaikan
- Konstruksi 22.76 9.52 (8.57) 14.00 14.58 14.02
kualitas kredit, kecuali pertanian.
- Perdagangan 9.67 7.98 2.85 4.42 5.47 4.49
- Akomodasi 28.36 38.14 5.95 4.49 15.73 13.21
Tabel IV.16. Pertumbuhan dan Rasio NPL Kredit UMKM di
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Balinusra*
*) Angka sangat sementara g Kredit (% yoy) NPL (%)
Indikator &
2016 2017 2016 2017
Wilayah
IV III IV IV III IV
Kredit UMKM di Mapua menunjukkan
Total Kredit 17.11 11.56 10.91 2.43 3.21 2.89
perlambatan yang disertai dengan perbaikan - Pertanian 33.76 32.00 28.29 1.20 2.54 2.65
kualitas kredit, meskipun masih di atas - Tambang (46.96) (27.75) (18.17) 4.19 5.18 4.60
- Industri 13.25 9.25 11.74 2.24 3.44 3.16
threshold. Kredit UMKM Mapua tumbuh 0,77% - Konstruksi 17.78 16.34 17.62 4.58 6.09 6.08
(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan - Perdagangan 16.26 7.36 7.36 2.11 3.28 3.16
- Akomodasi 29.14 27.62 14.00 6.07 4.35 2.39
triwulan sebelumnya yang sebesar 12,23% (yoy).
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Perlambatan tersebut terutama didorong LU *) Angka sangat sementara
pertanian, tambang, konstruksi, perdagangan,
dan penyediaan akomodasi. Dari sisi kualitas Rasio kredit UMKM terhadap total kredit di KTI
kredit, rasio NPL UMKM di Mapua masih cukup tercatat menurun, terutama disebabkan
tinggi, yakni mencapai 7,39% pada triwulan IV penurunan di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan
2017, meskipun sedikit membaik dibandingkan Mapua. Secara agregat, rasio kredit UMKM
triwulan sebelumnya yang sebesar 8,34%. Hampir menurun dari 28,35% di triwulan III 2017 menjadi
seluruh LU mengalami perbaikan rasio NPL. NPL 28,24% di triwulan IV 2017. Penurunan rasio
tertinggi tercatat terjadi di LU konstruksi. Hal ini tersebut menunjukkan peningkatan kehati-hatian
dipengaruhi oleh cukup banyaknya proyek yang perbankan dalam menyalurkan kredit UMKM di

91
tengah perlambatan beberapa LU di KTI. (yoy) dan -11,97% (yoy). Capaian tersebut sedikit
Perbankan di KTI perlu terus didorong untuk menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
mengoptimalkan penyaluran kredit ke lapangan Kondisi tersebut terjadi sejak pertengahan 2016,
usaha lain yang memiliki prospek baik seperti ditengarai akibat perubahan batas minimal
perdagangan dan industri pengolahan transaksi BI-RTGS dari sebelumnya Rp500 juta
berorientasi ekspor. Selain itu, peran jaringan menjadi Rp100 juta. Perubahan ini memunculkan
yang dimiliki untuk memetakan UMKM potensial irisan layanan antara RTGS dan SKNBI di mana
lainnya perlu dimaksimalkan, termasuk utilisasi transfer dana antar nasabah dengan nominal
dari Layanan Keuangan Digital (LKD) maupun antara Rp100 juta sampai dengan Rp500 juta
program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam yang sebelumnya hanya dapat dilakukan via SKN
Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) Otoritas juga dapat dilakukan via RTGS per tanggal 1 Juli
Jasa Keuangan (OJK). 2016.

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Grafik IV.33. Volume Transaksi Kliring
Grafik IV.32. Rasio Kredit UMKM
Secara spasial, sebagian besar wilayah KTI
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan menunjukkan peningkatan volume dan nominal
Uang Rupiah transaksi SKNBI, meski pertumbuhannya
Sistem Pembayaran Nontunai melambat. Peningkatan pertumbuhan hanya
dicatatkan oleh wilayah Mapua dengan
Sejalan dengan peningkatan aktivitas
pertumbuhan volume sebesar 1,7% (yoy) dan
masyarakat di akhir tahun, kinerja sistem
nominal yang terkontraksi sebesar -14,1% (yoy),
pembayaran di KTI menunjukkan peningkatan.
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya
Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan
yang masing-masing sebesar 1,2% (yoy) dan -
nominal transaksi Sistem Kliring Nasional Bank
15,7% (yoy). Hal ini sejalan dengan akselerasi
Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Gross Settlement (BI-RTGS) di wilayah di KTI.
Sementara itu, pertumbuhan volume dan
Transaksi kliring pada triwulan IV 2017 di KTI
nominal kliring di wilayah Kalimantan, Balinusra,
secara nominal menunjukkan peningkatan
dan Sulawesi pada triwulan IV 2017 lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2017. Volume transaksi
dibandingkan triwulan III 2017. Di Kalimantan,
SKNBI pada triwulan IV 2017 tercatat sebanyak
volume dan nominal kliring masing-masing
2,29 juta lembar dengan nilai nominal sebesar
mencatatkan kontraksi -3,9% (yoy) dan -6,5%
Rp82,33 triliun, meningkat dibandingkan triwulan
(yoy) pada triwulan IV 2017. Sulawesi
III yang tercatat sebanyak 2,23 juta lembar
mencatatkan volume transaksi dan nominal yang
dengan nilai nominal Rp78,86 triliun. Meskipun
terkontraksi masing-masing sebesar -12,7% (yoy)
demikian, pertumbuhan volume dan nominal
dan -16,6% (yoy) pada triwulan IV 2017.
masih mengalami kontraksi, yakni sebesar -8,51%
Sementara Balinusra mengalami penurunan pada

92
volume transaksi sebesar -11,8% (yoy) dan - konstruksi yang mengalami peningkatan kinerja
13,0% (yoy) untuk nominal pada triwulan IV pada triwulan IV 2017.
2017.
Secara spasial, peningkatan pertumbuhan
nominal transaksi RTGS terjadi hampir di
seluruh wilayah KTI. Pertumbuhan nominal
tertinggi terjadi di Balinusra, yaitu sebesar
59,67% (yoy) pada triwulan IV 2017. Sementara
itu, pertumbuhan nominal RTGS di Kalimantan
tercatat sebesar 25,55% (yoy), dan di Sulawesi
sebesar 18,74% (yoy). Namun demikian,
pertumbuhan volume transaksi RTGS di ketiga
wilayah tersebut tercatat melambat pada
Grafik IV.34. Nominal Transaksi Kliring triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan III 2017.
Selain itu, pertumbuhan RTGS di Mapua tercatat
Berdasarkan aliran transaksinya, KTI mengalami sedikit melambat baik dari sisi nominal maupun
net outflow transaksi kliring kredit. Outflow volume.
terbesar tercatat ke wilayah Jawa dengan nilai
sebesar Rp28,45 triliun, meningkat dibanding
triwulan sebelumnya yang juga mengalami
outflow sebesar Rp27,4 triliun. Aliran dana dari
KTI yang meningkat pada triwulan IV 2017 sejalan
dengan peningkatan impor antar daerah di
triwulan IV 2017 untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di akhir tahun. Sementara itu,
netflow aliran transaksi kliring sesama wilayah di
KTI tercatat sebesar Rp136 miliar, dengan netflow
Grafik IV.35. Nominal & Growth Transaksi RTGS
terbesar tercatat dari wilayah Mapua ke wilayah
Sulawesi sebesar Rp80 miliar.
Transfer dana KTI mengalami peningkatan, baik
Di sisi lain, BI-RTGS mencatatkan peningkatan untuk transaksi transfer dana outgoing dan
pertumbuhan nominal transaksi pada triwulan incoming domestik maupun luar negeri. Pada
IV 2017. Nominal transaksi RTGS KTI tumbuh triwulan IV 2017, KTI mencatatkan incoming
sebesar 26,43% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III transfer sebesar Rp0,28 triliun dan outgoing
2017 yang sebesar 19,98% (yoy). Peningkatan transfer sebesar Rp1,46 triliun. Dengan demikian,
tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas transaksi transfer dana domestik di KTI pada
transaksi di KTI selama akhir tahun, baik transaksi triwulan IV 2017 mengalami net outflow sebesar
masyarakat maupun dari pemerintah. Namun Rp1,18 triliun. Secara spasial, transfer dana
demikian, volume transaksi RTGS di KTI tercatat domestik seluruh wilayah KTI pada triwulan IV
mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 2017 mencatatkan net outflow. Net outflow
29,31% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi 13,39% domestik terbesar terjadi di wilayah Kalimantan,
(yoy) di triwulan IV 2017. Hal tersebut sejalan dengan pangsa perekonomiannya yang
menunjukan lebih tingginya rata-rata nilai paling besar di KTI.
transaksi pada instrumen RTGS yang
Pada periode yang sama, transfer dana luar
diindikasikan digunakan untuk kebutuhan bisnis.
negeri di KTI tercatat net inflow sebesar Rp1,74
Kondisi tersebut relatif sejalan dengan
triliun. Transfer outgoing luar negeri KTI tercatat
perkembangan subLU perdagangan besar dan LU

93
sebesar Rp0,13 triliun dan incoming sebesar nontunai adalah memangkas waktu transaksi di
Rp1,87 triliun pada triwulan IV 2017. KTI loket sehingga lebih efisien dari sisi waktu.
menyumbang sekitar 17% dari net inflow nasional
Selanjutnya, capaian implementasi bantuan sosial
yang sebesar Rp10,45 triliun, masih relatif kecil
nontunai di KTI tercatat meningkat dibandingkan
dibandingkan kawasan lainnya. Secara spasial,
triwulan III 2017, baik untuk penyaluran maupun
seluruh wilayah KTI mencatatkan transaksi net
penyerapan Program Keluarga Harapan (PKH)
inflow transaksi transfer dana luar negeri pada
dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Pada
triwulan IV 2017.
posisi Desember 2017, penyerapan BPNT I – VI
Berdasarkan pangsanya, porsi terbesar transfer mencapai > 85% dari penyaluran, baik secara
dana di KTI untuk transaksi domestik terjadi di nominal maupun jumlah Keluarga Penerima
Kalimantan, dengan porsi sebesar 51,97% dan Manfaat (KPM). Penyerapan BPNT di KTI periode
32,92% masing-masing untuk outgoing dan Desember 2017 tercatat sebanyak 298.963 KPM,
incoming. Sementara itu, pangsa terbesar dengan nilai sebesar Rp67,77 miliar. Sementara
transfer dana luar negeri di KTI tercatat di itu, penyerapan PKH di KTI pada periode
Balinusra yaitu masing-masing sebesar 36,23% Desember 2017 tercatat sebesar 4.883.708 KPM,
dan 68,86% untuk transaksi outgoing dan dengan nilai sebesar Rp2,3 triliun. Tingkat
incoming. Kondisi tersebut sejalan dengan penyerapan PKH I – IV juga tercatat cukup tinggi,
karakteristik Bali dan NTB yang merupakan yaitu > 97% dari KPM Penyaluran.
daerah tujuan wisata utama dan NTB sebagai
Meskipun demikian, elektronifikasi di KTI masih
pemasok TKI.
dapat dioptimalkan. Beberapa tantangan yang
Upaya elektronifikasi di KTI terus menunjukan harus dihadapi adalah terbatasnya pendamping
perkembangan positif meski beberapa KPM di NTB dan Papua, serta lokasi agen yang
tantangan masih mengemuka. Penetrasi relatif jauh dari KPM di beberapa lokasi.
nontunai di jalan tol Bali Mandara telah mencapai
Implementasi nontunai pada transaksi
100%, sementara penetrasi nontunai pada jalan
Pemerintah Daerah terus menunjukkan
tol di Makassar relatif masih terbatas. Jumlah
perkembangan positif. Sebagian besar transaksi
Gardu Tol Otomatis (GTO) di Makassar per
(baik penerimaan ataupun pengeluaran)
Desember 2017 tercatat sebanyak 14 GTO atau
pemerintah provinsi di wilayah KTI telah
38% dari total seluruh gardu. Seluruh gerbang
dilakukan secara nontunai. Meski demikian,
tersebut memiliki penetrasi nontunai di bawah
masih terdapat beberapa transaksi pemerintah
100% dengan penetrasi tertinggi sebesar 55,30%
yang masih dilakukan secara tunai, seperti uang
pada gerbang Cambaya. Beberapa kendala yang
perjalanan dinas, penerimaan retribusi daerah,
menghambat antara lain infrastruktur yang
uang lembur, dan sebagian besar gaji pegawai
belum memadai, masih cukup banyaknya gardu
lepas harian. Keterbatasan infrastruktur menjadi
hybrid, dan faktor teknis penyelesaian masalah
tantangan utama implementasi transaksi
oleh operator uang elektronik (penyempurnaan
nontunai tersebut.
SOP). Untuk mengatasi hal tersebut, BI
bekerjasama dengan perbankan dan BUJT akan Pengelolaan Uang Rupiah
terus melakukan edukasi melalui berbagai media Kebutuhan uang kartal masyarakat di KTI
sehingga pada 2018 penetrasi nontunai dapat selama triwulan IV 2017 mengalami
lebih optimal. Dengan menggunakan nontunai, peningkatan yang tercermin dari posisi net
pengelolaan jalan tol akan menjadi lebih efisien outflow sebesar Rp25,81 triliun. Kondisi ini
dari sisi biaya. Selain itu, dari sisi pengguna, sejalan dengan pola historis yang menunjukkan
manfaat yang diperloleh dari penggunaan posisi aliran uang kartal pada triwulan IV

