You are on page 1of 3

“Ambiguitas Batas Peruntukan Lahan Pamurbaya”

Surabaya Timur memancarkan pesona investasi yang cukup menarik. Kota ini tumbuh tanpa
jeda dan sekarang sedikit mengalami konflik karena lahan konservasi yang terdapat di Pamurbaya
(Pantai Timur Surabaya). Areal ini sudah diperebutkan dan diperjualbelikan bahkan sudah
dikavling. Entah antara sengaja maupun antara kepura-puraan untuk tidak mengetahui. Terlebih
Pamurbaya ini adalah inti dari konservasi yang harus dijaga kelestarian fungsinya sebagai unit
pengembangan wilayah pesisir yang berada di perairan bagian timur Kota Surabaya. Beberapa
kawasan di Pamurbaya yang mana berupa lahan tambak ini masih berupa petok (hanya tercatat di
kelurahan) serta tidak bisa diurus untuk kepemilikan sertifikat tanah. Biaya sertifikat yang mahal,
memang membuat sebagian warga tetap dengan kepemilikan petok. Selain itu tanah tersebut
peruntukannya juga untuk lahan konservasi sehingga susah untuk diurus. Bahkan bukan hanya
tanah pribadi, namun ada sejumlah tanah kaplingan milik developer yang juga tidak bisa dibangun
karena masuk ke dalam kawasan konservasi.

Pada mulanya, perluasan Pamurbaya ini diakibatkan ooleh nggacar seluas 449,65 Ha dan
akibat terbentuknya tanah oloran seluas 304,35 Ha dalam empat belas tahun terakhir. Perluasan
akibat nggacar ini menimbulkan dampak buruk seperti hilangnya hutan mangrove, hilangnya aliran
sungai kea rah muara, dan banjir di wilayah sebelah barat Pamurbaya. Walaupun reklamasi tidak
selalu berakibat buruk, tetapi dalam decade ini reklamasi tidak sesuai untuk Pamurbaya yang
berfunsi sebagai penyeimbang tata air Kota Surabaya. Kalau reklamasi diam-diam di Pamurbaya
terus dipaksakan, nantinya pantai timur yang akan memendam bara.

Kawasan sempadan pantai merupakan ruang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan RTH,
pengembangan struktur alami dan buatan, untuk mencegah bencana pesisir, kegiatan rekreasi,
wisata bahari ekowisata, penelitian dan Pendidikan, kepentingan adat dan kearifan lokal,
pertahanan dan keamanan, serta perhubungan atau komunikasi. Dengan fungsi kawasan
sempadan pantai yang demikian, Pamurbaya dinormakan menjadi kawasan lindung berupa hutan
mangrove yang terintegrasi dengan ekosistem pesisir dan wisata alam. Namun adanya
pembelokan garis konservasi dan semakin merajalelanya broker tanah di Pamurbaya ini adalah
sebuah cermin dari adanya gumpalan pendayagunaan ruang. Setiap penyalahgunaan kawasan
konservasi pantai yang mana semula dimaksudkan untuk warga kota justru realitanya
meminggirkan warga miskin. Kemiskinan dan kepadatan penduduk akan mengerucut di pusat kota
dan kondisi ini akan sangat berbahaya secara sosio-ekologis.

Ada tiga strategi untuk mengendalikan agar Pamurbaya tidak direklamasi oleh masyarakat,
yaitu: (1) menggunakan produk rencana tata ruang sebagai rujukan pemberian Ijin Mendirikan
Bangunan bagi siapapun yang akan membangun perumahan dalam skala kecil maupun besar; (2)
mengadopsi pengalaman empiris tempat lain. Pengalaman dari Manado menunjukkan bahwa
reklamasi dapat dicegah dengan cara membangun jalan boulevard sebagai pembatas antara
wilayah laut dan daratan. Secara analoi, Jalan Lingkar Timur Surabaya dapat diposisikan sebagai
batas fisik antara pengembangan kawasan terbangun dan kawasan konservasi; (3) melalui
partisipasi stakeholders wajib menyearaskan strateginya sesuai dengan peran dan fungsinya
masing-masing. Tidak ada satupun institusi yang mampu menyelesaikan masalahnya sendirian,
karena itu harus saling bekerjasama.