94
umumnya outflow, akibat tingginya aktivitas dimusnahkan mencapai Rp9,31 triliun dengan
ekonomi rumah tangga pada periode perayaan rasio terhadap inflow sebesar 43,33%. Jumlah
Hari Natal dan libur tahun baru. Posisi net pemusnahan tersebut lebih rendah dari triwulan
outflow menunjukkan bahwa aliran uang kartal sebelumnya yang mencapai Rp11,93 triliun,
yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar namun dengan rasio terhadap inflow yang lebih
dibandingkan uang kartal yang masuk ke Bank tinggi dari triwulan III 2017 sebesar 35,77%.
Indonesia. Posisi net outflow pada triwulan IV Tingkat pemusnahan terbesar secara berturut-
2017 juga tercatat lebih tinggi dari periode yang turut ada di wilayah Kalimantan sebesar Rp3,31
sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp19,68 triliun. triliun, Balinusra sebesar Rp2,79 triliun, Sulawesi
Rp2,55 triliun, dan Mapua sebesar Rp0,65 triliun.
Secara spasial, seluruh wilayah KTI menunjukkan
posisi net outflow pada triwulan IV 2017, dengan
net outflow terbesar terjadi pada wilayah
Kalimantan sebesar Rp8,76 triliun. Sementara
pada periode yang sama, net outflow terendah
terjadi di Balinusra sebesar Rp3,34 triliun.

Grafik IV.37. Temuan Uang Palsu

Jumlah uang yang diragukan keasliannya yang


dilaporkan kepada Bank Indonesia di KTI pada
triwulan IV 2017 tercatat meningkat. Temuan
uang palsu pada triwulan IV 2017 tercatat
Grafik IV.36. Aliran Uang Kartal
sebanyak 5.956 lembar, lebih banyak daripada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5.182
Terkait kegiatan pengedaran uang, Kantor
lembar dengan dominasi uang pecahan besar
Perwakilan Bank Indonesia di KTI terus
(Rp50 ribu dan Rp100 ribu). Secara spasial, uang
berupaya meningkatkan layanan perkasan di
palsu terbanyak ditemukan di wilayah Kalimantan
daerah. Hal ini ditempuh melalui perluasan
(3.786 lembar), sementara yang terendah di
jaringan kas titipan dengan pembukaan 11 kas
wilayah Mapua (92 lembar). Untuk
titipan baru di KTI selama triwulan IV 2017 di
mengantisipasi peningkatan peredaran uang
wilayah Sulawesi, Mapua, dan Kalimantan yang
palsu, edukasi kepada masyarakat terkait ciri-ciri
bekerjasama dengan Bank Umum dan BPD. Selain
keaslian uang Rupiah terus dilakukan di seluruh
itu, dilakukan pula upaya peningkatan jangkauan
daerah. Selain itu, terus dilakukan pula
layanan pengedaran uang di area perbatasan dan
penguatan koordinasi antara Bank Indonesia,
kepulauan terpencil melalui inisiatif BI Jangkau.
perbankan, dan pihak yang berwenang dalam hal
Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan soil
penanganan laporan masyarakat terkait uang
level (kualitas uang yang diedarkan) dan menekan
yang diragukan keasliannya.
angka temuan uang palsu di masyarakat.
KUPVA Bukan Bank
Seiring dengan kebijakan clean money policy,
kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar Hingga Desember 2017, Kegiatan Usaha
(UTLE) terus dilakukan oleh Bank Indonesia. Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)
Selama triwulan IV 2017, jumlah UTLE yang berizin di wilayah KTI terus mengalami

95
peningkatan. Hal ini tercermin dari peningkatan pembayaran dengan unik di KTI. Hal tersebut
transaksi KUPVA BB berizin. Transaksi KUPVA di sejalan dengan sudah cukup baiknya
KTI pada triwulan IV 2017 (Oktober-November) implementasi nontunai di Sulawesi yang
tercatat mencapai Rp3,99 triliun untuk transaksi didukung ketersediaan infrastruktur serta
penjualan dan Rp3,95 triliun untuk transaksi proporsi KPM Bansos yang cukup besar di KTI.
pembelian. Transaksi tersebut lebih tinggi Sementara itu, proporsi paling rendah
dibandingkan transaksi penjualan dan pembelian penggunaan unik untuk pembayaran di KTI
pada triwulan IV 2016 (Oktober-November) yang berada di wilayah Mapua, dengan share 0,63%
masing-masing sebesar Rp3,42 triliun dan Rp3,38 seiring masih terbatasnya infrastruktur
triliun. Secara spasial, NTB merupakan provinsi pendukung.
dengan pertumbuhan transaksi KUPVA tertinggi
Prospek Perekonomian
yakni 176,9% (yoy) untuk transaksi penjualan dan
175,6% (yoy) untuk transaksi pembelian. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan transaksi KUPVA BB KTI pada Ekonomi KTI pada triwulan II 2018 diprakirakan
triwulan IV 2017 sejalan dengan kuatnya kinerja terakselerasi dibandingkan triwulan I 2018.
pariwisata yang ditandai dengan peningkatan Peningkatan tersebut utamanya disumbang oleh
kunjungan wisman ke wilayah Balinusra wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Perbaikan di
dibandingkan tahun sebelumnya. dua wilayah tersebut diprakirakan ditopang oleh
Di sisi lain, sepanjang 2017 Bank Indonesia terus menguatnya permintaan pada bulan Ramadhan
bekerja sama dengan pihak berwajib untuk yang diikuti oleh perayaan Lebaran. Hal ini akan
meningkatkan upaya penertiban KUPVA BB tidak mendorong konsumsi rumah tangga sekaligus
berizin. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko mendukung optimisme pada LU industri
pemanfaatan KUPVA BB untuk kegiatan pengolahan dan usaha perdagangan. Di samping
pencucian uang, pendanaan terorisme, judi itu, perkembangan positif hilirisasi SDA, terutama
online, dan kejahatan lainnya sesuai dengan yang meningkatnya produksi alumina (Kalimantan) dan
diatur pada PBI No.18/20/PBI/2016 tanggal 3 stainless steel (Sulawesi), juga akan berkontribusi
Oktober 2016. Selain itu, upaya penertiban pada akselerasi pertumbuhan. Di Kalimantan,
KUPVA BB juga dilakukan untuk memberikan pertumbuhan ekonomi juga akan didorong oleh
perlindungan kepada konsumen sekaligus kenaikan permintaan batu bara untuk kebutuhan
mendukung pengembangan pariwisata di pembangkit listrik. Produksi batu bara juga akan
Indonesia. ditingkatkan untuk memenuhi permintaan mitra
dagang (India dan ASEAN) sehingga turut
Keuangan Inklusif berdampak pada peningkatan pertumbuhan
Perkembangan keuangan inklusif di KTI pun ekspor luar negeri. Untuk Sulawesi, percepatan
mengindikasikan perbaikan. Hal ini ditandai kinerja ekonomi akan ditopang juga oleh usaha
dengan kenaikan jumlah uang elektronik (unik) konstruksi melalui peningkatan intensitas
dan kenaikan transaksi pembayaran pembangunan pembangkit listrik, realisasi proyek
menggunakan unik. Pada triwulan IV 2017, strategis jalan tol, bendungan, pelabuhan,
transaksi pembayaran dengan uang elektronik smelter, serta gedung pusat perbelanjaan di
mencapai Rp0,36 triliun, tumbuh 237,9% (yoy), berbagai daerah.
jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017
Sementara itu, wilayah Mapua dan Balinusra
yang sebesar 26,22% (yoy).
diprakirakan tumbuh cukup baik meskipun lebih
Berdasarkan proporsi nominalnya pada triwulan lambat dari capaian pertumbuhan triwulan I
IV 2017, pembayaran paling tinggi terjadi di 2018. Perlambatan di Mapua dan Balinusra
Sulawesi dengan share 50,50% dari total tersebut terutama disebabkan oleh masih

96
tertahannya ekspor luar negeri terkait akan bersumber dari meningkatnya kinerja
perlambatan hasil produksi subLU pertambangan hampir seluruh lapangan usaha perekonomian
mineral di Papua, Maluku Utara, dan NTB. KTI, kecuali pertanian dan pertambangan.
Perlambatan produksi mineral di Papua Momen Ramadhan dan Lebaran serta Pilkada
diprakirakan terjadi akibat rencana proses serentak di akhir triwulan II 2018 diprakirakan
peralihan area tambang open pit ke underground. berdampak positif pada kinerja LU industri
Sementara itu, perlambatan usaha tambang di pengolahan (makanan-minuman, tekstil dan
Maluku Utara dan NTB diakibatkan belum adanya pakaian jadi, percetakan), perdagangan, serta
peningkatan kapasitas produksi dibandingkan penyediaan akomodasi (hotel dan restoran).
tahun sebelumnya. Lapangan usaha pertanian di Sementara itu, LU konstruksi juga diprakirakan
Mapua dan Balinusra juga diprakirakan melambat terus mengalami ekspansi yang didukung oleh
karena masih terbatasnya produksi hortikultura realisasi Proyek Strategis Nasional (PSN) terkait
dan hewan ternak karena datangnya musim pembangunan jalan tol, pelabuhan, pembangkit
tanam dan adanya gangguan cuaca. listrik, serta berlanjutnya proyek-proyek terkait
PON 2020 di Papua. Adapun melambatnya
Dari sisi permintaan, akselerasi ekonomi KTI
kinerja LU pertanian disebabkan oleh belum
diprakirakan berasal dari meningkatnya
optimalnya produksi peternakan dan hortikultura
pertumbuhan konsumsi (rumah tangga serta
akibat gangguan cuaca (Balinusra) serta tibanya
pemerintah) di tengah melambatnya kinerja
musim tanam tabama di berbagai daerah sentra
ekspor luar negeri dan investasi (PMTB).
(Kalimantan dan Sulawesi). Terkait perlambatan
Akselerasi konsumsi rumah tangga pada triwulan
kinerja pertambangan, selain karena
II 2018 terutama bersumber dari penguatan sisi
melemahnya produksi mineral di Mapua dan
permintaan yang didorong oleh pelaksanaan
Balinusra, produksi mineral di Sulawesi juga
Pilkada, tingginya permintaan pada saat
diprakirakan tumbuh melambat seiring dengan
Ramadhan, dan tibanya momen perayaan
jumlah hari dan waktu kerja yang lebih sedikit
Lebaran. Terkait konsumsi pemerintah, akselerasi
pada periode Ramadhan dan Lebaran.
akan didukung oleh perkiraan pencairan gaji ke-
13 dan THR untuk pegawai negeri sipil (PNS) serta Untuk keseluruhan tahun 2018, optimisme
dana desa. Selain itu, dimulainya pengerjaan perbaikan kinerja ekonomi KTI diprakirakan
proyek Pemerintah Daerah pasca proses lelang di berlanjut dari tahun 2017. Ekonomi KTI tahun
awal tahun juga akan turut meningkatkan 2018 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,1%-
konsumsi pemerintah terkait kegiatan 5,5% (yoy), lebih tinggi dari capaian 2017 yang
operasional pendukung proyek. Di sisi lain, tumbuh sebesar 5,10% (yoy). Secara spasial,
melambatnya kinerja ekspor tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi KTI pada
penurunan produksi mineral yang terjadi di tahun 2018 akan didorong oleh akselerasi
Mapua dan Balinusra. Sementara itu, Pilkada ekonomi di wilayah Sulawesi, Mapua, dan
serentak pada akhir triwulan II 2018 diprakirakan Balinusra. Peningkatan ekspor luar negeri
berdampak pada perlambatan investasi swasta menjadi faktor utama pendorong akselerasi
akibat kecenderungan wait and see dari pelaku ekonomi di tiga wilayah tersebut. Hal ini
usaha hingga selesainya pelaksanaan Pilkada. didukung oleh produksi lapangan usaha tradable
Meski demikian, investasi diprakirakan dapat yang turut menunjukkan peningkatan, khususnya
tumbuh cukup tinggi yang didukung oleh realisasi pertanian dan industri pengolahan di Sulawesi,
proyek infrastruktur yang bersifat multiyears dari serta pertambangan di Mapua dan Balinusra.
Pemda. Perbaikan ekonomi ini secara umum juga
menjaga iklim investasi di berbagai daerah, di
Dari sisi lapangan usaha, akselerasi
tengah upaya Pemda untuk terus memacu dan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018

97
mempercepat penyelesaian berbagai PSN terkait konstruksi juga diproyeksikan menjadi salah satu
infrastruktur dan sektor riil. Namun demikian, penopang pertumbuhan ekonomi di berbagai
peningkatan kinerja ekonomi KTI akan tertahan daerah, termasuk realisasi proyek PON 2020 di
oleh melambatnya perekonomian di wilayah Papua. Adapun peningkatan kinerja LU
Kalimantan. Hal ini dipengaruhi oleh prakiraan perdagangan dan akomodasi terutama akan
mulai melambatnya pertumbuhan harga didorong oleh perbaikan konsumsi secara umum
komoditas ekspor utama Kalimantan seperti batu maupun peningkatan kunjungan wisman dan
bara, CPO, dan karet. aktivitas MICE (salah satunya kegiatan Annual
Meeting IMF-World Bank 2018 di Bali).
Dari sisi permintaan, capaian pertumbuhan
ekonomi KTI yang lebih baik di 2018 akan Meski diproyeksikan meningkat pada tahun
didukung oleh menguatnya konsumsi, investasi, 2018, terdapat beberapa downside risk terhadap
serta ekspor luar negeri. Terjaganya tingkat pertumbuhan ekonomi KTI yang perlu
konsumsi rumah tangga ditopang oleh rata-rata diwaspadai. Dari aspek eksternal, risiko muncul
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang dari tren perlambatan harga komoditas ekspor
cukup tinggi (9,79%; yoy), serta inflasi yang utama, rencana kenaikan suku bunga di Amerika
diprakirakan tetap terkendali. Di samping itu, Serikat, serta masih belum stabilnya kondisi
perbaikan ekonomi secara umum juga akan geopolitik di Timur Tengah dan semenanjung
menambah optimisme peningkatan pendapatan. Korea. Hal tersebut dapat berdampak negatif
Investasi diprakirakan turut mengalami pada kinerja ekspor maupun investasi di daerah.
akselerasi, khususnya pada paruh kedua tahun Dari aspek fiskal, pelaksanaan Pilkada 2018 di
2018. Kondisi tersebut didorong oleh percepatan berbagai daerah di KTI memunculkan risiko
realisasi berbagai proyek infrastruktur terhadap kesinambungan pengelolaan fiskal
konektivitas, peningkatan kapasitas produksi daerah serta memunculkan tendensi wait and see
smelter oleh para pelaku usaha, berlanjutnya dari para investor. Selain itu, terdapat pula risiko
hilirisasi tambang dan pertanian, pembangunan dari ketidakpastian kebijakan hilirisasi mineral,
pembangkit listrik, serta pengembangan kawasan gangguan hama dan cuaca pada LU pertanian,
industri (KI) maupun kawasan ekonomi khusus serta risiko peningkatan inflasi kelompok
(KEK). Selanjutnya, ekspor luar negeri akan administered prices dan volatile food yang dapat
tumbuh menguat, terutama karena perbaikan memengaruhi daya beli masyarakat. Di sisi lain,
ekspor mineral dari Papua dan NTB seiring terdapat upside risk terhadap pertumbuhan
dengan izin ekspor yang dinilai dapat ekonomi KTI terkait dengan berlanjutnya
dipertahankan secara kontinu oleh para momentum perbaikan ekonomi global yang
eksportir. Meski demikian, peningkatan berpotensi meningkatkan permintaan negara
pertumbuhan ekspor diprakirakan tertahan oleh mitra dagang. Lebih dari itu, percepatan proyek
melemahnya prospek harga komoditas batu bara infrastruktur dan PSN lainnya serta realisasi
dan CPO dari Kalimantan sepanjang tahun 2018. rencana investasi oleh beberapa industri swasta
di KTI dapat menjadi faktor pendorong akselerasi
Dari sisi sektoral, akselerasi ekonomi KTI pada
ekonomi KTI pada tahun 2018 ke arah yang lebih
tahun 2018 diprakirakan berasal dari perbaikan
tinggi.
usaha pertambangan, konstruksi, perdagangan,
serta penyediaan akomodasi. Produksi mineral Prospek Inflasi
dari Papua dan NTB yang diprakirakan membaik Tekanan inflasi di KTI pada triwulan II 2018
seiring dengan optimisme diperolehnya izin diprakirakan meningkat pada level yang
ekspor secara periodik akan menjadi penopang terbatas. Inflasi pada triwulan II 2018
usaha pertambangan KTI. Sementara itu, sejalan diproyeksikan berada pada rentang 2,80-3,20%
dengan membaiknya prospek investasi, usaha

98
(yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan WB Meeting 2018 diprakirakan turut mendorong
triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi permintaan yang akan berpengaruh terhadap
tersebut dipengaruhi oleh HBKN Idul Fitri yang tekanan inflasi baik VF maupun CI. Di sisi lain,
jatuh pada pertengahan Juni 2018. Peningkatan upaya perbaikan infrastruktur konektivitas,
inflasi diperkirakan didorong oleh kelompok VF pengawasan distribusi dan tata niaga yang lebih
dan CI seiring naiknya permintaan pada periode baik, terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat,
tersebut. Hal ini juga terkonfirmasi dari naiknya serta kondusifnya prakiraan kondisi cuaca di
indeks ekspektasi harga konsumen 6 bulan sepanjang 2018 menjadi downside risk
mendatang hasil Survei Konsumen di wilayah KTI pencapaian inflasi KTI di tahun 2018.
yang meningkat dari 163,47 pada triwulan III
Untuk mengurangi risiko pencapaian target inflasi
2017 menjadi 172,79 pada triwulan IV 2018.
2018, sinergi TPID dengan pemerintah dan unsur
Sementara itu, tekanan kelompok AP
lain seperti Satgas Pangan terus dioptimalkan.
diprakirakan relatif menurun. Risiko tekanan
Rencana program TPID Wilayah KTI di tahun 2018
pada kelompok AP haya berasal dari kenaikan
mencakup penguatan ketahanan pangan melalui
tarif angkutan terutama angkutan udara. Secara
perbaikan pola tanam, optimalisasi penggunaan
umum, inflasi lebaran KTI pada Juni 2018
waduk, serta pelatihan bagi petani oleh
diproyeksikan lebih rendah dibanding tahun
akademisi dan praktisi. Fokus pengendalian inflasi
sebelumnya. Secara spasial, seluruh wilayah
2018 di berbagai wilayah di KTI adalah
diprakirakan mengalami peningkatan tekanan
pengendalian harga komoditas beras,
inflasi pada triwulan II 2018.
hortikultura (cabai dan bawang), komoditas
Dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi daging ayam dan sapi, serta komoditas ikan
KTI pada sepanjang tahun 2018 diprakirakan segar. Upaya tersebut dilakukan melalui
masih dalam rentang target nasional, meskipun peningkatan produksi, pemanfaatan teknologi,
meningkat dibanding tahun 2017. Melihat dan mengatasi permasalahan pasokan dengan
perkembangan terkini dan potensi inflasi ke pembenahan distribusi maupun kerjasama antar
depan, rentang perkiraan inflasi KTI tahun 2018 daerah.
adalah sebesar 3,64-4,04% (yoy), meningkat dari
tahun sebelumnya. Tekanan diprakirakan berasal
dari kelompok VF dan CI, sementara inflasi
kelompok AP diprakirakan relatif terjaga seiring
minimnya tekanan dan berbagai upaya
pengendalian dalam menjaga laju inflasi
komoditas angkutan udara. Secara spasial,
kenaikan inflasi diprakirakan terjadi di hampir
semua wilayah.

Sumber utama peningkatan tekanan inflasi KTI


pada tahun 2018 berasal dari kenaikan cukai
rokok dan peningkatan permintaan yang sejalan
dengan proyeksi penguatan perekonomian.
Penghasilan masyarakat yang meningkat seiring
naiknya rata-rata UMP KTI dari 8,9% (yoy) di 2017
menjadi 9,8% di 2018 juga dapat menjadi salah
satu faktor pendorong tekanan inflasi. Selain itu,
penyelenggaraan Pilkada dan beberapa event
internasional berskala besar di KTI seperti IMF-

99
Boks 7
Sebagai wilayah yang memiliki keindahan alam tahun 2017 yaitu penyerapan tenaga kerja, nilai
dan pelayanan jasa yang baik, Bali telah mampu investasi, dan nilai produksi. Performa industri
menunjukkan diri sebagai destinasi pariwisata padat karya yang cukup baik tersebut sejalan
yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dengan jumlah wisatawan mancanegara yang
baru. Keunggulan pariwisata Bali tersebut konsisten meningkat dari tahun ke tahun (Grafik
didukung oleh tersedianya produk-produk lokal IV.39). Nilai investasi industri tersebut mengalami
pendukung pariwisata berupa suvenir dan peningkatan, mencerminkan minat investor yang
cinderamata. Penyediaan produk pendukung tinggi dalam mendukung perkembangan industri
pariwisata di Bali yang melibatkan Local Value padat karya (Grafik IV.40).
Chain (LVC) mampu mendukung peran pariwisata
terhadap perekonomian. LVC tersebut terutama
dalam bentuk industri padat karya yang memiliki
kekhasan local content yang cukup tinggi.

Dalam perkembangannya, industri terkait


pariwisata yang bersifat padat karya telah
mampu menghasilkan komoditas ekspor
unggulan di Provinsi Bali. Beberapa jenis industri
padat karya terkait pariwisata sekaligus
berorientasi ekspor diantaranya industri Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
kerajinan kayu, pakaian jadi, dan tekstil. Ketiga Grafik IV.39. Perkembangan Jumlah Wisatawan
jenis industri tersebut memiliki pangsa nilai
produksi terbesar dibandingkan berbagai industri
lainnya.

Sumber : BKPM, diolah


Grafik IV.40. Perkembangan Investasi Industri Padat
Karya
Sumber : Survei IBS & IMK BPS, diolah
Grafik IV.38. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Selain untuk memenuhi permintaan domestik,
produk industri padat karya Bali juga melayani
Dalam beberapa tahun terakhir, industri padat permintaan ekspor. Tingginya minat wisatawan
karya di Bali menunjukkan perkembangan yang asing yang berkunjung ke Bali terhadap produk
cukup baik. Hal tersebut tergambar dari padat karya khas Bali menjadi media promosi
peningkatan jumlah pelaku usaha pada industri yang cukup baik bagi produk Bali di luar negeri.
tersebut (Grafik IV.38). Indikator lainnya yang Hal ini membuka peluang ekspor produk-produk
juga menunjukkan peningkatan khususnya pada industri padat karya ke seluruh dunia. Dari sisi

100
jenis produknya, produk yang paling banyak awal promosi di luar negeri. Selain itu, beberapa
diekspor adalah pakaian jadi dan tekstil. Kedua designer terkenal Indonesia sudah menjadikan
industri yang menghasilkan produk tersebut tenun sebagai bahan dasar rancangan dan inovasi
memiliki pangsa penyerapan tenaga kerja yang fashion Indonesia. Hal ini dapat menjadi modal
cukup besar. Nilai produksi dari kedua jenis untuk memperkenalkan tenun ke pasar yang
industri tersebut mampu menyumbang hingga lebih luas di mancanegara.
60% dari total nilai produksi industri padat karya
yang berorientasi ekspor di Bali.