Kemudian berdasarkan peraturan daerah Kota Surabaya No. 3 Tahun 2007, yang ditetapkan
sebagai kawasan konservasi di Pamurbaya adalah seluas 2.500 Ha. Kawasan tersebut tersebar di
enam kelurahan, di empat kecamatan di Surabaya. Diantaranya, Kelurahan Gunung Anyar
Tambak, Medokan Ayu, Wonorejo, Dukuh Suterjo, dan Kejawan putih Tambak. Saat ini, Pemkot
masih berupaya untuk membebaskan lahan milik warga. Namun pembebasan lahan juga harus
melalui prosedur pengadaan lahan yang sah.

Namun berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2014 tentang RTRW Kota Surabaya, tidak
disebutkan batas kawasan konservasi di Pamurbaya. Selain itu warga juga tidak pernah menerima
sosialisasi pemasangan patok batas konservasi dari Badan Informasi Geospasial (BIG) maupun
pemerintah Kota Surabaya. Hal ini membuat warga semakin resah. Warga semakin bertanya-tanya
apakah rumah mereka termasuk dalam kawasan lindung yang harus steril dari bangunan atau
tidak.

Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, bisa dilakukan dengan mengidentfikasi


perangkat penanganan lahan, yaitu alat yang dapat dimanfaatkan untuk menangani persoalan
lahan. Pada umumnya dilakukan oleh pemerintah. Namun hal ini juga membutuhkan kerja sama
dari pengembang maupun masyarakat.

Upaya yang bisa dilakukan adalah apabila terjadi pengalihfungsian dari kawasan konservasi
menjadi kawasan terbangun serta pengembang membangun permukiman yang melebihi batas
yang diizinkan, maka dapat diterapkan pajak proresif, pencabutan hak atas lahan, serta teguran
atau peringatan secara terulis, dan juga tidak diterbitkannya izin dalam mendirikan bangunan.
Kemudian dalam masalah ketidakjelasan batas dalam penentuan lahan konservasi, sebaiknya
pemerintah yang segera bekerja sama dengan BIG dalam menentukan bataslahan konservasi agar
tidak merugikan masyarakat sekitar. Hal itu dikarenakan harga lahan di areal tersebut menjadi
sangatlah murah. Maka hal tersebut harus segera diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Sofyan. 2018. Warga Pamurbaya Pertanyakan Batas Lahan Konservasi. Diakses 15
April 2018 : https://www.jawapos.com/read/2018/04/04/201465/warga-pamurbaya-
pertanyakan-batas-lahan-konservasi

Purwadio, Heru. 2006. Pengendalian Pengurugan Laut di Kawasan Pantai Timur Surabaya.
Diakses 15 April 2018 : http://iptek.its.ac.id/index.php/jpr/article/view/2227

Prasetyo, Suryo Eko. 2017. Minta Pemkot Jelaskan Batas Kawasan Lindung Pamurbaya. Diakses
15 April 2018 : https://www.jawapos.com/read/2017/04/10/122392/minta-pemkot-
jelaskan-batas-kawasan-lindung-pamurbaya

Prasetyo, Suryo Eko. 2017. Warg Medokan Ayu Mengeluh, Bingung Batas Kawasan Lindung.
Diakses 15 April 2018 : https://www.jawapos.com/read/2017/04/10/122221/warga-
medokan-ayu-mengeluh-bingung-batas-kawasan-lindung

Sofiana, Sulvi. 2017. Masuk Lahan Konservasi, Tanah Tak Bisa Dijual : Tawarkan ke Pemkot.
Diakses 15 April 2018 : http://surabaya.tribunnews.com/2017/02/16/masuk-lahan-
konservasi-tanah-tak-bisa-dijual-tawarkan-ke-pemkot?page=2

Wijoyo, Suparto. 2017. Ada Apa di Pamurbaya. Diakses 15 April 2018 :


https://www.jawapos.com/read/2017/03/20/117526/ada-apa-di-pamurbaya

Zahro, Fatimatuz. 2018. Pemkot : Penetapan Kawasan Pamurbaya untuk Lindungi Surabaya.
Diakses 15 April 2018 : http://surabaya.tribunnews.com/2017/02/16/pemkot-penetapan-
kawasan-pamurbaya-untuk-lindungi-surabaya?page=2

You might also like