Jenis produk lain industri padat karya


berorientasi ekspor yang cukup unggul di Bali
adalah furnitur kayu dan anyaman bambu.
Kedua produk ini memiliki pangsa total sebesar
18% dari seluruh nilai produksi industri
berorientasi ekspor. Penyerapan tenaga kerja
pada industri tersebut juga cukup baik, yaitu
pada kisaran 24%. Produk furnitur kayu dan Sumber: Kementerian Perdagangan
anyaman bambu memiliki keunikan ukiran dan Grafik IV.41. Perkembangan Ekspor Tenun
desain khas Bali yang menjadi daya tarik bagi
pasar ekspor. Produk tenun telah dipasarkan melalui ekspor,
meski masih relatif kecil. Nilai ekspor tenun
Beberapa industri padat karya telah berhasil
berkisar US$ 20 Juta (Grafik IV.41) dan berpotensi
menembus pasar ekspor global. Produk industri
untuk ditingkatkan. Beberapa negara tujuan
padat karya yang berhasil menembus pasar
utama ekspor tenun adalah Amerika Serikat,
global salah satunya adalah perhiasan perak dan
Australia, Spanyol, Norwegia, dan Finlandia.
emas yang diukir dengan pola khas Bali. Salah
Tenun menjadi komoditas yang potensial karena
satu hal yang cukup menarik dari pemasaran
karakteristik etnik yang saat ini banyak digemari.
perhiasan perak dan emas ini adalah pentingnya
Potensi permintaan tenun yang lebih tinggi di
dukungan layanan jasa angkutan udara sebagai
wilayah Eropa dan Amerika Serikat didukung
agen distribusi dari produk tersebut. Produk
karakteristik kain tenun yang tebal sehingga
lainnya yang sudah menembus pasar global
sesuai dengan kondisi cuaca yang dingin di
adalah ukiran kayu dengan segmentasi pasar
wilayah tersebut.
Amerika dan Eropa. Hampir 90% bahan baku
yang digunakan untuk industri ukiran kayu Sejumlah perbaikan diperlukan untuk dapat
berasal dari dalam negeri. Kualitas yang terjaga mendukung pengembangkan industri padat
dengan baik serta keunikan pola ukiran karya yang lebih lanjut di Bali. Pertama,
menyebabkan industri ukiran kayu ini dapat pengembangan produk ekspor Bali unggulan
bertahan dan semakin berkembang, bahkan memerlukan upgrade dalam hal penggunaan
berhasil memasok beberapa merek furnitur high teknologi. Saat ini, industri yang ada didominasi
class dunia. Permodalan industri ukiran kayu ini oleh penggunaan teknologi low-medium.
sebagian besar bersumber dari domestik. Akibatnya, nilai tambah dari produk industri
padat karya masih relatif terbatas. Rendahnya
Ke depan, industri padat karya lainnya yang
konten teknologi pada industri padat karya
dapat dikembangkan antara lain produk tenun
disebabkan oleh ciri khas produk Bali yang
yang merupakan warisan budaya bangsa. Saat
“handmade”, yang di sisi lain menjadi daya tarik
ini, popularitas tenun di kalangan wisatawan
utama bagi pasar, khususnya wisatawan. Untuk
asing cukup tinggi sehingga dapat menjadi modal
mendukung upaya peningkatan volume ekspor,

101
maka kualitas teknologi untuk menghasilkan ukir, pahat, dan desain lokal. Keempat,
produk industri padat karya yang lebih efisien meningkatkan standarisasi produk yang akan
dan presisi perlu didorong. diekspor sehingga kualitas produk tetap terjaga.

Kedua, pengembangan industri padat karya Bali


membutuhkan dukungan pasokan tenaga kerja
kreatif yang berkualitas. Beberapa pelaku usaha
industri padat karya mengalami kesulitan dalam
menemukan tenaga kerja kreatif. Seiring dengan
perkembangan zaman dan modernisasi,
kemampuan kreatif yang mengandung warisan
budaya Bali mulai berkurang. Generasi muda Bali
saat ini memiliki minat yang lebih rendah
terhadap kemampuan kreatif warisan budaya.
Dalam jangka panjang, kondisi ini akan menjadi
ancaman bagi berkembangnya industri padat
karya Bali.

Pada industri tenun, belum adanya paten pada


desain dan jenis kain berpotensi menghambat
perkembangan industri ini di Bali. Hal ini
diakibatkan oleh aspek desain tenun yang mudah
ditiru, khususnya oleh negara yang sudah
mempunyai industri tekstil yang lebih maju. Salah
satu upaya yang dapat ditenpuh untuk mengatasi
hal tersebut adalah dengan mendorong pelaku
industri untuk mendaftarkan paten atau desain
produknya. Selain itu, peran pemerintah untuk
mempromosikan desain tenun Bali di pasar luar
negeri juga perlu ditingkatkan. Langkah ini
dilakukan untuk membuka peluang pasar tenun
yang lebih luas dan meningkatkan awareness
akan desain unik dan identitas tenun Bali sebagai
warisan bangsa Indonesia.

Terdapat sejumlah upaya lain yang dapat


dilakukan untuk mendukung peningkatan pasar
ekspor komoditas industri padat karya Bali.
Pertama, peningkatan promosi produk khas lokal
dalam negeri kepada wisatawan asing antara lain
melalui sinergi dengan paket wisata dan tour
kunjungan ke sentra-sentra produksi industri.
Kedua, peningkatan konten teknologi pada
industri yang berpotensi diproduksi secara massal
seperti pakaian jadi. Ketiga, pelestarian budaya
kreatif lokal melalui penyediaan sarana
pembelajaran keterampilan budaya lokal seperti

102
Pertumbuhan industri pengolahan yang berkelanjutan merupakan modal utama bagi tercapainya
perekonomian nasional yang kuat dan berkesinambungan. Industri pengolahan sebagai motor
penggerak perekonomian nasional, memiliki kontribusi cukup besar dalam perekonomian nasional
dibandingkan lapangan usaha lainnya. Besarnya pangsa industri pengolahan terhadap
perekonomian maupun komposisi ekspor, menegaskan peran penting industri pengolahan terhadap
upaya meningkatkan surplus neraca barang.

Penguatan industri domestik, khususnya industri berorientasi ekspor, padat karya, technology
intensive, dan pendukung SDA, juga akan mendukung penguatan struktur Neraca Transaksi Berjalan
Indonesia melalui penguatan struktur ekspor nasional. Saat ini, struktur ekspor Indonesia masih
berada dalam taraf transformasi dari ekspor berbasis komoditas menuju ekspor berbasis
manufaktur. Kedepan, upaya penguatan industri perlu didukung oleh peningkatan keterkaitan
dengan Global Value Chain (GVC), perluasan akses pasar melalui perjanjian perdagangan
internasional yang efektif, serta reformasi struktural terkait regulasi, infrastruktur, dan kualitas
sumber daya manusia.

Bagi Indonesia, momentum perbaikan ekonomi global dan domestik saat ini merupakan peluang
untuk memperkuat struktur Neraca Transaksi Berjalan melalui industri berbasis ekspor sekaligus
mendukung transisi menuju negara maju dan menghindari middle income trap.

Latar Belakang Pada beberapa negara peers ASEAN, ekspor


barang terutama produk manufaktur menjadi
Pada tahun 2017, neraca transaksi berjalan
penopang utama surplus Neraca Transaksi
membaik dibandingkan 2016 dengan mencatat
Berjalan. Di Thailand, selain ekspor barang, jasa
defisit yang menurun. Perbaikan neraca
pariwisata memiliki peran penting sebagai salah
transaksi berjalan terutama didorong oleh
satu pendukung utama pencapaian surplus
perbaikan neraca perdagangan barang,
Neraca Transaksi Berjalan (Grafik V.1). Indonesia
khususnya non migas (Gambar V.1). Surplus
memiliki potensi untuk memperbaiki defisit
neraca perdagangan non migas pada 2017
Neraca Transaksi Berjalan sehingga dapat
mencapai 26,2 miliar dolar AS, lebih tinggi dari
mencapai surplus sebagaimana Thailand dan
2016. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
Vietnam. Kedua negara tersebut berhasil
peningkatan permintaan dari negara mitra
mencatatkan surplus Neraca Transaksi Berjalan
dagang Indonesia. Namun, surplus neraca
dengan rasio surplus terhadap PDB yang semakin
perdagangan non migas pada 2017 masih
meningkat pasca defisit sebagaimana dialami
ditopang oleh ekspor komoditas primer.
Indonesia. Keberadaan faktor endowment
Sementara ekspor produk manufaktur, meski
Indonesia berupa sumber daya domestik dan
tetap tumbuh positif pada 2017 namun
potensi pariwisata yang melimpah, akan mampu
kontribusinya masih lebih rendah dibandingkan
membuka ruang perbaikan defisit Neraca
ekspor berbasis komoditi.

103
Transaksi Berjalan melalui optimalisasi ekspor manufaktur dan pariwisata.

*Termasuk asuransi dan ongkos pengangkutan untuk konversi CIF ke FOB


**Data peers ASEAN merupakan data 2016
Sumber: Bank Indonesia, World Bank, staf BI, diolah
Gambar V.1. Perkembangan Komponen Neraca Transaksi Berjalan Indonesia dan Peers

Sumber: Bank Indonesia, World Bank, staf BI, diolah


Grafik V.1. Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia dan Peers

Indonesia sebagai negara dalam golongan lower berdaya saing (Grafik V.2). Negara dengan
middle income memerlukan pertumbuhan surplus besar pada transaksi barang cenderung
ekonomi tinggi dan berkesinambungan untuk memiliki pangsa manufaktur yang besar, baik
dapat mempercepat transisi menuju negara terhadap PDB maupun terhadap ekspor, misal
dengan tingkat pendapatan lebih tinggi. Transisi pada negara peers Thailand dan Malaysia (Grafik
untuk terhindar dari middle income trap menuju V.3). Bagi Indonesia, momentum perbaikan
negara maju memerlukan dukungan struktur ekonomi global dan domestik saat ini perlu
Neraca Transaksi Berjalan yang kuat dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk
ditopang oleh surplus neraca perdagangan memperkuat kondisi Neraca Transaksi Berjalan.
barang yang memadai. Kondisi surplus neraca Penguatan tersebut khususnya melalui upaya
perdagangan merupakan indikasi dari struktur peningkatan surplus neraca perdagangan barang
perekonomian yang kuat, didukung oleh sektor output industri/manufaktur.
industri pengolahan berorientasi ekspor yang

104
Sumber : World Bank, data 2016, staf BI, diolah
Grafik V.2. Rasio Neraca Transaksi Berjalan/PDB Negara di Dunia (2016)

Sumber: World Bank, data 2016, kecuali %manufaktur thdp ekspor Thailand dan %manufaktur thdp PDB Tiongkok
(data 2015), staf BI, diolah
Grafik V.3. Neraca Barang dan Peran Sektor Manufaktur

Strategi Penguatan Struktur Transaksi keterkaitan terhadap Global Value Chain (GVC);
(iii) memperkuat keterkaitan antara Global Value
Berjalan
Chain (GVC) dan Local Value Chain (LVC); (iv)
Dengan mempertimbangkan pengalaman perluasan pasar ekspor melalui Free Trade
negara-negara peers, penguatan struktur neraca Agreement (FTA); (v) pembangunan kawasan
transaksi berjalan dapat dilakukan salah satunya ekonomi khusus; dan (vi) penguatan suplai SDM
melalui penguatan struktur ekspor dalam neraca terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri.
perdagangan. Penguatan struktur ekspor
tersebut dapat ditempuh melalui sejumlah Penguatan diversifikasi produk dengan
strategi yaitu (i) meningkatkan diversifikasi dan teknologi yang lebih tinggi. Dalam beberapa
teknologi produk manufaktur; (ii) meningkatkan tahun terakhir, diversifikasi menuju struktur

105
neraca barang yang lebih sehat mulai terlihat. Sementara, industri elektronika domestik masih
Meski masih berbasis pada komoditas Sumber perlu meningkatkan keterkaitan rantai nilai
Daya Alam (SDA), namun pengembangan industri dengan GVC. Industri di KTI, juga dapat
pengolahan lebih lanjut dan bernilai tambah lebih mendorong keterkaitan rantai nilai produksi
tinggi telah mulai berlangsung (grafik V.4), antara untuk komoditas unggulan di industri
lain pada industri padat karya maupun industri pertambangan, seperti nikel dan tembaga.
yang bersifat med-high tech seperti otomotif.
Keterlibatan dan dukungan perusahaan
Namun demikian, menimbang bahwa Indonesia
multinasional yang memiliki jaringan global
memiliki jumlah penduduk yang besar, maka
merupakan faktor penting bagi integrasi industri
pengembangan industri low-med tech padat
domestik dalam GVC. Berdasarkan World
karya tetap perlu diperkuat untuk mendukung
Investment Report (2013), 80% dari perdagangan
penyerapan tenaga kerja. Saat ini, industri padat
internasional melibatkan perusahaan
karya seperti tekstil dan alas kaki juga memiliki
multinasional, baik dalam bentuk perdagangan
daya saing yang kuat dalam perdagangan
antar perusahaan maupun intra perusahaan.
internasional.
Dalam kaitan tersebut, peningkatan investasi dan
populasi PMA berorientasi ekspor di Indonesia
perlu terus didorong melalui kebijakan perbaikan
iklim investasi bagi partnership dengan
perusahaan multinasional berorientasi ekspor
tersebut. Saat ini Indonesia merupakan peringkat
keempat lokasi terfavorit penanaman modal
multinasional bersama dengan sejumlah negara
berkembang lainnya, antara lain Thailand, India
dan Tiongkok. Hal ini tercermin dari investasi
Sumber: Kalkulasi Staf BI berdasarkan Sanjaya Lall, Penanaman Modal Asing (PMA) yang cenderung
(2000), ‘The technological structure and performance of meningkat, terutama pada sektor industri (Grafik
developing country manufactured exports, 1985-98’
V.5).
Grafik V.4. Perkembangan Ekspor Per Klasifikasi Industri

Peningkatan keterkaitan industri Indonesia


dengan Global Value Chain (GVC). Keterkaitan
erat antara industri suatu negara dengan GVC
diindikasikan oleh besarnya ekspor yang
ditujukan untuk mendukung jaringan produksi
global. Di Indonesia, daya saing sebagian besar
produk industri otomotif domestik tergolong
tinggi dan termasuk dalam komoditas rising
58
star . Produk seperti ban mobil, kendaraan Sumber: BKPM
bermotor dan spare-part motor, serta gear box Grafik V.5. Perkembangan Investasi PMA
mobil yang terintegrasi dalam GVC telah memiliki
keunggulan komparatif di pasar global. Industri pengolahan yang berasal dari PMA,
memerlukan dorongan agar meningkatkan
58 partisipasi industri domestik dalam GVC. Peran
Komoditas rising star merupakan komoditas yang
mengalami peningkatan permintaan dunia dan peningkatan PMA sektor sekunder di Indonesia dalam
kinerja ekspor domestik. Diolah berdasar Lawrence Edwards menghasilkan produk ekspor, lebih terbatas
dan Volker Schoer (2001)
dibandingkan PMA yang beroperasi di negara

106
peers (Gambar V.2). Sementara, PMA manufaktur sebagai motor bagi pengembangan industri med-
di Vietnam, Thailand, dan Malaysia sebagian high tech dan mendorong peningkatan efisiensi
besar berorientasi ekspor dan memiliki industri low-tech Indonesia. Hal ini mengingat
keterkaitan dengan jaringan global yang cukup perusahaan multinasional umumnya memiliki
luas. Keberadaan PMA atau perusahaan basis penguasaan teknologi dan akses riset dan
multinasional di Indonesia dapat berperan pengembangan yang lebih terkini.

Sumber : International Trade Centre Database, staf BI, diolah


Gambar V.2. Kinerja Ekspor PMA Industri Pengolahan Indonesia dan Peers

Peningkatan keterkaitan terhadap GVC perlu multinasional principal untuk memperbesar


tetap mengedepankan perdagangan bahan baku ekspor dari Indonesia. Saat ini, kontribusi UMKM
industri antar wilayah di Indonesia (Local Value di Indonesia dalam menghasilkan produk ekspor
Chain - LVC). LVC yang efisien perlu terus masih memiliki banyak ruang untuk ditingkatkan.
didorong untuk mengurangi ketergantungan (Grafik V.6).
perusahaan multinasional pada pasokan bahan
baku impor dan beralih pada pasokan domestik.
Langkah ini dapat memastikan biaya produksi
yang kompetitif dan dapat menstimulus
pertumbuhan industri pemasok lokal.
Optimalisasi LVC juga dapat meningkatkan peran
UMKM dalam rantai pasok industri, sekaligus
mendorong UMKM untuk mampu memenuhi
persyaratan dan standarisasi industri. Peran
UMKM dalam jaringan LVC yang terkoneksi Grafik V.6. Peran UMKM dan Perusahaan Besar dalam
dengan GVC (MNCs) berpotensi memperkuat Ekspor
struktur industri pengolahan agar memiliki
ekosistem industri yang lebih kuat. Pada kasus Perjanjian perdagangan bilateral/multilateral
ekspor industri otomotif berupa sepeda motor, (Free Trade Agreement – FTA) diyakini mampu
efisiensi produsen yang dilakukan melalui mendukung perluasan pasar ekspor Indonesia.
pengoptimalan LVC mendorong perusahaan Keberadaan FTA akan membuat pasar suatu

107
negara besar tidak lagi eksklusif, namun menjadi investasi yang lebih luas. Melalui akses ke pasar
pasar bersama bagi negara lainnya yang negara maju yang besar, perusahaan produsen di
tergabung dalam FTA (Gambar V.3). Di sisi Indonesia, baik multinasional maupun domestik,
produksi, FTA memberikan kesempatan bagi dapat meningkatkan efisiensi dari skala produksi
semua negara yang tergabung untuk bersaing dan memperoleh biaya tenaga kerja yang lebih
dalam memperoleh penanaman modal asing dan murah dengan skill-set yang serupa. Indonesia
mendapatkan akses pasar yang lebih besar. Dari memiliki sekitar 10 (sepuluh) FTA yang telah
sisi daya saing ekspor, FTA dapat meningkatkan efektif berjalan dan 7 (tujuh) FTA yang masih
jumlah ekspor baik melalui keringanan tarif berada dalam tahap negosiasi. Meski jumlah
masuk maupun compliance bagi produk ekspor. negara yang tercakup dalam FTA Indonesia
Sementara dari sisi impor, FTA memberikan tergolong cukup luas, namun masih terbuka
kemudahan impor bahan baku sehingga dapat ruang bagi peningkatan pemanfaatannnya agar
meningkatkan efisiensi produksi domestik. komoditi ekspor Indonesia dapat lebih diterima di
pasar internasional.
Negosiasi FTA diarahkan untuk membuka akses
ke pasar negara maju yang besar dan akses

Sumber : Kemendag (2017), berbagai sumber


Gambar V.3. Perkembangan Free Trade Agreement Indonesia
60
Pengembangan Kawasan Industri prioritas dan mampu meningkatkan ekspor hingga 27% .
maupun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Saat ini, terdapat 14 Kawasan Industri prioritas
Industri merupakan upaya Pemerintah untuk dan 9 Kawasan Ekonomi Khusus Industri yang
memperkuat struktur dan produktivitas industri. sedang dikembangkan hingga 2019, di luar 73
Pengembangan KEK dan keberadaan kawasan kawasan industri yang telah beroperasi. Sebagian
industri akan memberikan kepastian dan besar kawasan industri baru yang dikembangkan
kesinambungan berusaha bagi para investor. merupakan green field project. Sampai saat ini,
Dampak keberadaan kawasan ekonomi khusus di terdapat 3 (tiga) kawasan industri yang telah
sejumlah negara di Asia mampu menarik beroperasi yaitu KEK Sei Mangke (Sumatera
penanaman modal asing lebih tinggi hingga 82%
59 Utara), Kawasan Industri Morowali (Sulawesi
Tengah, lihat Boks 5), dan Kawasan Industri

60
Negara yang memiliki otoritas pengelola kawasan industri
59
ASEAN Investment Report (2017) independen

108
Bantaeng (Sulawesi Selatan). Jika dibandingkan regulasi serta ketersediaan SDM yang berkualitas,
dengan negara peers, jumlah kawasan industri di memiliki potensi keberhasilan yang besar jika
Indonesia tergolong minim (Grafik V.7). dikelola dengan baik dan menjadi prioritas
Pengembangan kawasan industri yang didukung bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
dengan ketersediaan infrastruktur konektivitas,

Sumber: ASEAN Investment Report (2017)


Grafik V.7. Perbandingan Jumlah Kawasan Industri di ASEAN

Pemerintah telah menyediakan insentif untuk mendukung keberlanjutan investasi dan


meningkatkan daya saing kawasan industri di pengembangan suatu industri. Upaya
Indonesia. Faktor yang paling penting bagi peningkatan skill tenaga kerja industri
investor dalam pengembangan kawasan industri memerlukan dukungan dari lembaga pendidikan
adalah konsistensi kebijakan pemerintah, yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.
61
termasuk layanan publik yang reliable .
Beberapa terobosan yang dilakukan di kawasan
industri oleh Pemerintah antara lain layanan
Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK),
tax holiday, tax allowance, bea masuk, dukungan
pelatihan tersertifikasi, hingga insentif tarif
energi. Dalam beberapa kasus, komitmen
Pemerintah masih memerlukan penguatan.

Perlunya dukungan kualitas sumber daya


manusia yang berdaya saing. Ketersediaan Sumber: Indonesia Skill Report, World Bank
Grafik V.8. Faktor Pendorong Permintaan Skill Tenaga
sumber daya manusia yang memiliki
Kerja yang Lebih Tinggi
produktivitas tinggi dan skill sesuai dengan
kebutuhan industri (Grafik V.8), dapat Melalui revitalisasi pendidikan vokasional,

61
sejumlah upaya penguatan sumber daya
The Role of Special Economic Zones in Improving
manusia telah mulai dirintis, untuk dapat
Efectiveness of GMS Economic Corridors (ADB, 2016)
mengurangi skill gap dengan kebutuhan industri

109
(Gambar V.4). Road Map revitalisasi SMK tengah
diimplementasikan di sejumlah SMK secara
terbatas. Sementara, secara paralel penyesuaian
kurikulum pendidikan vokasi, perbaikan kualitas
guru pengampu skill khusus, dan perbaikan
kualitas fasilitas pembelajaran juga terus
dibenahi. Penguatan kerja sama pendidikan
dengan industri, untuk memperkuat kualitas
pendidikan dan pelatihan vokasi. Kolaborasi
dengan dunia industri dalam penyusunan
kurikulum pendidikan vokasi, pengembangan
pendidikan dan pelatihan di lokasi produksi
(teaching factory), diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan meminimalisir skill
gap yang ada. Selain upaya tersebut, insentif juga
diberikan bagi perusahaan yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi untuk
pemenuhan kebutuhan SDM industri.

Selain sejumlah faktor sebagaimana disebutkan


di atas, Indonesia juga perlu menentukan
prioritas industri ekspor yang bernilai tambah
tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja.
Pemilihan komoditas industri prioritas harus
didasarkan pada daya saing utama masing-
masing daerah dengan tetap mempertimbangkan
strategi peningkatan nilai tambah industri
(Gambar V.6). Berdasarkan hasil asesmen Bank
Indonesia, terdapat sejumlah industri yang
berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dan
mampu menopang perbaikan struktur neraca
barang. Industri tersebut meliputi industri low-
med tech yang berbasis pada komoditas SDA
yang mendukung penyerapan tenaga kerja serta
sejumlah industri med-high tech yang mampu
membawa industri nasional menuju ketingkatan
yang lebih tinggi baik dari segi nilai tambah
maupun daya saing ekspor.

110
Sumber : Kementerian Perindustrian
Gambar V.4. Pengembangan Pendidikan Vokasi di Kawasan Industri & Bekerjasama Dengan Industri

Gambar V.5. Pengembangan Industri Prioritas Daerah

111
Overview Upaya Hilirisasi Nikel industri smelter sebagai bagian dari hilirisasi
Boks 8 nikel. Pengolahan lebih lanjut mineral melalui
Nikel merupakan salah satu bahan baku penting
smelter memberikan nilai tambah lebih besar
untuk kebutuhan industri, khususnya industri
bagi produksi nikel. Agar proses hilirisasi terus
strategis dan berteknologi tinggi seperti industri
berlangsung secara kontinu, maka diperlukan
elektronika dan industri permesinan. Di
dukungan kebijakan yang memungkinkan industri
Indonesia, nikel ditemukan sebagian besar di
nikel dapat beroperasi secara efisien. Kebijakan
wilayah Indonesia bagian timur antara lain
penguatan kualitas soft dan hard infrastructure
Sulawesi terutama Sulawesi Tengah, Sulawesi
menjadi bagian penting dari proses hilirisasi
Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Data United
industri nikel.
States Geological Survey (USGS) mengungkapkan
besar cadangan nikel dunia mencapai 79 juta ton. Dalam rangka pengembangan industri nasional
Cadangan nikel yang berada di Indonesia melalui akselerasi hilirisasi sejumlah komoditas
mencapai 6% dari jumlah cadangan nikel dunia. SDA, Pemerintah telah berupaya membentuk
Sebagai sumber daya yang tidak terbarukan, beberapa kawasan industri di sejumlah daerah
potensi nikel yang ada perlu dikelola dalam sesuai dengan RPJMN 2014–2019.
sebuah perencanaan jangka panjang agar Pengembangan kawasan industri bertujuan untuk
diperoleh manfaat yang optimal bagi meningkatkan kemudahan investasi industri
perekonomian nasional maupun daerah. melalui penyediaan sarana dan prasana yang
terpadu pada suatu kawasan. Pada kawasan
Nikel Indonesia memiliki potensi tinggi bagi
industri, pelaku industri dimungkinkan untuk
proses hilirisasi lebih lanjut, sehingga mampu
mendapat perlakuan khusus antara lain terkait
menghasilkan nilai tambah yang besar. Dari
pemberian insentif dan layanan cukai. Saat ini,
sekitar 4,5 juta cadangan nikel yang dimiliki
pengembangan kawasan industri diprioritaskan
Sulawesi, baru sekitar 10% yang telah
pada 14 lokasi yang berada di luar Jawa. Di
dimanfaatkan. Sebagai gambaran, Filipina yang
Sulawesi sendiri, terdapat 3 (tiga) proyek
memiliki cadangan sekitar 4,8 juta ton nikel telah
pengembangan kawasan industri yang ditujukan
mampu menghasilkan sekitar 500 ribu ton metrik
bagi hilirisasi komoditas SDA.
nikel per tahun. Kapasitas produksi Filipina
ditengarai lebih tinggi dari kapasitas Indonesia Di Kawasan Timur Indonesia, sejumlah proyek
yang hanya sebesar 168 ribu ton metrik per pengembangan kawasan industri telah
tahun. Mempertimbangkan potensi yang dimiliki menunjukkan progress yang cukup baik.
dan peningkatan permintaan nikel dan produk Kawasan Industri Morowali (industri feronikel)
turunannya, maka pengembangan hilirisasi nikel dan Kawasan Industri Bantaeng (industri
dalam jangka pendek maupun jangka panjang feronikel) kini telah berada dalam tahap
sangat perlu dilakukan. operasional dan tahap pembangunan
infrastruktur. Sementara, Kawasan Industri
Sejak tahun 2014, pemerintah telah secara
Bitung (industri perikanan, farmasi dan kelapa)
bertahap melakukan upaya mendorong hilirisasi
berada pada tahap pembangunan infrastruktur.
sejumlah komoditas mineral, termasuk di
antaranya adalah produk nikel. Pada tahap awal, Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan
upaya hilirisasi didorong melalui ketentuan UU sebuah kawasan industri memegang peran
Minerba No 4 Tahun 2009 terkait larangan ekspor penting. Dari ketiga proyek pengembangan
barang mineral mentah. Dampak positif dari kawasan industri di Sulawesi dan 14 kawasan
ketentuan tersebut adalah mulai berkembangnya industri prioritas yang dicanangkan secara

112
nasional, Kawasan Industri Morowali merupakan penerimaan negara mencapai Rp1,7 triliun.
satu-satunya proyek kawasan industri yang Kemudian, nilai tersebut meningkat signifikan
melibatkan peran swasta sejak tahap awal. pada tahun 2017 yang mencapai USD1,8 miliar
Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan dengan sumbangan penerimaan negara
Morowali telah berhasil membuat Kawasan diperkirakan mencapai sekitar Rp2 triliun.
Industri Morowali berkembang dengan sangat
Pengembangan Kawasan Industri Morowali
cepat.
mendorong permintaan tenaga kerja di Sulawesi
Perkembangan Kawasan Industri Tengah lebih dari 100 ribu orang. Hingga
Morowali Desember 2016, kebutuhan tenaga kerja
pelaksana di kawasan terintegrasi tersebut
Pengembangan Kawasan Industri Morowali
mencapai 11.257 orang dan tenaga kerja level
terhitung sangat cepat, sehingga turut
supervisor atau engineer sebanyak 1.577 orang.
mengakselerasi dimulainya proses produksi.
Berdasarkan estimasi, terdapat sekitar 26 ribu
Kawasan Industri Morowali seluas 2.000 hektare
tenaga kerja langsung dan 80 ribu tenaga kerja
dikembangkan di Kabupaten Morowali yang
tidak langsung yang diperlukan oleh Kawasan
memiliki potensi cadangan nikel terbesar di
Industri Morowali hingga tahun 2019. Pada tahap
Sulawesi Tengah. Cadangan nikel dimaksud
62 kedua periode pengembangan industri nasional
mencapai ±300 juta ton . Sejak ditetapkan
(2019-2020), penambahan kebutuhan tenaga
sebagai kawasan industri pada tahun 2014,
kerja pelaksana dipekirakan mencapai 10.800
progress pembangunan kawasan telah mencapai
tenaga kerja level supervisor dan 1.620 tenaga
85%. Kawasan industri ini ditargetkan selesai
kerja level engineer. Penyerapan tenaga kerja
pada tahun 2019. Hingga tahun 2017, Kawasan
diperkirakan masih akan terus berlanjut dengan
Industri Morowali telah berhasil menarik realisasi
semakin berkembangnya sektor-sektor
investasi mencapai USD6 miliar atau Rp80 triliun.
pendukung lain seperti perdagangan, hotel dan
Realisasi investasi tersebut didukung oleh proses
restoran serta pertambangan. Dengan kebutuhan
pembebasan lahan dan konstruksi yang
yang demikian besar, diperlukan strategi
berlangsung cepat yaitu hanya dalam waktu
penyediaan SDM domestik yang kuat.
kurang dari 2 tahun, sejak awal 2014 hingga
triwulan ketiga 2015. Pada akhir tahun 2015, Terealisasinya Kawasan Industri Morowali
kawasan industri tersebut sudah mulai merupakan hasil kemitraan antara swasta dan
beroperasi dan melakukan produksi pertama. pemerintah. Kawasan Industri Morowali
terbentuk atas dasar kepentingan bisnis dari
Pengembangan Kawasan Industri Morowali
korporasi dengan mengoptimalkan fasilitas dan
telah mendorong pertumbuhan ekonomi dan
insentif dari pemerintah. Pada tahap awal,
ekspor Sulawesi Tengah. Sejak tahap awal
pemerintah memberikan fasilitas kemudahan
konstruksi pada tahun 2014 hingga operasional
investasi untuk mendorong akselerasi
yaitu sejak 2015 sampai dengan 2017, ekonomi
peningkatan peran swasta di Morowali.
Sulawesi Tengah mampu tumbuh secara rata-rata
Selanjutnya, pemerintah mempersiapkan lahan
hingga 9,4% setiap tahun. Tingkat pertumbuhan
kawasan industri sebagai bagian dari insentif,
ini merupakan yang tertinggi di kawasan. Selain
untuk kemudian dilanjutkan dengan pembebasan
itu, nilai ekspor produk hasil olahan Sulawesi
lahan dan pembangunan fisik melalui skema kerja
Tengah juga menunjukkan peningkatan yang
sama dengan swasta. Proses pengembangan
signifikan. Tahun 2016 nilai ekspor mencapai
kawasan industri ini merupakan optimalisasi
USD990 juta, dengan sumbangan bagi
pembangunan melalui pembagian peran yang
seimbang antara pemerintah daerah dan
62
Sumber : Kementerian ESDM pemerintah pusat. Pelaku usaha memegang

113
peranan dalam menjamin keberlangsungan
industri melalui kepastian pemasaran produk.
Sementara, Pemerintah Daerah dan Pusat
berperan memastikan ketersediaan dukungan
dan kualitas infrastruktur konektivitas termasuk
pelabuhan dan bandara. Peran Pemerintah
Daerah sangat penting dan menentukan terkait
dengan insentif kemudahan pembebasan lahan
kawasan dan kemudahan perizinan
pembangunan kawasan industri.

Dalam jangka panjang, Kawasan Industri


Morowali direncanakan akan memiliki integrasi
industri pengolahan nikel dari hulu ke hilir.
Untuk mencapai hal tersebut, pengembangan
Sumber : imip.co.id
Kawasan Industri Morowali dilakukan dalam 3 Gambar V.6. Tahapan Pengembangan Kawasan Industri
tahap (Gambar 1). Adapun produk yang akan Morowali
dihasilkan dalam ketiga tahap pengembangan
tersebut yaitu produk feronikel, stainless steel, Mengingat potensi Kawasan Industri Morowali
dan Nickel Pig Iron. Pengembangan Kawasan yang besar, dukungan infrastruktur dan sumber
Industri Morowali melibatkan investor utama dari daya manusia perlu diperkuat. Saat ini,
Tiongkok pada ketiga tahap pembangunannya. pembangunan infrastrukur energi listrik untuk
Investor tersebut merupakan salah satu korporasi mendukung pengembangan industri segera
yang memiliki peran kuat dalam global value direalisasikan. Pembangkit listrik tenaga uap
chain nikel. dengan kapasitas 2x350 MW senilai USD500 juta
akan segera dibangun di Kawasan Industri
Saat ini, Kawasan Industri Morowali dikelola
Morowali. Selain itu, kecepatan pengembangan
oleh PT. Indonesia Morowali Industrial Park
Kawasan Industri Morowali juga perlu diimbangi
(IMIP). Kawasan Industri Morowali telah memiliki
dengan ketersediaan tenaga kerja terlatih. Saat
5 (lima) tenant korporasi asing yang bergerak di
ini, tingkat penggunaan tenaga kerja asing di
bidang pengolahan nikel. Selanjutnya, PT. IMIP
Kawasan Industri Morowali masih terbilang
diharapkan dapat menjaring investasi swasta
tinggi. Hal ini terjadi akibat masih tingginya skill
lainnya untuk membangun industri produk
gap antara tenaga kerja lokal yang tersedia
olahan dengan nilai tambah lebih tinggi. Salah
dengan kebutuhan industri. Dengan dukungan
satu investasi terbaru di Kawasan Industri
kebijakan pendidikan vokasi yang tepat dan
Morowali dan memiliki nilai tambah tinggi yaitu
terstruktur, maka diharapkan tingkat penggunaan
pengembangan industri besi baja. Pembangunan
tenaga kerja asing dapat secara bertahap
pabrik stainless steel telah dilaksanakan dan
dikurangi dan terjadi peralihan pada penyerapan
tengah dilakukan uji coba produksi (2017).
tenaga kerja domestik yang lebih tinggi.
Sementara, produksi dengan full capacity akan
dilakukan pada tahun 2018. Adapun jenis produk
yang dihasilkan adalah stainless steel lab yang
merupakan produk olahan dengan nilai tambah
lebih tinggi dibandingkan produk existing.
Produksi stainless steel tersebut akan mencapai 1
juta ton per tahun dengan nilai investasi sebesar
USD62 juta.

114
Koordinasi dan Sinergi Berbagai
Kementerian dan Lembaga serta
Pemerintah Daerah Menjadi Kunci
Pengembangan Kawasan Industri
Morowali
Beberapa pelajaran dari pengembangan Kawasan
Industri Morowali adalah sebagai berikut.

Pertama, sinergi beberapa kementerian (PUPR,


ESDM, BUMN, PLN, Kemenkes dan Kemendag)
serta pemerintah daerah untuk menyediakan
berbagai infrastruktur pendukung.

Kedua, penyediaan lahan kawasan industri


melalui pembebasan lahan telah dilakukan sejak
awal (tahun 2014).

Ketiga, penyediaan iklim investasi yang kondusif


melalui PTSP sebagai bentuk kerja sama BKPM
dan BKPMD, Pemerintah Daerah serta
kementerian terkait.

Keempat, penyediaan berbagai akses


konektivitas, energi, dan komunikasi di kawasan.
Penyediaan akses konektivitas antara lain berupa
pelebaran dan peningkatan jalan dari Pelabuhan
Bungku ke lokasi kawasan industri (40 km) dan
pelebaran dan peningkatan jalan dari bandara ke
lokasi kawasan industri (5 km).

Kelima, pemberian insentif fiskal dalam bentuk


tax holiday konstruksi kawasan industri
sepanjang tahun 2014 dan non fiskal dalam
bentuk kemudahan impor tujuan ekspor (KITE)
dan master list peralatan industri, serta
pengajuan menjadi objek vital nasional (2017).
Adapun proses pengajuan menjadi objek vital
nasional ini masih dalam tahap evaluasi.

115
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

116
117
Tahun Dasar 2010
2016 2017 2018
Indikator Makroekonomi Daerah 2016 2017 2018p
IV I II III IV Ip IIp
PDRB (%,yoy) 4.49 4.29 4.14 4.17 4.45 4.43 4.30 4.0 - 4.5 4.3 - 4.8 4.2 - 4.7
Sisi Permintaan
Konsumsi Rumah Tangga 4.70 5.01 4.69 4.82 4.23 4.45 4.54 4.1 - 4.6 4.7 - 5.2 4.5 - 5.0
Konsumsi LNPRT 3.90 4.93 6.57 6.34 4.37 3.55 5.17 6.6 - 7.1 12.3 - 12.8 6.9 - 7.4
Konsumsi Pemerintah -3.26 -0.88 3.44 -0.37 9.34 5.28 4.52 4.6 - 5.1 5.3 - 5.8 5.5 - 6.0
Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.73 5.62 4.64 3.88 6.66 5.94 5.30 4.6 - 5.1 4.6 - 5.1 4.6 - 5.1
Ekspor Luar Negeri -1.12 -0.89 5.96 4.60 10.49 10.79 7.99 3.4 - 3.9 2.4 - 2.9 2.7 - 3.2
Impor Luar Negeri -3.24 -1.82 6.82 3.99 13.70 13.09 9.49 4.1 - 4.6 2.5 - 3.0 -9.3 - -8.8
Net Ekspor Antar Daerah 14.83 3.30 2.84 7.23 -1.18 -3.83 1.55 1.0 - 1.5 2.0 - 2.5 58.1 - 58.6
Sisi Produksi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.73 3.77 3.88 3.69 3.76 4.41 3.93 4.1 - 4.6 4.3 - 4.8 4.4 - 4.9
Pertambangan dan Penggalian -0.92 -0.56 -1.76 -0.24 -0.43 -0.24 -0.66 -1.5 - -1 -1.7 - -1.2 -1.7 - -1.3
Industri Pengolahan 5.29 4.37 4.94 4.12 4.10 3.35 4.11 4.2 - 4.7 4.4 - 4.9 4.4 - 4.9
Pengadaan Listrik dan Gas 5.06 10.25 6.18 6.86 10.71 10.39 8.56 4.5 - 5.0 5.1 - 5.6 4.8 - 5.3
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
6.16 4.17 6.67 6.43 5.36 4.72 5.78 3.2 - 3.7 5.0 - 5.5 4.5 - 5.0
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 6.57 6.42 5.55 4.57 7.91 6.91 6.27 5.4 - 5.9 5.8 - 6.3 5.7 - 6.2
Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi
7.33 5.88 6.60 6.89 5.83 5.39 6.16 4.9 - 5.4 6.7 - 7.2 6.2 - 6.7
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 5.47 5.90 6.17 7.48 5.43 7.39 6.62 5.6 - 6.1 6.4 - 6.9 5.8 - 6.3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.11 6.90 6.91 7.72 8.03 9.41 8.04 6.9 - 7.4 7.7 - 8.2 6.5 - 7.0
Informasi dan Komunikasi 9.29 7.83 7.31 8.96 7.73 8.31 8.08 8.3 - 8.8 7.1 - 7.6 7.5 - 8.0
Jasa Keuangan dan Asuransi 4.41 6.36 1.66 3.17 0.58 1.48 1.72 3.6 - 4.1 3.4 - 3.9 3.5 - 4.0
Real Estate 6.51 6.06 7.51 6.89 5.96 5.42 6.42 5.4 - 5.9 4.3 - 4.8 4.7 - 5.2
Jasa Perusahaan 6.78 5.78 6.16 6.62 6.34 6.10 6.30 5.0 - 5.5 6.6 - 7.1 5.2 - 5.7
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
0.76 3.91 2.49 0.44 6.63 6.51 4.03 4.4 - 4.9 4.1 - 4.6 4.0 - 4.5
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 3.15 5.67 3.92 4.75 6.08 5.74 5.13 5.6 - 6.1 4.1 - 4.6 4.8 - 5.3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.24 5.73 5.74 6.29 8.74 8.31 7.29 6.3 - 6.8 5.0 - 5.5 4.7 - 5.2
Jasa lainnya 7.63 6.30 6.89 8.08 7.21 6.57 7.18 5.9 - 6.4 6.1 - 6.6 5.9 - 6.4
PDRB (%,yoy)
Provinsi Aceh 4.25 3.30 3.85 4.54 4.80 3.58 4.19 3.2 - 3.7 3.7 - 4.2 4.0 - 4.5
Provinsi Sumatera Utara 5.25 5.18 4.53 5.14 5.24 5.56 5.12 4.8 - 5.3 5.1 - 5.6 5.0 - 5.5
Provinsi Sumatera Barat 4.87 5.27 5.01 5.36 5.39 5.37 5.29 5.0 - 5.5 5.1 - 5.6 5.1 - 5.6
Provinsi Riau 2.25 2.23 2.84 2.49 2.91 2.58 2.71 2.3 - 2.8 2.6 - 3.1 2.5 - 3.0
Provinsi Jambi 6.28 4.37 4.25 4.32 4.76 5.20 4.64 4.4 - 4.9 4.5 - 5.5 4.6 - 5.1
Provinsi Kepulauan Riau 5.19 5.02 2.02 1.06 2.38 2.57 2.01 2.5 - 3.0 3.1 - 3.6 2.7 - 3.2
Provinsi Sumatera Selatan 5.21 5.04 5.21 5.29 5.57 5.93 5.51 5.1 - 5.6 5.4 - 5.9 5.5 - 6.0
Provinsi Bengkulu 5.53 5.29 5.21 5.28 4.90 4.60 4.99 4.6 - 5.1 5.0 - 5.5 5.0 - 5.5
Provinsi Lampung 5.01 5.15 5.13 5.03 5.21 5.31 5.17 5.0 - 5.5 5.0 - 5.5 5.0 - 5.5
Provinsi Kep. Bangka Belitung 4.95 4.11 6.42 5.18 3.60 2.94 4.51 3.3 - 3.8 4.0 - 4.5 4.5 - 5.0
Inflasi IHK (%,yoy) 4.53 4.53 3.92 4.65 3.63 3.30 3.30 3.5 - 4.0 3.8 - 4.3 3.5 - 4.0
Provinsi Aceh 3.95 3.95 3.45 4.03 3.85 4.25 4.25 3.1 - 3.6 3.9 - 4.4 3.3 - 3.8
Provinsi Sumatera Utara 6.34 6.34 3.91 3.75 3.86 3.20 3.20 3.6 - 4.1 5.1 - 5.6 3.4 - 3.9
Provinsi Sumatera Barat 4.89 4.89 3.82 5.00 2.33 2.03 2.03 2.2 - 2.7 3.1 - 3.6 3.3 - 3.8
Provinsi Riau 4.04 4.04 5.03 6.18 5.08 4.20 4.20 3.1 - 3.6 4.0 - 4.5 3.8 - 4.3
Provinsi Kepulauan Riau 3.53 3.53 3.08 4.73 3.78 4.02 4.02 5.4 - 5.9 3.8 - 4.3 3.2 - 3.7
Provinsi Jambi 4.39 4.39 2.85 3.82 2.49 2.83 2.83 2.9 - 3.4 4.2 - 4.7 3.7 - 4.2
Provinsi Sumatera Selatan 3.58 3.58 3.71 4.31 3.00 2.96 2.96 2.4 - 2.9 3.6 - 4.1 3.3 - 3.8
Provinsi Bengkulu 5.00 5.00 6.01 5.44 3.54 3.56 3.56 2.6 - 3.1 2.6 - 3.1 3.3 - 3.8
Provinsi Lampung 2.78 2.78 3.67 4.91 5.12 3.02 3.02 3.8 - 4.3 2.9 - 3.4 3.2 - 3.7
Provinsi Kep. Bangka Belitung 6.75 6.75 6.40 7.11 3.59 3.12 3.12 3.9 - 4.4 3.2 - 3.7 4.1 - 4.6

118
Tahun Dasar 2010
2016 2017 2018
Indikator Makroekonomi Daerah 2016 2017 2018p
IV I II III IV Ip IIp
PDRB (%,yoy) 5.42 5.60 5.69 5.47 5.68 5.62 5.61 5.2 - 5.7 5.6 - 6.1 5.5 - 6.0
Sisi Permintaan
Konsumsi Rumah Tangga 5.15 5.11 5.08 5.41 4.52 4.64 4.91 4.4 - 4.9 5.1 - 5.6 4.8 - 5.3
Konsumsi LNPRT 9.17 8.08 11.27 11.12 5.15 4.44 7.87 5.7 - 6.2 14.4 - 14.9 10.3 - 10.8
Konsumsi Pemerintah -8.95 -0.42 3.47 3.50 8.31 1.02 3.90 1.9 - 2.4 7.7 - 8.2 5.4 - 5.9
Pembentukan Modal Tetap Bruto 5.45 4.05 5.01 5.10 8.02 7.82 6.53 6.7 - 7.2 6.8 - 7.3 6.5 - 7.0
Ekspor Luar Negeri 3.70 1.56 1.76 -9.40 15.46 3.57 2.51 5.6 - 6.1 10.6 - 11.1 7.4 - 7.9
Impor Luar Negeri 3.58 -2.65 8.66 1.38 17.50 10.16 9.30 1.7 - 2.2 10.7 - 11.2 5.7 - 6.2
Net Ekspor Antar Daerah 22.52 3.99 25.44 26.48 22.88 34.09 26.79 2.7 - 3.2 8.5 - 9.0 4.6 - 5.1
Sisi Produksi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.99 3.32 6.75 0.32 1.10 -1.50 1.72 2.6 - 3.1 2.9 - 3.4 3.3 - 3.8
Pertambangan dan Penggalian 14.20 10.55 8.66 6.20 1.41 3.30 4.75 1.9 - 2.4 3.2 - 3.7 3.3 - 3.8
Industri Pengolahan 3.97 4.28 4.74 4.92 5.67 6.08 5.36 5.2 - 5.7 5.3 - 5.8 5.0 - 5.5
Pengadaan Listrik dan Gas -0.50 0.45 0.96 -9.02 5.36 1.33 -0.36 5.0 - 5.5 8.2 - 8.7 6.1 - 6.6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5.42 4.61 6.27 6.24 5.86 5.88 6.06 2.9 - 3.4 4.1 - 4.6 3.9 - 4.4
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 3.61 4.12 4.91 5.70 7.55 7.69 6.51 6.4 - 6.9 6.0 - 6.5 6.1 - 6.6
Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi
5.28 5.02 5.36 5.54 6.29 5.42 5.66 5.5 - 6.0 6.1 - 6.6 5.8 - 6.3
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 7.71 8.30 6.46 7.47 5.97 7.34 6.81 5.5 - 6.0 7.1 - 7.6 6.6 - 7.1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.32 7.30 7.73 7.98 6.10 6.53 7.06 4.9 - 5.4 6.6 - 7.1 5.9 - 6.4
Informasi dan Komunikasi 10.02 10.02 8.38 10.77 9.84 10.80 9.97 9.0 - 9.5 9.7 - 10.2 9.1 - 9.6
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.85 8.90 6.76 6.39 3.91 1.67 4.65 3.5 - 4.0 4.5 - 5.0 5.0 - 5.5
Real Estate 5.28 5.57 4.77 5.11 5.41 6.32 5.41 5.2 - 5.7 5.4 - 5.9 5.2 - 5.7
Jasa Perusahaan 9.45 8.13 8.34 8.58 7.58 7.54 8.00 7.1 - 7.6 6.9 - 7.4 6.9 - 7.4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
1.59 3.66 0.64 0.24 1.03 -0.31 0.39 3.1 - 3.6 3.1 - 3.6 2.7 - 3.2
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 5.44 6.82 5.30 5.64 5.84 4.65 5.35 3.9 - 4.4 4.0 - 4.5 4.8 - 5.3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.81 7.83 7.14 7.61 7.15 6.96 7.21 6.6 - 7.1 6.3 - 6.8 6.2 - 6.7
Jasa lainnya 7.78 7.81 7.76 8.63 8.61 8.21 8.30 7.6 - 8.1 4.4 - 4.9 5.5 - 6.0
PDRB (%,yoy)
DKI Jakarta 5.55 5.88 6.48 6.10 6.43 5.88 6.22 5.7 - 6.2 6.0 - 6.5 6.1 - 6.6
Jawa Barat 5.48 5.66 5.29 5.35 5.20 5.32 5.29 4.9 - 5.4 5.3 - 5.8 5.2 - 5.7
Banten 5.59 5.28 5.92 5.53 5.63 5.75 5.71 5.4 - 5.9 5.5 - 6.0 5.5 - 6.0
Jawa Tengah 5.33 5.27 5.32 5.18 5.17 5.40 5.27 5.0 - 5.5 5.2 - 5.7 5.1 - 5.6
DI Yogyakarta 4.78 5.05 5.16 5.21 5.42 5.25 5.26 4.9 - 5.4 5.0 - 5.5 5.2 - 5.7
Jawa Timur 5.27 5.57 5.37 5.05 5.64 5.72 5.45 5.2 - 5.7 5.5 - 6.0 5.3 - 5.8
Inflasi IHK (%,yoy) 2.59 2.59 3.47 4.30 3.80 3.78 3.78 3.0 - 3.5 2.9 - 3.4 3.2 - 3.7
DKI Jakarta 2.73 2.73 3.43 3.94 3.69 3.72 3.72 2.7 - 3.2 2.9 - 3.4 3.1 - 3.6
Jawa Barat 2.96 2.96 3.37 4.31 3.87 3.63 3.63 3.0 - 3.5 2.7 - 3.2 3.1 - 3.6
Banten 2.90 2.90 3.45 4.60 4.17 3.98 3.98 3.5 - 4.0 3.4 - 3.9 3.6 - 4.1
Jawa Tengah 2.53 2.53 3.30 4.61 3.58 3.71 3.71 3.0 - 3.5 2.9 - 3.4 3.4 - 3.9
DI Yogyakarta 2.87 2.87 3.40 4.29 3.64 4.20 4.20 3.5 - 4.0 3.5 - 4.0 3.1 - 3.6
Jawa Timur 3.03 3.03 3.84 4.66 3.83 4.04 4.04 3.0 - 3.5 2.9 - 3.4 3.4 - 3.9

119
Tahun Dasar 2010
2016 2017 2018
Indikator Makroekonomi Daerah 2016 2017 2018p
IV I II III IV Ip IIp
PDRB (%,yoy) 5.63 4.84 5.16 5.01 5.38 4.85 5.10 5.0 - 5.4 5.3 - 5.7 5.1 - 5.5
Sisi Permintaan
Konsumsi Rumah Tangga 4.28 4.85 4.50 5.14 4.65 4.77 4.77 4.4 - 4.8 5.0 - 5.4 4.7 - 5.1
Konsumsi LNPRT 1.57 4.11 7.89 7.92 6.84 6.82 7.35 7.4 - 7.8 9.3 - 9.7 7.0 - 7.4
Konsumsi Pemerintah -5.08 0.24 5.25 0.34 5.18 1.11 2.73 3.8 - 4.2 4.7 - 5.1 4.7 - 5.1
Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.51 3.61 4.09 4.42 4.24 6.85 4.94 5.9 - 6.3 5.2 - 5.6 6.1 - 6.5
Ekspor Luar Negeri 10.46 -2.63 7.77 10.93 6.59 5.83 7.70 13.4 - 13.8 11.8 - 12.2 9.7 - 10.1
Impor Luar Negeri -4.83 -6.72 8.67 5.15 7.41 12.82 8.62 18.0 - 18.4 9.9 - 10.3 10.0 - 10.4
Sisi Produksi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.55 4.20 7.58 4.88 4.67 3.80 5.20 5.8 - 6.2 4.4 - 4.8 5.0 - 5.4
Pertambangan dan Penggalian 6.35 1.42 1.98 3.07 2.89 0.22 2.01 2.9 - 3.3 2.5 - 2.9 1.9 - 2.3
Industri Pengolahan 3.20 6.65 6.10 3.94 4.88 4.36 4.81 3.4 - 3.8 4.7 - 5.1 4.3 - 4.7
Pengadaan Listrik dan Gas 3.79 10.65 4.55 2.31 6.07 8.60 5.41 8.0 - 8.4 8.1 - 8.5 8.2 - 8.6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5.84 5.74 4.82 5.44 6.13 5.71 5.54 4.8 - 5.2 4.8 - 5.2 4.5 - 4.9
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 3.30 4.66 4.89 6.15 7.19 8.31 6.69 6.3 - 6.7 6.8 - 7.2 7.4 - 7.8
Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi
6.35 6.84 6.29 7.41 7.17 8.79 7.44 6.4 - 6.8 7.7 - 8.1 7.3 - 7.7
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 6.03 6.80 6.03 7.61 7.34 6.41 6.86 6.1 - 6.5 7.5 - 7.9 6.2 - 6.6
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.21 6.97 8.20 9.02 9.99 7.54 8.69 7.4 - 7.8 8.1 - 8.5 8.7 - 9.1
Informasi dan Komunikasi 7.22 8.09 7.99 9.78 8.90 9.25 8.99 8.2 - 8.6 8.8 - 9.2 8.4 - 8.8
Jasa Keuangan dan Asuransi 11.07 9.87 4.99 5.44 4.11 4.71 4.81 5.9 - 6.3 6.0 - 6.4 5.9 - 5.3
Real Estate 4.48 4.79 3.82 4.47 5.01 5.40 4.69 4.7 - 5.1 5.3 - 5.7 5.4 - 5.8
Jasa Perusahaan 4.80 4.76 5.42 5.96 5.69 6.17 5.82 5.1 - 5.5 6.1 - 6.5 5.5 - 5.9
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
-0.25 4.33 2.08 0.45 5.49 6.46 3.66 5.1 - 5.5 6.5 - 6.9 5.7 - 6.1
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 4.16 6.56 5.82 6.26 6.65 7.40 6.55 4.9 - 5.3 6.7 - 7.1 5.8 - 6.2
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.80 7.55 6.71 6.97 6.88 7.01 6.90 5.6 - 6.0 6.4 - 6.8 5.7 - 6.1
Jasa lainnya 7.16 7.58 6.54 6.62 7.73 7.38 7.08 5.7 - 6.1 6.5 - 6.9 5.4 - 5.8
PDRB (%,yoy)
Provinsi Kalimantan Barat 3.89 5.20 4.94 4.79 5.13 5.80 5.17 4.8 - 5.2 6.2 - 6.6 5.4 - 5.8
Provinsi Kalimantan Tengah 8.59 6.36 9.49 6.12 6.13 5.34 6.74 5.8 - 6.2 6.5 - 6.9 6.3 - 6.7
Provinsi Kalimantan Selatan 5.54 4.40 5.31 5.02 6.37 4.46 5.29 4.9 - 5.3 5.4 - 5.8 5.4 - 5.8
Provinsi Kalimantan Timur -0.21 -0.36 3.90 3.60 3.47 1.61 3.13 2.1 - 2.5 2.8 - 3.2 2.6 - 3.0
Provinsi Kalimantan Utara 4.27 3.75 6.21 6.48 6.59 7.04 6.59 6.4 - 6.8 6.9 - 7.3 6.7 - 7.1
Provinsi Sulawesi Selatan 7.67 7.42 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23 6.9 - 7.3 7.3 - 7.7 7.1 - 7.5
Provinsi Sulawesi Barat 7.61 6.01 7.70 5.30 7.12 6.63 6.67 6.9 - 7.3 5.8 - 6.2 6.2 - 6.6
Provinsi Sulawesi Tenggara 7.67 6.51 7.80 6.87 6.56 6.12 6.81 6.2 - 6.6 7.2 - 7.6 6.9 - 7.3
Provinsi Sulawesi Tengah 3.75 9.98 3.97 6.61 8.73 9.15 7.14 7.7 - 8.1 6.5 - 6.9 7.5 - 7.9
Provinsi Gorontalo 7.02 6.52 7.35 6.63 5.23 7.82 6.74 6.2 - 6.6 7.7 - 8.1 6.7 - 7.1
Provinsi Sulawesi Utara 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.1 - 6.5 6.5 - 6.9 6.2 - 6.6
Provinsi Maluku 5.74 5.73 6.62 5.75 5.83 5.11 5.81 5.6 - 6.0 5.9 - 6.3 5.7 - 6.1
Provinsi Maluku Utara 6.53 5.77 7.61 6.99 7.76 8.30 7.67 7.7 - 8.1 7.8 - 8.2 6.9 - 7.3
Provinsi Papua 21.43 9.14 3.72 6.25 3.87 4.78 4.64 6.4 - 6.8 5.7 - 6.1 5.8 - 6.2
Provinsi Papua Barat 4.86 4.52 3.63 2.09 3.80 6.32 4.01 3.9 - 4.3 4.7 - 5.1 3.8 - 4.2
Provinsi Bali 6.03 6.32 6.24 5.97 6.23 4.01 5.59 5.7 - 6.1 5.9 - 6.3 6.0 - 6.4
Provinsi Nusa Tenggara Barat 3.79 5.82 -3.22 -1.51 4.22 0.58 0.11 4.5 - 4.9 2.0 - 2.4 0.3 - 0.7
Provinsi Nusa Tenggara Timur 5.24 5.17 5.08 5.28 5.00 5.29 5.16 4.9 - 5.3 5.2 - 5.6 5.0 - 5.4

120
Tahun Dasar 2010
2016 2017 2018
Indikator Makroekonomi Daerah 2016 2017 2018p
IV I II III IV Ip IIp
Inflasi IHK (%,yoy) 2.90 2.90 3.76 4.27 3.60 3.35 3.35 2.6 - 3.0 2.8 - 3.2 3.6 - 4.0
Provinsi Kalimantan Barat 3.66 3.66 5.02 4.72 4.70 4.09 4.09 3.5 - 3.9 3.2 - 3.6 3.8 - 4.2
Provinsi Kalimantan Tengah 2.11 2.11 4.10 4.97 3.81 3.18 3.18 1.9 - 2.3 1.9 - 2.3 2.6 - 3.0
Provinsi Kalimantan Selatan 3.57 3.57 4.02 4.19 4.01 3.72 3.72 3.1 - 3.5 3.1 - 3.5 3.5 - 3.9
Provinsi Kalimantan Timur 3.40 3.40 3.89 4.55 3.65 3.14 3.14 2.4 - 2.8 2.6 - 3.0 3.6 - 4.0
Provinsi Kalimantan Utara 4.31 4.31 4.34 4.39 3.61 2.77 2.77 2.3 - 2.7 2.0 - 2.4 2.8 - 3.2
Provinsi Sulawesi Selatan 2.94 2.94 3.42 4.49 4.17 4.44 4.44 3.7 - 4.1 4.1 - 4.5 3.7 - 4.1
Provinsi Sulawesi Barat 2.23 2.23 4.10 4.19 4.53 3.79 3.79 3.1 - 3.5 3.0 - 3.4 2.8 - 3.2
Provinsi Sulawesi Tenggara 2.69 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.97 3.0 - 3.4 1.0 - 1.4 3.0 - 3.4
Provinsi Sulawesi Tengah 1.49 1.49 4.05 5.23 4.61 4.33 4.33 3.0 - 3.4 2.0 - 2.4 3.9 - 4.3
Provinsi Gorontalo 1.30 1.30 2.73 3.69 4.41 4.34 4.34 2.8 - 3.2 3.1 - 3.5 3.3 - 3.7
Provinsi Sulawesi Utara 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 2.44 2.44 0.3 - 0.7 1.4 - 1.8 3.4 - 3.8
Provinsi Maluku 3.26 3.26 3.97 5.82 3.85 0.78 0.78 1.6 - 2.0 -0.3 - 0.1 5.5 - 5.9
Provinsi Maluku Utara 1.91 1.91 2.41 3.92 1.60 1.97 1.97 1.9 - 2.3 2.1 - 2.5 3.9 - 4.3
Provinsi Papua 3.22 3.22 3.90 3.11 1.42 2.10 2.10 0.7 - 1.1 1.9 - 2.3 4.7 - 5.1
Provinsi Papua Barat 3.62 3.62 3.66 3.93 1.71 1.44 1.44 1.0 - 1.4 2.6 - 3.0 3.4 - 3.8
Provinsi Bali 3.23 3.23 4.40 4.02 2.69 3.32 3.32 2.5 - 2.9 3.5 - 3.9 3.7 - 4.1
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2.60 2.60 2.58 3.38 3.46 3.69 3.69 2.9 - 3.3 3.0 - 3.4 3.2 - 3.6
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2.48 2.48 2.95 2.45 3.46 2.00 2.00 2.5 - 2.9 3.1 - 3.5 3.9 - 4.3

121
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

122
Dody Budi Waluyo

Reza Anglingkusumo
Bambang Pramono

Gunawan Wicaksono
Hario K. Pamungkas
Retno Muhardini
Maximilian T. Tutuarima
Neva Andina
Gaffari Ramadhan
Ikhsan Utama
Ide Mahendra
Ragil Misas Fuadi

Agung Budilaksono
Dythia Sendrata
Rama Rahadian Prakasa

Warsono
Nurul Pratiwi A.P.

Frida Yunita Sinurat


Donny Hendri Pratama
Evy Marya Deswita Siburian
Andree Breitner Makahinda

You might also like